Anda di halaman 1dari 16

Hand Out

Deteksi dini komplikasi dan rujukan serta


kegawatdaruratan pada Neonatus, Bayi, Balita
dan Anak Pra sekolah pada Hipertermia, Tetanus
Neonatorum, Infeksi neonatirum

Kelompok 08

Lusi Aprilia
Mauliza
Putri Dhea
Mata Kuliah : Askeb Neonatus Dan Bayi

Topik : Deteksi dini komplikasi dan rujukan serta


Kegawatdaruratan
Sub Topik :-Hipetermia
-Tetanus Neonatorum
-Infeksi Neonatrium
Dosen Pengampu : 1. Anita, SST., MPH.

Refrensi

Syafrudin, SKM, M. Kes, 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta EGC.

DKK. 2014. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi/Balita Dan Anak


Prasekolah Untuk Para bidan. Yogyakarta Deepubliss.

DKK. 2009. Patologi Obstretri. Jakarta EGC.


Pendahuluan

Neonatus merupakan masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari.
Dalam masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan yang awalnya di dalam
rahim serba bergantung pada ibu menjadi di luar rahim yang harus hidup secara mandiri. Pada
masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi yanag berusia kurang dari
satu bulan memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi, berbagai masalah kesehatan dapat
muncul sehingga tanpa adanya penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal.

Menurut Bappenas (2004) salah satu penyebab tingginya kematian bayi adalah rendahnya
perilaku masyarakat dan keluarga yang dapat menjamin kehamilan, kelahiran, dan perawatan
bayi baru lahir yang lebih sehat. Rendahnya perilaku dalam perawatan bayi baru lahir disebabkan
kurangnya pengetahuan akan perawatan bayi baru lahir.

Bayi baru lahir harus mampu berkembang untuk mempertahankan eksistensi fisik secara
terpisah dengan ibunya segera setelah dilahirkan. Saat dilahirkan, bayi baru lahir memiliki
kompensasi perilaku dan kesiapan. Interaksi sosial. Aktivitas sehari-hari selama periode ini
merupakan waktu terbaik bagi bayi dan keluarga untuk melakukan interaksi. Segera setelah ibu
secara fisik mampu, ia didorong untuk berpartisipasi dalam merawat bayi (Bobak, dkk 2004).

TUJUAN

1. Untuk Menegtahui Komplikasi Hipertermia


2. Untuk Mengetahui Komplikasi Tetanus Neonatorum
3. Untuk Mengetahui Komplikasi Infeksi Neonatrium
HIPERTERMIA

Definisi Hipertermia

Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamus bila
mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengarhui oleh panas
eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik) Sengatan panas (heat stroke) per definisi adalah
penyakit berat dengan ciri temperatur inti > 40 derajat celcius disertai kulit panas dan kering
serta abnormalitas sistem saraf pusat seperti delirium, kejang, atau koma yang disebabkan oleh
pajanan panas lingkungan (sengatan panas klasik) atau kegiatan fisik yang berat. Lingkungan
yang terlalu panas juga berbahaya bagi bayi. Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan dekat
dengan sumber panas, dalam ruangan yang udaranya panas, terlalu banyak pakaian dan selimut.

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang dapat disebabkan oleh suhu lingkungan
yang berlebihan, infeksi, dehidrasi, atau perubahan mekanisme pengaturan suhu sentral yang
berhubungan dengan trauma lahir pada otak atau malformasi dan obat-obatan (sumber: buku
Acuan Nasional. Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal). Lingkungan yang terlalu panas juga
berbahaya bagi bayi. Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan di dekat api atau dalam ruangan
bersuhu panas.
Prinsip dasar mempertahankan suhu tubuh bayi baru lahir:

 Mengeringkan bayi baru lahir sesudah lahir


 Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi normal

Penyebab hipertermia

M enurut Setiati (2010) Penyebab hipertermi jarang disebabkan oleh penyakit infeksi.

Penyebab demam sentral difungsikansystem saraf pusat yang melibatkan: hipotalamus,


hipertermi maligna, sindroma neuroleptic maligna demam dari beberapa penyebab hipertermia di
atas, dapat disimpulkan bahwa hipertermi disebabkan karena adanya faktor endogen,
pengurangan kehilangan panas, akibat terpajan lama lingkungan bersuhu tinggi (sengatan panas),
ada juga yang menyebutkan bahwa hipertermia atau demam pada anak terjadi karena reaksi
transfusi, imunisasi, dehidrasi, adanya penyakit, adanya pirogen seperti bakteri atau virus dan
juga karena adanya pengaruh obat prosencephalon.hipotalamus dapat dikatakan sebagai mesin
pengatur suhu(thermostat tubuh) karena terdapat reseptor yang sangat peka terhadap suhu yang
lebih dikenaldengan nama termoreseptor. Dengan adanya termorespetor ini, suhu tubuh dapat
senantiasa berada dalam batas normal yakni sesuai dengan suhu inti tubuh. Suhu inti tubuh
merupakan kandungan panas yang ada di dalam tubuh. Kandungan panas didapatkan dari
pemasukan panas yang berasal dari proses metabolis Aktivitas berlebihan Gerakan volunter
seperti aktivitas otot pada olahraga membutuhkan energy tambahan. Laju metabolik meningkat
saat aktivitas berlebih dan hal ini menyebabkan peningkatan produksi panas hingga 50 kali
lipatme makanan yang masuk ke dalam tubuh (Brooks, 2005).
Gejala hipertermia pada bayi baru
lahir :
 Suhu tubuh bayi > 37,5 °c
 Frekuensi nafas bayi > 60 x / menit
 Tanda-tanda dehidrasi yaitu berat badan menurun, turgor kulit kurang, jumlah urine
berkurang.

Penilaian Hipertermia bayi baru


• Suhu tubuh bayi > 37,5 C
lahir
 Frekuensi pernafasan bayi > 60/Menit
 Tanda-tanda dehidrasi yaitu berat badan menurun, turgor kulit kurang, banyaknya air
kemih yang berkurang.

Penilaian Hipertermia bayi baru

 Hipertermi maligna: Gangguan autosom dengan sifat dominan. Hal ini biasa terjadi saat
terjadi pajanan pada lingkungan yang sangat panas.
 Sindrom neuroleptik maligna: Terjadi pascapajanan dan dapat dibedakan dengan
hipertermia maligna.
 Demam obat: Kenaikan suhu pada demam obat antara 38 °C. Apabila terjadi demam
obat maka tindakan pertama yang dilakukan adalah menghentikan pemberian obat
demam.

Intervensi

 Pindahkan bayi pada ruangan/tempat yang sejuk.


 Kompres bayi dengan kain basah dengan suhu 4 °C lebih rendah dari suhu tubuhnya.
 Apabila terjadi infeksi segera berikan antibiotik.
Penatalaksanaan

 Batasi aktivitas penderita yang demam untuk menghemat energi dan menurunkan
kebutuhan oksigen. Pada saat demam metabolisme tubuh meningkat. Meskipun
penderita tidak beraktivitas, pasti akan terasa capai sekali karena energi banyak
digunakan. Anjurkan penderita banyak istirahat
 Cegah dehidrasi (kekurangan cairan) dengan memberikan banyak minum. Berikan
minuman kesukaan seperti sari buah, minuman ion, jus, teh manis, air susu, air limun,
dan lain-lain.
 Ganti baju yang basah akibat keringat. Gunakan baju tipis dan menyerap keringat ketika
demam dan bila klien menggigi atau merasa kedinginan selimuti klien. Bila menggigil
telah hilang, gunakan kembali baju tipis dan lepas selimut.

TETANUS NEONATORUM

Tetanus neonatorum adalah penyakit pada bayi baru lahir, disebab kan masuknya ku etanus
melalui luka tali pusat, akibat pemotong an tali pusat dengan alat yang tidak bersih atau ditaburi
ramuan/abu dapur.

Tanda-tandanya sebagai berikut

 Bayi yang semula dapat disusui dengan baik, tiba-tiba tidak mau menyusu.
 Mulut mencucu seperti mulut ikan
 Mudah sekali dan sering kejang, terutama jika disentuh, terkena si nar, atau mendengar
suara keras.
 Wajahnya kebiruan.
 Kadang-kadang demam
T anda-tanda tersebut mulai timbul antara 3-14 hari sesudah lahir, tetapi kadang-

kadang lebih lambat. Tetanus neonatorum terjadi karena pemotongan tali pusat bayi dengan
menggunakan alat yang tidak bersih, luka tali pusat kotor atau tidak bersih karena diberi
bermacam-macam ramuan, atau ibu hamil tidak mendapat imunisasi TT lengkap sehingga bayi
yang dikandungnya tidak kebal terhadap penyakit tetanus neonato rum. Sebagian besar bayi yang
menderita tetanus neonatorum akan me ninggal dalam beberapa hari.

Tetanus neonatorum menyebabkan kematian bayi yang tinggi di negara berkem bang
karena pemotongan tali masih banyak menggunakan alat-alat tradisional. Masuknya kuman
tetanus-klostridium tetani-sebagian besar melalui tali pusat. Masa inkubasinya sekitar 3 sampai
10 hari, dan makin pendek masa inkubasinya penyakit makin fatal. Tetanus neonatorum
menyebabkan kerusakan pada pusat. matorik, jaringan otak, pusat pernapasan, dan jantung.
Bila dalam perawatan bayi bidan memperhatikan gambaran klinik seperti bayi yang sulit
minum, mulut digerak-gerakkan sampai mencucu, dan kaku pada kuduk sebaiknya melakukan
konsultasi pada dokter atau puskesmas.

Pemerintah bertekad untuk memperkecil kematian akibat tetanus neonatorum dengan


jalan memberikan dua kali vaksinasi tetanus toksoid selama hamil. Diharapkan bidan dapat
membantu upaya pemerintah sehingga dapat menurunkan angka kemati an bayi karena tetanus
sampai akhir tahun 2.000, menjadi kurang dari 1%. Di kemukakan bahwa angka kematian karena
tetanus dapat dijadikan ukuran bagaimana pelayanan kesehatan yang diberikan dalam satu
daerah dan secara umum pada negara tersebut. KIE pada dukun beranak terutama tentang
perawatan tali pusat agar tidak menggunakan alat-alat yang tidak steril.

Ikterus Neonatorum

Ikterus atau warna kuning sering dijumpai pada bayi baru lahir dalam batas normal pada
hari kedua sampai hari ketiga dan menghilang pada hari kesepuluh. Oleh kare na itu, bayi
menjelang pulang dan terjadi ikterus harus mendapat perhatian karena mungkin sifatnya
patologis.

Ikterus disebabkan hemolisis darah janin dan selanjutnya diganti menjadi darah dewasa.
Pada janin menjelang persalinan terdapat kombinasi anatara darah janin (fetal blood) dan darah
dewasa (adult blood) yang mampu menarik O2 dari udara dan mengeluarkan CO2 melalui paru-
paru. Penghancuran darah janin inilah yang menye babkan terjadi ikterus yang sifatnya
fisiologis. Sebagai gambaran dapat dikemu kakan bahwa kadar bilirubin indirek bayi cukup
bulan sekitar 15 mg% sedangkan bayi belum cukup bulan 10 mg%. Di atas angka tersebut
dianggap hiperbilirubine mia, yang dapat menimbulkan kern ikterus.

Kern ikterus adalah tertimbunnya bilirubin dalam jaringan otak sehingga dapat
mengganggu fungsi otak dan menimbulkan gejala klinis sesuai tempat timbunan itu. Gambaran
kliniknya sebagai berikut:
a. Mata berputar
b. Tertidur-kesadaran turun
c. Sukar mengisap
d. Tonus otot meninggi
e. Leher kaku
f. Akhirnya kaku seluruhnya
g. Pada kehidupan lebih lanjut ada kemungkinan terjadi spasme otot dan kekakuan otot
seluruhnya
h. Kejang-kejang
i. Tuli
j. Kemunduran mental.

Oleh karena itu, bidan perlu mengetahui dengan baik kapan terjadinya ikterus apakah
berkepanjangan atau tingkat intensitasnya meninggi, sehingga dapat melaku kan konsultasi atau
merujuk penderita ke rumah sakit.

Infeksi tetanus pada kehamilan

Infeksi tetanus dapat terjadi karena pertolongan persalinan yang kurang legeartis (steril)
diantaranya pada keguguran ilegal karena dukun dan persalinan dukun. Ke matian karena infeksi
tetanus cukup tinggi sekalipun tidak banyak dilaporkan. Di samping itu kematian karena tetanus
neonatorum melalui potongan tali pusat sangat dengan gejala klinis infeksi pada kelenjar limfe-
membengkak, nyeri dan mungkin terjadi abses. Infeksi lainnya dapat terjadi pneumonia,
poliomilitis, dan miokarditis. Pengaruh terhadap kehamilan dapat menimbulkan keguguran
persalinan prema turitas dan dapat terjadi cacat bawaan seperti hidrosefalus, mikrosefalus,
anensefalus, meningoensefalitis, dan kelainan pada mata. Untuk menghindari kemungkinan infek
si toksoplasmosis sebaiknya menghindari memelihara binatang peliharaan atau bina tang dengan
mendapat pengawasan dokter hewan.

Pemotongan tali pusat yang benar


a. Setelah bayi lahir, tali pusat dipotong dengan gunting steril dan diikat dengan benang
steril pada jarak 3 jari dari pusat.
b. Selanjutnya, dibuat ikatan kedua pada tali pusat, sejauh 3 jari dari ikatan pertama.
c. Pemotongan tali pusat dilakukan di antara 2 ikatan tersebut.
d. Kemudian, luka tali pusat diolesi yodium atau betadin.
e. Tali pusat yang telah diolesi yodium atau betadin dilipat, lalu diikat 2 kali dan
dibungkus dengan kain kasa kering, tanpa betadin atau alkohol.

Melakukan perawatan luka tali pusat yang bersih. Luka tali pusat tidak boleh kotor, harus
bersih, dan tidak boleh dibubuhi ramuan/ daun-daun atau abu dapur.

o Tali pusat dibersihkan setiap pagi dengan betadin atau povidin yodium. Luka tali pusat
yang telah dibersihkan tidak boleh sama sekali
o dibubuhi ramuan, jamu, daun-daunan, atau abu dapur.
o Setelah dibersihkan dengan betadin atau povidin yodium, luka tali pusat ditutup kain
kasa kering.
o Demikian dilakukan terus sampai luka kering dan tali pusat puput.

Memberi kekebalan kepada bayi baru lahir dengan imunisasi tetanus toksoid sebanyak 2
kali kepada ibu hamil, calon pengantin, dan anak perempuan kelas 6 sekolah dasar. Imunisasi TT
bagi calon ibu berguna agar ibu dan bayi mendapat kan kekebalan terhadap tetanus. Imunisasi
TT diberikan sebanyak 2 kali karena imunisasi yang pertama belum memberi kekebalan pada
bayi baru lahir terhadap penyakit tetanus sehingga bayi berusia kurang dari 1 bulan dapat terkena
tetanus melalui luka tali pusat.

Imunisasi TT umumnya diberikan kepada ibu hamil, calon pengantin wanita, dan anak
perempuan kelas 6 sekolah dasar.

 Pada ibu hamil:

TT-1: Segera setelah ada tanda-tanda kehamilan

TT-2: Satu bulan setelah TT-1

 Pada calon pengantin wanita


TT-1: Pada saat pendaftaran nikah

TT-2 Satu bulan setelah TT-1

 Anak perempuan kelas 6 SD:

TT: Kapan saja selama kelas 6 SD

Imunisasi TT diberikan di posyandu, pondok bersalin, puskesmas, rumah sakit, praktik


dokter, atau bidan swasta. Dalam kaitan dengan pentingnya imunisasi TT, ketika menemui ibu
hamil, bidan perlu melakukan hal-hal berikut.

1. Bertanya pada ibu hamil apakah sudah mendapat imunisasi TT. Jika belum, ibu hamil
dianjurkan menemui petugas kesehatan untuk mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2
kali, dengan jarak waktu imunisasi TT-1 dan TT-2 minimal 1 bulan, dan ibu hamil harus
sudah diimunisasi lengkap pada usia kehamilan 8 bulan.
2. Menganjurkan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan sedikitnya 6 kali ke
puskesmas atau tempat pemeriksaan kehamilan lainnya.
3. Membantu ibu hamil mengenai jadwal pemeriksaan kehamilan yang dianjurkan:
o Pemeriksaan pertama pada waktu usia kehamilan belum mencapai 4 bulan.
o Pemeriksaan kedua pada waktu usia kehamilan 4-6 bulan.
o Pemeriksaan ketiga dan keempat pada waktu usia kehamilan 7-9 bulan.

INFEKSI NEONATIRUM

Sepsis neonatorum adalah infeksi yang masuk


ke dalam tubuh secara langsung, yang dapat
menimbulkan gejala klinis yang berat. Penyebab sepsis
neonatorum adalah bakteri gram positif dan gram negatif,
virus infeksi, dapat masuk secara hematogen, atau infeksi
asenden. Waktu masuknya infeksi dapat berlangsung sebagai berikut.
1. Sebelum in partu. Potensi infeksi neonatus dalam keadaan:
a. Ketuban pecah dini akibat infeksi asenden.
b. Akibat melakukan amniotomi.
c. Infeksi ibu sebelum persalinan.
d. Prematuritas akan lebih rentan terhadap infeksi.
e. Pertolongan persalinan yang tidak bersih situasinya.

1. Pada saat in partu sebagai akibat bayi dengan berat badan lahir rendah/prematuritas atau
akibat alat resusitasi yang tidak steril.
2. Terdapat sumber infeksi (infeksi fokal).
3. Stomatitis, perlukaan badan.
4. Sumber infeksi kulit (furunkel).

Berdasarkan kejadiannya, infeksi sepsis neonatorum berlangsung dalam dua awitan


berikut,

Awitan dini:

a. Gejala klinisnya tampak secara dini, yaitu sekitar/sejak semula (rata-rata 48 jam
pertama).
b. Infeksi berkaitan dengan sumber pada ibunya saat proses persalinan.
c. Kumannya: stafilokokus (E. Coli, H. Influenzae, Klebsiella, Monilia).

Awitan lanjut

a. Gejala klinisnya tampak setelah 7 hari, saat penderita telah pulang.


b. Sumber infeksinya: faktor lingkungan yang kotor dan infeksius, infeksi nosokomial di
rumah sakit.
c. Penyebab infeksinya: S. Aureus, stafilokokus grup beta, E. Coli, monositogen.
d. Komplikasi berat: komplikasi susunan saraf pusat.
Diagnosis sepsis neonatorum sulit ditetapkan karena gejalanya tidak khas. Setiap
perubahan keadaan fisik atau gambaran darah neonatus dianggap terjadi infeksi sepsis
neonatorum. Diagnosis ditegakkan jika terdapat lebih dari satu kumpulan gejala berikut ini.

o Gejala umum infeksi: tampak sakit, tidak mau minum, suhu naik atau turun,
sklerema/skleredema.
o Gejala gastrointestinal: terdapat diare, muntah, hepatomegali, Splenomegali, atau perut
kembung
o Gejala paru: sianosis, apnea, atau takipnea.
o Gejala kardiovaskular: terdapat takikardia, edema, atau dehidrasi.
o Gejala neurologis: letargi (tampak seperti mayat), peka rangsang Atau kejang
o Gejala hematologis-laboratorium: ikterus, perdarahan bawah Kulit, leukopenia, dan
leukosit kurang dari 5.000/mm’.
o Pemeriksaan tambahan untuk memperkuat adalah: KED meningkat, trombositopenia,
granulasi toksis vakuolisasi sel atau granulasi toksis, vakuolisasi nukleus polimorf.

Diagnosis pastinya ditegakkan bila dijumpai bakteri, kuman dalam darah dan semua
cairan yang dikeluarkan oleh tubuh. Penatalaksanaan untuk sepsis neonatorum ada tiga tahap
yaitu, sebagai berikut :

1. Perawatan umum :

a. Tindakan aseptik dengan cuci Hana


b. Pertahankan suhu tubuh sekitar 36,5 – 37°c
c. Jalan nafas harus bersih, inti nya tidak ada gangguan pernapasan
d. Cairan diberikan dengan infus
e. Lakukan perawatan bayi dan tali pusat yang baik
2. Medikamentosa
a. Beri antibiotik kombinasi
b. Evaluasi hasil 3-5 hari
c. Bila tidak berhasil ganti anti biotik
d. Uji sensitivitas kuman sehinggai antibiotik diberikan dengan tepat
e. Antibiotik diberikan perpanjangan selama 7 hari setelah perbaikan secara klinis

3. Simtomatik :

simtomatik diberikan dan sesuai dengan gejala klinis nya ( obat penurun panas, obat anti kejang )
Transfusi darah sehingga Hb 11g%. Pemantauan terhadap perwatan pasien adalah sebagai
berikut :

o Perhatikan keadaan umum


o Perhatikan keseimbangan nutrisi dan cairan
o Evaluasi gambar darahnya
o Persiapan alat darurat

Kriteria sembuh adalah keadaan umum membaik, gejala penyakit menghilang, dan dukung
pemeriksaan laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai