Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENUGASAN KELOMPOK 2 ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF II

“KECEMASAN KELUARGA TERHADAP ANAK PENDERITA KANKER”


Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Asuhan Keperawatan Paliatif II
Dosen Pembimbing : Ns. Nuramri Husna, S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 2 Semester 4
Kelas B
1. Fitriyatus Sholikha (221C0090)
2. Nabilah Firgy Nisa (221C0092)
3. Reno Cahyo (221C0093)
4. Rizky Prihaastin Utami (221C0094)
5. Nunung Nurjanah (221C0096)
6. Eka Nurhaeni (221C0097)
7. Bebi Nurhidayanti (221C0098)
8. Gusti Ayu Lestari (221C0099)
9. Nurlaeli (221C0100)
10. Rohanah (222C0145)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MAHARDIKA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kecemasan
Keluarga terhadap Anak Penderita Kanker”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas Kelompok Mata Kuliah Asuhan Keperawatan Paliatif II Program Studi Ilmu
Keperawatan Institut Teknologi dan Kesehatan Mahardika. Selama proses penyusunan
Makalah ini kami tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang berupa bimbingan, saran dan
petunjuk baik berupa moral, spiritual, maupun materi yang berharga dalam mengatasi
hambatan yang ditemukan. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur dengan kerendahan hati,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Ns. Nuramri Husna, S.Kep.,M.Kep telah memberikan bimbingan dan dorongan dalam
penyusunan ini sekaligus sebagai
2. Orang tua kami yang tercinta serta saudara dan keluarga besar kami yang telah
memberikan motivasi/dorongan dan semangat, baik berupa moril dan materil lainnya.
3. Sahabat-sahabat kami di ITEKes Mahardika, khususnya Program Studi Ilmu
Keperawatan yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan dari semua pihak yang telah berpartisipasi
membantu kami dalam menyusun makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun untuk
perbaikan penyusunan selanjutnya. Kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Cirebon, 10 Mei 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Patofisiologi Kanker pada Anak.....................................................................................3
B. Kecemasan pada Anak dan Keluarga yang Anaknya Menderita Kanker.......................4
C. Pengkajian Psikologis.....................................................................................................7
D. Kecemasan pada Kanker Anak.......................................................................................8
E. Pengelolaan Terapeutik Terhadap Penanganan Kanker Anak........................................9
BAB III PENUTUP................................................................................................................13
A. Kesimpulan...................................................................................................................13
B. Saran..............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Isu kesehatan masyarakat saat ini adalah munculnya transisi epidemiologi


dimana masalah kesehatan telah bergeser dari penyakit menular yang disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, dan mikroorganisme lainnya menjadi penyakit tidak menular.
Salah satu penyakit tidak menular yang angka kejadiannya terus meningkat adalah
kanker atau tumor ganas. Meningkatnya kasus kanker disebabkan oleh perubahan
pola gaya hidup penduduk, seperti seringnya konsumsi fast food, konsumsi alkohol,
merokok, dan sebagainya. Kanker ditandai dengan perkembangan sel abnormal yang
dapat tumbuh tak terkendali dan memiliki kemampuan untuk menyerang dan
menyebar di antara sel dan jaringan lain di dalam tubuh.

Organisasi Kesehatan Dunia menjelaskan bahwa tumor ganas adalah salah


satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Kanker anak adalah beban penyakit
global yang signifikan yang menyerang anak-anak, remaja, dan wanita (Kolaborator
Kanker Anak, 2019; Bhakta et al., 2019). Data statistik WHO menunjukkan bahwa
setiap tahun, 400.000 anak usia 0-19 tahun menderita kanker (World Health
Organization, 2022). Pada tahun 2020, WHO mencatat kejadian kanker di Indonesia
memiliki angka tertinggi di Asia Tenggara, dengan 8.677 pasien anak (Bayu, 2022).
Terjadinya kanker pada anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan anak perempuan
(Hockenberry dan Wilson, 2015; Liu et al., 2019). Temuan penelitian menunjukkan
bahwa tingkat kelangsungan hidup untuk kanker anak lebih tinggi dibandingkan
dengan orang dewasa (The American Cancer Society, 2022).

Namun, peluang bertahan hidup bergantung pada ketersediaan dan


aksesibilitas layanan kesehatan komprehensif di negara tempat tinggal pasien. Tingkat
kelangsungan hidup pasien kanker anak di negara berpenghasilan tinggi sekitar 80%,
sedangkan di negara berpenghasilan rendah kurang dari 30% (Hockenberry dan
Wilson, 2015).

Kecemasan adalah perasaan subyektif individu dari ketegangan mental dan


kegelisahan, yang umumnya muncul sebagai respon terhadap ketidakmampuan untuk
mengatasi masalah atau kurangnya rasa aman. Kecemasan dapat terjadi kepada siapa
saja, salah satunya kepada keluarga penderita kanker, termasuk juga dengan anak

1
yang menderita kanker. Pada pasien anak dengan kanker ditemukan tanda tanda
kecemasan yang muncul dalam bentuk fisik dan psikologis. Kecemasan yang
dirasakan oleh anak adalah suatu reaksi anak terhadap hospitalisasi yang bersifat
individual dan sangat berbeda tergantung dengan rentang usia serta perkembangan
anak.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana patofisiologi kanker pada anak?


2. Bagaimana kecemasan pada anak dan keluarga yang anaknya menderita kanker?
3. Apa pengkajian psikologis yang dibutuhkan?
4. Bagaimana kecemasan pada kanker anak
5. Bagaimana pengelolaan terapeutik terhadap penanganan kanker anak?

C. Tujuan

1. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi kanker pada anak


2. Mahasiswa mampu memahami kecemasan pada anak dan keluarga yang anaknya
menderita kanker
3. Mahasiswa mampu memahami pengkajian psikologis yang dibutuhkan
4. Mahasiswa mampu memahami kecemasan pada kanker anak
5. Mahasiswa mampu memahami pengelolaan terapeutik terhadap penanganan
kanker anak

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Patofisiologi Kanker pada Anak

Kanker adalah penyakit genetik. Dengan kata lain, disebabkan oleh perubahan
gen yang mengontrol fungsi sel, khususnya pertumbuhan dan pembelahannya.
Perubahan genetik penyebab kanker dapat diturunkan dari orang tua. Kanker juga
dapat berkembang sepanjang hidup akibat kesalahan dalam pembelahan sel atau
akibat kerusakan DNA yang disebabkan oleh faktor lingkungan tertentu. Paparan
lingkungan yang menyebabkan kanker termasuk zat seperti bahan kimia dan asap
rokok dan radiasi seperti sinar ultraviolet dari matahari.

Setiap orang memiliki kombinasi unik dari perubahan genetik. Saat kanker
terus tumbuh, lebih banyak perubahan terjadi. Bahkan didalam tumor yang sama, sel
yang berbeda dapat memiliki perubahan genetik yang berbeda. Secara umum, sel
kanker memiliki banyak perubahan genetik dari pada sel normal, seperti mutasi pada
DNA. Beberapa dari perubahan ini tidak berhubungan dengan kanker atau akibat dari
kanker.

Perubahan genetik penyebab kanker biasanya melibatkan tiga jenis gen utama
seperti: proto-onkogen, gen penekan tumor, dan gen perbaikan DNA. Perubahan ini
terkadang disebut sebagai “pendorong”. Patofisiologi.

a. Gen penekan tumor terlibat dalam pengaturan pertumbuhan dan


pembelahan sel. Sel dengan perubahan tertentu dapat meyebabkan sel
membelah secara tidak terkendali.
b. Gen perbaikan DNA cenderung mengembangkan mutasi tambahan gen
lain yang dapat mengubah sel menjadi kanker.

Kanker pada anak merupakan kanker dengan tingkat kesembuhan tinggi,


terutama bila dideteksi pada stadium dini. Akan tetapi, 75-90% kanker pada anak
tidak diketahui penyebabnya, 5-15% terjadi karena gen yang diturunkan dan <5-10%
karena paparan lingkungan. Penanganan kanker pada anak ini bergantung pada jenis
tumor dan stadiumnya, meskipun secara garis besar terdiri dari operasi, kemoterapi
dan/atau radiasi (radioterapi).

3
Jenis kanker yang sering pada anak

Terdapat tanda dan gejala yang berbeda dari satu tipe kanker ke tipe kanker
lainnya. Gejala yang paling jelas dan perlu diwaspadai oleh orang tua adalah apabila
terdapat benjolan yang membesar dengan cepat. Beberapa jenis kanker yang sering
pada anak dan gejalanya:

 Leukemia akut (kanker darah): gejala yang sering adalah pucat, lemah, lesu,
demam tanpa penyebab jelas, bintik/bercak merah dan biru pada kulit, nyeri
tulang, benjolan kecil di kelenjar getah bening, dan perut yang bengkak atau
teraba keras.
 Retinoblastoma (kanker pada mata): gejala yang sering adalah warna putih
pada lingkaran dalam mata saat ada cahaya yang masuk ke mata, mata merah,
dan mata bengkak.
 Kanker kelenjar getah bening (limfoma): gejala yang sering adalah benjolan
kecil pada area kelenjar getah bening, benjolan yang tidak nyeri/merah, lemah,
lesu dan nafsu makan menurun.
 Neuroblastoma (kanker pada saraf): gejala yang sering adalah kelopak mata
bengkak, turun dan biru, mata menonjol, benjolan kepala, kaki lemah,
pincahng dan nyeri, serta perut membesar dan besar.
 Nefroblastoma (kanker ginjal primer): gejala yang sering adalah perut besar
dan keras, serta kencing berdarah.
 Rhabdomiosarkoma (kanker pada otot): gejala bergantung pada letak tumor,
seperti mata menonjol, benjolan, sesak napas, wajah bengkak, gangguan
berkemih, kencing berdarah.
 Osteosarkoma (kanker tulang primer); gejala yang sering adalah nyeri dan
bengkak pada tulang, demam, dapat muncul setelah trauma.
 Tumor otak; gejala yang sering adalah mual dan muntah menyemprot,
penurunan kesadaran, penglihatan berkurang/terganggu, kejang, dan gangguan
berbicara atau keseimbangan

B. Kecemasan pada Anak dan Keluarga yang Anaknya Menderita Kanker

Setiap individu mengalami kecemasan sampai taraf tertentu. Menurut Peplau,


sebagaimana dikutip dalam Muyasaroh dkk. (2020), empat tingkat kecemasan dapat
diidentifikasi:

4
 Kecemasan Ringan
Jenis kecemasan ini terkait dengan pengalaman hidup sehari-hari. Ini dapat
berfungsi sebagai motivasi untuk belajar, pertumbuhan, dan kreativitas. Tanda
dan gejala termasuk peningkatan persepsi dan perhatian, kewaspadaan,
kesadaran akan rangsangan internal dan eksternal, kemampuan pemecahan
masalah yang efektif, dan kapasitas untuk belajar. Perubahan fisiologis
ditandai dengan gelisah, sulit tidur, hipersensitivitas terhadap suara, tanda-
tanda vital normal, dan pupil.
 Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memungkinkan individu untuk fokus pada hal-hal penting
sambil mengabaikan orang lain, yang mengarah ke perhatian selektif dan
tindakan terarah. Respons fisiologis mungkin termasuk sesak napas,
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, mulut kering, gelisah, dan
sembelit. Tanggapan kognitif melibatkan persepsi yang menyempit, kesulitan
menerima rangsangan eksternal, dan fokus yang kuat pada subjek perhatian.
ketegangan. Tanda dan gejala dari kecemasan berat yaitu : persepsinya sangat
kurang, berfokus pada hal yang detail, rentang perhatian sangat terbatas, tidak
dapat berkonsentrasi atau menyelesaikan masalah, serta tidak dapat belajar
secara efektif.
 Kecemasan Parah
Kecemasan yang parah secara signifikan mempengaruhi persepsi individu.
Mereka cenderung berfokus pada aspek-aspek yang spesifik dan terperinci
sementara tidak mampu memikirkan hal lain. Semua perilaku diarahkan untuk
mengurangi ketegangan. Tanda dan gejala kecemasan berat termasuk
gangguan persepsi yang signifikan, fokus yang intens pada detail, rentang
perhatian yang sangat terbatas, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi atau
memecahkan masalah, dan pembelajaran yang tidak efektif. Pada tingkat ini,
individu mungkin mengalami sakit kepala, pusing, mual, gemetar, susah tidur,
jantung berdebar, takikardia, hiperventilasi, sering buang air kecil atau buang
air besar, dan diare. Secara emosional, individu merasa takut dan perhatian
mereka sepenuhnya terfokus pada diri sendiri.
 Panik

5
Pada tingkat kecemasan panik, individu mengalami keadaan kaget, takut, dan
ketakutan. Karena kehilangan kendali, individu dalam keadaan panik tidak
dapat bekerja bahkan dengan bimbingan. Kepanikan menyebabkan
peningkatan aktivitas motorik, penurunan kemampuan untuk berhubungan
dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan hilangnya pemikiran
rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sesuai dengan kehidupan sehari-hari,
dan jika terus berlanjut, dapat mengakibatkan kelelahan yang ekstrim atau
bahkan kematian. Tanda dan gejala panik termasuk ketidakmampuan untuk
fokus pada peristiwa tertentu.
Tanda dan Gejala Kecemasan
Menurut Jeffrey S. Nevid et al. (2005:164) dalam (Ifdil dan Anissa, 2016),
terdapat beberapa tanda kecemasan, antara lain:
1. Tanda Fisik Kecemasan
Tanda-tanda fisik kecemasan meliputi kegelisahan, kegugupan, tangan atau
anggota tubuh gemetar atau gemetar, sensasi pita kencang di sekitar dahi,
sesak di perut atau pori-pori dada, keringat berlebihan, telapak tangan
berkeringat, pusing atau pingsan, mulut atau tenggorokan kering, kesulitan
berbicara, kesulitan bernapas, sesak napas, detak jantung berdebar atau cepat,
suara gemetar, jari atau anggota tubuh dingin, pusing, merasa lemah atau mati
rasa, sulit menelan, sensasi tersedak atau terjebak, tangan dingin dan lembap,
mengalami sakit perut atau mual , rasa panas dan dingin, sering buang air
kecil, muka memerah, diare, dan perasaan sensitif atau mudah marah.
2. Tanda Perilaku Kecemasan
Tanda-tanda perilaku kecemasan termasuk perilaku menghindar, perilaku
melekat dan tergantung, dan perilaku gelisah.
3. Tanda-Tanda Kognitif Kecemasan
Tanda-tanda kognitif kecemasan termasuk khawatir tentang sesuatu, merasa
terganggu oleh ketakutan atau kekhawatiran tentang kejadian di masa depan,
percaya bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi (tanpa penjelasan
yang jelas), disibukkan dengan sensasi tubuh, sangat waspada terhadap sensasi
tubuh, merasa terancam oleh orang atau orang lain. peristiwa yang biasanya
sedikit atau tidak ada perhatian, takut kehilangan kendali, takut tidak mampu
mengatasi masalah, berpikir bahwa dunia sedang runtuh, berpikir bahwa
segala sesuatu tidak lagi dapat dikendalikan, merasa kewalahan dan tidak

6
mampu menangani hal-hal, khawatir tentang hal-hal sepele hal-hal, pemikiran
berulang tentang hal-hal yang mengganggu, berpikir bahwa seseorang harus
melarikan diri dari keramaian (jika tidak, mereka mungkin pingsan),
mengalami pikiran campur aduk atau kebingungan, tidak dapat
menghilangkan pikiran yang mengganggu, memikirkan kematian yang akan
segera terjadi (bahkan jika dokter tidak menemukan masalah medis) , khawatir
ditinggal sendirian, dan kesulitan berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.

Pengalaman psikologis anak-anak penderita kanker tidak jauh berbeda dengan


orang dewasa. Mereka mungkin dengan mudah menjadi cemas, merasa tertekan, dan
takut akan masa depan mereka. Namun, anak cenderung lebih menyendiri, tertutup,
dan mengungkapkan kekhawatirannya melalui tangisan (Kumalasari et al., 2014).
Mereka mungkin tidak merasa sedih karena ketidakmampuan berinteraksi seperti
anak normal lainnya. Selain itu, mereka mungkin menunjukkan perilaku
temperamental dan kurang kooperatif karena pemahaman yang terbatas tentang
penyakit mereka (Wong, 2008). Kecemasan muncul sebagai respon terhadap
pengobatan anak yang sedang berlangsung. Ini dianggap sebagai bagian normal dari
penyakit dan proses pengobatan untuk pasien kanker. Selain itu, kecemasan pada anak
dengan kanker dapat disebabkan oleh faktor dan prosedur terkait pengobatan seperti
anemia, stomatitis, malaise, mual, muntah, kelelahan, kelemahan, ketidakmampuan
untuk melakukan aktivitas, perubahan warna kulit, nyeri, ketakutan, rambut rontok,
perubahan citra tubuh, dan bahkan ketakutan akan kematian. Kecemasan yang dialami
anak dapat berdampak pada respon mereka terhadap perawatan medis (Ningsih et al.,
2013).

C. Pengkajian Psikologis

Masalah psikologis yang paling umum dari pasien perawatan paliatif adalah
kecemasan dan depresi. Kecemasan yang tidak terselesaikan mempengaruhi depresi
dan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Kecemasan dan depresi lebih besar
daripada kelemahan/kelelahan pada pasien yang menerima terapi radiasi. 

Alat yang dapat digunakan untuk menilai depresi meliputi: Patient Health
Questionnaire/Kuesioner Kesehatan Pasien (PHQ-2) dan Beck Depression Inventory
(BDI-II) direkomendasikan untuk menyaring pasien untuk tanda-tanda depresi.

7
Instrumen lain juga dapat digunakan, seperti Hospital Anxiety and Depression Scale
/Skala Kecemasan dan Depresi Rumah Sakit (HADS), yang sangat sensitif dan
spesifik untuk digunakan dalam pengaturan klinis (Grassi et al., 2014). Psycho-
Oncology Screening Tool /Alat Skrining Psiko-onkologi (POST) adalah alat yang
valid untuk menilai tingkat kecemasan pada pasien kanker yang menerima terapi
radiasi (Almigbal et al., 2019). 

Asesmen sebagai tanggapan stres pasien kanker harus dipelajari. Pertanyaan


yang akan diperiksa sebagai berikut:

1. Bantuan yang dibutuhkan selama perawatan: Psikoterapi, psikoedukasi, kelompok


pendukung komunitas kanker. 
2. Seberapa sering bantuan diberikan: tidak teratur atau secara teratur. 

Pengkajian psikologis, termasuk kecemasan dan kepanikan, harus dievaluasi


karena kondisi ini dapat menyebabkan dispnea pada pasien. Sesak napas dan panik
berhubungan. Sesak napas dapat memicu kecemasan atau bahkan kepanikan.
Kecemasan dan kepanikan juga dapat menyebabkan defisiensi (Sahasrabudhe, 2013).

D. Kecemasan pada Kanker Anak

Pengobatan kanker pada anak memerlukan perhatian ekstra dibandingkan


dengan pengobatan kanker pada orang dewasa. Sebagai contoh, hal tersebut dapat
dilakukan dengan menyediakan fasilitas perawatan yang menarik dan melayani
dengan ramah, sehingga anak-anak merasa nyaman saat menjalani berbagai bentuk
pengobatan.

Gejala-gejala gangguan psikologis yang mungkin timbul pada anak yang


mengidap kanker meliputi kemarahan, kecemasan, depresi, dan kehilangan harapan.
Jika kondisi ini tidak ditangani dengan baik, hal tersebut dapat memperburuk kondisi
kesehatan pasien kanker dan mengurangi kualitas hidup mereka. Pasien kanker yang
mengalami gangguan psikologis memiliki harapan hidup yang lebih pendek
dibandingkan dengan mereka yang mampu mengatasi kondisi psikologis tersebut.

Penanganan yang komprehensif, baik dari segi fisik maupun psikologis, sangat
penting dalam pengobatan pasien kanker. Langkah pertama yang perlu dilakukan
dalam menghadapi pasien kanker adalah membantu mereka mengenali gejala-gejala
psikologis yang muncul. Hal ini penting karena pasien seringkali menolak atau tidak

8
menyadari adanya masalah psikologis dalam diri mereka. Pengenalan yang baik
terhadap gejala-gejala tersebut akan membantu proses terapi psikologis selanjutnya.
Psikiater atau psikolog klinis perlu memberikan dukungan agar pasien dapat
mengekspresikan emosinya. Melibatkan keluarga dekat sebagai sistem dukungan juga
sangat penting bagi pasien, karena hal ini membuat mereka merasa memiliki
pendamping selama perjalanan melawan penyakit ini. Di rumah sakit, pasien kanker
juga dapat ikut dalam terapi kelompok bersama penderita kanker lainnya, sehingga
mereka tidak merasa kesepian atau terisolasi.

Nyeri yang disebabkan oleh kanker adalah salah satu aspek yang sering
menyebabkan penderitaan nyata bagi pasien. Psikiater yang memahami aspek medis
secara fisiologis dapat memberikan terapi psikologis yang membantu pasien
mengatasi rasa sakit akibat kanker, selain juga pentingnya terapi psikologis
berdasarkan empati dan kasih sayang. Fokus yang mendalam pada kehidupan pasien
dan pengaruh kanker pada kehidupan sehari-hari perlu dipahami dalam praktik sehari-
hari. Selain itu, mencari pendekatan spiritual yang nyaman bagi pasien juga
merupakan hal penting. Dukungan yang baik dari semua faktor dalam kehidupan
pasien akan meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup pasien kanker.

E. Pengelolaan Terapeutik Terhadap Penanganan Kanker Anak

 Tahap Persiapan (Pra-Interaksi):


Berdasarkan penelitian yang dilakukan, keempat informan secara konsisten
mempersiapkan diri dengan terlebih dahulu membaca riwayat kesehatan pasien.
Dengan meninjau dan memahami catatan medis pasien, para dokter merasa
terbantu dalam menyesuaikan pendekatan mereka terhadap komunikasi terapeutik,
memungkinkan mereka untuk berinteraksi dengan pasien dengan nyaman. Selain
itu, pada fase pra interaksi ini, diketahui hanya satu informan dokter (Rima) yang
memiliki persiapan tambahan sebelum bertemu dan berinteraksi dengan pasien.
Pada tahap awal komunikasi terapeutik ini, informan dokter (Rima) selalu
berusaha menjaga iramanya sendiri sebelum menjalin hubungan interpersonal
dengan pasien karena biasanya dokter menangani lebih dari satu atau dua pasien.
Oleh karena itu, informan dokter (Rima) selalu berusaha untuk menjaga kesehatan
fisiknya dengan memberikan waktu untuk istirahat. Hal ini memastikan bahwa

9
saat bertemu dengan pasien sebagai dokter mereka, kondisinya optimal dan
mampu membangun komunikasi yang efektif.

 Tahap Pengenalan (Orientasi):


Pada tahap awal bertemu dengan pasien, keempat informan selalu
memperkenalkan diri secara detail dengan menyebutkan identitas dan perannya
sebagai dokter. Mengenai sikap mereka saat menyambut pasien, sebelum
memperkenalkan diri, kedua informan dokter (Mayang dan Andriaz) selalu
mengawali sapaan, dilanjutkan dengan ajakan bersalaman, menunjukkan kesiapan
dan keterbukaan mereka dalam menjalin hubungan terapeutik.

 Tahap Kerja:
Tahap ini merupakan tahap terpanjang dalam hubungan terapeutik karena
mengharuskan dokter untuk memenuhi perannya dalam membantu dan
mendukung pasien dalam mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Pada fase ini,
sifat saling melengkapi antara dokter dan pasien menjadi krusial. Komplementer
mengacu pada pola interaksi yang muncul sebagai daya tarik interpersonal atau
kepentingan bersama dalam mengembangkan suatu hubungan. Pendekatan ini
menunjukkan bahwa individu yang berbeda tertarik untuk berkomunikasi dalam
situasi tertentu (DeVito, 2011: 264).

Komunikasi Terapeutik dalam Perawatan Anak melibatkan pertukaran pikiran


dan pemahaman. Pertukaran ini dapat dilakukan melalui berbagai bentuk bahasa
seperti isyarat, ekspresi emosional, berbicara, atau bahasa tertulis, tetapi terutama
melalui ucapan. Komunikasi dapat berbentuk komunikasi verbal, nonverbal, dan
abstrak. Komunikasi verbal meliputi ekspresi vokal seperti tertawa, mengerang,
berteriak, atau menangis. Komunikasi non-verbal, sering disebut sebagai bahasa
tubuh, meliputi gerak tubuh, gerakan, gaya berjalan, ekspresi wajah, postur tubuh,
dan reaksi terhadap rangsangan. Komunikasi abstrak melibatkan kegiatan seperti
bermain, ekspresi artistik (seni), simbol, fotografi, dan pilihan pakaian. Namun,
karena komunikasi abstrak lebih mengandalkan kontrol dan penguasaan sadar
daripada komunikasi verbal, komunikasi abstrak mungkin kurang dapat
diandalkan dalam menyampaikan emosi yang tulus, terutama saat berkomunikasi
dengan anak-anak.

10
Komunikasi verbal juga disebut sebagai kebutuhan akan kata-kata karena
kata-kata membentuk realitas. Melalui kata-kata, seseorang dapat mengubah
persepsi mereka. Misalnya, kata "tumor" bisa memengaruhi persepsi seseorang.
Mereka mungkin langsung berpikir bahwa kematian mereka sudah dekat karena
mereka menderita kanker. Dalam komunikasi verbal, perawat perlu
memperhatikan bahasa penghindaran, karena orang umumnya lebih suka
menghindari mengakui situasi yang sebenarnya. Misalnya, frasa "meninggal
dunia" sering lebih disukai daripada kata "kematian". Aspek lain yang harus
diperhatikan perawat dalam komunikasi verbal adalah bahasa jaga jarak, yang
melibatkan penciptaan rasa jarak emosional. Aspek inti dari hubungan terapeutik
yang diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Empati:
Dalam upaya memahami perasaan dan kebutuhan pasien secara langsung,
penggunaan anamnesis oleh keempat informan dokter bukanlah satu-satunya cara
yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang detail. Secara khusus, salah
satu informan dokter (Mayang) menyebutkan bahwa dirinya selalu berupaya
menumbuhkan empati terhadap pasien saat berdiskusi tentang keluhannya.
2. Memercayai:
Kepercayaan dalam hubungan terapeutik muncul dari kepercayaan pasien
terhadap dokter sebagai sosok penolong dengan pengetahuan khusus di bidang
kesehatan. Ketika kepercayaan tidak dibangun, kesalahpahaman dan
ketidaksepakatan dapat muncul. Informan dokter menjelaskan bahwa ketika
kepercayaan kurang, pasien cenderung curiga terhadap dokter. Dalam penelitian
ini informan dokter selalu berusaha membangun kepercayaan di awal
pertemuannya dengan memberikan kehangatan dan menciptakan lingkungan
komunikasi yang nyaman.
3. Keterbukaan:
Keterbukaan yang ditunjukkan pasien memudahkan mereka mencapai kesimpulan
akhir terkait keluhannya. Dalam penelitian ini, keempat informan pasien dianggap
aktif dan terbuka saat menjelaskan keluhan yang dirasakan. Mereka percaya
bahwa komunikasi yang terbuka dalam menyampaikan keluhan dapat membantu
dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.
4. Penghargaan positif tanpa syarat:

11
Dokter menunjukkan aspek ini untuk mengatasi kecemasan pasien. Sikap ini
berfungsi sebagai cara nyata untuk menciptakan kenyamanan pasien, yang
mengarah ke diskusi terbuka tentang penyakit yang mereka rasakan.
5. Persamaan:
Meskipun hubungan dokter-pasien sering digambarkan sebagai paternalistik,
saling menghormati dan menghargai sangat penting untuk hubungan yang
berhasil. Misalnya, dokter bersedia merespon positif dengan melepas jas
dokternya guna menjalin komunikasi dengan pasien anak. Meskipun posisi dokter
lebih tinggi, kesetaraan mendorong mereka untuk menghargai kebutuhan pasien
untuk memastikan kenyamanan mereka.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan munculnya sel-sel abnormal.


Sel-sel ini dapat tumbuh diluar kendali, menyerang dan bergerak diantara sel dan
jaringan tubuh lainnya. Pasien kanker anak sering mengalami kecemasan dan
kesedihan sendiri. Kecemasan yang dialami anak dapat berdampak pada respon
mereka terhadap perawatan medis.
Keluarga dekat sebagai sistem dukungan juga sangat penting bagi pasien,
karena hal ini membuat mereka merasa memiliki pendamping selama perjalanan
melawan penyakitnya. Dalam mengatasi kecemasan dan distress pada anak, prognosis
kanker didiskusikan melalui komunikasi yang efektif antara pemberi layanan
kesehatan dengan pasien anak dan keluarga, misalnya memahami masalah keluarga
sehingga dapat membimbing keluarga dalam pengambilan keputusan.

B. Saran

Pencegahan kanker pada anak harus dilakukan secara kompherhensif,


kontinuitas, dan kualitas pada bagian tingkat layanan kesehatan. Upaya ini tidak
hanya dilakukan oleh tenaga kesehatan. Namun, dukungan keluarga sangat berperan
penting dengan kenali sedini mungkin gejala dan lakukan CERDIK (Cek kesehatan
secara berkala, Enyahkan asap rokok dengan menghindari paparan asap rokok, Rajin
aktifitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stress).

13
DAFTAR PUSTAKA

Darni, Z., dkk. (2023). Perawatan Pasien Kanker. Sumatera Barat: Global Eksekutif
Teknologi. Available at: https://bit.ly/3O1mErt. Diakses pada 10 Mei 2023.

Deswita, Apriyanti & Jennisya, O. (2023). Leukemia Pada Anak Kemoterapi &
Kelelahan (Fatigue). Indramayu: Penerbit Adab.

Djamaluddin, N., dkk. (2022). Keperawatan Paliatif dan Menjelang Ajal. Bandung:
Media Sains Indonesia. available at: https://bit.ly/3BjXs7Y. Diakses pada 13 Mei 2023

Hadinata, D & Lutfi, B. (2022). Patofisiologi. Tasikmalaya. Edu Publisher. Available


at: https://bit.ly/3MxvAE1. Diakses pada 13 Mei 2023

Koanang, M., dkk. (2023). Keperawatan Anak. Bandung: Media Sains Indonesia.
available at: https://bit.ly/3pD7ZIZ. Diakses pada 09 Mei 2023

Manalu, N., dkk. (2022). Keperawatan Paliatif (Konsep dan Penerapan). Bandung:
Media Sains Indonesia.

Purba, K., & Rahardjo, T. (2020). Pengelolaan Hubungan Antara Dokter Dan Pasien
Dalam Konteks Komunikasi Terapeutik. Interaksi Online, 8(4), 154-166.
Sudarsa, W. (2020). Perawatan Komprehensif Paliatif. Surabaya: Airlangga
University Press

14

Anda mungkin juga menyukai