Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN


DEMAM THYPOID
DI RUANG NUSA INDAH RST DR. SOEPRAOEN

Untuk memenuhi tugas


Praktik Klinik Keperawatan Anak

Oleh:
NAMA : FANDI OKTARIO
NIM : P17210203084

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN MALANG
TAHUN 2022
BAB I
KONSEP THYPOID FEVER

1. Konsep Thypoid Fever


1.1 Pengertian Thypoid Fever

Demam typhoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan (Moser-Van Der Geest, Schibli, & Huber, 2019). Tipe demam thypoid
pada anak, akan terjadi demam naik turun. Demam tinggi biasanya terjadi pada sore
dan malam hari kemudian turun pada pagi hari.
Penyakit demam tifoid (typhoid fever ) yang biasa disebut tifus adalah jenis
penyakit menyerang penderitanya pada bagian saluran pencernaan, selama terjadi
infeksi kuman tersebut bakteri akan bermultiplikasi dalam sel fagositik mononuklear
dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran darah (Idrus, 2020).

1.2 Etiologi Thypoid Fever

Menurut Inawati, (2017), Penyebab penyakit ini adalah kuman Salmonella


typhi, Salmonella para typhi A, dan Salmonella para typhi B. Wujudnya berupa basil
gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, dan mempunyai tiga
macam antigen (antigen O, H, dan VI). Dalam serum penderita terdapat zat
(aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Salmonella typhi merupakan
basil gram (-) dan bergerak dengan rambut getar. Transmisi Salmonella typhi
kedalam tubuh manusia dapat melalui hal –hal berikut.
1. Transmisi oral, melalui makanan yang terkontaminasi kuman salmonella
typhi.
2. Transmisi dari tangan ke mulut, di mana tangan yang tidak higenis yang
mempuyai Slmonella typhi langsung bersentuhan dengan makanan yang
di makan.
3. Transmisi kotoran, di mana kotoran individu yang mempunyai basil
Salmonella typhi kesungai atau sumber air yang digunakan sebagai air
minum yang kemudian langsung di minum tanpa di masak
1.3 Tanda Gejala Thypoid Fever

Masa tunas 7-14 hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal
tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas)
1. Perasaan tidak enak badan
2. Nyeri kepala
3. Pusing
4. Anoreksia
5. Batuk
6. Nyeri otot
7. Muncul gejala klinis yang lain

Demam berlangsung 3 minggu. Minggu pertama: demam ritmen, biasanya


menurun pagi hari, dan meningkat pada sore dan malam hari. Pada minggu pertama
ini pada anak akan disertai gejala mual, muntah nyeri perut dan nafsu makan
menurun. Selain itu lidah anak tampak kotor (terdapat kotoran warna putih). Minggu
kedua: demam terus. Minggu ketiga: demam mulai turun secara berangsur-angsur,
gangguan pada saluran pencernaan, lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan
kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor, hati dan limpa membesar
yang nyeri pada perabaan, gangguan pada kesadaran, kesadaran yaitu apatis-
samnolen (Moser-Van Der Geest et al., 2019).

1.4 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Sucipta (2017) yang sering dilakukan untuk


mendiagnosa penyakit demam thypoid terdiri dari
1. Pemeriksaan darah tepi
Pemeriksaan hematologi pada penderita demam thypoid tidak spesifik, dapat
ditemukan adanya anemia normokromik normositer dalam beberapa minggu, anemia
terjadi akibat pengaruh dari berbagai sitokin dan mediator sehingga terjadi depresi
sumsum tulang.
2. Pemeriksaan serologis widal
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap antigen O dan H.S. Typhi, pemeriksaan
ini memiliki sensivitas dan spesifik rendah.

3. Pemeriksaan PCR
Polymerase Chain Reaction (PCR) mengguanakan primer H1-d yang
dapat digunakan untuk mengamplifikasi gen spesifik bakteri Salmonella
Typhi, pemeriksaan ini memiliki sensivita untuk mendeteksi bakteri dalam
beberapa jam dan pemeriksaan ini terbilang cepat dan keakuratan baik.
4. Pemeriksaan Tubex
Salah satu pemeriksaan yang dapat digunakan sebagai alternatif
untuk mengetahui penyakit demam thypoid secara lebih dini yaitu dengan
cara mendeteksi antigen spesifik dari kuman Salmonella (lipopolisakarida
09) melalui pemeriksaan Igm anti salmonella (Tubex TF). Pada
pemeriksaan ini untuk hasil lebih spesifik, sensitif dan lebih praktis (Idrus,
2020).

1.5 Penatalaksanaan Medis

Pengobatan yang dilakukan untuk penderita penyakit demam thypoid yang


dirawat di rumah sakit terdapat pengobatan berupa suportif meliputi istirahat atau
bedrest dan pengaturan diet makanan yang dikonsumsi dan obat dalam pengobatan
(medikamentosa). Selama pasien di rawat ditempatkan akan ditempatkan di ruang
isolasi kontak selama fase akut infeksi, untuk proses pembuangan tinja dan urine pada
penderita demam thypoid harus dibuang secara aman hal tersebut dilakukan agar
tidak bakteri yang terdapat dalam kotoran tersebut tidak menginfeksi orang lain.
Pasien dengan demam thypoid diharuskan untuk istirahat hal ini berguna untuk
mencegah komplikasi penyakit yang lebih parah serta istirahat dapat mempercepat
dalam proses penyembuhan. Penderita harus menjalani istirahat tirah baring absolut
sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih 1 hari. Mobilisasi dilakukan
bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien, untuk program diet yang
dikonsumsi serta terapi penunjang lainnya, makanan yang diberikan pertama, pasien
diberikan bubur saring,
selanjutnya diberikan bubur kasar dan nasi sesuai dengan tingkat kemampuan
atau kesembuhan pada pasien, selain itu juga pasien perlu untuk diberikan vitamin
dan mineral untuk mendukung keadaan umum pasien (Idrus, 2020).
Penderita penyakit thypoid yang berat, disarankan menjalani perawatan di
rumah sakit. Antibiotika yang umum digunakan untuk mengatasi penyakit thypoid,
saat waktu penyembuhan bisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan. Obat-obat
pilihan pertama adalah Kloramfenikol, Ampisilin/Amoksisilin dan Kotrimoksasol.
Obat pilihan kedua adalah Sefalosporin generasi III. Obat-obat pilihan ketiga adalah
Meropenem, Azithromisin dan Fluorokuinolon. Kloramfenikol diberikan dengan
dosis 50 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral atau intravena, selama
14 hari. Kloramfenikol bekerja dengan mengikat ribosom dari kuman Salmonella,
menghambat pertumbuhannya dengan menghambat sintesis protein. Kloramfenikol
memiliki spectrum gram negatif dan positif, bila terdapat kontra indikasi pemberian
Kloramfenikol, diberi Ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi 3-4 kali.
Pemberian intravena saat belum dapat minum obat selama 21 hari, atau Amoksisilin
dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian oral/intravena
selama 21 hari kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3
kali pemberian, oral selama 14 hari.
Kasus demam thypoid berat dapat diberi Ceftriaxone dengan dosis 50
mg/hari/berat badan dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/hari/berat badan sehari
sekali, intravena, selama 5-7 hari. Bila tak terawat, demam thypoid dapat berlangsung
selama 3 minggu sampai sebulan. Pengobatan penyakit tergantung macamnya, untuk
kasus berat dan dengan manifestasi neurologik menonjol, diberi deksametason dosis
tinggi dengan dosis awal 3 mg/hari/berat badan, intravena perlahan (selama 30
menit). Kemudian disusul pemberian dengan dosis 1 mg/hari/berat badan dengan
tenggang waktu 6 jam sampai 7 kali pemberian (Idrus, 2020).
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah hal yang penting dan mendasar dalam melakukan asuhan
keperawatan untuk hal ini dilakukan untuk mengumpulkan data tentang anak maupun
keluarganya, baik saat penderita penyakit baru pertama kali datang maupun selama
penderita dalam masa proses perawatan
Menurut Idrus, (2020) Adapun hal hal yang perlu dikaji pada penderita
penyakit dengan thypoid yaitu sebagai berikut:
1. Data umum identitas klien
Penyakit demam thypoid ini banyak ditemukan pada semua usia baik itu
mulai dari umur bayi di atas satu tahun hingga umur dewasa, di dalam data
umum berisi nama klien, jenis kelamin, alamat, agama, bahasa yang digunakan,
golongan darah, asal suku, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, asuransi,
nomor register, tanggal MRS dan diagnosa medis.

2. Kesehatan umum

- Keluhan utama
Keluhan utama yaitu alasan utama masuk rumah sakit biasanya pada
penderita demam thypoid keluhan utama yang dialami berupa demam tinggi
(hipertermi) yang berkepanjangan, merasa tidak enak badan, nafsu makan
menurun, kurang bersemangat terutama pada masa inkubasi,tubuh terasa lesu,
nyeri atau sakit pada kepala dan juga pusing, serta kurang
- Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama dari paling awal saat dirumah dan saat di rumah sakit
pada kasus demam thypoid terjadi demam yang berlangsung selama kurang
lebih 3 minggu, bersifat febris, dan suhunya tidak terlalu tinggi sekali. Pada
minggu pertama penderita mengalami suhu tubuh yang berangsur-angsur baik
pada setiap harinya, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada
sore atau malam hari, minggu kedua penderita berada dalam keadan demam dan
minggu ketiga, suhu tubuh berangsur turun dan berada dalam keadaan normal
kembali pada akhir minggu ketiga
- Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien, pada bagian ini pasien
ditanya apakah pernah mengalami sakit demam thypoid yang sama atau
kambuh, terdapat informasi mengenai riwayat status kesehatan pasien.
- Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit keluarga diperlukan data apakah pernah terjadi penyakit
demam thypoid pada anggota keluarga yang lain yang memungkinkan
terjadinya proses penularan dari angota keluarga yang lain.

3. Pola Kesehatan Sehari-hari

- Status Nutrisi
Penderita demam thypoid biasanya akan mengalami penurunan dalam hal
berat badan hal ini dikarenakan penderita mengalami nafsu makan yang
menurun, gejala yang biasanya di alami yaitu seperti mual muntah serta
anorexia dan juga kemungkinan juga bisa terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
- Eliminasi
Pasien dengan demam thypoid sering mengalami terjadinya masalah
pencernaan salah satunya konstipasi dan juga diare, selain itu juga untuk sistem
integumen atau kulit pada pasien biasanya akan mengalami terdapat bintik
bintik kemerahan, bintik merah ini terjadi akibat dari emboli hasil dalam kepiler
kulit yang bisa ditemukan di minggu pertama demam, biasanya muncul pada
sekitar daerah anggota gerak dan dada punggung.
- Aktivitas
Aktivitas istirahat tidur pada pasien dengan demam thypoid biasanya
mengalami masalah kesulitan untuk dapat istirahat tidur hal ini terjadi karena
pada pasien dengan demam thypoid mengalami peningkatan suhu tubuh yang
dapat membuat pasien merasa tidak tenang atau gelisah,pasien juga mengalami
penurunan aktivitas sehingga pasienakan merasa lemahatau untuk melakukan
aktivitas
- PersonalHygiene
Pada pasien dengan demam thypoid tubuh akan merasalemas haltersebut
dapatmenghambat dalam melakukan proseskebersihan diri sehingga diperlukan
bantuan perawat maupun keluarga untuk perawatan.
4. Pemeriksaan fisik Head To Toe
- Keadaan umum:
Pasien lemas dan akral panas
- Tingkat kesadaran:
Penurunan kesadaran seperti apatis atau somnolen
- TTV:
Pada Tekanan darah pada pasiendemamthypoid biasanya
menuncukan angka normal yaitu berkisar110/80-120/80 mmHg,
untuk suhu tubuh akan mengalami peningkatan hal tersebut
0 0
disebabkan oleh bakteri salmonellathypihingga 39 C-40 C,
untuk respirasi pada pasien bisa mengalami peningkatan atau bisa
juga tidak karena pada pasien dengan demam thypoid bisa
mengalami sesak nafas,serta untuk nadi bisa normal/tidak
tergantung dengan pasien.
- Pemeriksaan kepala
Untuk pemeriksaan kepala meliputi inspeksi bentuk simetrisdan normal,
ada tidaknya lesi, palpasi biasanya penderita demam thypoid dengan
hipertermiterdapatnyeripada saat ditekan
- Pemeriksaan mata
Pemeriksaan mata meliputi inspeksi terdapat konjugtiva
anemis, besar pupil isoklor serta terdapat kotoran atau tidak
melakukan palpasi apakah adanya nyeri pada saat ditekan
- Pemeriksaan hidung
Pemeriksaan hidung meliputi inspeksi terdapat cuping
hidung atau tidak,adakah secret, pendarahan atau
tidak,palpasi apakah adanya nyeri pada saat ditekan
- Pemeriksaan Thorax
Pemeriksaan pada thorax ada Pemeriksaan paru Inspeksi: Respirasi
ratemengalami peningkatan. Palpasi: Tidak adanya nyeri. Perkusi : Paru
sonor Auskultasi : Tidak terdapat suara tambahan
- Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris Auskultasi : Bising usus biasanya
diatas normal (5-35x/menit), Palpasi : Ada tidaknya nyeri
tekan pada bagian epigastrium, Perkusi : Hipertimpani
- Pemeriksaan integument
Inspeksi : Adanya bintik-bintik kemerahan pada area punggung dan
ekstermitas, pucat, berkeringat banyak, Palpasi : Turgor kulit, kulit
kering, akral teraba hangat
2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilian klinis mengenai respons
pasien terhadap suatu masalah kesehatan atau proses kehidupan
Diagnosa yang biasanya muncul pada pasien demam thypoid menurut Tim
Pokja PPNI SDKI (2016) adalah sebagai berikut:
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi bakteri
Salmonella thypi)
2. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan
3. Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan

2.3 Rencana Keperawatan


No Diagnosis Kriteria Hasil Intervensi
. keperawat
an
1 Hipertermi Menurut Tim Pokja Menurut Tim Pokja PPNI (2018).
a b.d PPNI (2019) kriteria Intervensi pada hipertermia adalah
proses hasil yang didapatkan
Manajemen Hipertermia (I.15506)
infeksi adalah
(Salmonell Termoregulasi
- Observasi
a thypi) (L.14134)
Setelah dilakukan 1. Identifkasi penyebab
tindakan keperawatan hipertermi (mis. dehidrasi
diharapkan terpapar lingkungan panas
termoregulasi membaik penggunaan incubator)
dengan kriteria hasil: 2. Monitor suhu tubuh
1. Menggigil menurun 3. Monitor kadar elektrolit
2. Kulit merah 4. Monitor haluaran urine
menurun
- Terapeutik
3. Kejang menurun
1. Sediakan lingkungan yang
4. Akrosianosis
dingin
menurun 2. Longgarkan atau lepaskan
5. Konsumsi oksigen pakaian
menurun 3. Basahi dan kipasi
6. Piloereksi menurun permukaan tubuh
7. Vasokonstriksi 4. Berikan cairan oral
perifer menurun 5. Ganti linen setiap hari atau
8. Kutis memorata lebih sering jika
menurun mengalami hiperhidrosis
9. Pucat menurun (keringat berlebih)
10. Takikardi menurun 6. Lakukan pendinginan
11. Takipnea menurun eksternal (mis. selimut
12. Bradikardi menurun hipotermia atau kompres
13. Kuku sianolik dingin pada dahi, leher,
menurun dada, abdomen,aksila)
14. Hipoksia menurun 7. Hindari pemberian
15. Suhu tubuh antipiretik atau aspirin
Membaik 8. Batasi oksigen, jika perlu
16. Suhu kulit Membaik
17. Kadar glukosa darah - Edukasi
Membaik 1. Anjurkan tirah baring
18. Pengisian kapiler - Kolaborasi
Membaik 1. Kolaborasi cairan dan
19. Ventilasi Membaik elektrolit intravena, jika
20. Tekanan darah perlu
Membaik

2 Resiko Menurut Tim Pokja Menurut Tim Pokja PPNI (2018).


deficit PPNI (2019) kriteria Intervensi pada resiko deficit nutrisi
nutrisi b.d. hasil yang didapatkan adalah
ketidakma adalah Manajemen nutrisi
mpuan 1. Porsi makan yang - Observasi
mencerna dihabiskan 1. Mengindentifikasi status
makanan meningkat nutrisi
2. Kekuatan otot 2. Mengindentifikasi alergi
pengunyah dan intoleransi makanan
Meningkat 3. Mengindentifikasi
3. Kekuatan otot makanan yang disukai
menelan Meningkat 4. Mengindentifikasi
4. Serum albumin kebutuhan kalori dan jenis
Meningkat nutrien
5. Verbalisasi 5. Mengidentifikasi pelunya
keinginan untuk pemasangan NGT
meningkatkan 6. Memonitor asupan
nutrisi Meningkat makanan
6. Pengetahuan tentang 7. Memonitor berat badan
pemilihan makanan 8. Memonitor hasil lab
sehat Meningkat - Terapeutik
7. Pengetahuan tentang 1. Melakukan oral hygiene
pemilihan makanan sebelum makan jika perlu
sehat Meningkat 2. Menghentikan pemberian
8. Pengetahuan tentang makan melalui NGT jika
standar asupan asupan oral dapan
nutrisi yang tepat ditoleransi
Meningkat - Edukasi
9. Penyiapan dari 1. Mengajarkan diet yang di
penyimpanan programkan
makanan yang aman 2. Menganjurkan posisi duduk
Meningkat jika perlu
10. Penyiapan dari - Kolaborasi
penyimpanan 1. Pemberian medikasi
minuman yang aman sebelum makan (mis.
Meningkat Pereda nyeri), jika perlu
11. Perasaan cepat 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
kenyang menurun untuk menentukan jumlah
12. Nyeri abdomen kalori dan jenis nutrient
menurun yang dibutuhkan, jika perlu
13. Sariawan menurun
14. Rambut rontok
menurun
15. Diare menurun
16. Berat badan
membaik
17. IMT membaik
18. Frekuensi makan
membaik
19. Nafsu makan
membaik
20. Bising usus
membaik
21. Tebal lipatan kulit
trisep membaik
22. Membrane mukosa
membaik

3 Nyeri akut Menurut Tim Pokja Menurut Tim Pokja PPNI (2018).
PPNI (2019) kriteria Intervensi pada nyeri akut adalah
hasil yang didapatkan
Manajemen Nyeri (I. 08238)
adalah

- Observasi
Tingkat Nyeri
(L.08066) 1. lokasi, karakteristik,
Setelah dilakukan durasi, frekuensi, kualitas,
tindakan keperawatan intensitas nyeri
diharapkan tingkat nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
menurun dengan kriteria 3. Identifikasi respon nyeri
hasil: non verbal
1. Kemampuan 4. Identifikasi faktor yang
menuntaskan memperberat dan
aktivitas meningkat memperingan nyeri
2. Keluhan nyeri 5. Identifikasi pengetahuan
menurun dan keyakinan tentang
3. Meringis menurun nyeri
4. Sikap protektif 6. Identifikasi pengaruh
menurun budaya terhadap respon
5. Gelisah menurun nyeri
6. Kesulitan tidur 7. Identifikasi pengaruh nyeri
menurun pada kualitas hidup
7. Menarik diri 8. Monitor keberhasilan
menurun terapi komplementer yang
8. Berfokus pada diri sudah diberikan
sendiri menurun 9. Monitor efek samping
9. Diaphoresis penggunaan analgetik
menurun
1. Terapeutik
10. Depresi menurun
11. Perasaan takut
1. Berikan teknik
menurun
nonfarmakologis untuk
12. Anoreksia menurun
mengurangi rasa nyeri
13. Perineum merasa
(mis. TENS, hypnosis,
tertekan menurun
akupresur, terapi musik,
14. Uterus teraba
biofeedback, terapi pijat,
membulat menurun
aroma terapi, teknik
15. Ketegangan otot
imajinasi terbimbing,
menurun
kompres hangat/dingin,
16. Pupil dilatasi
terapi bermain)
menurun
2. Control lingkungan yang
17. Muntah menurun
memperberat rasa nyeri
18. Mual menurun
(mis. Suhu ruangan,
19. Frekuensi nadi
pencahayaan, kebisingan)
membaik
3. Fasilitasi istirahat dan
20. Pola napas membaik
tidur
21. Tekanan darah
4. Pertimbangkan jenis dan
membaik
sumber nyeri dalam
22. Proses berfikir
pemilihan strategi
membaik
meredakan nyeri
23. Focus membaik
24. Fungsi berkemih 2. Edukasi
membaik
1. Jelaskan penyebab,
25. Perilaku membaik
periode, dan pemicu nyeri
26. Nafsu makan
2. Jelaskan strategi
membaik
meredakan nyeri
27. Pola tidur membaik
3. Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

3. Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Moser-Van Der Geest, N., Schibli, A., & Huber, L. C. (2019). CME: Typhoid fever -
Clinical manifestation, diagnosis, therapy and prevention. Acta Academiae
Medicinae Sinicae, 108(14), 937–943.
Indrus, Hasta Handayani. (2020). Buku Demam Tifoid Hasta 2020. Makasar:
Universitas Muslim Indonesia
Inawati, (2017). Demam tifoid. Artikel Kesehatan Depatermen Patologi Anatomi
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Sucipta, A. A. M., 2015. Baku Emas Pemeriksaan Laboratorium Demam Tifoid
pada Anak. Jurnal Skala Husada, Volume 12, pp. 22-26.

Anda mungkin juga menyukai