Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN (BAYI TABUNG)

Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika dan Hukum Kesehatan

Dosen Pengampu

Dr. Yuris Tri Naili, S.H., K.N, M.H

Disusun Oleh Kelompok 5 :

1. Renal Firman Saputra (210102056)


2. Rizal Faris Nur Zayyan (210102059)
3. Rizal Ilham Setiyono (210102060)
4. Ryan Adhri Lansyah (210102063)
5. Salma Fadzila Mesayu (210102064)
6. Sefi Febrianti (210102067)

Program Studi Diploma III Keperawatan


Fakultas Kesehatan
Universitas Harapan Bangsa Tahun Ajaran 2021/2022
ABSTRAK

Bayi tabung atau yang disebut Fertilization In vitro (FIV) an embrio


transfer (ET) ialah proses pembuahan sel sperma dan sel telur diluar tubuh si ibu.
Proses bayi tabung pada prinsipnya mempertemukan sel telur dengan sel sperma
di luar rahim, di dalam cawan biakan, yang berarti proses ini tidak terjadi secara
alamiah karena dalam keadaan normal pembuahan terjadi didalam saluran telur.
Yang diperlukan dalam proses bayi tabung adalah sel sperma, indung telur
(ovarium) dan rahim yang sehat serta dapat berfungsi dengan baik. Kemudian
embrio hasil pembuahan ditanamkan ke dinding rahim melalui mulut rahim.
Dalam program bayi tabung, pasangan suami istri dimungkinkan melakukan
pemilihan jenis kelamin anak dengan didahului adanya Dokter sebagai salah satu
profesi yang ada di Indonesia memiliki pengaturan dari segi etik dan yuridis yang
harus dipatuhi.

Dalam penerapannya di bidang etik, dokter yang menangani program bayi


tabung harus berpedoman pada Kode etik kedokteran Indonesia (KODEKI),
Panduan Etika dan Profesi Obsetri dan Ginekologi Indonesia, Pedoman
Organisasi dan Tata Laksana Kerja Majelis Kehormatan Etik Kedokteran.
Sedangkan dalam hal yuridis program bayi tabung di indonesia harus tunduk pada
perundang-undangan yang berlaku antara lain Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan yang telah dicabut dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan, Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
kedokteran, Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
serta Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
anugerah, petunjuk serta Hidayah-Nya lah sehingga Makalah ini dapat
terselesaikan meskipun memiliki banyak sekali kekurangan. Terima kasih tak lupa
kami ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah Etika dan Hukum
Kesehatan, Ibu Dr. Yuris Tri Naili, S.H., K.N, M.H.
Diharapkan dengan adannya makalah ini dapat memberikan pengetahuan
tentang Etika dan Hukum Kesehatan Bayi Tabung. Tentunya masih banyak sekali
kekurangan dan kesalahan di dalam pembuatan makalah ini, Oleh karena
keterbatasan ilmu dan referensi yang kami jadikan sebagai acuan untuk menyusun
makalah ini ataupun karena hal-hal lain. Namun, karena adanya niat untuk belajar,
maka dengan antusias dan semangat yang tinggi, akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan
kita semua umumnya.
Kami menyadari ada kekurangan dan kesalahan pada karya ilmiah ini.
Oleh sebab itu, saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya
ilmiah kami. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang terkait dalam penyusunan makalah ini, serta kepada semua pihak yang telah
memberikan dukunganya yang sangat berharga bagi penulis untuk dapat
menyelesaiakan makalah ini.

Purwokerto, 07 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Judul.................................................................................................................
Abstrak ...........................................................................................................
Kata Pengantar ..............................................................................................
Daftar Isi .........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................
2.1 Pengertian dan Proses Bayi Tabung ..........................................................
2.2 Tujuan Bayi Tabung ..................................................................................
2.3 Dampak Positif dan Negatif Bayi Tabung .................................................
2.4 Hukum Bayi Tabung ..................................................................................
BAB 3 PENUTUP ..........................................................................................
3.1 Kesimpulan ................................................................................................
3.2 Saran ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Banyak pasangan suami istri yang sudah bertahun-tahun menikah tetapi
belum dikaruniai anak. Mereka pun gelisah. Usia sudah semakin tua, tetapi belum
mempunyai anak. Ajaran syariat Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh
berputus asa dan menganjurkan untuk senantiasa berikhtiar (usaha) dalam
menggapai karunia Allah SWT. Demikian halnya di antara panca maslahat yang
diayomi oleh maqashid asy-syari’ah (tujuan filosofis syariah Islam) adalah hifdz
an-nasl (memelihara fungsi dan kesucian reproduksi) bagi kelangsungan dan
kesinambungan generasi umat manusia. Allah telah menjanjikan setiap kesulitan
ada solusi. (QS.Al-Insyirah:5) termasuk kesulitan reproduksi manusia dengan
adanya kemajuan teknologi kedokteran dan ilmu biologi modern yang Allah
karuniakan kepada umat manusia agar mereka bersyukur dengan
menggunakannya sesuai kaedah ajaran-Nya.
Pada dasarnya pembuahan yang alami terjadi dalam rahim melalui cara
yang alami pula (hubungan seksual), sesuai dengan fitrah yang telah ditetapkan
Allah untuk manusia. Akan tetapi pembuahan alami ini terkadang sulit terwujud,
misalnya karena rusaknya atau tertutupnya saluran indung telur (tuba Fallopi)
yang membawa sel telur ke rahim, serta tidak dapat diatasi dengan cara
membukanya atau mengobatinya. Atau karena sel sperma suami lemah atau tidak
mampu menjangkau rahim istri untuk bertemu dengan sel telur, serta tidak dapat
diatasi dengan cara memperkuat sel sperma tersebut, atau mengupayakan
sampainya sel sperma ke rahim istri agar bertemu dengan sel telur disana. Semua
ini akan meniadakan kelahiran dan menghambat suami istri untuk berbanyak
anak. Padahal Islam telah menganjurkan dan mendorong hal tersebut dan kaum
muslim pun telah disunnahkan melakukannya.
Dengan maju pesatnya dibidang teknologi, kini banyak teknologi-
teknologi yang mampu menciptakan atau membuat bermacam-macam produk
hasil teknologi dipandangnya berkualitas. Diantara produk teknologi mutakhir
adalah dibidang biologi, salah satunya adanya bayi tabung untuk mengatasi
permasalahan yang telah diuraikan diatas. Pada dasarnya orang-orang memuji
dengan kemajuan dibidang teknologi tersebut, namun mereka belum tahu pasti
apakah produk-produk hasil teknologi tersebut dibenarkan menurut hukum
agama.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian dan Proses Bayi Tabung ?

2. Bagaimana Tujuan Bayi Tabung ?

3. Bagaimana Dampak Positif dan Negatif Bayi Tabung ?

4. Bagaimana Hukum Bayi Tabung ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk Mengetahui Pengertian dan Proses Bayi Tabung
2. Untuk Mengetahui Tujuan dari Bayi Tabung
3. Untuk Mengetahui Dampak Positif dan Negatif Bayi Tabung
4. Untuk Mengetahui Hukum Bayi Tabung

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pengertian dan Proses Bayi tabung


Indonesia merupakan negara yang sedang melakukan perkembangan,
tetapi dalam penerapan ilmu dan teknologi mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Dan terbukti telah mampu mengembangkan program bayi tabung dengan
sangat baik dan sesuai standard operasional. Inseminasi buatan atau kerap kali
disebut dengan bayi tabung merupakan terjemahan dari Artifical Insemination.
Dalam bahasa arab disebut dengan altaqihal-shina’iy, dalam bahasa Indonesia
disebut dengan permainan buatan, atau penghamilan buatan. Assisted
Reproductive Technology atau yang sangat populer dengan teknologi bayi tabung
merupakan aplikasi teknologi dalam bidang reproduksi manusia. Sebagai langkah
awal dari keberhasilan tersebut dengan lahirnya bayi tabung pertama di Indonesia
yang diberi nama Nugroho Karyanto, pada tanggal 2 Mei 1988 dari pasangan
suami istri Tn. Markus dan Ny. Chai Ai Lian. Bayi tabung tersebut lahir di Rumah
Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita Jakarta sehingga rumah sakit ini menjadi
yang pertama dalam proses mengembangkan teknologi bayi tabung di Indonesia.
(Khoir Pamungkas, 2002: 44)
Proses perkembangan bayi tabung juga terjadi di Rumah Sakit Umum Dr.
Cipto Mangunkusumo, sehingga keduanya ditunjuk sebagai pusat pelayanan dan
penelitian bayi tabung di Indonesia. Penunjukan tersebut didasarkan kepada
Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 379/ MENKES/ INST/
VIII/ 1990 tentang program pelayanan bayi tabung. Istilah bayi tabung memang
lebih popular dibanding Fertilization In Virto (FIV) atau infertilisasi in virto.
Disebut bayi tabung karena proses pembuahan atau pertemuan sel telur dan
sperma terjadi didalam sebuah piring kaca berbentuk tabung, bukan bertemu
didalam tuba fallopi. Teknik ini dilakukan pada perempuan yang mengalami
kerusakan pada tuba fallopi yang tidak dapat diperbaiki atau tuba fallopi yang
tersumbat. (Ivan R. Sini, 2013: 15)
Bayi tabung atau yang dikenal dengan FIV adalah sebuah metode bantuan
pembuahan yang paling popular dikalangan ruang lingkup kesehatan dengan
melibatkan telur wanita diluar tubuhnya dalam kondisi laboratorium yang
terkontrol dan penempatan embrio kembali kedalam rahim. Pada awal mulanya
bayi tabung itu di rancang sebagai pengobatan untuk wanita dengan kerusakan
tuba fallopi yang tidak dapat diperbaiki. Tetapi di era sekarang bayi tabung sering
disebut sebagai pilihan utama pengobatan bagi pasangan dengan gangguan medis
fertilisasi lainnya seperti sperma yang kurang optimal, kelainan ovulasi,
endometriosis, dan infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya sehingga
menjadi faktor utama pemicu perkembangan bayi tabung di Indonesia menjadi
sangat sukses. (Marina Nicholas, 2014: 125)
Pada tahap proses bayi tabung dilakukan dengan sederhana, bayi tabung
dipahami sebagai sebuah proses yang dilakukan dengan cara menggabungkan sel
telur dan sperma diluar tubuh. Sel telur yang diambil dari calon ibu kemudian
dibuahi dan setelah itu dipindahkan kedalam rahim wanita. Tujuannya adalah
untuk “menciptakan” kehamilan pada wanita. Kehamilan yang terjadi dalam
proses ini diawali dengan sel telur yang dibuahi didalam sebuah tabung dengan
prosedur ini bisa dilakukan jika calon ibu sudah melakukan banyak cara misalnya
mengkonsumsi obat-obatan hingga tindakan bedah, tetapi tidak bisa mengatasi
masalah ketidaksuburan. Proses persiapan pada prosedur bayi tabung yang paling
utama adalah :
1. Induksi ovalusi
Perempuan akan secara alami melepaskan sel telur tiap bulan utnuk
kemungkinan pembuahan. Sedangkan dalam program bayi tabung
pelepasan sel telur itu akan dirangsang dengan obat-obatan. Dengan
demikian, dokter bisa mengambil lebih banyak sel telur untuk
memperbesar peluang pembuahan.
2. Pengambilan sel telur
Dokter akan mengambil sel telur dari ovarium dan mengevaluasinya
untuk menilai kualitasnya. Sel telur kemudian disiapkan untuk
disatukan dengan sel sperma yang sebelumnya sudah diambil dan
ditempatkan di wadah khusus. Penyatuan ini akan berujung pada
pembuahan dan pembentukan embrio.
3. Pembuahan
Sel sperma dari suami yang dirawat di laboratorium disatukan dengan
sel telur yang berada di inkubator. Sperma juga mungkin disuntikkan
langsung ke sel telur untuk membantu pembuahan bila diperlukan.
4. Persiapan embrio
Setiap pembuahan yang berhasil akan menciptakan embrio. Embrio
yang dibuat dalam siklus program bayi tabung akan di evaluasi.
Embrio yang layak atau sehat kemudian dipilih untuk ditanamkan ke
siklus selanjutnya.
5. Penanaman embrio
Embrio akan di transfer ke rahim wanita setelah matang, penanaman
embrio ini biasanya dilakukan lima hari setelah pembuahan.
Kehamilan terjadi ketika embrio menempel pada lapisan rahim.
Seluruh prosedur bayi tabung ini ditangani oleh dokter kandungan
spesialis kesuburan dan embrio.
Untuk memaksimalkan keberhasilan proses bayi tabung, dibutuhkan sel telur yang
berkualitas, sekurang-kurangnya dibutuhkan 8 (delapan) sel telur. Untuk itu
dilakukan pengobatan dengan obat hormonal untuk memacu jalannya ovarium
agar berhasil menciptakan sejumlah folikel dan sel telur yang cukup.
Mengingat tingkat keberhasilan program bayi tabung di Indonesia masih
sedikit rendah, maka pasangan suami istri yang dapat mengikuti program bayi
tabung haruslah memenuhi beberapa syarat tertentu, baik dari segi kesiapan
mental/spiritual, medis maupun finansialnya. Walaupun program bayi tabung
merupakan hak bagi pasangan suami istri yang mandul (infertil), namun tidak
semua dapat mengikuti program tersebut.

2.2 Tujuan dari Bayi Tabung


Tujuan program bayi tabung yang paling utama adalah menghasilkan bayi
yang sehat dan terhindar dari komplikasi medis baik pada bayi maupun ibunya.
Bagi ibu yang hendak hamil dengan cara natural harus memiliki sel telur yang
berkualitas, berevolusi, dan mendapatkan sperma yang juga berkualitas saat masa
subur. Sel sperma mesti bertemu dengan sel telur untuk pembuahan. Untuk itu,
saluran tuba harus terbuka. Rahim juga harus mampu menjadi tempat tumbuhnya
embrio. Bagi pasangan suami istri yang memiliki hambatan untuk menjalani
proses tersebut, program bayi tabung menjadi salah satu pilihan yang bisa
diambil.
Pada hakikatnya program bayi tabung bertujuan untuk membantu
pasangan suami istri yang tidak mampu melahirkan keturunan secara alami yang
disebabkan karena adanya kelainan pada tubanya, endometriosis (radang pada
selaput lendir rahim), oligospermia (sperma suami kurang baik), unexplained
infertility (tidak dapat diterangkan sebabnya), dan adanya faktor immunologic
(faktor kekebalan). Dan ternyata program bayi tabung ini mampu memberikan
kebahagiaan bagi pasangan suami istri yang telah hidup bertahun-tahun.
Program bayi tabung ini sangat disenangi oleh pasangan suami istri yang
mandul untuk mendapatkan keturunan. Tetapi dibalik kenyataan tersebut program
bayi tabung menimbulkan persoalan di bidang hukum. Timbulnya persoalan di
bidang agama disebabkan karena adanya berbagai konflik agama yang tidak
dikenal sehingga para tokoh atau pemimpin harus mencari dan menemukannya
didalam kitab suci yang benar-benar terikat dan penuh kesamaan.
Tingkat keberhasilan bayi tabung tergantung pada sejumlah faktor,
termasuk juga yang utama adalah ketidaksuburan, tempat dalam menjalani proses
bayi tabung, kondisi sel telur, dan jenis sel telur yang digunakan, serta tingkatan
usia juga mempengaruhi faktor diamana proses bayi tabung sangat
ketergantungan. Menurut American Pregnancy Association, tingkat keberhasilan
program bayi tabung untuk wanita dibawah usia 35 tahun adalah sekitar 41-43%.
Sedangkan bagi wanita yang berusia 40 tahun keatas, tingkat keberhasilannya
menurun diangka 13-18%. Angka tersebut sangat dipertimbangkan dengan
mengingat program bayi tabung memerlukan persiapan yang sangat besar dan
biaya yang tidak sedikit.
Tujuan bayi tabung dilakukan untuk membantu pasangan suami istri yang
ingin memiliki bayi namun, terkendala pada masalah kesuburan atau terjadinya
kelainan pada tubuh. Kendala tersebut meliputi :
1. Penurunan kesuburan pada wanita diatas usia 40 tahun
2. Saluran tuba yang tersumbat atau rusak
3. Penurunan fungsi ovarium (bagian yang berfungsi memproduksi sel
telur)
4. Endometriosis (pertumbuhan jaringan lapisan rahim dalam di tempat
abnormal)
5. Fibloid rahim (pertumbuhan abnorma jaringan otot rahim)
6. Infertilitas pria, seperti jumlah sperma yang rendah atau kelainan
bentuk sperma.
Maka dari itu tujuan penemuan bayi tabung pada program pelayanan ini bertujuan
untuk menolong pasangan suami istri yang tidak mungkin memiliki keturunan
secara alami dikarenakan tuba fallopi istrinya mengalami kerusakan atau
terjadinya kelainan pada tubuh yang menyebabkan tidak bisa melakukan proses
kehamilan secara natural. Namun perkembangan dimana awal mula bayi tabung
ini diterapkan pada pasangan suami istri yang memiliki penyakit atau kelainan
lainnya sehingga tidak dimungkinkan untuk memperoleh keturunan.

2.3 Dampak Positif dan Negatif pada Bayi Tabung (FIV)


Setiap upaya untuk mencapai suatu keberhasilan, selalu memiliki risiko
akan terjadinya kegagalan. Namun impian akan kebahagiaan yang didapat apabila
berhasil, terlalu berharga untuk dilewatkan, sehingga risiko akan terjadinya
kegagalan harus siap ditanggung. Demikian kiranya pemikiran yang ada dalam
benak setiap pasangan suami istri yang menjalani inseminasi buatan. Keberhasilan
inseminasi buatan tergantung kepada tenaga ahli di laboratorium, walaupun
prosedurnya sudah benar, bayi dari hasil inseminasi buatan dapat memiliki risiko
cacat bawaan lebih besar daripada dibandingkan dengan bayi yang terlahir
normal. Penyebab dari munculnya cacat bawaan adalah kesalahan prosedur injeksi
sperma kedalam sel telur. Hal ini bisa terjadi karena satu sel sperma yang dipilih
untuk digunakan pada bayi tabung belum tentu sehat. Sehingga bisa menimbulkan
risiko sel sperma secara genetik tidak sehat menjadi cukup besar.
Cacat bawaan paling sering muncul antara lain bibir sumbing, down
sindrom, terbukanya kanal tulang belakang, kegagalan jantung, ginjal, dan
kelenjar pankreas. Selain itu pada sekitar 5% dari wanita yang mengalami
stimulasi ovarium. Yang pada tingkatan derajat lebih berat dari sindrom
hiperstimulasi ovarium, dapat dilihat dengan adanya gejala seperti nafas menjadi
cepat dan dangkal, urin menjadi berwarna gelap, nyeri dada, dinding perut
menjadi tegang.
Berdasarkan hal tersebut, terdapat dampak secara holistik tentang
inseminasi buatan (bayi tabung), diantaranya adalah :
a. Dampak Positif
1) Memberi harapan kepada pasangan suami istri yang lambat
punya anak atau mandul.
2) Membantu orang lain yang mengidap penyakit.
3) Mampu mengatasi permasalahan yang tidak kunjung memiliki
anak bagi penderita kelainan organ reproduksi.
4) Memberi harapan kesejahteraan umat manusia.
5) Menghindari penyakit seperti penyakit menurun sehingga
untuk kedepan akan terlahir manusia yang sehat dan bebas dari
penyakit turunan.
6) Tidak perlu melakukan hubungan suami istri berulang kali
untuk mendapatkan anak, melainkan hanya cukup memberikan
sel telur dari seorang wanita dan sperma dari seorang pria.
b. Dampak Negatif
Pada program bayi tabung proses pembuatan terjadi secara tidak
alami (pembuahan dilakukan secara buatan). Metode pembuahan ini
tidak menutup kemungkinan menimbulkan risiko adanya gangguan
cacat bawaan sebagaimana dampak bayi tabung mencakup cacat yang
terlihat maupun yang tidak, misalnya kelainan ginjal, jantung, maupun
organ tubuh lainnya.
Penerapan teknologi bayi tabung juga dapat menimbulkan status
yang melibatkan orang tua dari bayi mengalami kebingungan dari bayi
yang dihasilkan. Teknologi bayi tabung memunculkan ide untuk
membuat bank sel kelamin, yaitu tempat untuk mengumpulkan sel
telur dan sel sperma dari para orang tua. Pendataan yang tidak jelas
dapat menyebabkan bayi tabung yang dihasilkan dari sel kelamin yang
diambil dari bank kelamin tidak jelas data orang tuanya. Bahkan, bayi
tabung dapat disalahgunakan oleh laki-laki dan perempuan yang bukan
sepasang suami istri, sehingga bayi tersebut menjadi tidak sah secara
agama. Pemberlakuan sistem sewa rahim juga dapat membahayakan
wanita yang meminjamkan rahimnya.

2.4 Hukum Bayi Tabung


Pada persoalan terkait dibidang hukum timbul disebabkan karena
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kedudukan hukum anak
yang dilahirkan melalui proses bayi tabung belum ada, sedangkan hukum itu
bertujuan untuk melindungi kepentingan manusia agar didalam masyarakat
terdapat ketertiban, keadilan, dan kepastian hukum.
Hukum positif Indonesia yang mengatur tentang status hukum seorang
anak diatur di dalam KUH perdata dan UU Nomor 1 tahun 1974 tentang Undang-
undang Pokok Perkawinan. Didalam kedua undang-undang tersebut tidak ada
suatu kententuan yang mengatur secara tegas tentang kedudukan hukum anak
yang dilahirkan melalui proses bayi tabung.
Kedudukan Hukum Anak Yang Dilahirkan Melalui Proses Bayi Tabung
Yang Menggunakan Sperma Suami Bahwa hukum yang mengatur tentang bayi
tabung di Indonesia belum ada. Di dalam Pasal 250 KUHPerdata diatur tentang
pengertian anak sah yakni tiap-tiap anak yang dilahirkan atau ditumbuhkan
sepanjang perkawinan, memperoleh si suami sebagai bapaknya. Selanjutnya
dalam Pasal 42 UU Nomor 1 Tahun 1974 disebutkan bahwa "Anak sah adalah
anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat dari perkawinan yang sah".
Apabila kita menggunakan pasal ini dalam menentukan status hukum anak
yang dilahirkan melalui proses bayi tabung yang menggunakan sperma donor,
maka bahwa anak itu dikatakan sebagai anak sah. Oleh karena dikandung dan
dilahirkan dalam ikatan perkawinan yang sah. Sedangkan rasio yang hakiki dari
pengertian anak sah adalah bahwa, antara lain :
1. Sperma dan ovum dari pasangan suami istri
2. Anak itu dilahirkan oleh istri
3. Orang tuanya terikat dalam perkawinan yang sah
Tetapi penulis lebih menyetujui penerapan pasal 285 KUHPerdata dalam
menentukan kasus hukum anak yang dilahirkan melalui teknis bayi tabung yang
menggunakan sperma dono, oleh karena anak itu dibenihkan oleh orang lain, lalu
diakui oleh pasangan suami istri tersebut.
Kedudukan Hukum Anak Yang Dilahirkan Melalui Proses Bayi Tabung
Yang Menggunakan Surrogate Mother Hukum positif yang mengatur tentang
surrogate mother secara khusus di Indonesia belum ada, namun apabila kita
menggunakan cara berpikir argumentum a contrario, maka kita dapat menerapkan
Pasal 1548 KUH Perdata, Pasal 1320 KUH Perdata dan Pasal 1338 KUH Perdata.
Pasal 1548 KUH Perdata berbunyi : Sewa-menyewa ialah suatu persetujuan
dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya kepada pihak lainnya
kenikmatan suatu barang, selama waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu
harga, dan pihak yang tersebut belakangan disanggupi pembayarannya.
Dalam pandangan islam tentang bayi tabung jurnal Al Mawarid dijelaskan,
apabila inseminasi buatan atau bayi tabung dilakukan saat masih berada dalam
ikatan suami istri, maka metode tersebut diperbolehkan oleh kebanyakan ulama
kontemporer sekarang ini. Majelis Ulama Indonesia (MUI) sendiri sudah
mengeluarkan fatwa soal Hukum Bayi Tabung, dalam fatwa dinyatakan jika bayi
tabung berasal dari sperma dan sel telur pasangan suami istri sah menurut hukum,
maka mubah atau diperbolehkan.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Persoalan lain yang muncul berkaitan dengan adanya teknik bayi
tabung (fertilisasi in vitro), adalah fenomena ibu (surrogate mother)
atau sering disebut dengan rahim sewaan, di mana sperma dan ovum
dari pasangan suami istri yang diproses dalam tabung, lalu dimasukkan
ke dalam rahim orang lain, dan bukan ke dalam rahim istri.
2. Jenis bayi tabung yang dikembangkan di Indonesia adalah jenis bayi
tabung yang menggunakan sperma dan ovum berasal dari pasangan
suami istri kemudian embrionya ditransplantasikan dalam rahim istri.
3. Sewa rahim ditinjau menurut Hukum Positif, peraturan yang dijadikan
landasan hukum mengenai sewa rahim belum diatur secara rinci dalam
peraturan perundang-undangan. Praktik sewa rahim dapat dikaji
dengan Pasal 1320 KUHPerdata karena berkaitan dengan perjanjian,
menurut pasal tersebut sewa rahim ini bertentangan dengan pokok
perjanjian atau perikatannya itu sendiri sebagai kausa yang halal.
Dimana rahim itu bukanlah suatu benda (menurut hukum kebendaan)
dan tidak dapat disewakan (menurut hukum sewa menyewa).
Sedangkan menurut ketentuan Undang-Undang Kesehatan yang
berlaku di Indonesia, metode atau upaya kehamilan di luar cara
alamiah selain hanya dapat dilakukan dengan bayi tabung.

3.2 Saran
Ternyata program bayi tabung ini mampu memberikan kebahagiaan bagi
pasangan suami-istri yang telah hidup bertahun-tahun dalam ikatan perkawinan
yang sah. Program ini semakin lama semakin disenangi oleh pasangan suami istri
yang mandul untuk mendapatkan keturunan. Namun di balik kebahagiaan itu
ternyata program bayi tabung menimbulkan persoalan di bidang hukum, sebab
undang-undang yang mengatur tentang bayi tabung di Indonesia belum ada.
Untuk itu disarankan agar Pemerintah segera merealisasikan Undang-Undang
Khusus yang mengatur tentang Bayi Tabung dan segala aspek hukumnya, atau
dengan jalan mengakomidir dalam Kitab Undang-undang hukum perdata yang
baru.
DAFTAR PUSTAKA

Salim, Bayi Tabung Tinjauan Aspek Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 1993), 91.

Andrianto Aliong, Bayi Tabung, (Yogyakarta Fakultas Kedokteran Universitas


Islam Indonesia: 2011), di Akses pada tanggal 05 April 2016.

Wiryawan Permadi, 7 hari Memahami Fertilisasi in Vitro, (Bandung: Refika


Aditama, 2008), 31.

Setiawan, Etika Kebidanan dan Hukum Kesehatan, (Jakarta: Trans Info Media,
2010), 126

Aspek Etis-Yuridis Bayi Tabung dan Bentuk-bentuk Lain Dari Prokreasi,


Makalah pada Pertemuan Ilmiah PERHUKI, Jakarta, 28 November 1988.

Bone, Edouard., Bioteknologi dan Bioetika, Kanisius, Yogyakarta, 1988.

Anda mungkin juga menyukai