Prodi : D3 keperawatan
YURIDIS
MerupakanDasarNegaraRepublikIndonesiasebagaimanaterdapatpada
PembukaanUndang-undangDasarNegaraRepublikIndonesiatahun1945.
PeneguhanPancasilasebagaidasarnegaraterdapatpadaPembukaanUndangundangjuga
terdapatpuladalamketetapanMPRNomorXVIII/MPR/1998.Selain
Yuridis berdasarkan kamus hukum berarti menurut hukum atau secara hukum.
digunakan
untukaspekyuridis.DiIndonesiaAspekyuridisadalahaspekhukumPancasila.Dalamhal
penulisan karya ilmiah pengertian yuridis adalah segala hal yang memiliki arti hukum dan
disahkan olehpemerintah.
Pendidikan Pancasila. Pancasila secara yuridis konstitusional telah secara formal menjadi
dasarnegarasejakdituangkannyarumusanPancasiladalampembukaanUUD1945.19Mar
2021.
HISTORIS
Sidang Pertama BPUPKI tanggal 29 Mei 1945 yang diketuai oleh Dr. Radjiman
WedyodiningratyangdidalamnyamembahasmengenaiDasarNegaraRepublik
Indonesia.
1. PeriKebangsaan.
2. PeriKemanusiaan.
3. PeriKe-Tuhanan.
4. PeriKerakyatan.
5. KesejahteraanRakyat.
1. Persatuan.
2. Kekeluargaan.
4. Musyawarah.
5. KeadilanRakyat.
1. KebangsaanIndonesia.
2. Internasionalisme danPerikemanusiaan.
3. Mufakat atauDemokrasi.
4. KesejahteraanSosial.
Padatanggal1Juni1945Ir.Soekarnoberpidatomengenairumusandasarnegara,
yangkemudiandiberikannama“Pancasila”yangberartilimadasar.
Padatanggal22Juni1945Panitia9NaskahUsulanMukadimahUUDyanglebih dikenal
1. Ketuhanan,denganberkewajibanmenjalankansyariatIslambagipemelukpemeluknya.
3. PersatuanIndonesia.
4. Kerakyatanyangdipimpinolehhikmatdalampermusyawaratanperwakilan.
Pada tanggal 18 Agustus 1945 Moh. Hatta mengusulkan penghapusan tujuh kata dari
3. PersatuanIndonesia.
4. Kerakyatanyangdipimpinolehhikmatdalampermusyawaratanperwakilan.
SOSIOLOGIS
Pancasila sebagai dasar negara telah berakar dalam kehidupan masyarakat meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1. nilai-nilaiketuhanandapatditemukandalamkehidupanberagamamasyarakatindonesia
dalamberbagaibentukkepercayaandankeyakinanberbeda-beda.
2. Nilai-nilaikemanusiaandapatditemukandalamhalsalingmenghargaidanmenghormatihak- hak
orang lain, tidak bersikapsewenang-wenang.
3. Nilai-nilai etis kemanusiaan mengakar kuat dalam lingkungan pergaulan kebangsaan yang
dekat sebelum menjangkau pergaulan dunia yang lebih jauh. Hal ini dapat ditemukan dalam
bentuksolidaritas,rasasetiakawan,rasacintatanahairyangberwujudpadamencintaiproduk
dalamnegeri.
4. Nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan dan nilai sertacita-cita kebangsaan itu dalam aktualitas
harusmenjunjungtinggikedaulatanrakyatyangdipimpinolehhikmatkebijaksanaan.
5. Nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai dan cita kebangsaan serta demokrasi. Hal ini dapat
ditemukandalamsikapsukamenolong,menjalankangayahidupsederhanadantidakmenyolok
atauberlebihan
POLITIS
Unsur-unsur politis pancasila sebagai dasar negara meliputi hal-hal sebagai berikut:
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa diwujudkan dalam bentuk semangat toleransi antarumat
beragama.
SilaKemanusiaanYangAdildanBeradab,DiwujudkanpenghargaanterhadappelaksanaanHak Asasi
Manusia diIndonesia.
SilaPersatuanIndonesia,Diwujudkandalammendahulukankepentinganbangsadannegara
daripada kepentingan kelompok atau golongan, termasukpartai.
SilaKerakyatanYangDipimpinOlehHikmatKebijaksanaanDalamPermusyawaratan/
Perwakilan diwujudkan dalam mendahulukan pengambilan keputusan berdasarkan
musyawarah daripadavoting.
Sila keadilan sosoal bagi seluruh rakyat indonesia diwujudkan dalam tidak menyalahgunakan
kekuasaan untuk memperkaya diri atau kelompok.
Ide perubahan substansi dan kelembagaan dalam RUU HAP melalui transplantasi hukum,
serta dampak ratifikasi atas Konvenan Internasional mengenai Hak Sipil dan Hak Politik
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tanpamempertimbangkan hambatan-
hambatan baik secara kelembagaan, kultural, sosiologis maupun secara geografis yang
membedakan Indonesia dengan Belanda, Perancis dan Amerika Serikat jelas akan merugikan
diri kita sendiri. Di samping itu anggapan bahwa dengan meratifikasi konvensi tidak serta merta
diadopsi seluruh ketentuan dalam konvensi selama konvensi tersebut tidak ditetapkan sebagai
“non- reserved convention” Sehingga tidak ada kewajiban mutlak (mandatory obligation) bagi
negara peratifikasi untuk melaksanakan seluruh isi ketentuan. Bahkan di dalam setiap konvensi
masih diberikan kesempatan kepada negara peratifikasi untuk menerapkannya sesuai dengan
sistem hukum domestik masingmasing negara yang bersangkutan. Dalam hal ini sebaiknya
juga menghindarkan diri dari perilaku politik (political behavior) yang berstandar ganda (double
standard) dari pemerintah negara-negara asing yang memberikan bantuan konsultasi dalam
proses pembentukan peraturan perundangundangan.Upaya untuk melakukan perubahan
substansi seharusnya tetap memperhatikan perkembangan yang terjadi di Indonesia saat ini, di
antaranya berupa peningkatan kesadaran tentang perlunya perlindungan terhadap hak asasi
manusia baik yang didorong oleh demokratisasi politik maupun yang didorong oleh prinsip-
prinsip hukum internasional. Peningkatan kesadaran ini harus diselaraskan dengan melakukan
penyesuaian terhadap norma-norma baik yang berkenaan dengan proses penyidikan dan
penuntutan maupun dalam proses pemeriksaan di sidang pengadilan serta mempertimbangan
keseimbanganantarakepentingantersangka/terdakwa,kepentingankorban,dankepentingan