Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENATALAKSANAAN BAYI RESIKO TINGGI

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Anak

Dosen Pengampu : Dr. Fitri Hartanto, SpA (K)

Disusun oleh :

FITRIANI SINGGIH PERDANA

MUNIROKH

UMI NELI INAYATI

KELAS IBI KABUPATEN TEGAL


PROGRAM PROFESI BIDAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan kami nikmat

hidup, sehat , sehingga kita masih di beri kesempatan untuk bertemu dan di beri kesempatan

untuk menuntut ilmu di POLTEKES KEMENKES SEMARANG PROGRAM STUDI PROFESI

BIDAN . Dengan Ridho Alloh SWT juga kami bisa menyelesaikan tugas dalam pembuatan

makalah dengan judul “Penatalaksanaan bayi resiko tinggi Hipotermi dan Hipertermia ”.

Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas dari Materi ilmu kesehatan anak

dengan dosen pengampu Dr. Fitri Hartanto, SpA (K)

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Fitri Hartanto, SpA (K) yang sudah

mengajarkan dan membimbing materi Patofisiologi Kebidanan dengan Hipotermi Hipertermi

dan semua rekan kelompok yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.

Besar harapan kami, dengan pembuatan tugas ilmu kesehatan anak penatalaksanaan bayi

resiko tinggi yang di ajarkan ke mahasiswa akan semakin mampu mengkaji permasalahan yang

ada dan bisa sedapat mungkin memecahkan masalah tersebut.

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, baik

dari susunan kata maupun dalam hal penulisan, semua itu tidak lepas dari unsur ketidak

sengajaan dari kami, keterbatasan kemampuan, oleh karena itu kritik saran dari Dosen sangat

diharapkan guna perbaikan.

Penulis,

Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses kelahirannya. Ancaman
jiwa berupa kamatian tidak dapat diduga secara pasti walaupun denagn bantuan alat-alat
medis modern sekalipun, sering kali memberikan gambaran berbeda tergadap kondisi bayi
saat lahir. Oleh karena itu kemauan dan keterampilan tenaga medis yang menangani
kelahiran bayi mutlak sangat dibutuhkan. Hipotermi pada neonatus  merupakan kejadian
umum di seluruh dunia.
Hiportemi dan Hipertermi pada neonatus  merupakan kejadian umum di seluruh dunia.
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh bayi lebih dari 37,5 ºC. Terjadinya hipertermi
pada bayi dan anak, biasanya disebabkan : Perubahan mekanisme pengaturan panas sentral
yang berhubungan dengan trauma lahir dan obat-obatan, Infeksi oleh bacteria, virus atau
protozoa, Kerusakan jaringan misalnya demam rematik pada pireksia, terdapat peningkatan
produksi panas dan penurunan kehilangan panas pada suhu febris, Latihan / gerakan yang
berlebihan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Definisi Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal ?
2.      Apa Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan ?
3.      Bagaimana Kunci Keberhasilan Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal ?
4.      Apa yang dimaksud Hipotermi pada Neonatus ?
5.      Apa yang dimaksud Hipertermi pada Neonatus ?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui Definisi Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
2.      Untuk mengetahui Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan.
3.      Untuk mengetahui Kunci Keberhasilan Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal.
4.      Untuk mengetahui Hipotermi pada Neonatus.
5.      Untuk mengetahui Hipertermi pada Neonatus.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal


Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba,
seringkali merupakan kejadian yang berrbahaya. Kegawatdaruratan dapat didefinisikan
sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak
terduga dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamtkan jiwa/
nyawa . Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang
terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian
banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan
bayinya.
Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan  manajemen
yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis ( ≤ usia 28 hari) membutuhkan pengetahuan
yang dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi patologis yang mengancam jiwa
yang bisa saja timbul sewaktu-waktu. Penanganan kegawatdaruratan obstetrik ada tidak
hanya membutuhkan sebuat tim medis yang menangani kegawatdaruratan tetapi lebih pada
membutuhkan petugas kesehatan yang terlatih untuk setiap kasus-kasus kegawatdaruratan.

B.     Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan


Dalam menangani kasus kegawatdaruratan, penentuan permasalahan utama (diagnosa)
dan tindakan pertolongannya harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tenang tidak panik,
walaupun suasana keluarga pasien ataupun pengantarnya mungkin dalam kepanikan.
Semuanya dilakukan dengan cepat, cermat, dan terarah. Walaupun prosedur pemeriksaan dan
pertolongan dilakukan dengan cepat, prinsip komunikasi dan hubungan antara dokter-pasien
dalam menerima dan menangani pasien harus tetap diperhatikan.

C.    Kunci Keberhasilan Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal


Penanganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal meliputi intervensi yang spesifik
untuk menangani kasus “kegawatan” atau komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan
nifas, serta kegawatan pada bayi baru lahir di bawah 30 hari. Intervensi yang dilakukan
antara lain pmeberian antibiotik intravena, penanganan komplikasi aborsi, penanganan
perdarahan postpartum, pengananan asfiksia neonatorum, penanganan ikterus neonatorum,
dan lain sebagainya. Kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal bukanlah merupakan
tanggung jawab petugas kesehatan untuk mengananinya. Namun, dibutuhkan peran serta
berbagai pihak dalam mewujudkan kondisi yang mendukung demi tercapainya keselamatan
ibu dan bayi yang mengalami kegawatan melalui sistem pertolongan yang sinergi, bekerja
efektif, efisien, dan kontinu.
Pemberi bantuan dana, pembuat kebijakan, dan petugas kesehatan harus menyadari
bahwa tujuan utama pengananan kegawatdaruratan maternal dan neonatal adalah untuk
menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya, juga untuk menyelamatkan jiwa bayi yang baru lahir
atau dengan kata lain untuk mengurangi angka kematian ibu dan angka kematian
neonatal. Penyediaan pelanyanan penanganan kegawatdaruratan yang berkualitas bukanlah
penyelesaian masalah

D.     Hipotermi pada Neonatus
1.      Definisi Hipotermi
Hipotermia adalah turunmya suhu tubuh bayi dibawah 30. Hipotermia adalah
pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk memproduksi panas. (Patricia A. 2005). Hipotermia adalah suhu
rektal bayi dibawah 350C. (Hellen, 1999). Hipotermi pada BBL adalah suhu di bawah
36,5 ºC, yang terbagi atas : hipotermi ringan (cold stres) yaitu suhu antara 36-36,5 ºC,
hipotermi sedang yaitu antara 32-36ºC, dan hipotermi berat yaitu suhu tubuh <32 ºC.
2.       Etiologi Hipotermi
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya
mempertahankan suhu tubuh tetap hangat tidak diterapkan secara tepat, terutama pada
masa stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama, setelah lahir. Misalnya bayi baru lahir dibiarkan
basah dan telanjang selama menunggu plasenta lahir atau meskipun lingkungan sekitar
bayi cukup hangat namun bayi dibiarkan telanjang atau segera dimandikan.
Terjadi perubahan termoregulasi dan metabolik sehingga :
a.       Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat setelah kelahiran
karena lingkungan eksternal lebih dingin daripada lingkungan di dalam uterus.
b.      Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang besar
dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas
pada lingkungan.
c.       Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi melalui
konduksi. konveksi, radiasi, dan evaporasi.
d.      Trauma dingin cold stress (hipotermia) pada bayi baru lahir, dalam huhungannya
dengan asidosis metabolik dapat bersifat mematikan bahkan pada bayi cukup bulan
yang sehat
3.      Mekanisme kehilangan panas
a.       Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi. Kehilangan
panas terjadi karena menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi setelah
lahir karena bayi tidak cepat.
b.      Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin. Bayi yang diletakkan diatas meja, tempat tidur atau
timbangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas tubuh melalui
konduksi
c.       Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat benda yang
mempunyai temperatur tubuh rendah dari temperature tubuh bayi. Bayi akan
mengalami kehilangan panas melalui cara ini meskipun benda yang lebih dingin
tersebut tidak bersentuhan langsung dengan tubuh bayi.
d.      Konveksi Yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara sekeliling bayi.
Missal: bayi diletakkan dekat, pintu / jendela terbuka.
4.      Patofisiologi Hipotermi
Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan pada sentral pengatur
panas di  hipothalamus. Saraf yang dari hipothalamus sewaktu mencapaib ro wn fat
memacu pelepasan noradrenalin lokal sehingga trigliserida dioksidasi menjadi gliserol
dan asam lemak. Blood gliserol  level meningkat, tetapi asam lemak secara lokal
dikonsumsi untuk menghasilkan panas. Daerah brown fat menjadi panas, kemudian
didistribusikan ke beberapa bagian tubuh melalui aliran darah.
Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen tambahan dan glukosa
untuk metabolisme yang digunakan untuk menjaga tubuh tetap hangat.Methabolicther
mogenesis yang efektif memerlukan integritas dari sistem syaraf sentral,kecukupan darib
r own fat, dan tersedianya glukosa serta oksigen. Perubahan fisiologis akibat hipotermia
yang terjadi pada sistem syaraf pusat antara lain: depresi linier dari metabolisme otak,
amnesia, apatis, disartria, pertimbangan yang terganggu adaptasi yang salah, EEG yang
abnormal, depressi kesadaran yang progresif, dilatasi pupil, dan halusinasi. Dalam
keadaan berat dapat terjadi kehilangan autoregulasi otak, aliran darah otak menurun,
koma, refleks okuli yang hilang, dan penurunanyangprogressif dari aktivitas EEG.
Pada jantung dapat terjadi takikardi, kemudian bradikardi yang progressif, kontriksi
pembuluh darah, peningkatan cardiacout put, dan tekanan darah. Selanjutnya,
peningkatan aritmia atrium dan ventrikel, perubahan EKG dan sistole yang
memanjang, penurunan tekanan darah yang progressif, denyut jantung, dan cardiacout
put disritmia serta asistole. Pada pernapasan dapat terjadi takipnea, bronkhorea,
bronkhospasma, hipoventilasi konsumsi oksigen yang menurun sampai 50%, kongesti
paru dan edema, konsumsi oksigen yang menurun sampai 75%, dan apnoe. Pada ginjal
dan sistem endokrin, dapat terjadicold diuresis, peningkatan katekolamin, steroid adrenal,
T3 dan T4 dan menggigil; peningkatan aliran darah ginjal sampai 50%, autoregulasi
ginjal yang intak, dan hilangnya aktivitas insulin. Pada keadaan berat, dapat terjadi
oliguri yang berat dan poikilotermia.
5.      Gejala Hipotermi
a.       Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, tidak kuat
menghisap asi, dan menangis lemah.
b.      Timbulnya sklerema atau kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian
punggung, tungkai dan tangan.
c.       Muka bayi berwarna merah terang.
d.      Tampak mengantuk.
e.       Kulitnya pucat dan dingin.
f.       Lemah, lesu, menggigil.
g.      Kaki dan tangan bayi teraba lebih dingin dibandingkan dengan bagian dada.
h.      Ujung jari tangan dan kaki kebiruan.
i.        Bayi tidak mau minum/menyusui.
j.        Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun
6.      Indikasi Penyakit Hipotermia:
a.       Gejala awal hipotermia apabila suhu < 360C atau kedua kaki dan tangan teraba
dingin.Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia
sedang (suhu 320C - <360C).
b.      Gigi gemeretakan, merasa sangat letih dan mengantuk yang sangat luar biasa.
c.       Selanjutnya pandangan mulai menjadi kabur, kesigapan mental dan fisik menjadi
lamban.
d.      Bila tubuh bayi basah, maka serangan hiportemia akan semakin cepat dan hebat.
7.       Tanda-tanda klinis hipotermia:
a.       Hipotermia sedang:
1.      Kaki teraba dingin.
2.      Kemampuan menghisap lemah.
3.      Tangisan lemah.
4.      Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata.
b.      Hipotermia berat
1.      Sama dengan hipotermia sedang.
2.      Pernafasan lambat tidak teratur.
3.      Bunyi jantung lambat.
4.      Mungkin timbul hipoglikemi dan asidosisi metabolik.
5.      Stadium lanjut hipotermia.
6.      Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang.
7.      Bagian tubuh lainnya pucat.
8.      Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan
tangan (sklerema).
8.      Penanganan Hipotermi
a.       Mengatasi bayi hipotermi dilakukan dengan cara :
1.      Prinsip penanganan hipotermia adalah penstabilan suhu tubuh dengan
menggunakan selimut hangat (tapi hanya pada bagian dada, untuk mencegah
turunnya tekanan darah secara mendadak) atau menempatkan pasien di ruangan
yang hangat. Berikan juga minuman hangat(kalau pasien dalam kondisi sadar).
2.      Penanganan Hipotermi dengan pemberian panas yang mendadak, berbahaya
karena dapat terjadi apnea sehingga direkomendasikan penghangatan 0,5-1°C tiap
jam (pada bayi < 1000 gram penghangatan maksimal 0,6 °C). (Indarso, F, 2001).
Alat-alat Inkubator Untuk bayi < 1000 gram, sebaiknya diletakkan dalam
inkubator. Bayi-bayi tersebut dapat dikeluarkan dari inkubator apabila tubuhnya
dapat tahan terhadap suhu lingkungan 30°C. Radiant Warner Adalah alat yang
digunakan untuk bayi yang belum stabil atau untuk tindakan-tindakan. Dapat
menggunakan servo controle (dengan menggunakan probe untuk kulit) atau non
servo controle (dengan mengatur suhu yang dibutuhkan secara manual).
b.      Pencegahan Hipotermia Pada Bayi:
1.      Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan topi. Jika bayi
harus  dibiarkan telanjang untuk keperluan observasi maupun pengobatan, maka
bayi ditempatkan dibawah cahaya penghangat.Untuk mencegah hipotermia,
semua bayi yang baru lahir harus tetap berada dalam  keadaan hangat.
2.      Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari hilangnya panas
tubuh  akibat penguapan lalu dibungkus dengan selimut dan diberi penutup
kepala.
3.      Melaksanakan metode kanguru, yaitu bayi baru lahir dipakaikan popok dan tutup
kepala diletakkan di dada ibu agar tubuh bayi menjadi hangat karena terjadi
kontak kulit langsung.Bila tubuh bayi masih teraba dingin bisa ditambahkan
selimut.
4.      Bayi baru lahir mengenakan pakaian dan selimut yang disetrika atau dihangatkan
diatas tungku.
5.      Menghangatkan bayi dengan lampu pijar 40 sampai 60 watt yang diletakkan pada
jarak setengah meter diatas bayi.
6.      Terapi yang bisa diberikan untuk bayi dengan kondisi hipotermia, yaitu jalan
nafas harus tetap terjaga juga ketersediaan oksigen yang cukup.
9.      Komplikasi berkelanjutan dari Hipotermi
a.      HipoglikemiAsidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer dengan metabolisme
anaerob.
b.      Kebutuhan oksigen yang meningkat.
c.       Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.
d.      Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai
hipotermi berat.
e.       Shock.
f.       Apnea.
g.      Perdarahan Intra Ventricular.
h.      Kedinginan yang terlalu lama dapat menyebabkan tubuh beku, pembuluh darah dapat
mengerut dan memutus aliran darah ke telinga, hidung, jari dan kaki. Dalam kondisi
yang parah mungkin korban menderita ganggren (kemuyuh) dan perlu diamputasi.
Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di seluruubuh (Edema
Generalisata), menghilangnya reflex tubuh (areflexia), koma, hingga menghilangnya
reaksi pupil mata. Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk mengukur
suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading
termometer) sampai 250C. Di samping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat
merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.

E.     Hipertermi pada Neonatus


1.      Definisi
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamus bila
mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengarhui oleh
panas eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik) Sengatan panas (heat stroke) per
definisi adalah penyakit berat dengan ciri temperatur inti > 40 derajat celcius disertai
kulit panas dan kering serta abnormalitas sistem saraf pusat seperti delirium, kejang, atau
koma yang disebabkan oleh pajanan panas lingkungan (sengatan panas klasik) atau
kegiatan fisik yang berat. Lingkungan yang terlalu panas juga berbahaya bagi bayi.
Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan dekat dengan sumber panas, dalam ruangan yang
udaranya panas, terlalu banyak pakaian dan selimut.
2.      Etiologi Hipertermi
Terjadinya hipertermi pada bayi dan anak, biasanya disebabkan karena:
a.       Perubahan mekanisme pengaturan panas sentral yang berhubungan dengan trauma
lahir dan obat-obatan
b.      Kerusakan jaringan misalnya demam rematik pada pireksia, terdapat peningkatan
produksi panas dan penurunan kehilangan panas pada suhu febris.
c.       Latihan / gerakan yang berlebihan.
3.      Patofisiologi Hipertermi
Sengatan panas didefinisikan sebagai kegagalan akut pemeliharaan suhu tubuh
normal dalam mengatasi lingkungan yang panas. Orang tua biasanya mengalami sengatan
panas yang tidak terkait aktifitas karena gangguan kehilangan panas dan kegagalan
mekanisme homeostatik. Seperti pada hipotermia, kerentanan usia lanjut terhadap
serangan panas berhubungan dengan penyakit dan perubahan fisiologis.
4.      Gejala Hipertermi
a.       Suhu tubuh bayi > 37,5 °C
b.      Frekuensi nafas bayi > 60 x / menit
c.       Tanda-tanda dehidrasi yaitu berat badan menurun, turgor kulit kurang, jumlah urine
berkurang
5.      Penanganan Hipertermi
a.       Bayi dipindahkan ke ruangan yang sejuk dengan suhu kamar seputar 26°C- 28°C
b.      Tubuh bayi diseka dengan kain basah sampai suhu bayi normal (jangan
menggunakan es atau alcohol)
c.       Berikan cairan dektrose NaCl = 1 : 4 secara intravena dehidrasi teratasi
d.      Antibiotic diberikan apabila ada infeksi
Terapi untuk mengatasi hipertermia adalah pendinginan. Hal ini dimulai segera di
lapangan dan suhu tubuh inti harus diturunkan mencapai 39 derajat Celsius dalam jam
pertama. Lamanya hipertermia adalah yang paling menentukan hasil akhir. Berendam
dalam es lebih baik dari pada menggunakan alkohol maupun kipas angin. Komplikasi
membutuhkan perawtan di ruang intensif.
Suhu tubuh kita dalam keadaan normal dipertahankan di kisaran 37'C oleh pusat
pengatur suhu di dalam otak yaitu hipotalamus. Pusat pengatur suhu tersebut selalu
menjaga keseimbangan antara jumlah panas yang diproduksi tubuh dari metabolisme
dengan panas yang dilepas melalui kulit dan paru sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan dalam kisaran normal. Walaupun demikian, suhu tubuh kita memiliki
fluktuasi harian yaitu sedikit lebih tinggi pada sore hari jika dibandingkan pagi harinya.
Demam merupakan suatu keadaan dimana terdapat peningkatan suhu tubuh yang
disebabkan kenaikan set point di pusat pengatur suhu di otak. Hal ini serupa dengan
pengaturan set point (derajad celsius) pada remote AC yang bilamana set point nya
dinaikkan maka temperatur ruangan akan menjadi lebih hangat. Suatu nilai suhu tubuh
dikatakan demam jika melebihi 37,2 ‘C pada pengukuran di pagi hari dan atau melebihi
37,7'C pada pengukuran di sore hari dengan menggunakan termometer mulut.
Termometer ketiak akan memberikan hasil nilai pengukuran suhu yang lebih rendah
sekitar 0.5'C jika dibandingkan dengan termometer mulut sehingga jenis termometer
yang digunakan berpengaruh dalam pengukuran suhu secara tepat.
Sebagian besar kasus demam memang disebabkan oleh berbagai penyakit infeksi dan
peradangan sehingga gejala demam seringkali diidentikkan dengan adanya infeksi dalam
tubuh. Namun sebenarnya ada banyak proses lainnya selain infeksi yang dapat
menimbulkan gejala demam antara lain alergi, penyakit autoimun, kelainan darah dan
keganasan. Berbagai proses tersebut akan memicu pelepasan pirogen, yaitu mediator
penyebab demam, ke dalam peredaran darah yang lebih lanjut akan memicu pelepasan
zat tertentu yang bernama prostaglandin sehingga akan menaikkan set point di pusat
pengaturan suhu di otak.
6.      Komplikasi berkelanjutan dari Hipertermi
Terapi hipertermia pada umumnya tidak menyebabkan kerusakan jaringan
normal/sehat jika suhunya tidak melebihi 43,8oC. Tetapi perbedaan karakter jaringan
dapat menimbulkan perbedaan suhu atau efek samping pada jaringan tubuh yang
berbeda-beda. Hal yang sering terjadi adalah rasa panas (seperti terbakar), bengkak berisi
cairan, tidak nyaman, bahkan sakit.
Teknik perfusi dapat menyebabkan pembengkakan jaringan, penggumpalan darah,
perdarahan, atau gangguan lain di area yang diterapi. Tetapi efek samping ini bersifat
sementara. Sedang whole body hyperthermia dapat menimbulkan efek samping yang
lebih serius –tetapi jarang terjadi– seperti kelainan jantung dan pembuluh darah. Kadang
efek samping yang muncul malah diare, mual, atau muntah.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Hiportemi dan Hipertermi pada neonatus  merupakan kejadian umum di seluruh dunia.
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh bayi lebih dari 37,5 ºC. Hipotermia dapat terjadi
setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tetap
hangat tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama,
setelah lahir. Misalnya bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu plasenta
lahir atau meskipun lingkungan sekitar bayi cukup hangat namun bayi dibiarkan telanjang atau
segera dimandikan.
Terjadinya hipertermi pada bayi dan anak, biasanya disebabkan : Perubahan mekanisme
pengaturan panas sentral yang berhubungan dengan trauma lahir dan obat-obatan, Infeksi oleh
bacteria, virus atau protozoa, Kerusakan jaringan misalnya demam rematik pada pireksia,
terdapat peningkatan produksi panas dan penurunan kehilangan panas pada suhu febris, Latihan /
gerakan yang berlebihan.

B.     Saran
Hipotermi pada bayi baru lahir dapat lebih mudah ditangani dan bahkan dicegah apabila
ada kerja sama yang baik antara petugas kesehatan dan anggota keluarga. Bidan seharusnya terus
memberikan pendidikan kesehatan kepada calon ibu, calon ayah, dan anggota keluarga lainnya
bahwa bayi yang lahir tidak terlepas dari resiko hipotermi sehingga keluarga paham akan hal
tersebut
DAFTAR PUSTAKA

Rukiyah,Yulianti. 2010. Asuhan Neonatus, bayi dan anak Balita. Jakarta: TIM.


Saifudin,  Abdul, dkk. .2009. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : EGC
Waspodo, dkk. 2005. Pelatihan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri neonatal Esensial
Dasar.  Jakarta : Depkes RI.
Prawirohardjo. 2006. Buku Acuan Nasional : Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta : YBP-SP.

Anda mungkin juga menyukai