Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENUGASAN KELOMPOK 2 ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF II

“”
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Asuhan Keperawatan Paliatif II
Dosen Pembimbing :

Disusun Oleh :
Kelompok 2 Semester 4
Kelas B
2. Nabilah Firgy Nisa (221C0092)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MAHARDIKA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “”. Makalah
ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Kelompok Mata Kuliah Asuhan Keperawatan
Paliatif II Program Studi Ilmu Keperawatan Institut Teknologi dan Kesehatan (ITEKes)
Mahardika. Selama proses penyusunan Makalah ini kami tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak yang berupa bimbingan, saran dan petunjuk baik berupa moral, spiritual, maupun
materi yang berharga dalam mengatasi hambatan yang ditemukan. Oleh karena itu, sebagai
rasa syukur dengan kerendahan hati, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada yang terhormat:

1. (Nama dosen) telah memberikan bimbingan dan dorongan dalam penyusunan ini
sekaligus sebagai
2. Orang tua kami yang tercinta serta saudara dan keluarga besar kami yang telah
memberikan motivasi/dorongan dan semangat, baik berupa moril dan materil lainnya.
3. Sahabat-sahabat kami di ITEKes Mahardika, khususnya Program Studi Ilmu
Keperawatan yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan dari semua pihak yang telah berpartisipasi
membantu kami dalam menyusun makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun untuk
perbaikan penyusunan selanjutnya. Kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Cirebon, 10 Mei 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Definisi Kecemasan........................................................................................................3
B. Tingkat Kecemasan.........................................................................................................3
D. Tanda dan Gejala Kecemasan.........................................................................................6
E. Penyakit Kanker Pada Anak............................................................................................6
G. Pengelolaan Terapeutik Terhadap Penanganan Kanker Anak........................................7
BAB III.....................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................10
A. Kesimpulan...................................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Isu kesehatan masyarakat saat ini adalah munculnya transisi epidemiologi dimana
masalah kesehatan telah bergeser dari penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur, dan mikroorganisme lainnya menjadi penyakit tidak menular. Salah satu penyakit
tidak menular yang angka kejadiannya terus meningkat adalah kanker atau tumor ganas.
Meningkatnya kasus kanker disebabkan oleh perubahan pola gaya hidup penduduk, seperti
seringnya konsumsi fast food, konsumsi alkohol, merokok, dan sebagainya. Kanker ditandai
dengan perkembangan sel abnormal yang dapat tumbuh tak terkendali dan memiliki
kemampuan untuk menyerang dan menyebar di antara sel dan jaringan lain di dalam tubuh.
Organisasi Kesehatan Dunia menjelaskan bahwa tumor ganas adalah salah satu penyebab
utama kematian di seluruh dunia. Kanker anak adalah beban penyakit global yang signifikan
yang menyerang anak-anak, remaja, dan wanita (Kolaborator Kanker Anak, 2019; Bhakta et
al., 2019). Data statistik WHO menunjukkan bahwa setiap tahun, 400.000 anak usia 0-19
tahun menderita kanker (World Health Organization, 2022). Pada tahun 2020, WHO
mencatat kejadian kanker di Indonesia memiliki angka tertinggi di Asia Tenggara, dengan
8.677 pasien anak (Bayu, 2022). Terjadinya kanker pada anak laki-laki lebih tinggi
dibandingkan anak perempuan (Hockenberry dan Wilson, 2015; Liu et al., 2019). Temuan
penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup untuk kanker anak lebih tinggi
dibandingkan dengan orang dewasa (The American Cancer Society, 2022).
Namun, peluang bertahan hidup bergantung pada ketersediaan dan aksesibilitas layanan
kesehatan komprehensif di negara tempat tinggal pasien. Tingkat kelangsungan hidup pasien
kanker anak di negara berpenghasilan tinggi sekitar 80%, sedangkan di negara
berpenghasilan rendah kurang dari 30% (Hockenberry dan Wilson, 2015).
Kecemasan adalah perasaan subyektif individu dari ketegangan mental dan kegelisahan, yang
umumnya muncul sebagai respon terhadap ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau
kurangnya rasa aman.
Kecemasan dapat terjadi kepada siapa saja, salah satunya kepada keluarga penderita kanker,
termasuk juga dengan anak yang menderita kanker. Pada pasien anak dengan kanker
ditemukan tanda tanda kecemasan yang muncul dalam bentuk fisik dan psikologis.
Kecemasan yang dirasakan oleh anak adalah suatu reaksi anak terhadap hospitalisasi yang
bersifat individual dan sangat berbeda tergantung dengan rentang usia serta perkembangan
anak.
.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana patofisiologi kanker pada anak?


2. Bagaimana kecemasan pada anak dan keluarga yang anaknya menderita kanker?
3. Apa pengkajian psikologis yang dibutuhkan?

1
4. Bagaimana kecemasan pada kanker anak
5. Bagaimana pengelolaan terapeutik terhadap penanganan kanker anak?

C. Tujuan

1. Mahasiswa mampu

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Patofisiologi Kanker Pada Anak

Patofisiologi Kanker pada anak merupakan kanker dengan tingkat kesembuhan tinggi,
terutama bila dideteksi pada stadium dini. Akan tetapi, 75-90% kanker pada anak tidak
diketahui penyebabnya, 5-15% terjadi karena gen yang diturunkan dan <5-10% karena
paparan lingkungan. Penanganan kanker pada anak ini bergantung pada jenis tumor dan
stadiumnya, meskipun secara garis besar terdiri dari operasi, kemoterapi dan/atau radiasi
(radioterapi).
Terdapat tanda dan gejala yang berbeda dari satu tipe kanker ke tipe kanker lainnya. Gejala
yang paling jelas dan perlu diwaspadai oleh orang tua adalah apabila terdapat benjolan yang
membesar dengan cepat. Beberapa jenis kanker yang sering pada anak dan gejalanya:
Leukemia akut (kanker darah); gejala yang sering adalah pucat, lemah, lesu, demam tanpa
penyebab jelas, bintik/bercak merah dan biru pada kulit, nyeri tulang, benjolan kecil di
kelenjar getah bening, dan perut yang bengkak atau teraba keras.
Retinoblastoma (kanker pada mata); gejala yang sering adalah warna putih pada lingkaran
dalam mata saat ada cahaya yang masuk ke mata, mata merah, dan mata bengkak.
Kanker kelenjar getah bening (limfoma); gejala yang sering adalah benjolan kecil pada area
kelenjar getah bening, benjolan yang tidak nyeri/merah, lemah, lesu dan nafsu makan
menurun.
Neuroblastoma (kanker pada saraf); gejala yang sering adalah kelopak mata bengkak, turun
dan biru, mata menonjol, benjolan kepala, kaki lemah, pincahng dan nyeri, serta perut
membesar dan besar.
Nefroblastoma (kanker ginjal primer); gejala yang sering adalah perut besar dan keras, serta
kencing berdarah.
Rhabdomiosarkoma (kanker pada otot); gejala bergantung pada letak tumor, seperti mata
menonjol, benjolan, sesak napas, wajah bengkak, gangguan berkemih, kencing berdarah.
Osteosarkoma (kanker tulang primer); gejala yang sering adalah nyeri dan bengkak pada
tulang, demam, dapat muncul setelah trauma.
Tumor otak; gejala yang sering adalah mual dan muntah menyemprot, penurunan kesadaran,
penglihatan berkurang/terganggu, kejang, dan gangguan berbicara atau keseimbangan
B. Kecemasan pada Anak dan Keluarga yang Anaknya Menderita Kanker

Setiap individu mengalami kecemasan sampai taraf tertentu. Menurut Peplau,


sebagaimana dikutip dalam Muyasaroh dkk. (2020), empat tingkat kecemasan
dapat diidentifikasi:
 Kecemasan Ringan

3
Jenis kecemasan ini terkait dengan pengalaman hidup sehari-hari. Ini dapat
berfungsi sebagai motivasi untuk belajar, pertumbuhan, dan kreativitas. Tanda
dan gejala termasuk peningkatan persepsi dan perhatian, kewaspadaan,
kesadaran akan rangsangan internal dan eksternal, kemampuan pemecahan
masalah yang efektif, dan kapasitas untuk belajar. Perubahan fisiologis
ditandai dengan gelisah, sulit tidur, hipersensitivitas terhadap suara, tanda-
tanda vital normal, dan pupil.
 Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memungkinkan individu untuk fokus pada hal-hal penting
sambil mengabaikan orang lain, yang mengarah ke perhatian selektif dan
tindakan terarah. Respons fisiologis mungkin termasuk sesak napas,
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, mulut kering, gelisah, dan
sembelit. Tanggapan kognitif melibatkan persepsi yang menyempit, kesulitan
menerima rangsangan eksternal, dan fokus yang kuat pada subjek perhatian.
ketegangan. Tanda dan gejala dari kecemasan berat yaitu : persepsinya sangat
kurang, berfokus pada hal yang detail, rentang perhatian sangat terbatas, tidak
dapat berkonsentrasi atau menyelesaikan masalah, serta tidak dapat belajar
secara efektif.
 Kecemasan Parah
Kecemasan yang parah secara signifikan mempengaruhi persepsi individu.
Mereka cenderung berfokus pada aspek-aspek yang spesifik dan terperinci
sementara tidak mampu memikirkan hal lain. Semua perilaku diarahkan untuk
mengurangi ketegangan. Tanda dan gejala kecemasan berat termasuk
gangguan persepsi yang signifikan, fokus yang intens pada detail, rentang
perhatian yang sangat terbatas, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi atau
memecahkan masalah, dan pembelajaran yang tidak efektif. Pada tingkat ini,
individu mungkin mengalami sakit kepala, pusing, mual, gemetar, susah tidur,
jantung berdebar, takikardia, hiperventilasi, sering buang air kecil atau buang
air besar, dan diare. Secara emosional, individu merasa takut dan perhatian
mereka sepenuhnya terfokus pada diri sendiri.

 Panik

4
Pada tingkat kecemasan panik, individu mengalami keadaan kaget, takut, dan
ketakutan. Karena kehilangan kendali, individu dalam keadaan panik tidak
dapat bekerja bahkan dengan bimbingan. Kepanikan menyebabkan
peningkatan aktivitas motorik, penurunan kemampuan untuk berhubungan
dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan hilangnya pemikiran
rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sesuai dengan kehidupan sehari-hari,
dan jika terus berlanjut, dapat mengakibatkan kelelahan yang ekstrim atau
bahkan kematian. Tanda dan gejala panik termasuk ketidakmampuan untuk
fokus pada peristiwa tertentu.
Tanda dan Gejala Kecemasan
Menurut Jeffrey S. Nevid et al. (2005:164) dalam (Ifdil dan Anissa, 2016), terdapat
beberapa tanda kecemasan, antara lain:
A. Tanda Fisik Kecemasan
Tanda-tanda fisik kecemasan meliputi kegelisahan, kegugupan, tangan atau anggota
tubuh gemetar atau gemetar, sensasi pita kencang di sekitar dahi, sesak di perut atau
pori-pori dada, keringat berlebihan, telapak tangan berkeringat, pusing atau pingsan,
mulut atau tenggorokan kering, kesulitan berbicara, kesulitan bernapas, sesak napas,
detak jantung berdebar atau cepat, suara gemetar, jari atau anggota tubuh dingin,
pusing, merasa lemah atau mati rasa, sulit menelan, sensasi tersedak atau terjebak,
tangan dingin dan lembap, mengalami sakit perut atau mual , rasa panas dan dingin,
sering buang air kecil, muka memerah, diare, dan perasaan sensitif atau mudah
marah.

B. Tanda Perilaku Kecemasan


Tanda-tanda perilaku kecemasan termasuk perilaku menghindar, perilaku melekat
dan tergantung, dan perilaku gelisah.

C. Tanda-Tanda Kognitif Kecemasan


Tanda-tanda kognitif kecemasan termasuk khawatir tentang sesuatu, merasa
terganggu oleh ketakutan atau kekhawatiran tentang kejadian di masa depan,
percaya bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi (tanpa penjelasan yang
jelas), disibukkan dengan sensasi tubuh, sangat waspada terhadap sensasi tubuh,
merasa terancam oleh orang atau orang lain. peristiwa yang biasanya sedikit atau
tidak ada perhatian, takut kehilangan kendali, takut tidak mampu mengatasi masalah,
berpikir bahwa dunia sedang runtuh, berpikir bahwa segala sesuatu tidak lagi dapat
dikendalikan, merasa kewalahan dan tidak mampu menangani hal-hal, khawatir
tentang hal-hal sepele hal-hal, pemikiran berulang tentang hal-hal yang
mengganggu, berpikir bahwa seseorang harus melarikan diri dari keramaian (jika
tidak, mereka mungkin pingsan), mengalami pikiran campur aduk atau kebingungan,
tidak dapat menghilangkan pikiran yang mengganggu, memikirkan kematian yang
akan segera terjadi (bahkan jika dokter tidak menemukan masalah medis) , khawatir
ditinggal sendirian, dan kesulitan berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.

5
Pengalaman psikologis anak-anak penderita kanker tidak jauh berbeda dengan orang
dewasa. Mereka mungkin dengan mudah menjadi cemas, merasa tertekan, dan takut
akan masa depan mereka. Namun, anak cenderung lebih menyendiri, tertutup, dan
mengungkapkan kekhawatirannya melalui tangisan (Kumalasari et al., 2014).
Mereka mungkin tidak merasa sedih karena ketidakmampuan berinteraksi seperti
anak normal lainnya. Selain itu, mereka mungkin menunjukkan perilaku
temperamental dan kurang kooperatif karena pemahaman yang terbatas tentang
penyakit mereka (Wong, 2008). Kecemasan muncul sebagai respon terhadap
pengobatan anak yang sedang berlangsung. Ini dianggap sebagai bagian normal dari
penyakit dan proses pengobatan untuk pasien kanker. Selain itu, kecemasan pada
anak dengan kanker dapat disebabkan oleh faktor dan prosedur terkait pengobatan
seperti anemia, stomatitis, malaise, mual, muntah, kelelahan, kelemahan,
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas, perubahan warna kulit, nyeri,
ketakutan, rambut rontok, perubahan citra tubuh, dan bahkan ketakutan akan
kematian. Kecemasan yang dialami anak dapat berdampak pada respon mereka
terhadap perawatan medis (Ningsih et al., 2013).
C. Pengkajian Psikologis
D. Kecemasan Pada Kanker Anak

Pengobatan kanker pada anak memerlukan perhatian ekstra dibandingkan dengan pengobatan
kanker pada orang dewasa. Sebagai contoh, hal tersebut dapat dilakukan dengan
menyediakan fasilitas perawatan yang menarik dan melayani dengan ramah, sehingga anak-
anak merasa nyaman saat menjalani berbagai bentuk pengobatan.
Gejala-gejala gangguan psikologis yang mungkin timbul pada anak yang mengidap kanker
meliputi kemarahan, kecemasan, depresi, dan kehilangan harapan. Jika kondisi ini tidak
ditangani dengan baik, hal tersebut dapat memperburuk kondisi kesehatan pasien kanker dan
mengurangi kualitas hidup mereka. Pasien kanker yang mengalami gangguan psikologis
memiliki harapan hidup yang lebih pendek dibandingkan dengan mereka yang mampu
mengatasi kondisi psikologis tersebut.
Penanganan yang komprehensif, baik dari segi fisik maupun psikologis, sangat penting dalam
pengobatan pasien kanker. Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam menghadapi pasien
kanker adalah membantu mereka mengenali gejala-gejala psikologis yang muncul. Hal ini
penting karena pasien seringkali menolak atau tidak menyadari adanya masalah psikologis
dalam diri mereka. Pengenalan yang baik terhadap gejala-gejala tersebut akan membantu
proses terapi psikologis selanjutnya. Psikiater atau psikolog klinis perlu memberikan
dukungan agar pasien dapat mengekspresikan emosinya. Melibatkan keluarga dekat sebagai
sistem dukungan juga sangat penting bagi pasien, karena hal ini membuat mereka merasa
memiliki pendamping selama perjalanan melawan penyakit ini. Di rumah sakit, pasien kanker
juga dapat ikut dalam terapi kelompok bersama penderita kanker lainnya, sehingga mereka
tidak merasa kesepian atau terisolasi.
Nyeri yang disebabkan oleh kanker adalah salah satu aspek yang sering menyebabkan
penderitaan nyata bagi pasien. Psikiater yang memahami aspek medis secara fisiologis dapat
memberikan terapi psikologis yang membantu pasien mengatasi rasa sakit akibat kanker,
selain juga pentingnya terapi psikologis berdasarkan empati dan kasih sayang. Fokus yang

6
mendalam pada kehidupan pasien dan pengaruh kanker pada kehidupan sehari-hari perlu
dipahami dalam praktik sehari-hari. Selain itu, mencari pendekatan spiritual yang nyaman
bagi pasien juga merupakan hal penting. Dukungan yang baik dari semua faktor dalam
kehidupan pasien akan meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup pasien kanker.

E. Pengelolaan Terapeutik Terhadap Penanganan Kanker Anak

 Tahap Persiapan (Pra-Interaksi):


Berdasarkan penelitian yang dilakukan, keempat informan secara konsisten mempersiapkan
diri dengan terlebih dahulu membaca riwayat kesehatan pasien. Dengan meninjau dan
memahami catatan medis pasien, para dokter merasa terbantu dalam menyesuaikan
pendekatan mereka terhadap komunikasi terapeutik, memungkinkan mereka untuk
berinteraksi dengan pasien dengan nyaman. Selain itu, pada fase pra interaksi ini, diketahui
hanya satu informan dokter (Rima) yang memiliki persiapan tambahan sebelum bertemu dan
berinteraksi dengan pasien. Pada tahap awal komunikasi terapeutik ini, informan dokter
(Rima) selalu berusaha menjaga iramanya sendiri sebelum menjalin hubungan interpersonal
dengan pasien karena biasanya dokter menangani lebih dari satu atau dua pasien. Oleh karena
itu, informan dokter (Rima) selalu berusaha untuk menjaga kesehatan fisiknya dengan
memberikan waktu untuk istirahat. Hal ini memastikan bahwa saat bertemu dengan pasien
sebagai dokter mereka, kondisinya optimal dan mampu membangun komunikasi yang efektif.
 Tahap Pengenalan (Orientasi):
Pada tahap awal bertemu dengan pasien, keempat informan selalu memperkenalkan diri
secara detail dengan menyebutkan identitas dan perannya sebagai dokter. Mengenai sikap
mereka saat menyambut pasien, sebelum memperkenalkan diri, kedua informan dokter
(Mayang dan Andriaz) selalu mengawali sapaan, dilanjutkan dengan ajakan bersalaman,
menunjukkan kesiapan dan keterbukaan mereka dalam menjalin hubungan terapeutik.

 Tahap Kerja:
Tahap ini merupakan tahap terpanjang dalam hubungan terapeutik karena mengharuskan
dokter untuk memenuhi perannya dalam membantu dan mendukung pasien dalam
mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Pada fase ini, sifat saling melengkapi antara dokter
dan pasien menjadi krusial. Komplementer mengacu pada pola interaksi yang muncul sebagai
daya tarik interpersonal atau kepentingan bersama dalam mengembangkan suatu hubungan.
Pendekatan ini menunjukkan bahwa individu yang berbeda tertarik untuk berkomunikasi
dalam situasi tertentu (DeVito, 2011: 264).
Komunikasi Terapeutik dalam Perawatan Anak melibatkan pertukaran pikiran dan
pemahaman. Pertukaran ini dapat dilakukan melalui berbagai bentuk bahasa seperti isyarat,
ekspresi emosional, berbicara, atau bahasa tertulis, tetapi terutama melalui ucapan.
Komunikasi dapat berbentuk komunikasi verbal, nonverbal, dan abstrak. Komunikasi verbal
meliputi ekspresi vokal seperti tertawa, mengerang, berteriak, atau menangis. Komunikasi
non-verbal, sering disebut sebagai bahasa tubuh, meliputi gerak tubuh, gerakan, gaya
berjalan, ekspresi wajah, postur tubuh, dan reaksi terhadap rangsangan. Komunikasi abstrak

7
melibatkan kegiatan seperti bermain, ekspresi artistik (seni), simbol, fotografi, dan pilihan
pakaian. Namun, karena komunikasi abstrak lebih mengandalkan kontrol dan penguasaan
sadar daripada komunikasi verbal, komunikasi abstrak mungkin kurang dapat diandalkan
dalam menyampaikan emosi yang tulus, terutama saat berkomunikasi dengan anak-anak.
Komunikasi verbal juga disebut sebagai kebutuhan akan kata-kata karena kata-kata
membentuk realitas. Melalui kata-kata, seseorang dapat mengubah persepsi mereka.
Misalnya, kata "tumor" bisa memengaruhi persepsi seseorang. Mereka mungkin langsung
berpikir bahwa kematian mereka sudah dekat karena mereka menderita kanker. Dalam
komunikasi verbal, perawat perlu memperhatikan bahasa penghindaran, karena orang
umumnya lebih suka menghindari mengakui situasi yang sebenarnya. Misalnya, frasa
"meninggal dunia" sering lebih disukai daripada kata "kematian". Aspek lain yang harus
diperhatikan perawat dalam komunikasi verbal adalah bahasa jaga jarak, yang melibatkan
penciptaan rasa jarak emosional.
Aspek inti dari hubungan terapeutik yang diidentifikasi adalah sebagai berikut:

Empati:

Dalam upaya memahami perasaan dan kebutuhan pasien secara langsung, penggunaan
anamnesis oleh keempat informan dokter bukanlah satu-satunya cara yang digunakan untuk
mendapatkan informasi yang detail. Secara khusus, salah satu informan dokter (Mayang)
menyebutkan bahwa dirinya selalu berupaya menumbuhkan empati terhadap pasien saat
berdiskusi tentang keluhannya.

Memercayai:

Kepercayaan dalam hubungan terapeutik muncul dari kepercayaan pasien terhadap dokter
sebagai sosok penolong dengan pengetahuan khusus di bidang kesehatan. Ketika kepercayaan
tidak dibangun, kesalahpahaman dan ketidaksepakatan dapat muncul. Informan dokter
menjelaskan bahwa ketika kepercayaan kurang, pasien cenderung curiga terhadap dokter.
Dalam penelitian ini informan dokter selalu berusaha membangun kepercayaan di awal
pertemuannya dengan memberikan kehangatan dan menciptakan lingkungan komunikasi
yang nyaman.

Keterbukaan:

Keterbukaan yang ditunjukkan pasien memudahkan mereka mencapai kesimpulan akhir


terkait keluhannya. Dalam penelitian ini, keempat informan pasien dianggap aktif dan
terbuka saat menjelaskan keluhan yang dirasakan. Mereka percaya bahwa komunikasi yang
terbuka dalam menyampaikan keluhan dapat membantu dokter dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang optimal.

8
Penghargaan positif tanpa syarat:

Dokter menunjukkan aspek ini untuk mengatasi kecemasan pasien. Sikap ini berfungsi
sebagai cara nyata untuk menciptakan kenyamanan pasien, yang mengarah ke diskusi terbuka
tentang penyakit yang mereka rasakan.

Persamaan:

Meskipun hubungan dokter-pasien sering digambarkan sebagai paternalistik, saling


menghormati dan menghargai sangat penting untuk hubungan yang berhasil. Misalnya,
dokter bersedia merespon positif dengan melepas jas dokternya guna menjalin komunikasi
dengan pasien anak. Meskipun posisi dokter lebih tinggi, kesetaraan mendorong mereka
untuk menghargai kebutuhan pasien untuk memastikan kenyamanan mereka.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kecemasan

B. Saran

10
DAFTAR PUSTAKA
Purba, K., & Rahardjo, T. (2020). Pengelolaan Hubungan Antara Dokter Dan Pasien Dalam
Konteks Komunikasi Terapeutik. Interaksi Online, 8(4), 154-166.
Sudarsa, W. (2020). Perawatan Komprehensif Paliatif, Airlangga University
Press Jawa Timur.

Munanda, A. (2022). Keperawatan Paliatif (Konsep dan Penerapan (CV. Media Sains
Indonesia). Jawa Barat.

Darni, Z., dkk. (2023). Perawatan Pasien Kanker. Sumatera Barat; Global Eksekutif
Teknologi. Available at: https://bit.ly/3O1mErt. Diakses pada 10 Mei 2023.

Darni, Z, Masruroh, dkk. 2023. Perawatan Pasien Kanker. PT. Global Eksekutif Teknologi.

Deswita, Apriyanti & Jennisya, O. (2023). Leukemia Pada Anak Kemoterapi & Kelelahan
(Fatigue). Penerbit Adab. Indramayu.

11

Anda mungkin juga menyukai