Anda di halaman 1dari 9

Portofolio

PENANGANAN PASIEN DENGAN PAROTITIS

Oleh :
dr. Dicky Bramantyo A.P

Pendamping :
dr. Edwin
dr. Harry Kuncoro

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT PALANG BIRU
GOMBONG

2017
Topik : Parotitis
Tanggal (kasus) : 05 Maret 2017 Persenter : dr. Dicky Bramantyo A.P
Tangal presentasi : 06 April 2017 Pendamping : dr. Edwin & dr. Harry K
Tempat presentasi : Ruang SMF RS Palang Biru Gombong
Obyektif presentasi :
□ Keilmuan  □ Keterampilan □ Penyegara □ Tinjauan pustaka
n
□ Diagnostik □ Manajemen  □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi:
Seorang anak Laki-laki berusia 5 tahun datang ke IGD RS palang Biru Gombong
bersama keluarganya dengan keluhan utama demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah
sakit. Demam dirasakan terus-menerus sampai menganggu aktivitas anak. Demam
dirasakan memberat saat anak tidak mau makan dan minum, dan demam sedikit membaik
saat pasien mengkonsumsi penurun panas yang diberikan ibunya. Selain mengeluh demam,
pasien juga mengeluh pusing dan mual sehingga nafsu makannya turun. Ibu pasien
mengatakan bahwa pasien mengeluh nyeri disekitar pipi pada saat makan. Pada saat pagi
hari masuk rumah sakit, pasien sempat muntah 1x isi makanan yang dikonsumsi pagi
harinya.
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya termasuk anak yang aktif bermain di
lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah, dan jarang terkena penyakit. Ibu pasien
mengatakan bahwa di lingkungan sekolah anaknya sedang ada yang menderita penyakit
gondongan. Ibu pasien ingin mengetahui apakah anaknya terkena penyakit yang sama atau
tidak.
□ Tujuan: Mengetahui penatalaksanaan parotitis
Bahan bacaan: □ Tinjauan pustaka  □ Riset □ Kasus □ Audit
Cara membahas: □ Diskusi  □ Presentasi dan diskusi □ E-mail □ Pos

Data pasien : Nama: An. D No registrasi: 153375


Nama klinik : Rumah Sakit Palang Biru Gombong, Kebumen, Jawa Tengah
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/Gambaran Klinis :
Parotitis/Keadaan umum pasien tampak gelisah dan menangis, suhu tubuh meningkat, dan
terlihat ada pembengkakan di pipi sebelah kiri
2. Riwayat Pengobatan :
Pasien tidak sedang dalam konsumsi obat-obatan tertentu
3. Riwayat kesehatan/Penyakit :
Keluhan demam biasanya timbul apabila pasien menderita infeksi saluran penapasan akut.
4. Riwayat keluarga:
Tidak ada keluhan serupa dari anggota keluarga pasien
5. Riwayat pekerjaan:
Murid di sekolah Taman Kanak-Kanak
6. Riwayat Sosial dan Ekonomi :
Pasien tinggal di lingkungan keluarga yang sederhana. Keadaan gizi tercukupi terlihat dari
kondisi pasien dengan berat badan yang sesuai dengan tingginya. Pasien adalah anak yang
aktif, suka bermain bersama anggota keluarga lainnya dan teman-temanny, baik di rumah
maupun di sekolah. Pengobatan terhadap semua anggota keluarga menggunakan BPJS.
7. Pemeriksaan pada tanggal 05 Maret 2017
a. Pemeriksaa Fisik
Keadaan umum : tampak gelisah
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital :
1) Nadi : 88 x/menit
2) RR : 24 x/menit
3) Suhu : 38,2 °C

Kepala : normochepal
Mata : pupil isokor, injeksi konjungtiva (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
Hidung : sekret (-/-) , nafas cuping hidung (-/-)
Telinga : edema retroaurikula (-/+) , hiperemis (-/+), nyeri tekan (-/+)
Mulut : tonsil T1 – T1, faring hiperemis ( - )
Leher : pembesaran limfonodi retroaurikula (-/+)

Thorax
Paru
Inspeksi : hemithorax dextra – sinistra tampak simteris, retraksi intercostalis (-/-)
Palpasi : vocal fremitus dextra – sinistra sama
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1 > S2, regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : datar, tidak ada jejas
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-)

Ekstremitas : petekie (-), anemis (-), akral hangat


Genitalia : edema skrotum (-)

b. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium darah
WBC : 5400 /µL
Platelet : 171.000 /µL
Hematocrit : 32,3 %
8. Penatalaksanaan
IVFD RL 20 tpm
Inj. Amoxicilin 3 x 300 mg
Inj. Paracetamol 3 x 250 mg
Inj. Dexamethasone 3 x 2,5 mg
Inj. Ondansentron 2 x 2mg
9. Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
Daftar Pustaka:
1. Pudjiadi, Marissa T.S. dan Hadinegoro, Sri R. 2009. Orkitis pada Infeksi Parotitis
Epidemika. Sari Pediatri vol. 11 No : 1.
2. NSW Government. 2013. Diakses di.
http://www.mhcs.health.nsw.gov.au/publicationsandresources/pdf/publication-pdfs/diseases-
and-conditions/8415/doh-8415-ind.pdf pada tanggal 31 Maret 2017.
3. Wijaya, S. dan Hasbiani, S. 2016. Buku Saku Praktik Kedokteran. Yogyakarta: STPI Bina
Insan Mulia.
Hasil pembelajaran:
1. Manifestasi klinis Parotitis
2. Penatalaksanaan Parotitis

RANGKUMAN PORTOPOLIO
1. Subjektif
Pasien datang dengan keluhan demam terus-menerus sejak 5 hari sebelum masuk rumah
sakit. Pasien juga mengeluh pusing, mual, nyeri di pipi pada saat mengunyah
2. Objektif
Keadaan umum : tampak gelisah
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital :
1) Nadi : 88 x/menit
2) RR : 24 x/menit
3) Suhu : 38,2 °C

Telinga : edema retroaurikula (-/+) , hiperemis (-/+), nyeri tekan (-/+)


Mulut : tonsil T1 – T1, faring hiperemis ( - )
Leher : pembesaran limfonodi retroaurikula (-/+)
Ekstremitas : petekie (-), anemis (-), akral hangat
Genitalia : edema skrotum (-)

Pemeriksaan Penunjang Lab. darah


WBC : 5400 /µL
Platelet : 171.000 /µL
Hematocrit : 32,3 %
3. Assasement
Berdasarkan anamnesis, gejala klinis dan pemeriksaan fisik, diagnosis yang ditegakkan
adalah Parotitis
4. Plan
IVFD RL 20 tpm
Inj. Amoxicilin 3 x 300 mg
Inj. Paracetamol 3 x 250 mg
Inj. Dexamethasone 3 x 2,5 mg
Inj. Ondansentron 2 x 2mg

Edukasi :
Penyakit ini merupakan penyakit menular melalui droplet air liur, dan urin. Harus menjaga
kebersihan seperti mencuci tangan, menjaga kebersihan gigi dan mulut, menjaga
kebersihan alat makan dan mandi.
PAROTITIS

A. DEFINISI
Parotitis atau MUMPS, lebih dikenal sebagai penyakit gondongan
merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh inveksi virus (Paramyxovirus)
yang menyerang jaringan kelenjar dan saraf. Penyakit Parotitis ini sering
menyerang anak-anak pada usia 5 – 10 tahun dengan gejala yang khas berupa rasa
nyeri dan bengkak pada salah satu atau kedua kelenjar parotis. Virus yang
menginfeksi kelenjar parotis ini dapat ditularkan melalui percikan ludah yang
berasal dari bersin atau batuk penderita atau bersentuhan langsung dengan bend-
benda yang terkontaminasi ludah penderita. Selain itu, virus ini dapat ditularkan
juga melalui kontaminasi terhadap urin penderita. Seorang anak akan
mendapatkan kekebalan tubuh terhadap virus Paramyxovirus dari ibu sampai usia
12-15 bulan saja apabila ibu pernah menderita gondongan atau mendapatkan
imunisasi sebelumnya.

B. ANATOMI
Kelenjar Parotis merupkan kelenjar salvias yang terbesar. Kelenjar ini
berguna untuk membasahi mukosa mulut sehingga memudahkan orang dalam
proses pencernaan makanan. Kelenjar Parottis juga menghasilkan beberapa enzim
pencernaan seperti amylase dan lisosim. Parotisberasal dari kata “para” yang
berarti disekitar dan “otic” yang berarti telinga. Kelenjar Parotis ini terletak di
sekitar telinga, tepatnya di antero-inferior dari Meatus Akustikus Eksterna,
diantara ramus mandibuaris, sternomastoid dan prosesus mastoideus.
Gambar 1. Kelenjar Parotis

Kelenjar parotis dibungkus oleh kapsul yang berasal dari lapisan fascia
cervical. Adanya proses inflamasi akan menyebabkan sensasi nyeri disekitar sendi
temporo-mandibular karena adanya regangan pada kapsul ini. Nyeri akan
dirasakan pada saat sedang makan atau mengunyah.

C. TANDA DAN GEJALA


Tidak semua orang yang terinfeksi mengalami keluhan. Sebanyak 30% -
40% penderita tidak menunjukkan gejala sakit, tetapi tetap menjadi sumber
penularan. Seorang penderita parotitis dapat menularkan penyakitnya sampai 7
hari sebelum dan Sembilan hari setelah pembengkakan kelenjar parotis. Waktu
dari saat paparan virus hingga jatuh sakit dapat berkisar antara 12 sampai 25 hari,
tetapi umumya adalah 16 sampai 18 hari.
Gejala awal dapat berupa demam, rasa lesu, nyeri otot terutama di daerah
leher, nyeri kepala, nafsu makan yang turun diikuti pembesaran cepat dari
kelenjar parotis. Kulit di sekitar kelenjar parotis akan mengalami perubahan
warna menjadi kemerahan. Demam akan turun dalam 1-6 hari, dimana suhu tubuh
akan kembali normal sebelum pembengkakan kelenjar hilarng. Pembengkakan
kelenjar akan hilang dalam 3-7 hari.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang spesifik tidak dibutuhkan pada kasus parotitis ini.
Laboratoium darah dapat membantu untuk mengkonfirmasi diagnosis ini.

E. PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya, infeksi virus merupakan self limiting diseases. Terapi yang
diberikan hanya untuk mengurangi gejala saja. Pemberian antipiretik dan
analgetik dapat membantu mengurangi gejala yang ada pasien Parotitis ini. Pada
kasus Parotitis akut et causa bakteri, dapat diberikan antibiotic spektrum luas.
Nutrisi dan cairan yang adekuat dapat membantu mempercepat penyembuhan.
Pencegahan penularan infeksi ini dapat dilakukan dengan imunisasi MMR
( Mumps, Measles, Rubella ) sesuai jadwal rutin yang sudah ditentukan, yaitu
pada usia 15 bulan dan usia 5 – 6 tahun. Selain itu, penderita disarankan untuk
tidak beraktivitas di keramaian, seperti bermain atau bersekolah selama 9 -14 hari
setelah terjadi pembengkakan kelenjar parotis agar tidak menjadi sumber
penularan. Menjaga kebersihan juga perlu dilakukan, seperti mencuci bersih
peralatan makan dan mainan yang disentuh atau digunakan oleh penderita.

F. KOMPLIKASI
Komplikasi dari parotitis sangat jarang terjadi, diantaranya ensefalitis,
meningitis, orkhitis, ooforitis, mastitis dan dapat mengalami kehilangan fungsi
pendengaran. Komplikasi yang umum terjadi pada anak laki-laki adalah orkhitis.

Anda mungkin juga menyukai