Disusun oleh :
MUNIROKH
Alhamdulilah, puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan kami nikmat
hidup, sehat , sehingga kita masih di beri kesempatan untuk bertemu dan di beri kesempatan
BIDAN . Dengan Ridho Alloh SWT juga kami bisa menyelesaikan tugas dalam pembuatan
makalah dengan judul “Penatalaksanaan bayi resiko tinggi Hipotermi dan Hipertermia ”.
Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas dari Materi ilmu kesehatan anak
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Fitri Hartanto, SpA (K) yang sudah
dan semua rekan kelompok yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Besar harapan kami, dengan pembuatan tugas ilmu kesehatan anak penatalaksanaan bayi
resiko tinggi yang di ajarkan ke mahasiswa akan semakin mampu mengkaji permasalahan yang
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, baik
dari susunan kata maupun dalam hal penulisan, semua itu tidak lepas dari unsur ketidak
sengajaan dari kami, keterbatasan kemampuan, oleh karena itu kritik saran dari Dosen sangat
Penulis,
Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses kelahirannya. Ancaman
jiwa berupa kamatian tidak dapat diduga secara pasti walaupun denagn bantuan alat-alat
medis modern sekalipun, sering kali memberikan gambaran berbeda tergadap kondisi bayi
saat lahir. Oleh karena itu kemauan dan keterampilan tenaga medis yang menangani
kelahiran bayi mutlak sangat dibutuhkan. Hipotermi pada neonatus merupakan kejadian
umum di seluruh dunia.
Hiportemi dan Hipertermi pada neonatus merupakan kejadian umum di seluruh dunia.
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh bayi lebih dari 37,5 ºC. Terjadinya hipertermi
pada bayi dan anak, biasanya disebabkan : Perubahan mekanisme pengaturan panas sentral
yang berhubungan dengan trauma lahir dan obat-obatan, Infeksi oleh bacteria, virus atau
protozoa, Kerusakan jaringan misalnya demam rematik pada pireksia, terdapat peningkatan
produksi panas dan penurunan kehilangan panas pada suhu febris, Latihan / gerakan yang
berlebihan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal ?
2. Apa Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan ?
3. Bagaimana Kunci Keberhasilan Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal ?
4. Apa yang dimaksud Hipotermi pada Neonatus ?
5. Apa yang dimaksud Hipertermi pada Neonatus ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
2. Untuk mengetahui Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan.
3. Untuk mengetahui Kunci Keberhasilan Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal.
4. Untuk mengetahui Hipotermi pada Neonatus.
5. Untuk mengetahui Hipertermi pada Neonatus.
BAB II
PEMBAHASAN
D. Hipotermi pada Neonatus
1. Definisi Hipotermi
Hipotermia adalah turunmya suhu tubuh bayi dibawah 30. Hipotermia adalah
pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk memproduksi panas. (Patricia A. 2005). Hipotermia adalah suhu
rektal bayi dibawah 350C. (Hellen, 1999). Hipotermi pada BBL adalah suhu di bawah
36,5 ºC, yang terbagi atas : hipotermi ringan (cold stres) yaitu suhu antara 36-36,5 ºC,
hipotermi sedang yaitu antara 32-36ºC, dan hipotermi berat yaitu suhu tubuh <32 ºC.
2. Etiologi Hipotermi
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya
mempertahankan suhu tubuh tetap hangat tidak diterapkan secara tepat, terutama pada
masa stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama, setelah lahir. Misalnya bayi baru lahir dibiarkan
basah dan telanjang selama menunggu plasenta lahir atau meskipun lingkungan sekitar
bayi cukup hangat namun bayi dibiarkan telanjang atau segera dimandikan.
Terjadi perubahan termoregulasi dan metabolik sehingga :
a. Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat setelah kelahiran
karena lingkungan eksternal lebih dingin daripada lingkungan di dalam uterus.
b. Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang besar
dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas
pada lingkungan.
c. Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi melalui
konduksi. konveksi, radiasi, dan evaporasi.
d. Trauma dingin cold stress (hipotermia) pada bayi baru lahir, dalam huhungannya
dengan asidosis metabolik dapat bersifat mematikan bahkan pada bayi cukup bulan
yang sehat
3. Mekanisme kehilangan panas
a. Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi. Kehilangan
panas terjadi karena menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi setelah
lahir karena bayi tidak cepat.
b. Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin. Bayi yang diletakkan diatas meja, tempat tidur atau
timbangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas tubuh melalui
konduksi
c. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat benda yang
mempunyai temperatur tubuh rendah dari temperature tubuh bayi. Bayi akan
mengalami kehilangan panas melalui cara ini meskipun benda yang lebih dingin
tersebut tidak bersentuhan langsung dengan tubuh bayi.
d. Konveksi Yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara sekeliling bayi.
Missal: bayi diletakkan dekat, pintu / jendela terbuka.
4. Patofisiologi Hipotermi
Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan pada sentral pengatur
panas di hipothalamus. Saraf yang dari hipothalamus sewaktu mencapaib ro wn fat
memacu pelepasan noradrenalin lokal sehingga trigliserida dioksidasi menjadi gliserol
dan asam lemak. Blood gliserol level meningkat, tetapi asam lemak secara lokal
dikonsumsi untuk menghasilkan panas. Daerah brown fat menjadi panas, kemudian
didistribusikan ke beberapa bagian tubuh melalui aliran darah.
Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen tambahan dan glukosa
untuk metabolisme yang digunakan untuk menjaga tubuh tetap hangat.Methabolicther
mogenesis yang efektif memerlukan integritas dari sistem syaraf sentral,kecukupan darib
r own fat, dan tersedianya glukosa serta oksigen. Perubahan fisiologis akibat hipotermia
yang terjadi pada sistem syaraf pusat antara lain: depresi linier dari metabolisme otak,
amnesia, apatis, disartria, pertimbangan yang terganggu adaptasi yang salah, EEG yang
abnormal, depressi kesadaran yang progresif, dilatasi pupil, dan halusinasi. Dalam
keadaan berat dapat terjadi kehilangan autoregulasi otak, aliran darah otak menurun,
koma, refleks okuli yang hilang, dan penurunanyangprogressif dari aktivitas EEG.
Pada jantung dapat terjadi takikardi, kemudian bradikardi yang progressif, kontriksi
pembuluh darah, peningkatan cardiacout put, dan tekanan darah. Selanjutnya,
peningkatan aritmia atrium dan ventrikel, perubahan EKG dan sistole yang
memanjang, penurunan tekanan darah yang progressif, denyut jantung, dan cardiacout
put disritmia serta asistole. Pada pernapasan dapat terjadi takipnea, bronkhorea,
bronkhospasma, hipoventilasi konsumsi oksigen yang menurun sampai 50%, kongesti
paru dan edema, konsumsi oksigen yang menurun sampai 75%, dan apnoe. Pada ginjal
dan sistem endokrin, dapat terjadicold diuresis, peningkatan katekolamin, steroid adrenal,
T3 dan T4 dan menggigil; peningkatan aliran darah ginjal sampai 50%, autoregulasi
ginjal yang intak, dan hilangnya aktivitas insulin. Pada keadaan berat, dapat terjadi
oliguri yang berat dan poikilotermia.
5. Gejala Hipotermi
a. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, tidak kuat
menghisap asi, dan menangis lemah.
b. Timbulnya sklerema atau kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian
punggung, tungkai dan tangan.
c. Muka bayi berwarna merah terang.
d. Tampak mengantuk.
e. Kulitnya pucat dan dingin.
f. Lemah, lesu, menggigil.
g. Kaki dan tangan bayi teraba lebih dingin dibandingkan dengan bagian dada.
h. Ujung jari tangan dan kaki kebiruan.
i. Bayi tidak mau minum/menyusui.
j. Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun
6. Indikasi Penyakit Hipotermia:
a. Gejala awal hipotermia apabila suhu < 360C atau kedua kaki dan tangan teraba
dingin.Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia
sedang (suhu 320C - <360C).
b. Gigi gemeretakan, merasa sangat letih dan mengantuk yang sangat luar biasa.
c. Selanjutnya pandangan mulai menjadi kabur, kesigapan mental dan fisik menjadi
lamban.
d. Bila tubuh bayi basah, maka serangan hiportemia akan semakin cepat dan hebat.
7. Tanda-tanda klinis hipotermia:
a. Hipotermia sedang:
1. Kaki teraba dingin.
2. Kemampuan menghisap lemah.
3. Tangisan lemah.
4. Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata.
b. Hipotermia berat
1. Sama dengan hipotermia sedang.
2. Pernafasan lambat tidak teratur.
3. Bunyi jantung lambat.
4. Mungkin timbul hipoglikemi dan asidosisi metabolik.
5. Stadium lanjut hipotermia.
6. Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang.
7. Bagian tubuh lainnya pucat.
8. Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan
tangan (sklerema).
8. Penanganan Hipotermi
a. Mengatasi bayi hipotermi dilakukan dengan cara :
1. Prinsip penanganan hipotermia adalah penstabilan suhu tubuh dengan
menggunakan selimut hangat (tapi hanya pada bagian dada, untuk mencegah
turunnya tekanan darah secara mendadak) atau menempatkan pasien di ruangan
yang hangat. Berikan juga minuman hangat(kalau pasien dalam kondisi sadar).
2. Penanganan Hipotermi dengan pemberian panas yang mendadak, berbahaya
karena dapat terjadi apnea sehingga direkomendasikan penghangatan 0,5-1°C tiap
jam (pada bayi < 1000 gram penghangatan maksimal 0,6 °C). (Indarso, F, 2001).
Alat-alat Inkubator Untuk bayi < 1000 gram, sebaiknya diletakkan dalam
inkubator. Bayi-bayi tersebut dapat dikeluarkan dari inkubator apabila tubuhnya
dapat tahan terhadap suhu lingkungan 30°C. Radiant Warner Adalah alat yang
digunakan untuk bayi yang belum stabil atau untuk tindakan-tindakan. Dapat
menggunakan servo controle (dengan menggunakan probe untuk kulit) atau non
servo controle (dengan mengatur suhu yang dibutuhkan secara manual).
b. Pencegahan Hipotermia Pada Bayi:
1. Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan topi. Jika bayi
harus dibiarkan telanjang untuk keperluan observasi maupun pengobatan, maka
bayi ditempatkan dibawah cahaya penghangat.Untuk mencegah hipotermia,
semua bayi yang baru lahir harus tetap berada dalam keadaan hangat.
2. Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari hilangnya panas
tubuh akibat penguapan lalu dibungkus dengan selimut dan diberi penutup
kepala.
3. Melaksanakan metode kanguru, yaitu bayi baru lahir dipakaikan popok dan tutup
kepala diletakkan di dada ibu agar tubuh bayi menjadi hangat karena terjadi
kontak kulit langsung.Bila tubuh bayi masih teraba dingin bisa ditambahkan
selimut.
4. Bayi baru lahir mengenakan pakaian dan selimut yang disetrika atau dihangatkan
diatas tungku.
5. Menghangatkan bayi dengan lampu pijar 40 sampai 60 watt yang diletakkan pada
jarak setengah meter diatas bayi.
6. Terapi yang bisa diberikan untuk bayi dengan kondisi hipotermia, yaitu jalan
nafas harus tetap terjaga juga ketersediaan oksigen yang cukup.
9. Komplikasi berkelanjutan dari Hipotermi
a. HipoglikemiAsidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer dengan metabolisme
anaerob.
b. Kebutuhan oksigen yang meningkat.
c. Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.
d. Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai
hipotermi berat.
e. Shock.
f. Apnea.
g. Perdarahan Intra Ventricular.
h. Kedinginan yang terlalu lama dapat menyebabkan tubuh beku, pembuluh darah dapat
mengerut dan memutus aliran darah ke telinga, hidung, jari dan kaki. Dalam kondisi
yang parah mungkin korban menderita ganggren (kemuyuh) dan perlu diamputasi.
Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di seluruubuh (Edema
Generalisata), menghilangnya reflex tubuh (areflexia), koma, hingga menghilangnya
reaksi pupil mata. Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk mengukur
suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading
termometer) sampai 250C. Di samping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat
merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
A. Kesimpulan
Hiportemi dan Hipertermi pada neonatus merupakan kejadian umum di seluruh dunia.
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh bayi lebih dari 37,5 ºC. Hipotermia dapat terjadi
setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tetap
hangat tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama,
setelah lahir. Misalnya bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu plasenta
lahir atau meskipun lingkungan sekitar bayi cukup hangat namun bayi dibiarkan telanjang atau
segera dimandikan.
Terjadinya hipertermi pada bayi dan anak, biasanya disebabkan : Perubahan mekanisme
pengaturan panas sentral yang berhubungan dengan trauma lahir dan obat-obatan, Infeksi oleh
bacteria, virus atau protozoa, Kerusakan jaringan misalnya demam rematik pada pireksia,
terdapat peningkatan produksi panas dan penurunan kehilangan panas pada suhu febris, Latihan /
gerakan yang berlebihan.
B. Saran
Hipotermi pada bayi baru lahir dapat lebih mudah ditangani dan bahkan dicegah apabila
ada kerja sama yang baik antara petugas kesehatan dan anggota keluarga. Bidan seharusnya terus
memberikan pendidikan kesehatan kepada calon ibu, calon ayah, dan anggota keluarga lainnya
bahwa bayi yang lahir tidak terlepas dari resiko hipotermi sehingga keluarga paham akan hal
tersebut
DAFTAR PUSTAKA