PEMBAHASAN
Dewasa ini 45 % kematian bayi terjadi pada usia kurang dari 1 bulan.
Penyebab utama kematian neonatus adalah tetanus neonatorum, gangguan
yang timbul pada bayi berat lahir rendah (BBLR), dan asfiksia. Upaya yang
dilakukan untuk mencegah kematian neonatus diutamakan pada pemeliharaan
kehamilan sebaik mungkin, pertolongan persalianan “3 bersih” (bersih tangan
penolong, alat pemotong tali pusat dan alas tempat tidur ibu) dan peralatan
bayi baru lahir yang adekuat termasuk perawatan tali pusat yang higienis.
Selain hal terebut di atas, dilakukan pula upaya deteksi dini neonatus resiko
tinggi agar segera dapat diberikan pelayanan yang diperlukan. Resiko tinggi
pada neonatus meliputi :
1. Beri oksigen melalui nasal prongs atau kateter nasal jika bayi mengalami
sianosis atau distres pernapasan berat.
2. Beri VTP dengan balon dan sungkup dengan oksigen 100% (atau udara
ruangan jika oksigen tidak tersedia) jika frekuensi napas terlalu lambat
(<20 kali/menit).
3. Jika terus mengantuk, tidak sadar atau kejang, periksa glukosa darah. Jika
glukosa < 45 mg/dL koreksi segera dengan bolus 200 mg/kg BB dekstrosa
10% (2 ml/kg BB) IV selama 5 menit, diulangi sesuai keperluan dan infus
tidak terputus (continual) dekstrosa 10% dengan kecepatan 6-8 mg/kg
BB/menit harus dimulai. Jika tidak mendapat akses IV, berikan ASI atau
glukosa melalui pipa lambung.
4. Beri fenobarbital jika terjadi kejang.
5. Beri ampisilin (atau penisilin) dan gentamisin jika dicurigai infeksi bakteri
berat (lihat bagan dosis obat bayi baru lahir).
6. Rujuk jika pengobatan tidak tersedia di rumah sakit ini.
7. Pantau bayi dengan ketat.
Mengapa penting mengetahui tanda bahaya pada bayi baru lahir? Karena :
1. Bayi baru lahir rentan sakit dan kalau sakit cenderung cepat menjadi berat
dan serius bahkan bisa meninggal
2. Gejala sakit pada bayi baru lahir sulit dikenali
3. Dengan mengetahui tanda bahaya, bayi akan cepat mendapat pertolongan
sehingga dapat mencegah kematian
Secara umum, upaya peningkatan pelayanan deteksi dini neonates dan
penanganannya sudah selalu dilakukan masyarakat dengan menggalakan
berbagai program dan sosialisasi. Di antaranya dengan menggunakan buku
KIA yang bisa dibaca ibu dan suami, yang mana informasi di dalamnya
diharapkan mampu membuat ibu dan suami sadar mengenai kesehatannya dan
bayi. Namun apakah kasus kematian bayi sudah menurun secara drastic?
Tidak, karena faktanya menurut survey, buku KIA tidak dibaca dan hanya
dianggurkan di rumah. Ini menandakan bukan hanya pemerintah atau petugas
kesehatan saja yang sepatutnya berperan dalam upaya peningkatan pelayanan
deteksi dini neonates, tetapi juga diperlukan kontribusi dari masyarakat,
khususnya ibu. Bagaimana? Bisa dengan merubah sikap dan perilaku untuk
lebih sadar pada kesehatannya dan bayi, rutin membaca buku KIA, dan
bersedia datang ke kegiatan penyuluhan kesehatan yang ketua wilayah
setempat.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2003. Manajemen Terpadu Bayi Muda Umur 1 Hari samapi 2 Bulan.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Hermawan. 2011. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
(PWS-KIA). Jakarta: Departemen Kesehatan.
Yulifah, Rita dan Tri Johan Agus Yuswanto. 2014. Asuhan Kebidanan Komunitas.
Jakarta: Salemba Medika.