2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2008. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis 2nd Ed.
4. Richard ES, Behrman RM, Ann MA. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, ed.15. Jakarta:
EGC; 2000.
6. Soedarmo SS et al. Demam tifoid dalam Buku ajar infeksi & pediatri tropis, Ed. 2.
7. Vollaard AM et al. Risk factors for typhoid and paratyphoid fever in Jakarta, Indonesia.
9. Widodo, Djoko. 2006. Demam Tifoid. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI Jilid III.
Penularan penyakit demam tifoid oleh basil Salmonella typhi ke manusia melalui
makanan dan minuman yang telah tercemar oleh feses atau urin dari penderita tifoid.
Demam tifoid (tifus abdominalis, enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada
saluran cerna, dan gangguan kesadaran.
Untuk mendiagnosis demam tifoid biasa muncul keluhan seperti :
Demam naik secara bertahap setiap hari, mencapai suhu tertinggi pada akhir minggu
pertama, minggu kedua demam terus menerus tinggi
Pada anak sering menggigau (delirium), malaise, letargi, anoreksia, nyeri
kepala,nyeri perut, diare atau konstipasi, mual, muntah, perut kembung.
Pada demam tifoid dapat dijumpai penurunan kesadaran, kejang dan ikterus
Penegakan diagnosis demam tifoid dapat dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Namun diagnosis pasti dapat ditegakkan dari hasil kultur
darah. Hasil kultur darah menunjukkan 40-60% positif pada pasien di awal penyakit
dan kultur feses dan urin akan positif setelah minggu pertama infeksi. Hasil kultur
feses kadang-kadang juga positif pada masa inkubasi. Pemeriksaan laboratorium
yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis demam tifoid tidak terlalu spesifik.
Pada pemeriksan darah perifer lengkap sering ditemukan leukopenia, namun dapat
pula terjadi leukositosis atau kadar leukosit normal. Pemeriksaan widal juga
dilakukan dalam membantu penegakan diagnosis demam tifoid. Uji widal dilakukan
dengan mengukur antibodi terhadap antigen O dan H dari Salmonella Typhi, namun
tes ini kurang spesifik dan sensitive. Karena bnyak hasil tes false-negative dan false-
positif terjadi.
Salmonella typhi mempunyai 3 macam antigen, yaitu:6,19
o Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh
kuman. Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut
juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak
tahan terhadap formaldehid.
o Antigen H (Antigen Flagella), yang terletak pada flagella, fimbriae atau pili
dari kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan
terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol.
o Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat
melindungi kuman terhadap fagositosis.
Ketiga macam antigen tersebut di atas di dalam tubuh penderita akan menimbulkan
pula pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut aglutinin
Walaupun di tabel ini tertera cefotaxime untuk terapi demam tifoid tetapi
sayangnya di Indonesia sampai saat ini tidak terdapat laporan keberhasilan terapi
demam tifoid dengan cefotaxime.
Pada demam tifoid berat kasus berat seperti delirium, stupor, koma sampai
syok dapat diberikan kortikosteroid IV (dexametasone) 3 mg/kg dalam 30 menit
untuk dosis awal, dilanjutkan 1 mg/kg tiap 6 jam sampai 48 jam.
Untuk demam tifoid dengan penyulit perdarahan usus kadang-
kadang diperlukan tranfusi darah. Sedangkan yang sudah terjadi perforasi harus
segera dilakukan laparotomi disertai penambahan antibiotika metronidazol.
Plan
Diagnosis: Demam Typoid
Terapi:
Anjuran opname
IVFD RL 20 Tpm
Paracetamol 1 gr/8jam/drips IV
Vastral 1x1
Antibiotic : ceftriaxone 1gr/12jam/iv
Ranitidine inj/12jam/iv
Konsultasi: Perlu dilakukan konsultasi ke dokter spesialis interna.
Rujukan: Pada kasus ini, perlu dilakukan konsultasi ke dokter spesialis anauntuk
penanganan pasien lebih lanjut.
Kontrol: Pantau tingkat kesadaran dan tanda vital.
Prognosis: dubia et bonam.
Peserta, Pendamping,