Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA KLIEN DEMAM TIFOID

DENGAN MASALAH HIPERTERMIA DI RUANG YORDAN


RSU MONOMPIA GMIBM KOTAMOBAGU

OLEH:
ARDI U.PASAMBUNA
15101030
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


 WHO memperkirakan 70% kematian terjadi di
 Anak adalah individu yang unik, bukan orang dewasa Asia. Di Asia Selatan sebesar 400–500 per
mini. Anak juga merupakan harta atau kekayaan 100.000 penduduk, di Asia Tenggara 100–200
orang tua yang dapat dinilai secara sosial ekonomi, per 100.000 penduduk, dan di Asia Timur Laut
melainkan masa depan bangsa yang berhak atas kurang dari 100 kasus per 100.000.
pelayanan kesehatan secara individual. Anak adalah
individu yang masih bergantung pada orang dewasa  Indonesia merupakan negara endemik demam
dan lingkungannya, artinya kebutuhan dasarnya dan tifoid, diperkirakan terdapat 800 penderita per
untuk belajar mandiri. Lingkungan yang dimaksud 100.000 penduduk setiap tahun yang ditemukan
bisa berupa keluarga (orang tua) sepanjang tahun.
 Demam tifoid sebenarnya dapat menyerang semua  Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012, demam
golongan umur, tetapi biasanya menyerang anak usia tifoid menempati urutan ke-3 dari 10 penyakit
lebih dari 5 tahun. Itulah sebabnya demam tifoid terbanyak dari pasien rawat inap di rumah sakit,
merupakan salah satu penyakit yang memerlukan yaitu sebanyak 41.081 kasus dan yang
perhatian khusus. meninggal 274 orang dengan Case Fatality Rate
tertinggi sebesar 0,67%
 Demam tifoid merupakan infeksi sistemik yang
disebabkan oleh Salmonella enterica serovar typhi (S  Data pasien anak dengan demam tifoid di RSU
typhi) (Nelwan, 2012). Penyakit ini ditularkan melalui Monompia GMIBM Kotamobagu dari tahun 2017-
konsumsi makanan atau minuman yang 2018 terdapat 54 pasien anak yang menderita
terkontaminasi oleh tinja atau urin orang yang Demam Tifoid
terinfeksi. Gejala biasanya muncul 1-3 minggu
 Berdasarkan latar belakang diatas, penulis akan
setelah terkena, meliputi demam tinggi, malaise,
menulis judul “Asuhan Keperwatan Anak pada
sakit kepala, mual, kehilangan nafsu makan ,sembelit
pasien Demam tifoid dengan masalah
atau diare, bintik-bintik merah muda di dada (rose
keperawatan hipertermia di ruangan Yordan (zaal
spots), dan pembesaran limpa dan hati
anak) RSU Monompia GMIBM Kotamobagu”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Medis 2.1.5 Manifestasi Klinis


2.1.1 Definisi 1. Demam
 Demam tifoid (typus abdominalis, enteric fever) adalah infeksi  Demam berlangsung selama tiga minggu, bersifat
sistemik yang disebabkan kuman salmonella enterika, febris remiten, dan dengan suhu tubuh yang tidak
khususnya varianvarian turunannya, yaitu salmonella typhi, terlalu tinggi.
Paratyphi A, Paratyphi B dan Paratyphi C. Kuman-kuman
tersebut menyerang pencernaan, terutama diperut dan usus. 2. Gangguan pada saluran pencernaan
Demam tifoid sendiri merupakan penyakit infeksi akut yang  Napas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-
sering ditemukan dimasyarakat (endemik) Indonesia. pecah, lidah putih kotor (coated tongue) ujung dan
2.1.2 Etiologi tepi kemerahan, perut kembung, hati dan limpa
membesar, disertai nyeri pada perabaan.
 demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi (S. Typhi),
Paratyphi A, Paratyphi B, dan Paratyphi C. Salmonella typhi 3. Gangguan kesadaran
merupakan basil gram negatif, berflagel dan tidak berspora,  Kesadaran menurun, walaupun tidak terlalu
anaerob fakultatif masuk ke dalam keluarga enterobacteriaceae, merosot, yaitu apatis sampai samnolen (keinginan
panjang 1-3 um dan lebar 0.5-0.7 um, berbentuk batang single untuk tidur dan terus tidur).
atau berpasangan.
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
2.1.3 Patofisiologi
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap
 Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai
cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers 2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui
3. Pemeriksaan uji widal
Feses. Feses dan muntah pada penderita tifoid dapat
menularkan kuman salmonella typhi kepada oeang lain. Kuman 4. Kultur
tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat
akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang 5. Anti Salmonella thypi IgM
2.1.7 Komplikasi
1. Perdarahan usus
2. Perforasi usus.
3. Peritonitis.
2.1.8 Penatalaksanaan
4. Non Farmakologi
5. Farmakologi
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Pada Anak.
Berdasarkan kebutuhan dasar pada anak di bagi menjadi tiga bagian yaitu : kebutuhan fisik – Biologis (ASUH),
kebutuhan kasih sayang dan emosi (ASIH) dan, kebutuhan sitimulus (ASAH) .
2.3 Masalah Keperawatan
2.3.1 Definisi
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
2.3.2 Batasan Karakteristik
6. Konvulsi
7. Kulit kemerahan
8. Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
9. Kejang
10. Kulit terasa hangat
11. Takikardi
12. Takipnea
2.3.3 Faktor Yang Berhubungan
Anastesia,Penurunan respirasi,Dehidrasi,Pemajanan lingkungan yang panas,Penyakit,Pakaian yang tidak sesuai dengan suhu
lingkungan,Peningkatan laju metabolisme,Aktivitas berlebihan.
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Anak
2.4.1 Pengkajian
Pengkajian meliputi:
Identitas,Riwayat Sesehatan Sekarang ,Riwayat Kesehatan Sebelumnya ,Riwayat Tumbuh Kembang ,Pemeriksaan
fisik,Pemeriksaan Diagnostik
2.4.2 Diagnosa Keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit / proses inflamasi salmonella typhi.
2.4.3 Intervensi Keperawatan
Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit/ proses inflamasi salmonella typhi.
Kriteria hasil :
Suhu tubuh dalam rentang normal, tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.
NIC :
1. Monitor suhu sesering mungkin
2. Monitor warna dan suhu kulit
3. Monitor intake dan output
4. Berikan anti piretik
5. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
2.4.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang
spesifik.
2.4.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan melihat sejauh
mana diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan dan mengevaluasi kesalahan yang terjadi
selama pengkajian, analisa, intervensi, mengimplementasi keperawatan
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
melakukan prosedur penelitian.
3.2 Subyek Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di ruangan Yordan (zaal
anak) RSU Monompia dengan masalah keperawatan
Pada penelitian ini, klien yang akan diberikan asuhan keperawatan terdiri hipertermia di RSU Monompia GMIBM Kotamobagu.
dari dua orang klien anak dengan diagnosis Demam Tifoid dengan Waktu penelitian akan dilakukan kurang lebih selama 3
masalah keperawatan hipertermia di RSU Monompia GMIBM Kotamobagu. hari pada bulan September 2018.
3.3 Definisi Operasional
3.5 Prosedur Penelitian
 Hipertermi pada pasien anak merupakan kenaikan suhu tubuh diatas
normal yaitu 37oC-39oC, jika tidak segera diatasi, maka hipertermi akan 1. Pembuatan rancangan penelitian
menyebabkan kejang demam pada anak, dehidrasi, syok, gangguan 2. Pelaksanaan Penelitian
tumbuh kembang pada anak.
3. Pembuatan Laporan
 Pasien anak dengan demam tifoid adalah pasien anak yang mengalami
infeksi di bagian pencernaan yaitu perut dan usus. Kuman-kuman yang
menyerangnya disebut salmonella typhi. Pasien anak yang sudah terjangkit
virus salmonella typhi, sering mengalami hipertermia karena sudah
terinfeksi kuman, oleh karena itu dibutuhkan penanganan khusus dari tim
medis.
3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
1. Pengkajian
2. Diagnosis keperawatan
3. Intervensi
4. Implementasi
5. Evaluasi
3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data
Alat yang digunakan adalah format pengkajian anak, alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari thermometer,
timbangan, penlight, stetoskop, dan alat perlindungan diri
(APD)
3.7 Analisa Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah berupa analisis deskriptif, yaitu suatu teknik untuk
mengungkapkan dan memaparkan pendapat dari responden berdasarkan jawaban dari instrumen penelitian yang
telah diajukan oleh peneliti.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai