4. Riwayat Keluarga :
Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal
Riwayat kontak dengan penderita batuk lama atau TB paru disangkal
5. Riwayat Pekerjaan : -
6. Lain-lain :
Riwayat bepergian ke luar kota dalam 1 bulan terakhir disangkal
Daftar Pustaka:
1. Soedarmo, Sumarmo S., dkk. Demam tifoid. Dalam : Buku ajar infeksi &
pediatri tropis. Ed. 2. Jakarta : Badan Penerbit IDAI ; 2008. h. 338-45.
2. Rezeki, Sri. Demam tifoid. 2008. Diunduh dari
http://medicastore.com/artikel/238/Demam_Tifoid_pada_Anak_Apa_yang
Perlu_Diketahui.html.
3. Pawitro UE, Noorvitry M, Darmowandowo W. Demam Tifoid. Dalam : Soegijanto S,
Ed. Ilmu Penyakit Anak : Diagnosa dan Penatalaksanaan, edisi 1. Jakarta : Salemba
Medika, 2002: 1-43.
4. Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin; edisi bahasa Indonesia: A
Samik Wahab; Ilmu Kesehatan Anak Nelson, ed.15. Jakarta: EGC; 2000.
5. Alan R. Tumbelaka. Diagnosis dan Tata laksana Demam Tifoid. Dalam Pediatrics
Update. Cetakan pertama; Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta : 2003: h. 2-20.
6. Prasetyo, Risky V. dan Ismoedijanto. Metode diagnostik demam tifoid pada anak.
Surabaya : FK UNAIR ; 2010: h. 1-10.
7. Mohamad, Fatmawati. Efektifitas kompres hangat dalam menurunkan demam pada
pasien Thypoid Abdominalis di ruang G1 Lt.2 RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota
Gorontalo. 2012. Diunduh dari
http://journal.ung.ac.id/filejurnal/JHSVol05No01_08_2012/7_Fatwaty_JHSVol05No0
1_08_2012.pdf. 22 Januari 2012
Hasil Pembelajaran
1. Penegakan diagnosis demam tifoid
2. Penatalaksanaan demam tifoid
1. Subjektif :
Pada anamnesis didapatkan bahwa pasien mengeluh demam yang terus-menerus
selama 7 hari, meningkat terutama pada malam hari dan tidak begitu panas pada
pagi dan siang hari tanpa fase menggigil, disertai gejala konstitusional (malaise,
anoreksia, dan nyeri perut) dan gejala gastrointestinal yang mendominan (mual-
muntah dan buang air besar cair). Keluhan tersebut dicurigai dapat disebabkan oleh
demam tifoid atau malaria.
2. Objektif :
Hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (laboratorium) sangat
mendukung diagnosis demam tifoid. Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan
penemuan:
Lidah tampak kotor dengan tepi hiperemis (typhoid tongue)
Pemeriksaan widal typhii O 1/320
3. Assessment :
Seorang anak laki-laki berumur 13 tahun diantar oleh orangtuanya ke rumah
sakit dengan keluhan demam yang dirasakan sejak 7 hari sebelum berobat. Demam
terus menerus sepanjang hari, meningkat terutama pada malam hari dan tidak begitu
panas pada pagi dan siang hari, tidak menggigil, disertai keluhan gastrointestinal
seperti mual, muntah, nyeri perut, tidak nafsu makan, dan BAB cair. Dari keluhan
utama berupa demam lama dapat dipikirkan beberapa kemungkinan penyebab,
antara lain demam tifoid, malaria, atau TB paru.
Berdasarkan anamnesa, kemungkinan TB paru dapat disingkirkan karena sifat
demam pada penyakit ini biasanya subfebris. Selain itu penderita juga menyangkal
adanya batuk kronis, penurunan berat badan yang signifikan, dan riwayat kontak
dengan penderita Tb paru. Kemungkinan malaria masih belum dapat disingkirkan
meskipun dari anamnesis didapatkan bahwa pola demam tidak khas untuk malaria,
tidak ada keluhan menggigil, dan riwayat bepergian ke wilayah endemik malaria
disangkal. Untuk memastikan diagnosis malaria perlu dilakukan pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan apusan darah tebal dan tipis. Dari sifat demam yang remitten dan
diikuti oleh adanya keluhan gastrointestinal (mual, muntah, nyeri perut, dan BAB
cair), maka kecurigaan sementara diagnosa pasien ini adalah demam tifoid,
meskipun harus dibuktikan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
laboratorium.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan, pasien tampak sakit sedang dengan suhu
tubuh 37,80C. Hal ini menunjukkan pasien dalam keadaan demam. Lidah tampak
kotor dengan tepi yang hiperemis menunjukkan gambaran typhoid tongue. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri twekan epigastrium dan pembesaran hepar
2 jari bawah arcus costae dengan permukaan rata dan tepi tumpul. Temuan yang
didapatkan dari pemeriksaan fisik ini semakin menguatkan kecurigaan diagnosis
sementara demam tifoid.
Untuk lebih memastikan maka dilakukan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan serologi widal yang bertujuan untuk mendeteksi adanya antibodi di
dalam darah terhadap antigen kuman Salmonella typhi/paratypi. Uji ini dilakukan
pada awal minggu kedua sakit dan dinyatakan positif bila titer O ≥ 1/200 atau
meningkat lebih dari 4x dalam interval 1 minggu. Pada pasien ini, pemeriksaan
serologi widal menunjukkan hasil kadar titer O 1/320. Dari hasil pemeriksaan widal
sudah dapat dipastikan pasien ini menderita demam tifoid. Maka tatalaksana yang
sesuai adalah pemberian antibiotik kloramfenikol dan terapi simptomatik.
4. Plan :
Diagnosis : Demam Tifoid
Penatalaksanaan :
• Tirah baring total dan mobilisasi bertahap
• Diet bubur
• Kloramfenikol tab 4x500 mg sampai 7 hari bebas panas, minimal 10 hari
• Parasetamol tab 3x250 mg (jika suhu >39.5oC)
Edukasi keluarga :
1. Memberitahu keluarga bahwa penyakit ini membutuhkan istirahat total
2. Menjaga pola makan pasien dengan diet lunak (bubur saring) yang diberikan
dalam porsi sedikit tapi sering, mengandung kalori dan protein yang tinggi, serta
tidak merangsang (mengandung gas, pedas, asam, dan bebas serat)
3. Menjelaskan bahwa pengobatan memakan waktu selama 10-14 hari