Anda di halaman 1dari 13

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA ASUHAN

KEPERAWATAN BAYI NEONATUS ESENSIAL

Dosen pengampu :

Jawiah, S.Pd., S.Kep.,M.Kes

Disusun oleh :

Miranda Sari ( PO7120119060 )

Poltekkes Kemenkes Palembang

DIII Keperawatan

Tahun Ajaran 2019/2020


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PADA KEPERAWATAN NEONATUS
ESENSIAL

1. SOP Mempertahankan Pernapasan pada Bayi

Pengertian Resusitasi adalah bantuan yang diberikan setelah bayi lahir agar
bayi bisa bernafas.
Tujuan Mencegah angka kematian dan kesakitan bayi terkait cedera
otak, jantung dan ginjal, serta untuk membantu bayi bernafas
normal dan memperkuat curah jantung.
Mekanisme  Setelah bayi lahir, normal nya bayi akan langsung
bernafas dengan udara. Ini merupakan waktu bernafas
pertama, kare saat di rahim bayi tidak bernafas dengan
udara.
 Perbedaan lingkungan ketika di dalam rahim dengan
setelah lahir membuat bayi spontan bernafas dengan
udara.
Perlengkapan 1. Kantung resusitasi yang dapat mengembang sendiri, ukuran
Dan Peralatan bayi baru lahir (kantug ukuran dewasa dapat digunakan
jika kantung yang khusus untuk bayi baru lahir tidak
tersedia)
2. Masker ukuran bayi baru lahir (ukuran 0 untuk bayi kecil
[kurang dari 2,5 kg pada saat lahir atau lahir se-belum usia
gestasi 37 minggu] dan ukuran 1 untuk bayi berukuran
normal)
 Alat pengisap (mis., penangkap mukus DeLee)
 Sumber oksigen (jika tersedia)
Prosedur 1. Kumpulkan perlengkapan dan peralatan yang dibutuh-
kan.
2. Cuci tangan
3. Pastikan bahwa peralatan resusitasi berfungsi dengan
baik.
4. Rapatkan masker dengan kuat menggunakan telapak
tangan Anda, dan remas kantung:
 Jika Anda merasakan tekanan pada tangan Anda,
berarti kantung menghasilkan tekanan yang ad-
ekuat;
 Jika kantung mengembang kembali saat Anda
me-lepaskan remasan tangan pada kantung,
berarti kantung berfungasi dengan baik.
 Pertahankan bayi tetap terselimuti atau tertutup,
ke-cuali wajah dan dada bagian atas.
5. Pindahkan bayi ke permukaan yang hangat dan keras di
bawah pemanas radian.

2. Sop Mempertahankan Termoregulasi Pada Bayi

Tujuan Keseimbangan antara panas dan produksi panas tubuh pada


neonatus dalam mmepertahankan suhu netral dan eminimialkan
pengeluaran energi.
 Suhu normal neonatus 36,5-37,5C
 Hipotermia : suhu tubuh dibawah 36,5C
 Hipertermia : suhu tubuh diatas 37,5C
 Lingkungan suhu netral: kondisi lingkungan dimana suhu
tubuh normal dengan pengeluaran kalori dan konsumsi
oksigen minimal.
Mekanisme 1. Produksi panas berasal dari pelepasan norepinefriin yang
menyebabkan metabolisme simpanan lemak coklat dan
konsumsi oksigen serta glukosa, pada saat lahir, suhu
tbuh turun tiba – tiba dan stres dingin segera terjadi.
2. Kehilangan panas dapat terjadi sedemikia besar sehingga
melebihi kemampuan neonatus untuk memproduksi
panas dan mempertahankan keseimbangan. Cara
neonatus keehilangaan panas adalah melalui:
 Evaporasi: Kehilangan panas ke udara ruangan
dengan cara penguapanan air dari permukaan
kulit yang basah atau selaput mukosa
 Konduksi: Kehilangan panas dari molekul tubuh
ke molekul suatu benda yang lebih dingin yang
bersentuhan dengan tubuh. Terjadi jika neonatus
ditempatkan pada permukaan yang dingin dan
panas.
 Radiasi: Kehilangan panas dalam bnetuk
gelombang elektronik ke permukaan benda lain
yang tidak bersentuhan langsung dengan tubuh
 Konveksi: kehilangan panas dari molekul
tubuh/kulit ke udara yang disebabkan perpindahan
udara.
Semua mekaisme ini dapat menjadi masalah di
semua ruang bayi rumah sakit. Ketika udara
panas, neonatus dapat memperoleh panas,
khususnya karena radiasi dan konveksi dari
sekitarnya
Etiologi 3. Hipitermia
Kondisi yang berkaitan dengan hipotermia
 Lingkungan dingin
 Asuhan neonatus yang tidak benar segera setelah
kelahiran
 Pengeringan tidak memadai
 Baju yang tidak memadai
 Pemisahan dari ibu
 Prosedur pemanasan yang tidak mmemadai (sebelum
dan selama transpor /pemindahan)
 Bayi sakit dan stres
4. Hipertermia
Kondisi yang berkaitan dengan hipetermia:
 Suhu lingkungan tinggi
 Dehidrasi
 Pendarahan intrakranial
 Infeksi
Tanda dan 1. Hipotermia
Gejala Pengukuran suhu neonatus mungkin tidak dapat
mendeteksi perubahan dini darii stresdingin, karena
neonatus pada walnya menggunakan simpanan energi
untuk mempertahankan suhu tubuhnya (suhu netral).
Tanda awal yang mungkin ditemuai adalah:
 Kaki teraba dingin
 Kemampuan mengisap yang lemah atau tidak
dapat menyusui
 Latergi dan menangis lemah
 Perubahan warna kulit dari pucat dan sianosis
menjadi kutis mermorata atau pletora
 Takipnea dan takikardia
 Tanda lanjut yangmungkin ditemui ketika
hipotermia berlanjut:
1) Latergi
2) Apnea dan bredikardia
 Terjadi resiko tinggi untuk terjadinya
hipoglikemia, asidosis metabolik, sesak nafas,
faktor pembekuan abnormal (DIC, pendarahan
intraventrikel, pendarahan pulmonum).
2. Hipertermia
 Kulit hangat yang mungkin terlihat kemerahan
atau merah muda pada awalnya dan kemudian
pucat
 Ketidakmampuan neonatusuntuk berkeringat
dapat merupakan bagian besar dari masalah yang
terjadi
 Pola seruppa dengan hipertermia mungkin terjadi
pada saat masalah berlanjut: termasuk
peningkatan laju metabolik, iritabel, takikardia,
dan takipnea
 Dehidrasi, pendarahan intrakranial, heart stroke.
Dan kematian
Tatalaksana 1. Pengendalian suhu
a) Di ruang bersalin:
 Memberikan lingkungan hangat yang
bebas dari airan udara
 Keringkan neonatus segera
 Kontak kulit ibu-bayi segera akan
berperan sebagai sumber panas.
Selimuti ibu dan bayinya sekaligus atau
tutupi dengan kain/baju
 Tutup kepala neonatus dengan topi
Pemakaian radial warmer jika tidak
mungkin melakukan kontak kulit dengan
kulit (ibu mengalami komplikasi
pascanatal)
 Neonatus tidak berpakaian kecuali popok
dan diletakkan tepat di bawah
penghangat/radiant warmer
 Probe suhu tubuh harus diset pada 36,5 C
 Suhu harus diukur setiap 30 menit atau
atas instruksiidokter untuk menilai bahawa
suhu tubuh neonatusdipertahankan dalam
kisaran yang seharusnya
b) Selama perawatan dalam inkubator, penting untuk
mengikuti pprosedur ini :
 Memastikan bahwa semua pihak yang
terlibat dalam asuhan neonatus dapat
menggunakan inkubator dengan benar,
memantau suhu tubuh neonatus, dan
menyesuaikan suhu inkubator untk
mempertahankan lingkungan suhu netral
 Inkubator memerlukan pasokan listrik
yang tidak terputus, staf terlatih untuk
pemeliharaan / perbaikan, tersedianya
suku cadang untuk perbaikan
 Jauhkan inkubator dari jendela tanpa
penutup. Suhu ruang bayi harus memadai
diminimalkan
 Ketika neonatus memerlukan perawatan
dalam inkubator penting untuk
mendukung ibu dan ayah bayi untuk
mengunjungi dan menggendong bayinya
untuk mempertahankan suhu tubuh36,5-
37,5C
 Lubang jendela inkubator sedapat
mungkin harus digunakan selama asuhan
neonatus dan tidak sering membuka pintu
inkubator yang lebih besar
Pengukuran 1. Suhu aksila
suhu tubuh  Keuntungannya mencakup penurunan resiko
neonatus, kebersihan terjaga, dan pengukurannya
relatif cepat serta akurat
 Letakkan termometer di tengah aksila dengan lengan
ditempelkan secara lembut tetapi kuat pada sisi tubuh
bayi selama sekitar 5 menit
 Kulit pada lokasi ini tidak bereaksi terhadap suhu
rendah dengan vasokontriksi
 Meskipun suhu sedikit lebih rendah daripada suhu
netral tubuh sesungguhnya, perubahannya akan sama
dengan suhu tubuh
2. Suhu rektum
 Pengukuran suhu tubuh dari rektum merupakan
prosedur invasif dan tidak selalu dapat diandalkan
 Suhu darah yang mengalir dari ekstremitas
bawah mempengaruhi suhu rektum
 Jika terdapat vasokonstriksi perifer dan neonatus
memutuskan sirkulasinya, darah yang dingin dari
ke dua tungkai akan segera bermakna
menurunkan rektum yang diukur
Suhu lingkungan
 Setiap kamar harus memiliki termometer dinding
 Jaga suhu lingkungan kamar antara 24-26C
kepustakaan PONEK ( Pelatihan ponek termoregulasi neonatus hal 91-99 )
Lingkungan Usia dan suhu berdasarkan berat badan (BB) dilihat dalam Paket
Suhu Netral Pelatihan Ponek Asuhan Neonaus Esensial
(NTE)

3. Sop Pencegahan Infeksi Pada Bayi

Pengertian Pencegahan infeksi adalah bagian penting setiap komponen


perawatan pada bayi baru lahir. Bayi baru lahir lebih rentan
terhadap infeksi karena sistem imun mereka imatur; oleh karena
itu, akibat kegagalan mengikuti prinsip pencegahan infeksi
terutama sangat membahayakan.
Tujuan Mencegah penularan penyakit secra langsung naupun tidak
langsung dari atau kepada Neonatus di fasilitas kesehatan
ataupun lingkungan sekitarnya.
Prinsip Umum Praktik pencegahan infeksi di bawah akan melindungi bayi, ibu,
dan pemberi perawatan kesehatan dari infeksi. Hal itu juga akan
membantu mencegah penyebaran
infeksi.
1. Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir.
2. Pertimbangkan setiap orang (termasuk bayi dan staf)
berpotensi menularkan infeksi.
3. Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol.
4. Pakai pakaian pelindung dan sarung tangan.
5. Gunakan teknik aseptik.
6. Pegang instrumen tajam dengan hati-hati, dan bersih -
kan dan, jika perlu, sterilkan atau desinfeksi instrumen
dan peralatan.
7. Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara
rutin dan buang sampah.
8. Pisahkan bayi yang menderita infeksi untuk mencegah
infeksi nosokomial.
Prosedur Untuk meminimalkan resiko infeksi bayi baru lahir dapat
dilakukan upaya berikut:
1. Pakai sarung tangan, apron plastik, atau karet jika
menangani bayi (membersihkan darah, mekonium, atau
cairan amnion dari kulit bayi )
2. Bersihkan darah dan cairan tubuh lainya secara hati-hati
dengan menggunakan kapas , bukan kasa yang dicelupkan
kedalam air hangat, lalu keringkan kulit.
3. Cuci tangan sebelum memegang atau merawat bayi.
Alternatifnya dapat menggu- nakan produk antiseptik
yang mengandung alkohol dan tidak mengandung air.
4. Tunda membersihkan bayi baru lahir sampai suhunya
stabil (biasanya 6 jam). Area yang sangat penting adalah
area bokong dan perineal. Area ini harus selalu dibersi-
hkan pada setiap penggantian popok atau sesering
mungkin dengan menggunakan kapas yang dicelupkan
kedalam air sabun hangat,kemudian keringkan dengan ha-
ti-hati.
5. Tidak ada satu cara perawatan tali pusat yang terbukti
paling baik dalam mencegah kolonisasi infeksi. Biasanya
adalah dengan mencuci tangan atau memakai antiseptik
sebelum dan sesudah perawatan tali pusat.
6. Tali pusat harus bersih dan kering.
7. Jangan tutup tali pusat dengan gurita.
8. Popok di lipat dibawah tampuk tali pusat.
9. Jika tampuk tali pusat kotor, hati-hati, cuci tangan
dengan air matang yang diberi sabun, bersihkan dengan
air matang dan keringkan.

4. SOP Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)

Pengertian Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) adalah pertemuan seluruh warga


desa untuk membahas hasil Survei Mawas Diri dan Merencanakan
penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari Survei Mawas
Diri
Tujuan 1. Masyarakat mengenal masalah kesehatan di wilayahnya
2. Masyarakat sepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan
3. Masyarakat menyusun rencana kerja untuk menanggulangi
masalah kesehatan.
Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Kandyungan tentang Pengelolaan
dan Pelaksanaan UKM Puskesmas
Referensi 1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012 tentang
Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan (berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 122);
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang
Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Masyarakat;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 tahun
2015 tentang Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor;
828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten Kota;
6. Keputusan Menteri Kesehtan Republik Indonesia Nomor
296/Menkes/SK/III/2008 tentang Pedoman Pengobatan Dasar di
Puskesmas;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di fasilitas Pelayanan Kesehtan Pertama;
Alat dan 1. Alat :
Bahan a. ATK
b. Leaflet / Fotocopy
c. Notebook / Laptop
2. Bahan
-
Prosedur / A. Persiapan
Langkah - 1. Petugas berkoordianasi dengan Lurah / kepla desa, kader
langkah kesehatan, Pokja dan Satgas Desa Siaga, untuk melaksanakan
Musyawarah Masyarakat Desa
2. Petugas bersama dengan Lurah / kepala desa, kader kesehatan,
Pokja dan Satgas DesaSiaga menentukan maksud dan tujuan
MMD
3. Petugas bersama dengan Lurah / kepla desa, kader kesehatan.
Pokja dan satgas Desa Siaga menentukan sasaran peserta
4. Petugas bersama dnegan kader kesehatan, Pokja dan Satgas Desa
mempersiapkan hasil analisis data SMD
5. Petugas mempersiapkan leaflet dan media MMD
6. Petugas menyiapkan administrasi (absensi dsb)

B. Pelaksanaan
1. Pelaksanaan MMD dimulai dengan pembukaan dengan
menguraikan maksud dan tujuan MMD dipimpin oleh Lurah /
kepala desa
2. Pengenalan masalah kesehatan oleh masyarakat sendiri TP.PKK /
Kader Kesehatan / Pokja dan Satgas Desa SIaga melalui curah
pendapat
3. Penyajian hasil SMD
4. Perusmusan dan penenuan prioritas masalah kesehtan atas dasar
pengenalan masalah dan hasil SMD, dilanjutkan dengan
rekomendasi teknis dari petugas kesehatan
5. Penyusunan rencana penanggulangan masalah kesehatan dengan
dipimpin oleh Lurah / kepala desa
Unit Terkait 1. Lintas Program
2. Lintas Sektor
Dokumen Laporan Hasil SMD
Terkait
DAFTAR PUSTAKA

Bryar, R,2008. Teori Praktek Kebidanan. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Depkes RI, 2004, Panduan Lengkap Pencegahan Infeksi, Diknakes bekerjasama dengan
JHPIEGO/MNH,JNPK-KR Jakarta.

Hidayat, A. 2008. Kuliah Konsep Kebidanan Plus Materi Bidan Delima. Mitra Cendikia
Yogyakarta.

Subekti, Nike Bushi, Eko Karyuni dan Eny Meilya 2007, Buku Saku Manajemen

Masalah Bayi Baru Lahir Panduan Untuk Dokter, Perawat, & Bidan, Buku Kedokteran

EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai