Disusun Oleh :
Kelompok 2 Semester 4
Kelas B
1. Fitriyatus Sholikha (221C0090)
2. Nabilah Firgy Nisa (221C0092)
3. Reno Cahyo (221C0093)
4. Rizky Prihaastin Utami (221C0094)
5. Nunung Nurjanah (221C0096)
6. Eka Nurhaeni (221C0097)
7. Bebi Nurhidayanti (221C0098)
8. Gusti Ayu Lestari (221C0099)
9. Nurlaeli (221C0100)
10. Rohanah (222C0145)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kecemasan
Keluarga terhadap Anak Penderita Kanker”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas Kelompok Mata Kuliah Asuhan Keperawatan Paliatif II Program Studi Ilmu
Keperawatan Institut Teknologi dan Kesehatan Mahardika. Selama proses penyusunan
Makalah ini kami tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang berupa bimbingan, saran dan
petunjuk baik berupa moral, spiritual, maupun materi yang berharga dalam mengatasi
hambatan yang ditemukan. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur dengan kerendahan hati,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Ns. Nuramri Husna, S.Kep.,M.Kep telah memberikan bimbingan dan dorongan dalam
penyusunan ini sekaligus sebagai
2. Orang tua kami yang tercinta serta saudara dan keluarga besar kami yang telah
memberikan motivasi/dorongan dan semangat, baik berupa moril dan materil lainnya.
3. Sahabat-sahabat kami di ITEKes Mahardika, khususnya Program Studi Ilmu
Keperawatan yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dari semua pihak yang telah berpartisipasi
membantu kami dalam menyusun makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun untuk
perbaikan penyusunan selanjutnya. Kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Patofisiologi Kanker pada Anak.....................................................................................3
B. Kecemasan pada Anak dan Keluarga yang Anaknya Menderita Kanker.......................4
C. Pengkajian Psikologis.....................................................................................................7
D. Kecemasan pada Kanker Anak.......................................................................................8
E. Pengelolaan Terapeutik Terhadap Penanganan Kanker Anak........................................9
BAB III PENUTUP................................................................................................................13
A. Kesimpulan...................................................................................................................13
B. Saran..............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
yang menderita kanker. Pada pasien anak dengan kanker ditemukan tanda tanda
kecemasan yang muncul dalam bentuk fisik dan psikologis. Kecemasan yang
dirasakan oleh anak adalah suatu reaksi anak terhadap hospitalisasi yang bersifat
individual dan sangat berbeda tergantung dengan rentang usia serta perkembangan
anak.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kanker adalah penyakit genetik. Dengan kata lain, disebabkan oleh perubahan
gen yang mengontrol fungsi sel, khususnya pertumbuhan dan pembelahannya.
Perubahan genetik penyebab kanker dapat diturunkan dari orang tua. Kanker juga
dapat berkembang sepanjang hidup akibat kesalahan dalam pembelahan sel atau
akibat kerusakan DNA yang disebabkan oleh faktor lingkungan tertentu. Paparan
lingkungan yang menyebabkan kanker termasuk zat seperti bahan kimia dan asap
rokok dan radiasi seperti sinar ultraviolet dari matahari.
Setiap orang memiliki kombinasi unik dari perubahan genetik. Saat kanker
terus tumbuh, lebih banyak perubahan terjadi. Bahkan didalam tumor yang sama, sel
yang berbeda dapat memiliki perubahan genetik yang berbeda. Secara umum, sel
kanker memiliki banyak perubahan genetik dari pada sel normal, seperti mutasi pada
DNA. Beberapa dari perubahan ini tidak berhubungan dengan kanker atau akibat dari
kanker.
Perubahan genetik penyebab kanker biasanya melibatkan tiga jenis gen utama
seperti: proto-onkogen, gen penekan tumor, dan gen perbaikan DNA. Perubahan ini
terkadang disebut sebagai “pendorong”. Patofisiologi.
3
Jenis kanker yang sering pada anak
Terdapat tanda dan gejala yang berbeda dari satu tipe kanker ke tipe kanker
lainnya. Gejala yang paling jelas dan perlu diwaspadai oleh orang tua adalah apabila
terdapat benjolan yang membesar dengan cepat. Beberapa jenis kanker yang sering
pada anak dan gejalanya:
Leukemia akut (kanker darah): gejala yang sering adalah pucat, lemah, lesu,
demam tanpa penyebab jelas, bintik/bercak merah dan biru pada kulit, nyeri
tulang, benjolan kecil di kelenjar getah bening, dan perut yang bengkak atau
teraba keras.
Retinoblastoma (kanker pada mata): gejala yang sering adalah warna putih
pada lingkaran dalam mata saat ada cahaya yang masuk ke mata, mata merah,
dan mata bengkak.
Kanker kelenjar getah bening (limfoma): gejala yang sering adalah benjolan
kecil pada area kelenjar getah bening, benjolan yang tidak nyeri/merah, lemah,
lesu dan nafsu makan menurun.
Neuroblastoma (kanker pada saraf): gejala yang sering adalah kelopak mata
bengkak, turun dan biru, mata menonjol, benjolan kepala, kaki lemah,
pincahng dan nyeri, serta perut membesar dan besar.
Nefroblastoma (kanker ginjal primer): gejala yang sering adalah perut besar
dan keras, serta kencing berdarah.
Rhabdomiosarkoma (kanker pada otot): gejala bergantung pada letak tumor,
seperti mata menonjol, benjolan, sesak napas, wajah bengkak, gangguan
berkemih, kencing berdarah.
Osteosarkoma (kanker tulang primer); gejala yang sering adalah nyeri dan
bengkak pada tulang, demam, dapat muncul setelah trauma.
Tumor otak; gejala yang sering adalah mual dan muntah menyemprot,
penurunan kesadaran, penglihatan berkurang/terganggu, kejang, dan gangguan
berbicara atau keseimbangan
4
Kecemasan Ringan
Jenis kecemasan ini terkait dengan pengalaman hidup sehari-hari. Ini dapat
berfungsi sebagai motivasi untuk belajar, pertumbuhan, dan kreativitas. Tanda
dan gejala termasuk peningkatan persepsi dan perhatian, kewaspadaan,
kesadaran akan rangsangan internal dan eksternal, kemampuan pemecahan
masalah yang efektif, dan kapasitas untuk belajar. Perubahan fisiologis
ditandai dengan gelisah, sulit tidur, hipersensitivitas terhadap suara, tanda-
tanda vital normal, dan pupil.
Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memungkinkan individu untuk fokus pada hal-hal penting
sambil mengabaikan orang lain, yang mengarah ke perhatian selektif dan
tindakan terarah. Respons fisiologis mungkin termasuk sesak napas,
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, mulut kering, gelisah, dan
sembelit. Tanggapan kognitif melibatkan persepsi yang menyempit, kesulitan
menerima rangsangan eksternal, dan fokus yang kuat pada subjek perhatian.
ketegangan. Tanda dan gejala dari kecemasan berat yaitu : persepsinya sangat
kurang, berfokus pada hal yang detail, rentang perhatian sangat terbatas, tidak
dapat berkonsentrasi atau menyelesaikan masalah, serta tidak dapat belajar
secara efektif.
Kecemasan Parah
Kecemasan yang parah secara signifikan mempengaruhi persepsi individu.
Mereka cenderung berfokus pada aspek-aspek yang spesifik dan terperinci
sementara tidak mampu memikirkan hal lain. Semua perilaku diarahkan untuk
mengurangi ketegangan. Tanda dan gejala kecemasan berat termasuk
gangguan persepsi yang signifikan, fokus yang intens pada detail, rentang
perhatian yang sangat terbatas, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi atau
memecahkan masalah, dan pembelajaran yang tidak efektif. Pada tingkat ini,
individu mungkin mengalami sakit kepala, pusing, mual, gemetar, susah tidur,
jantung berdebar, takikardia, hiperventilasi, sering buang air kecil atau buang
air besar, dan diare. Secara emosional, individu merasa takut dan perhatian
mereka sepenuhnya terfokus pada diri sendiri.
Panik
5
Pada tingkat kecemasan panik, individu mengalami keadaan kaget, takut, dan
ketakutan. Karena kehilangan kendali, individu dalam keadaan panik tidak
dapat bekerja bahkan dengan bimbingan. Kepanikan menyebabkan
peningkatan aktivitas motorik, penurunan kemampuan untuk berhubungan
dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan hilangnya pemikiran
rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sesuai dengan kehidupan sehari-hari,
dan jika terus berlanjut, dapat mengakibatkan kelelahan yang ekstrim atau
bahkan kematian. Tanda dan gejala panik termasuk ketidakmampuan untuk
fokus pada peristiwa tertentu.
Tanda dan Gejala Kecemasan
Menurut Jeffrey S. Nevid et al. (2005:164) dalam (Ifdil dan Anissa, 2016),
terdapat beberapa tanda kecemasan, antara lain:
1. Tanda Fisik Kecemasan
Tanda-tanda fisik kecemasan meliputi kegelisahan, kegugupan, tangan atau
anggota tubuh gemetar atau gemetar, sensasi pita kencang di sekitar dahi,
sesak di perut atau pori-pori dada, keringat berlebihan, telapak tangan
berkeringat, pusing atau pingsan, mulut atau tenggorokan kering, kesulitan
berbicara, kesulitan bernapas, sesak napas, detak jantung berdebar atau cepat,
suara gemetar, jari atau anggota tubuh dingin, pusing, merasa lemah atau mati
rasa, sulit menelan, sensasi tersedak atau terjebak, tangan dingin dan lembap,
mengalami sakit perut atau mual , rasa panas dan dingin, sering buang air
kecil, muka memerah, diare, dan perasaan sensitif atau mudah marah.
2. Tanda Perilaku Kecemasan
Tanda-tanda perilaku kecemasan termasuk perilaku menghindar, perilaku
melekat dan tergantung, dan perilaku gelisah.
3. Tanda-Tanda Kognitif Kecemasan
Tanda-tanda kognitif kecemasan termasuk khawatir tentang sesuatu, merasa
terganggu oleh ketakutan atau kekhawatiran tentang kejadian di masa depan,
percaya bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi (tanpa penjelasan
yang jelas), disibukkan dengan sensasi tubuh, sangat waspada terhadap sensasi
tubuh, merasa terancam oleh orang atau orang lain. peristiwa yang biasanya
sedikit atau tidak ada perhatian, takut kehilangan kendali, takut tidak mampu
mengatasi masalah, berpikir bahwa dunia sedang runtuh, berpikir bahwa
segala sesuatu tidak lagi dapat dikendalikan, merasa kewalahan dan tidak
6
mampu menangani hal-hal, khawatir tentang hal-hal sepele hal-hal, pemikiran
berulang tentang hal-hal yang mengganggu, berpikir bahwa seseorang harus
melarikan diri dari keramaian (jika tidak, mereka mungkin pingsan),
mengalami pikiran campur aduk atau kebingungan, tidak dapat
menghilangkan pikiran yang mengganggu, memikirkan kematian yang akan
segera terjadi (bahkan jika dokter tidak menemukan masalah medis) , khawatir
ditinggal sendirian, dan kesulitan berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.
C. Pengkajian Psikologis
Masalah psikologis yang paling umum dari pasien perawatan paliatif adalah
kecemasan dan depresi. Kecemasan yang tidak terselesaikan mempengaruhi depresi
dan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Kecemasan dan depresi lebih besar
daripada kelemahan/kelelahan pada pasien yang menerima terapi radiasi.
Alat yang dapat digunakan untuk menilai depresi meliputi: Patient Health
Questionnaire/Kuesioner Kesehatan Pasien (PHQ-2) dan Beck Depression Inventory
(BDI-II) direkomendasikan untuk menyaring pasien untuk tanda-tanda depresi.
7
Instrumen lain juga dapat digunakan, seperti Hospital Anxiety and Depression Scale
/Skala Kecemasan dan Depresi Rumah Sakit (HADS), yang sangat sensitif dan
spesifik untuk digunakan dalam pengaturan klinis (Grassi et al., 2014). Psycho-
Oncology Screening Tool /Alat Skrining Psiko-onkologi (POST) adalah alat yang
valid untuk menilai tingkat kecemasan pada pasien kanker yang menerima terapi
radiasi (Almigbal et al., 2019).
Penanganan yang komprehensif, baik dari segi fisik maupun psikologis, sangat
penting dalam pengobatan pasien kanker. Langkah pertama yang perlu dilakukan
dalam menghadapi pasien kanker adalah membantu mereka mengenali gejala-gejala
psikologis yang muncul. Hal ini penting karena pasien seringkali menolak atau tidak
8
menyadari adanya masalah psikologis dalam diri mereka. Pengenalan yang baik
terhadap gejala-gejala tersebut akan membantu proses terapi psikologis selanjutnya.
Psikiater atau psikolog klinis perlu memberikan dukungan agar pasien dapat
mengekspresikan emosinya. Melibatkan keluarga dekat sebagai sistem dukungan juga
sangat penting bagi pasien, karena hal ini membuat mereka merasa memiliki
pendamping selama perjalanan melawan penyakit ini. Di rumah sakit, pasien kanker
juga dapat ikut dalam terapi kelompok bersama penderita kanker lainnya, sehingga
mereka tidak merasa kesepian atau terisolasi.
Nyeri yang disebabkan oleh kanker adalah salah satu aspek yang sering
menyebabkan penderitaan nyata bagi pasien. Psikiater yang memahami aspek medis
secara fisiologis dapat memberikan terapi psikologis yang membantu pasien
mengatasi rasa sakit akibat kanker, selain juga pentingnya terapi psikologis
berdasarkan empati dan kasih sayang. Fokus yang mendalam pada kehidupan pasien
dan pengaruh kanker pada kehidupan sehari-hari perlu dipahami dalam praktik sehari-
hari. Selain itu, mencari pendekatan spiritual yang nyaman bagi pasien juga
merupakan hal penting. Dukungan yang baik dari semua faktor dalam kehidupan
pasien akan meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup pasien kanker.
9
saat bertemu dengan pasien sebagai dokter mereka, kondisinya optimal dan
mampu membangun komunikasi yang efektif.
Tahap Kerja:
Tahap ini merupakan tahap terpanjang dalam hubungan terapeutik karena
mengharuskan dokter untuk memenuhi perannya dalam membantu dan
mendukung pasien dalam mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Pada fase ini,
sifat saling melengkapi antara dokter dan pasien menjadi krusial. Komplementer
mengacu pada pola interaksi yang muncul sebagai daya tarik interpersonal atau
kepentingan bersama dalam mengembangkan suatu hubungan. Pendekatan ini
menunjukkan bahwa individu yang berbeda tertarik untuk berkomunikasi dalam
situasi tertentu (DeVito, 2011: 264).
10
Komunikasi verbal juga disebut sebagai kebutuhan akan kata-kata karena
kata-kata membentuk realitas. Melalui kata-kata, seseorang dapat mengubah
persepsi mereka. Misalnya, kata "tumor" bisa memengaruhi persepsi seseorang.
Mereka mungkin langsung berpikir bahwa kematian mereka sudah dekat karena
mereka menderita kanker. Dalam komunikasi verbal, perawat perlu
memperhatikan bahasa penghindaran, karena orang umumnya lebih suka
menghindari mengakui situasi yang sebenarnya. Misalnya, frasa "meninggal
dunia" sering lebih disukai daripada kata "kematian". Aspek lain yang harus
diperhatikan perawat dalam komunikasi verbal adalah bahasa jaga jarak, yang
melibatkan penciptaan rasa jarak emosional. Aspek inti dari hubungan terapeutik
yang diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Empati:
Dalam upaya memahami perasaan dan kebutuhan pasien secara langsung,
penggunaan anamnesis oleh keempat informan dokter bukanlah satu-satunya cara
yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang detail. Secara khusus, salah
satu informan dokter (Mayang) menyebutkan bahwa dirinya selalu berupaya
menumbuhkan empati terhadap pasien saat berdiskusi tentang keluhannya.
2. Memercayai:
Kepercayaan dalam hubungan terapeutik muncul dari kepercayaan pasien
terhadap dokter sebagai sosok penolong dengan pengetahuan khusus di bidang
kesehatan. Ketika kepercayaan tidak dibangun, kesalahpahaman dan
ketidaksepakatan dapat muncul. Informan dokter menjelaskan bahwa ketika
kepercayaan kurang, pasien cenderung curiga terhadap dokter. Dalam penelitian
ini informan dokter selalu berusaha membangun kepercayaan di awal
pertemuannya dengan memberikan kehangatan dan menciptakan lingkungan
komunikasi yang nyaman.
3. Keterbukaan:
Keterbukaan yang ditunjukkan pasien memudahkan mereka mencapai kesimpulan
akhir terkait keluhannya. Dalam penelitian ini, keempat informan pasien dianggap
aktif dan terbuka saat menjelaskan keluhan yang dirasakan. Mereka percaya
bahwa komunikasi yang terbuka dalam menyampaikan keluhan dapat membantu
dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.
4. Penghargaan positif tanpa syarat:
11
Dokter menunjukkan aspek ini untuk mengatasi kecemasan pasien. Sikap ini
berfungsi sebagai cara nyata untuk menciptakan kenyamanan pasien, yang
mengarah ke diskusi terbuka tentang penyakit yang mereka rasakan.
5. Persamaan:
Meskipun hubungan dokter-pasien sering digambarkan sebagai paternalistik,
saling menghormati dan menghargai sangat penting untuk hubungan yang
berhasil. Misalnya, dokter bersedia merespon positif dengan melepas jas
dokternya guna menjalin komunikasi dengan pasien anak. Meskipun posisi dokter
lebih tinggi, kesetaraan mendorong mereka untuk menghargai kebutuhan pasien
untuk memastikan kenyamanan mereka.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Darni, Z., dkk. (2023). Perawatan Pasien Kanker. Sumatera Barat: Global Eksekutif
Teknologi. Available at: https://bit.ly/3O1mErt. Diakses pada 10 Mei 2023.
Deswita, Apriyanti & Jennisya, O. (2023). Leukemia Pada Anak Kemoterapi &
Kelelahan (Fatigue). Indramayu: Penerbit Adab.
Djamaluddin, N., dkk. (2022). Keperawatan Paliatif dan Menjelang Ajal. Bandung:
Media Sains Indonesia. available at: https://bit.ly/3BjXs7Y. Diakses pada 13 Mei 2023
Koanang, M., dkk. (2023). Keperawatan Anak. Bandung: Media Sains Indonesia.
available at: https://bit.ly/3pD7ZIZ. Diakses pada 09 Mei 2023
Manalu, N., dkk. (2022). Keperawatan Paliatif (Konsep dan Penerapan). Bandung:
Media Sains Indonesia.
Purba, K., & Rahardjo, T. (2020). Pengelolaan Hubungan Antara Dokter Dan Pasien
Dalam Konteks Komunikasi Terapeutik. Interaksi Online, 8(4), 154-166.
Sudarsa, W. (2020). Perawatan Komprehensif Paliatif. Surabaya: Airlangga
University Press
14