Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

“KEHAMILAN DENGAN FEBRIS, ISK, DHF”


DI RUANG KAMAR BERSALIN RS UMM

Untuk Memenuhi Tugas Individu DIII Keperawatan Departemen Maternitas

Oleh :
Putri Lailin Nisak
201510300511013

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
LAPORAN PENDAHULUAN

KEHAMILAN DENGAN FEBRIS

A. Definisi
Demam merupakan kenaikan Suhu tubuh diatas normal. Demam dapat merupakan
manifestasi penyakit neoplastik, gangguan-gangguan peradangan noninfeksi atau
katabolisme berlebihan pada keadaan-keadaan metabolik tertentu (Guyton, 2010).
Demam pada saat kehamilan sebetulnya sama seperti demam pada keadaan biasa.
Namun demam yang terjadi pada masa kehamilan bisa menjadi masalah serius karena
dapat menyebabkan kelainan bawaan, kelahiran prematur, hingga kematian ibu dan
janin. Karena itu, calon ibu harus mengerti jenis demam yang dialaminya supaya bisa
melakukan penanganan yang tepat.
Demam pada masa kehamilan merupakan salah satu tanda bahaya dalam kehamilan.
Dikatakan demam apabila pana suhu tubuh ibu melebihi 38 derajat C. Demam tinggi
dapat merupakan tanda gejala adanya infeksi dalam kehamilan. Karena merupakan salah
satu tanda bahaya kehamilan, maka demam pada ibu harus segera mendapatkan
penanganan.

B. Klasifikasi Febris
1. Fever : Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses patologis
2. Hipertermia : Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada makhluk
hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh, seringnya karena induksi dari radiasi
(gelombang panas, infrared), ultrasound atau obat – obatan
3. Malignant Hipertermia : Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang
menyertai kekakuan otot karena anestesi total

Tipe – tipe demam menurut Manuaba, 2009 :

1. Demam septik : Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat
yang normal dinamakan juga demam hektik
2. Demam remiten : Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua
derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik
3. Demam intermitten : Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam
dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana
dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut
kuartana
4. Demam continue : Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia
5. Demam siklik : Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula

C. Etiologi
Penyebab demam pada saat kehamilan yang paling umum dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari adalah infeksi virus dan bakteri. Meski keduanya sama-sama berbahaya,
namun infeksi virus memiliki tingkat kecacatan dan kematian janin yang lebih tinggi.
Namun infeksi akibat bakteri maupun parasit tidak boleh diabaikan. Seperti pada kasus
infeksi TORCH, yang terdiri dari entitas parasit dan virus Toxoplasma, Others
(Parvovirus, Varicella, Morbili, dsb), Rubella, Cytomegalovirus(CMV), dan Herpes,
akan menyebabkan kelainan otak, jantung, pendengaran, penglihatan, dan kelainan
struktur tubuh. Selain itu, infeksi saluran kencing dan infeksi menular seksual (IMS)
yang disebabkan bakteri dapat pula menyebar naik ke kandungan secara langsung
maupun lewat sirkulasi darah. Bakteri-bakteri tersering penyebab infeksi saluran kencing
antara lain, E.coli, P.mirabilis, Streptococcus grup B, spesies Enterobacter dan
Klebsiella, Staphylococcus saprophyticus. Adapun Chlamydia trachomatis, Neisseria
gonorrhoeae, Gardnerella vaginalis merupakan bakteri penyebab tersering timbulnya
IMS pada ibu hamil. Penyakit-penyakit tersebut apabila tidak ditangani dengan baik,
dapat menyebabkan kelahiran prematur atau bahkan keguguran. Penyebab demam yang
jarang terduga, Human Immunodeficiency Virus (HIV) juga mendapatkan perhatian
khusus dewasa ini karena jumlah kasusnya yang semakin banyak.
Oleh karena itu, penyebab demam pada kehamilan harus dicari hingga tuntas sehingga
dapat ditatalaksana dengan baik. Hindari penyebab-penyebab tersebut dengan selalu
menjaga kebersihan diri, keluarga, dan lingkungan, serta selalu menyediakan obat
penurun demam, yaitu golongan parasetamol agar komplikasi yang bisa diakibatkan oleh
demam tersebut dapat dihindari.
Berikut beberapa penyebab umum timbulnya demam/febris :
1. Adanya infeksi seperti infeksi saluran kemih (sering buang air kecil atau buang air
kecil disertai rasa pedih), infeksi streptokokus pada tenggorokan (sering kali disertai
dengan radang tenggorokan), infeksi sinus (rasa sakit di atas atau di bawah kedua
mata), dan abses gigi (bengkak di bagian mulut).
2. Infeksi mononucleosis yang disertai rasa lelah.
3. Tertular suatu penyakit saat Anda berada di luar negeri.
4. Kelelahan karena kepanasan atau terbakar sinar matahari hebat

D. Manifestasi Klinis
Febris yang terjadi pada ibu hamil biasanya menunjukkan beberapa gejala.
Diantaranya adalah :
1. Nafas tersengal-sengal
2. Sakit punggung
3. Kedinginan
4. Sakit perut
5. Leher kaku
6. Berkeringat
7. Sakit kepala
8. Nyeri otot
9. Kehilangan nafsu makan
10. Mudah marah
11. Dehidrasi
12. Lemas di seluruh tubuh

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes darah
Contoh pada Demam Dengue terdapat leucopenia pada hari ke-2 atau hari ke-3. Pada
DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Masa pembekuan masih
normal, masa perdarahan biasanya memanjang, dapat ditemukan penurunan factor
II,V,VII,IX, dan XII. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia,
hiponatremia, hipokloremia. SGOT, serum glutamit piruvat(SGPT), ureum, dan pH
darah mungkin meningkat, reverse alkali menurun.
2. Pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria ringan.
3. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan
pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.
4. Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa

F. Penatalaksanaan Umum
1. Pemberian obat antipiretik (ex: paracetamol)
2. Perbanyak minum agar mencegah terjadinya dehidrasi
3. Jangan terlalu sering menggunakan pakaian atau kain yang tebal-tebal.
4. Kompres dengan air hangat kuku, jangan menggunakan air dingin karena dapat
membuat pasien kedinginan.
5. Konsumsi makanan yang adekuat serta cukup istirahat
Tips Hadapi Demam saat Hamil :
1. Hindari dehidrasi dan cukupi hidrasi tubuh dengan cukup minum air putih karena
peningkatan suhu tubuh 0.1o akan meningkatkan kebutuhan carian tubuh.
2. Bila hendak mengkonsumsi obat penurun demam, bisa menggunakan golongan
parasetamol yang aman untuk ibu hamil namun dosis harap dikonsultasikan kepada
dokter anda
3. Bila demam terus berlanjut lebih dari 24 jam atau lebih dari 39 o
Celsius maka
sebaiknya diperiksakan ke dokter.
4. Tetaplah untuk didalam ruangan karena suasana lebih nyaman dan  sejuk

G. Pencegahan
1. Rutin memeriksa kehamilan
Pemeriksaan kehamilan paling sedikit dilakukan 4 kali selama masa kehamilan yakni
1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester
ketiga. Apabila menemukan tanda atau masalah, ibu hamil harus segera
menghubungi dokter kandungan maupun bidan. Rajin memeriksakan kandungan
merupakan langkah yang tepat untuk mencegah dan mengetahui secara cepat
kemungkinan bahaya kehamilan. Serta bisa segera dilakukan penanganan secara
tepat.
2. Menjaga daya tahan tubuh
Daripada mengkonsumsi obat – obatan yang kemungkinan bisa berdampak buruk
pada janin, ibu lebih dianjurkan untuk menjaga stamina dan daya tahan tubuh agar
tidak mudah terkena penyakit seperti demam. Vitamin C yang kaya akan kandungan
antioksidan membantu melindungi sel – sel sehingga menjaga tubuh tetap sehat.
Konsumsi makanan sehat seperti sayur dan buah yang mengandung banyak vitamin
dapat memperkuat daya tahan tubuh.
3. Menjaga kebersihan
Membersihkan tangan merupakan langkah paling dasar dari mencegah infeksi virus
maupun bakteri. Rajin membersihkan tangan akan menghambat perkembangan dan
penyebaran virus. Mandi minimal 2 kali sehari dan jika banyak berkeringat ibu harus
rajin ganti pakaian terutama pakaian dalam. Pakaian dalam yang bagus untuk ibu
hamil adalah pakaian dalam yang longgar dan yang dapat menyerap keringat.
4. Istirahat yang cukup
Ibu hamil memang mudah kelelahan, oleh sebab itu ibu hamil harus pandai mengatur
waktu, perbanyak istirahat dan jangan terlalu memaksakan diri.
5. Hindari dehidarasi dan cukupi hidrasi tubuh dengan minum air putih karena
peningkatan suhu tubuh 0,1 derajat celcius akan meningkatkan kebutuhan cairan
tubuh
6. Bila hendak mengonsumsu obat penurun demam, dapat menggunakan paracetamol
yang aman untuk ibu hamil namun dosis harus dikonsultasikan oleh dokter ataupun
tenaga medis lainnya.
7. Bila demam terus berlanjut lebih dari 24 jam dengan suhu 39 derajat celcius maka
sebaiknya diperiksakan oleh dokter

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas Pasien
Identitas  : Meliputi nama, umur, pendidikan, susku bangsa, pekerjaan, agama,
alamat.
b) Riwayat kesehatan
- Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
- Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain
yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi,
nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
-  Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh pasien).
- Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik
atau tidak)
2. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi
b) Pemeriksaan persistem
- Sistem persepsi sensori
-  Sistem persyarafan : kesadaran
- Sistem pernafasan
-  Sistem kardiovaskuler
- Sistem gastrointestinal
- Sistem integument
- Sistem perkemihan
3. Pada fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b) Pola nutrisi dan metabolism
c) Pola eliminasi
d) Pola aktivitas dan latihan
e) Pola tidur dan istirahat
f) Pola kognitif dan perceptual
g) Pola toleransi dan koping stress
h) Pola nilai dan keyakinan
i) Pola hubungan dan peran

I. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit
2. Resiko kekurangan  volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan
diaporesisi
3. Hambatan Mobilitas fisik b/d kelemahan
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kurang nafsu makan
J. Intervensi

Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1 Nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pendekatan
kebutuhan tubuh keperawatan selama 3 x24 jam pada pasien dan
berhubungan Kebutuhan nutrisi klien dapat keluarganya.
dengan intake yang terpenuhi dengan 2. Jelaskan pada pasien
tidak adekuat Kriteria Hasil : dan keluarga
( mual, muntah) No. NOC Skala penyebabnya dari rasa
1. BB 5 sakit dan cara
Meningkat mengurangi rasa sakit.
2. Nafsu 5 3. Jelaskan pada pasien
makan tentang penyakitnya
meningkat dan akibatnya jika ia
3. Gangguan 5 tidak makan.
penelanan 4. Anjurkan pada kelurga
berkurang untuk memberikan
makanan tambahan
yang ringan untuk
dicerna
5. Obervasi TTV
6. Kolaborasi dengan tim
kesehatan dan ahli gizi

2 Hipertermi Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi suhu tubuh


berhubungan keperawatan selama 1x24 jam pasien
dengan tak diharapkan suhu tubuh klien 2. Anjurkan dan berikan
efektifnya menurun dengan Kriteria banyak minum (sesuai
termoregulasi Hasil : kebutuhan cairan anak
sekunder terhadap No. NOC Skala menurut umur)
inflamasi 1. TD Normal 5 3. Berikan kompres
2. Suhu 5 hangat pada dahi,
normal aksila, perut dan
3. Nadi 5 lipatan paha.
normal 4. Anjurkan untuk
4. RR normal 5 memakaikan pasien
pakaian tipis, longgar
dan mudah menyerap
keringat.
Kolaborasi dalam
pemberian antipiretik
3 Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji fungsi motorik
fisik b/d kelemahan keperawatan diharapkan dengan
pasien dapat melakukan menginstruksikan
ambulasi berjalan dengan pasien untuk gerakan
Kriteria hasil: 2. Catat tipe anastesi
No. NOC Skala yang diberikan pada
1. Berjalan 5 saat intra partus
lambat pada waktu pasien
2. Berjalan dg 5 sadar
jarak sedang 3. Bantu /lakukan
(keliling latihan ROM pada
kamar) semua ektremitas dan
3. Keseimbangan 5 sendi, gunakan
tubuh gerakan perlahan dan
4. Posisi tubuh 5 lembut
5. Gerakan otot 5 4. Ajarkan pasien
istirahat
5. Tingkatkan aktifitas
secara bertahap
4 Resiko kekurangan Setelah dilakukan tindakan Fluid management:
volume cairan keperawatan selama, fluid 1. Pertahankan catatan
dengan faktor balance dengan kriteria hasil : intake dan output yang
resiko faktor yang No. NOC Skala akurat
mempengaruhi 1. Intake 5 2. Monitor status
kebutuhan cairan output dehidrasi( kelembaban
(hipermetabolik) adequat membrane mukosa,
2. TTV 5 nadi adekuat, tekanan
normal darah ortostatik)
3. Turgor kulit 5 3. Monitor vital sign
4. Mukosa 5 4.  Monitor asupan
lembab makanan/cairan dan
hitung intake kalori
harian
5. Berika terapi cairan
6. Monitor status nutrisi
7. Dorong masukan oral
8. Anjurkan minum
kurang lebih 7-8 gelas
belimbing perhari
9. Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul memburuk
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. 2010. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta : EGC
Julia Klaartje. 2010. Metode Tepat Mengatasi Demam. (Online).
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-siswanto02-5263-2-bab2.pdf
(Diakses 6 Mei 2018)
Ngastiah. 2009. Buku Keperawatan Ibu dan Anak. Jakarta : EGC
Manuaba. 2009. Pengantar Kuliah Obstetri. (online). Jakarta : EGC.
https://books.google.co.id/books (Diakses 6 Mei 2018)
LAPORAN PENDAHULUAN

KEHAMILAN DENGAN ISK

A. Definisi
Infeksi saluran kemih adalah ditemukannya bakteri pada urine di kandung kemih yang
umumnya steril (Arif mansjoer, 2001). Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus
Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih
(Agus Tessy, 2001). Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah berkembangnya
mikroorganisme di dalam saluran kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung
bakteri, virus/mikroorganisme lain.
Infeksi saluran kemih sering terjadi pada wanita. Salah satu penyebabnya adalah
uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah melewati
jalur ke kandung kemih. Faktor lain yang berperan adalah kecenderungan untuk menahan
urin serta iritasi kulit lubang uretra sewaktu berhubungan kelamin. Uretra yang pendek
meningkatkan kemungkinan mikroorganisme yang menempel dilubang uretra sewaktu
berhubungan kelamin memiliki akses ke kandung kemih.
Kehamilan berpengaruh secara mekanis dan hormonal dengan fungsi traktus urinarius
yang secara embriologis berasal dari traktus genitalis. Wanita hamil mengalami relaksasi
semua otot polos yang dipengaruhi oleh progesterone, termasuk kandung kemih dan
ureter, sehingga mereka cenderung menahan urin dibagian tersebut. Uterus pada
kehamilan dapat pula menghambat aliran urin pada keadaan-keadaan tertentu.
ISK telah diketahui berhubungan dengan kesudahan kehamilan yang buruk, seperti
persalinan preterm, pertumbuhan janin terhambat, bahkan janin lahir mati (stillbirth).
Komplikasi ini bukan hanya akibat ISK bergejala, tetapi bakteriuria asimtomatik juga
dapat menyebabkan komplikasi tersebut. Bakteri patogen dari vesika dapat membentuk
koloni pada saluran genitalia bagian bawah, dan menyebabkan korioamnionitis. 2 Oleh
sebab itu, sangat penting bagi seorang dokter dapat melakukan upaya skrining, diagnosis,
serta pemberian terapi yang sesuai pada ibu hamil dengan ISK.

B. Klasifikasi ISK Pada Ibu Hamil


1. Infeksi saluran kemih tanpa gejala (Bakteriuria asimptomatik).
Dimana terdapat bakteri dalam urine lebih dari 100.000 /ml urine. Urine diambil
porsi tengah dengan cara vulva dan meatus urethra eksternus dibersihkan terlebih
dahulu dengan bahan antiseptik. Atau jumlah bakteri antara 10.000 sampai dengan
100.000 bila urine diambil dengan cara kateter urethra. Pada urinalisis dapat
ditemukan adanya leukosit.
2. Infeksi saluran kemih dengan gejala (simptomatik).
Dapat dibagi menjadi :
a) Infeksi saluran kemih bagian bawah (sistitis) Dengan gejala dapat berupa
disuria, terkadang didapatkan hematuria, nyeri daerah suprasimpisis, terdesak
kencing (urgency), stranguria, tenesmus dan nokturia. Tetapi jarang sampai
menyebabkan demam dan menggigil. Pada urinalisis dapat dijumpai leukosit
dan eritrosit.
b) Infeksi saluran kemih bagian atas (pielonefritis) Dengan gejala berupa nyeri dan
tegang pada daerah sudut “costovertebral” atau daerah pinggang, demam, mual
dan muntah. Dapat juga disertai keluhan seperti pada infeksi saluran kemih
bagian bawah seperti disuria, urgensi dan polakisuria, stranguria, tenesmus,
nokturia. Pada pemeriksaan darah dapat dijumpai kadar ureum dan kreatinin
yang meningkat dan pada pemeriksaan urinalisis ditemukan leukosit. Atau pada
pemeriksaan imunologi didapatkan bakteriuria yang diselubungi antibodi

C. Etiologi ISK Pada Kehamilan


1. Tekanan janin dalam rahim
Kondisi infeksi saluran kemih pada ibu hamil memang sangat wajar dan sering
terjadi. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan janin bisa menyebabkan tekanan
yang kuat pada saluran kemih dan kandung kemih. Kondisi inilah yang bisa
menyebabkan bakteri sering terperangkap dan menjadi infeksi. Bahkan beberapa ibu
hamil sering tidak bisa mengendalikan urin yang bocor sehingga mudah terkena
infeksi. Tekanan janin sudah terjadi sejak ada berbagai tanda kehamilan yang
muncukl sejak awal.
2. Pelebaran Saluran Ureter
Ketika ibu hamil masuk ke trimester kedua maka perubahan fisik akan terjadi sesuai
dengan perkembangan janin. Kondisi ini juga menyebabkan perubahan saluran ureter
yang bisa terjadi hingga ibu siap untuk melahirkan. Perubahan ukuran inilah yang
akan menyebabkan bakteri mudah masuk kemudian menyebabkan infeksi. Perubahan
saluran ureter ini akan mendukung proses persalinan normal saat janin sudah
berkembang sempurna.
3. Volume kantung kemih semakin besar
Ibu hamil memiliki janin yang berkembang dalam bagian rahim. Kemudian ini bisa
menyebabkan ukuran volume dari kantung kemih meningkat. Kondisi ini membuat
beberapa struktur dalam kantung kemih berubah. Semakin banyak urin yang terus
tertahan dalam bagian kantung kemih. Kondisi ini menyebabkan bakteri mudah
tubuh dan terjadilah infeksi saluran kemih pada ibu hamil.
4. Perubahan hormon
Perubahan hormon dalam tubuh ibu hamil bisa menyebabkan pengaruh untuk semua
sistem dalam tubuh. Ini juga bisa membuat kesehatan ibu hamil menurun dengan
cepat. Kemudian bagian urin pada ibu hamil sering memiliki kandungan hormon dan
gula yang lebih tinggi. Lingkungan seperti ini yang akan menyebabkan bakteri bisa
mudah tumbuh dengan baik. Jika seperti ini maka tubuh ibu hamil mudah terserang
bakteri, termasuk penyebab infeksi saluran kemih.

D. Tanda dan Gejala


1. Ibu merasa sakit atau panas atau sensasi terbakar terutama saat buang air kecil.
2. Ibu akan merasa lebih sering buang air kecil, namun berbeda daripada kondisi yang
normal.
3. Volume air seni yang dikeluarkan akan lebih kecil namun sering sehingga seperti
tidak tuntas.
4. Ibu sama sekali tidak bisa menahan ketika ingin buang air kecil.
5. Ada darah atau lendir yang ditemukan pada urin.
6. Sakit perut pada bagian bawah atau kram atau nyeri perut seperti perut melilit saat
hamil.
7. Rasa sakit saat berhubungan seksual. (sangat tidak disarankan karena bisa
menyebabkan abortus imminens)
8. Sering merasa buang air kecil tanpa disadari.
9. Ibu akan terkena demam saat hamil, menggigil atau berkeringat.
10. Ibu hamil tidak bisa tidur tenang karena selalu ingin buang air kecil. (baca: bahaya
begadang bagi ibu hamil)
11. Beberapa kali buang air kecil tapi dalam volume yang sangat banyak.
12. Urin berwarna lebih keruh, memiliki aroma yang sangat kuat atau berbau tidak enak.
13. Perasaan tertekan pada bagian kantung kemih, nyeri yang sangat kuat dibawah perut.
14. Sakit punggung yang sangat berat sebagai pertanda ketika bakteri telah menyebar ke
bagian ginjal.
15. Mual dan muntah jika kondisi infeksi sudah semakin berat termasuk penyebaran
bakteri ke ginjal dan organ lain.
E. Tipe Infeksi Saluran Kemih Pada Ibu Hamil
1. Cystitis
Cystitis adalah sebuah kondisi yang menggambarkan infeksi saluran kemih yang
disebabkan karena bakteri benar-benar berkembang pada saluran kemih. Kemudian
bakteri menyebabkan infeksi sehingga muncul peradangan yang ditandai dengan
gejala awal. Kondisi ini sering pada ibu hamil akibat berbagai perubahan pada tubuh
ibu hamil.
2. Infeksi Ginjal
Infeksi ginjal adalah sebuah kondisi ketika bakteri yang menyebabkan infeksi saluran
kemih sudah berkembang hingga ke bagian ginjal. Bakteri berjalan melalui ureter
hingga mencapai ginjal baik itu salah satu ginjal atau keduanya. Ibu hamil juga bisa
terkena pielonefritis yang menjadi komplikasi akibat infeksi saluran kemih yang
sangat serius. Jika infeksi sudah berjalan ke aliran darah maka bisa menyebabkan
kematian untuk ibu dan janin. Atau jika terjadi pada trimester ketiga maka akan
meningkatkan resiko kelahiran bayi prematur dengan berat badan yang rendah. Dan
biasanya sulit untuk mendapatkan bayi yang sehat.
3. Bakteri Asimtomatik
Bakteri asimtomatik adalah sebuah kondisi ketika ada bakteri yang menyebabkan
infeksi pada saluran kemih namun sering tidak menyebabkan gejala.  Sulit untuk
mengetahui jika infeksi saluran kemih dengan tipe ini pada ibu hamil. Jika infeksi
tidak segera diketahui dan mendapatkan perawatan yang tepat maka infeksi bisa
menyebar sampai ke ginjal dan meningkatkan resiko kematian ibu dan janin. Karena
itu pemeriksaan urin sangat penting dilakukan secara rutin untuk ibu hamil. Bukan
saja diawal kehamilan untuk mencari tanda kehamilan.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan sampel dari urin.
Analisis di bagian laboratorium akan mencoba menemukan aktifitas dari sel darah
putih, sel dan merah atau memang mengandung bakteri.
2. Dokter bisa memeriksa bagian kandung kemih dengan menggunakan USG. Tindakan
MRI atau scan pada ibu hamil tidak dilakukan karena radiasi dari alat ini bisa
menyebabkan gangguan pertumbuhan dan resiko besar pada janin dan ibu hamil.
G. Penatalaksanaan Umum
1. Keperawatan
a) Mengobservasi TTV pasien tiap 6 jam.
b) Menganjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas
microorganisme yang mungkin naik ke uretra.
c) Mengkaji skala nyeri pasien dengan metode PQRST.
d) Mengajarkan teknik manajemen nyeri distraksi (menonton TV, mengobrol) dan
relaksasi (nafas dalam).
e) Memberikan HE.
f) Mengukur dan catat pengeluaran urine setiap kali berkemih.
2. Medis
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial
yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek
minimal terhadap flora fekal dan vagina. Infeksi Saluran Kemih ( ISK ) pada usia
lanjut dapat dibedakan atas:
a) Terapi antibodika dosis tunggal
b) Terapi antibiotika konvensional : 5-14 hari
c) Terapi antibiotika jangka lama : 4-6 minggu
d) Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan
infeksi.penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (tpm,smz, bactrim, septra), kadang ampicillin atau
amoksisilin digunakan,tetapi E.Coli telah resisten terhadap bakteri ini. pyridium,
suatu analgesic urinarius juga dapat digunakan untuk mengurangi ketidak
nyamanan akibat infeksi. Dan dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai
kebutuhan untuk membilas mikroorganisme yang mungkin naik ke uretra,untuk
wanita harus membilas dari depan kebelakang untuk menghindari kontaminasi
lubang uretra oleh bakteri feces.

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian focus yang biasa dilakukan untuk mengkaji keluhan pasien dengan ISK
antara lain:
a) Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan sistem tubuh.
b) Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
- Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
- Adakah obstruksi pada saluran kemih?
c) Adanya faktor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.
- Bagaimana dengan pemasangan kateter?
- Imobilisasi dalam waktu yang lama.
- Apakah terjadi inkontinensia urine?
d) Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
- Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi faktor predisposisi
terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah) 
- Adakah disuria?
- Adakah urgensi?
- Adakah darah sewaktu berkemih?
- Adakah hesitancy?
- Adakah bau urine yang menyengat?
- Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi
urine?
- Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah
- Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih
bagian atas
- Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
e) Pengkajian psikologi pasien:
- Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah
dilakukan?
- Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya?

I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis
2. Gangguan eliminasi urinarius berhubungan dengan obstruksi anatomik, infeksi
saluran kemih
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
4. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik, nyeri

J. Intervensi

Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1 Nyeri akut Tujuan : Mandiri :
berhubungan Setelah dilakukan 1. Berikan tindakan nyaman,
dengan agens asuhan keperawatan ...x seperti pijatan punggung,
cidera biologis 24 jam diharapkan lingkungan istirahat
masalah nyeri dapat 2. Bantu atau dorong
teratasi dengan kriteria penggunaan nafas berfokus
hasil : 3. Berikan perawatan perineal
- Tidak nyeri waktu 4. Jika dipasang kateter
berkemih indwelling, berikan
- Tidak nyeri pada perawatan kateter 2 kali per
perkusi panggul hari
5. Catat lokasi, lamanya
intensitas skala (1-10)
penyebaran nyeri.
6. Pantau haluaran urine
terhadap perubahan warna,
bau dan pola berkemih,
masukan dan haluaran setiap
8 jam dan pantau hasil
urinalisis ulang
Kolaborasi :
1. Konsul dokter bila:
sebelumnya kuning gading-
urine kuning, jingga gelap,
berkabut atau keruh. Plak
berkemih berubah, sering
berkemih dengan jumlah
sedikit, perasaan ingin
kencing, menetes setelah
berkemih. Nyeri menetap
atau bertambah sakit
2. Berikan analgesic sesuai
kebutuhan dan evaluasi
keberhasilannya

2 Gangguan Tujuan : Mandiri :


eliminasi urinarius Setelah dilakukan 1. Dorong meningkatkan
berhubungan asuhan keperawatan … pemasukan cairan
dengan obstruksi x 24 jam diharapkan 2. Kaji keluhan kandung kemih
anatomik, infeksi masalah gangguan penuh
saluran kemih eliminasi urinarius 3. Observasi perubahan status
dapat teratasi dengan mental, perilaku atau tingkat
kriteria hasil : kesadaran
- Pola eliminasi 4. Awasi pemasukan dan
membaik pengeluaran karakteristik
- Tidak terjadi tanda- urin
tanda gangguan 5. Kecuali dikontraindikasikan:
berkemih (urgensi, ubah posisi pasien setiap dua
oliguri, disuria) jam
Kolaborasi :
1. Lakukan tindakan untuk
memelihara asam urin:
tingkatkan masukan sari
buah berry dan berikan obat-
obat untuk meningkatkan
aamurin.

3 Hipertermia Tujuan : Mandiri


berhubungan Setelah dilakukan 1. Jelaskan pada keluarga
dengan proses asuhan keperawatan ... tindakan perawatan yang
penyakit. x 24 jam diharapkan akan dilakukan.
masalahhipertermia 2. Berikan kompres.
pasien dapat teratasi 3. Anjurkan kepada pasien
dengan kriteria hasil : untuk memakai baju yang
- Suhu tubuh dalam tipis dan menyerap keringat
batas normal (360C – untuk klien
370C) 4. Anjurkan kepada klien untuk
minum lebih banyak.
Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam pemberin
antipiretik

4 Insomnia Tujuan : Setelah Mandiri


berhubungan dilakukan asuhan 1. Ajarkan teknik distraksi dan
dengan keperawatan ... x 24 relaksasi
ketidaknyamanan jam diharapkan masalah 2. Libatkan keluarga untuk
fisik, nyeri insomnia pasien dapat menemani pasien mengobrol
teratasi dengan kriteria atau pun pada saat tidur
hasil : 3. Atur tata ruangan agar
- Istirahat dan tidur senyaman mungkin dan
adekuat terjaga kebersihannya
- Tidak terbangun pada
malam hari
DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi  6 Volume 2. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA,
Intervensi
NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC
LAPORAN PENDAHULUAN

KEHAMILAN DENGAN DHF

A. Definisi
DHF adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengan cirri demam
dan manifestasi perdarahan ( Pusdiknakes. Dep Kes RI, Asuhan Kesehatan Anak Dalam
Konteks Keluarga, 1992).
Dengue Haemoragic Fever adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus dan
ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti (Ngastiyah, 1997).
Dengue adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes Aegypti atau Aedes Albopictus (Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 2
FKUI, 1982).
Dari beberapa sumber di atas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu penyakit
infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dan Aedes
Aegypti) dan Arbovirus (Anthropoda virus) yang ditandai dengan adanya demam 5-7
hari dan tidak atau disertai perdarahan atau renjatan, sehingga dapat meimbulkan
kematian jika tidak ditanggulangi sedini mungkin.

B. Klasifikasi
1. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi,
trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II :
Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah
kulit seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.
3. Derajat III :
Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan
system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang
lembab, dingin dan penderita gelisah.
4. Derajat IV :
Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi
renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.
C. Etiologi
Virus Dengue tergolong dalam family Flavivirida dan di kenal dengan 4 type. Ke-4
type tersebut ditularkan melalui vector nyamuk seperti Aedes Aegypti, Aedes
Albopictus, Aedes polines siensis dan beberapa species lainnya. Virus dengan jenis
Arbovirus dan virus berbentuk batang, bersifat termolabil dan stabil pada suhu 70 derajat
celcius.
Demam dengue ini bisa terjadi apabila nyamuk Aedes betina yang mengandung virus
tersebut menggigit seseorang, dan memindahkan virus ini pada host yang baru ( tidak
terjadi penularan dari satu orang ke orang lainnya secara langsung). Begitu virus masuk
kedalam tubuh, virus akan menyebar ke berbagai kelenjar, terutama yang dekat dimana
mereka mengadakan pembelahan. Virus-virus tersebut kemudian masuk ke sirkulasi
darah.
Terdapatnya virus didalam pembuluh darah terutama yang memvaskularisasi kulit,
akan menyebabkan perubahan pada pembuluh darah tersebut. Pembuluh darah akan
menjadi bengkak dan bocor. Limpa membesar dan jaringan hepar mengalami kematian.
Terjadilah proses yang disebut Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC), kemudian
bahan-bahan kimia yang bertanggung jawab terhadap pembekuan darah digunakan
berlebih, dan akan beresiko terhadap terjadinya perdarahan yang berat. Selain virus
menghinggapi seorang host, akan terjadi periode inkubasi. Selama masa ini (5-8 hari)
virus mengadakan penggandaan diri.

D. Tanda Dan Gejala


1. demam tinggi selama 5 – 7 hari
2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi
3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
4. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
5. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
6. Nyeri belakang mata
7. Sakit kepala.
8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah)
10. Masa inkubasi DHF yaitu antara 35 hari. Rata – rata 5 – 8 hari penderita biasanya
mendadak demam akut (suhu tubuh meningkat tiba – tiba) sering disertai menggigil,
saat menggigil kesadaran pasien sampai composmentis
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan Laboratorium didapat :
Haemokonsentrasi (Hematokrit meningkat 20 % atau lebih).
1. Trombositoperia (100.000 / mm atau kurang)
2. HB meningkat > 20 %
3. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan hypoproteinemia dan hipokloremia
4. Lekosit
5. Serologi : uji HI (Hemaglurination inhibita Test)
6. Pada pemeriksaan USG didapat Hepatomegali dan splenomegali
7. Rongent Thorax terdapat Effusi pleura
8. Uji Torniquet (+)
Cara melakukan Uji Torniquet
- Pasang manset pada lengan atas, ukur tekanan darah, tentukan systole dan
diastole. Usahakan menetap selama percobaan. Selanjutnya hasil systole dan
diastole dijumlahkan, kemudian dibagi 2 ( S 2+ D ) = X
- Pompa manset sampai tekanan X tahan selama 5 menit
- Perhatikan adanya bintik-bintik merah pada kulit di tengan bawah bagian media
pada ½ bagian  proximal
- Hasil uji tourniquet positif bila pada 7,84 Cm didapat lebih dari 20 bintik (WHO
1975 dalam Christantie 1995)

1+ 2+ 3+ 4+
Sedikit bintik-bintik Banyak bintik-bintik Banyak bintik-bintik Penut dengan
Merah pada daerah pada daerah lengan pada daerah lengan bintik- bintik merah
lengan Anterior Anterior dan tangan pada seluruh lengan
dan tangan

F. Komplikasi
Komplikasi yang sering timbul adalah DDS ( Dengue Syok Sindrome) yang disebabkan
oleh karena kebocoran dinding pembuluh darah sehingga cairran atau serum elektrolit
serta ke luar dari pembuluh darah sampai menimbulkan hypovolemia syok
1. Efulsi pleura
2. Asikes
3. Sepsis
4. Kematian

G. Penatalaksanaan Umum
Penderita DHF memerlukan perawatan yang serius dan bisa berakibat fatal atau
kematian jika terlambat diatasi. Oleh karena itu seharusnya penderita dirawat di RS
terutama  penderita DHF derajat II, III, IV penderita sebaiknya dipisahkan dari pasien
penyakit lain dan dirungan yang bebas nyamuk (berkelambu). Pada dasarnya
penatalaksanaan pasien dengan DHF bersifat simptomatik dan suportif diantaranya :
1. Tirai baring yaitu klien tidak melakukan aktivitas seperti biasanya, aktivitas terbatas
2. Diet makanan lunak 3.
3. Berikan minum yang banyak, 2 liter perhari dapat berupa susu, teh manis, syrup 4.
4. Pemberian cairan intravena Dengan indikasi :
- pasien sering muntah
- Haematokrit terus meningkat
5. Pemberian antipiretik sebaiknya dari golongan antipiretik dan kompres dingin.
6. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam, jika KU memburuk observasi ketat per jam
7. Pemberian Antibiotik bila terdapat kekhawatiran infeksi sekunder (kolaborasi
dengan dokter)
8. Pemeriksaan HB, HT dan trombosit setiap hari

H. Asuhan Keperawatan
Pengkajian Keperawatan :
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, no RM, alamat, pendidikan, dan pekerjaan
2. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk datang
ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan lemah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat
demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7
dan ibu hamil semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek,
nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot
dan persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya
manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
5. Riwayat gizi
6. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
(seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar)
7. Pola kebiasaan
a) Nutrisi dan metabolism : frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan berkurang,
napsu makan menurun.
b) Eliminasi atau buang air besar. Kadang-kadang mengalami diare atau konstipasi.
Sementara Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV bisa terjadi melena.
c) Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing sedikit
atau banyak sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue grade IV sering
terjadi hematuria.
d) Tidur dan istirihat. Ibu hamil sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun
istirahatnya kurang.
e) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersikan tempat sarang nyamuk Aedes
Aegypti.
f) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan.
8. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam Berdarah
Dengue, keadaan fisik anak adalah sebgai berikut:
1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan
nadi lemah.
2) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan perdarahan
spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak
teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil
dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit
tampak biru.
9. Sistem integument
1) Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan
lembab.
2) Kuku sianosis/tidak
3) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata
anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV.
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan
nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hiperemia pharing ( pada Grade
II, III, IV).
4) Dada : Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura), rales (+),
Ronchi (+), yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
5) Abdomen : Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
6) Ekstremitas : Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue dalam darah
2. resiko tinggi kurang volume cairan berhubungan dengan anorexia, muntah
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia,
muntah

J. Intervensi
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1 Hipertermi Setelah dilakukan 1) Observasi tanda-tanda vital
berhubungan tindakan keperawatan terutama suhu tubuh
dengan proses selama 3 x24 jam suhu sampai keadaan cukup
infeksi virus pasien kembali normal stabil.
dengue dalam 2) Berikan kompres dingin
darah (air biasa) pada daerah dahi
dan ketiak
3) Ganti pakaian yang telah
basah oleh keringat
4) Anjurkan keluarga untuk
memakaikan pakaian yang
dapat menyerap keringat
seperti terbuat dari katun.
5) Anjurkan keluarga untuk
memberikan minum
banyak kurang lebih 1500
– 2000 cc per hari
6) kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian Therapi,
obat penurun panas
2 resiko tinggi Setelah dilakukan 1) Kaji KU dan kondisi pasien
kurang volume tindakan keperawatan 2) Observasi tanda-tanda vital
cairan selama 1x24 jam (S,N,RR )
berhubungan diharapkan Gangguan 3) Observasi tanda-tanda
dengan anorexia, volume cairan tubuh dehidrasi
muntah dapat teratasi 4) Observasi tetesan infus dan
lokasi penusukan jarum
infuse
5) Balance cairan (input dan
out put cairan)
6) Beri pasien dan anjurkan
keluarga pasien untuk
memberi minum banyak
3 Perubahan nutrisi Setelah dilakukan 1) Kaji intake nutrisi klien
kurang dari tindakan keperawatan dan perubahan yang terjadi
kebutuhan tubuh diharapkan Gangguan 2) Timbang berat badan klien
berhubungan pemenuhan nutrisi tiap hari
dengan anorexia, teratasi 3) Berikan klien makan dalam
muntah keadaan hangat dan dengan
porsi sedikit tapi sering
4) Beri minum air hangat bila
klien mengeluh mual
5) Lakukan pemeriksaan fisik
Abdomen (auskultasi,
perkusi, dan palpasi).
6) Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian Therapi
anti emetik.
7) Kolaborasi dengan tim gizi
dalam penentuan diet.
DAFTAR PUSTAKA

Widodo D, & Nainggolan L. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue pada Kehamilan.


Dalam : MKI 2004; vol 54: no 4: 136-142.
Antara M. Kematian Ibu oleh karena Sindroma Syok Dengue. Dalam : Laporan Kematian
Maternal, Januari 2006.
Suparmin, Halim B, Siddik D. Penatalaksanaan Kasus Kehamilan dengan Demam Berdarah
Dengue. Medika [serial online] 2001. Available from:
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/012001/pus-1.htm. Accessed Januari 21, 2006

Anda mungkin juga menyukai