M DENGAN
DIAGNOSA DEMAM THYPOID DI RUANGAN KEPERAWATAN ANAK
RSUD SYEKH YUSUF KAB.GOWA
OLEH :
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
A. Konsep Medis
1. Definisi demam thypoid
Demam typhoid adalah sebuah penyakit infeksi pada usus yang menimnbulkan
gejala-gejala sistematik yang disebabkan oleh “Salmonella Typhosa”, Salmonella
paratyphi A, B, dan C. Penularan secara fekal oral, melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi nasi. Sumber infeksi terutama “Carrier” ini mungkin penderita yang
sedang sakit (“Carrier akut”), “Carrier” menahunyang terus mengeluarkan kuman atau
“Carrier” pasif yaitu mereka yang mengeluarkan kuman melalui eksketa tetapi tak pernah
sakit, penyakit ini endemik di Indonesia (Andra &Yessie, 2018).
Penyakit infeksi usus yang disebut juga sebagai Tifus abdominalis atau Typhoid
fever ini disebabkan oleh kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C
(Soedarto, 2018)
2. Etiologi demam thypoid
Menurut Widoyono, (2015) penyebab demam typhoid adalah bakteri Salmonella
typhi. Salmonella adalah bakteri Gram-negatif, tidak berkapsul,mempunyai flagela, dan
tidak membentuk spora. Bakteri ini akan mati pada pemanasan 57 oC selama beberapa
menit. Kuman ini mempunyai tiga antigen yang penting untuk pemeriksaan laboratorium,
yaitu:
a. Antigen O (Somatik)
b. Antigen H (Flagela)
c. Antigen K (Selaput)
3. Patofisiologi demam thypoid
Bakteri Salmonella Thypi masuk tubuh manusia melaui mulut bersamaan dengan
makanan dn minuman yang terkontaminasi oleh kuman, sebagian kuman dimusnahkan
oleh asam lambung, sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limpoid
plak peyeri di ileum terminalis yang mengalami hipertropi. Bila terjadi komplikasi
perdarahan dan perforasi intestinal, kuman menembus lamina propia, masuk aliran limpe
dan mencapai kelenjar limpe mesenterial dan masuk aliran darah melalui duktus
torasikus. Salmonella thphy bersarang di plak peyeri, limpa, hati, dan bagian-bagian lain
sistem retikuloendotrlial. Endotoksin Salmonella typhi berperan dalam proses inflamasi
lokal pada jaringan tempat kuman tersebut berkembangbiak. Salmonella typhi dan
endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen dan leukosit pada jaringan
yang meradang, sehingga terjadi demam, (Andra & Yessie, 2018).
4. Pathway demam thypoid
Salmonella typhi
Saluran Pencernaan
Usus Halus
Jaringan limfoid
Lamina frofia
Aliran darah
Hepatomegali infeksi
lemah proses
solenomegali Peningkatan
evaporasi
lesuh demam
Merangsang
ujung saraf Mual muntah Intoleransi Hipertermia
ativitas
Nyeri perabaan Diare
Nyeri akut
5. Manifestasi klinis demam thypoid
Menurut Andra & Yessie, (2018) manifestasi klinis demam thypoid adalah sebagai
berikut:
a. Malaise
b. Mual & Muntah
c. Sakit kepala
d. Rasa tidak enak di perut
e. Demam
f. epistaksis
g. Diare.
6. Komplikasi demam thypoid
Menurut Andra & Yessie, (2018) komplikasi yang dapat diakibatkan oleh demam
thypoid adalah sebagai berikut:
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus
c. Ileus paralitik
7. Pemeriksaan Penunjang demam thypoid
a. Widal tes
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri
salmonella typhi. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin dalam
serum penderita demam typhoid. Akibat adanya infeksi salmonella typhi maka
penderita membuat antibodi (aglutinin) (Andra & Yessie, 2018).
b. Anti Salmonella typhi IgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut Salmonella
typhi, karena antibodi IgM muncul pada hari ke-3 dan 4 terjadinya demam (Andra &
Yessie, 2018).
8. Penatalaksanaan demam thypoid
a. Istirahat dan perawatan
Tirah baring dan perawatan bertujuan untuk mencegah komplikasi. Tirah baring
dengan perawatan sepenuhnya di tempat seperti makanan, minuman, mandi, buang
air kecil, dan buang air besar akan membantu dan mempercepat masa penyembuhan.
Dalam perawatan perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan
perlengkapan, yang dipakai. Posisi pasien perlu diawasi untuk mencegah dekubitus
dan pneumonia orostatik serta hygiene perorangan tetap, perlu diperhatikan dan
dijaga (Andra & Yessie, 2018).
b. Diet
Diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan
tingkat kesembuhan pasien. Diet berupa makanan rendah serat (Andra & Yessie,
2018).
c. Pemberian antibiotik
1) Klorampenikol
Di indonesia klorampenikol masih merupakan obat pilihan utama untuk
pengobatan demam typhoid. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg perhari dapat
diberikan peroral atau intravena, diberikan sampai dengan 7 hari bebas demam.
2) Tiampenikol
Dosis dan efektivitas tiampenikol pada demam thypoid hampir sama
dengan klorampenikol. Akan tetapi kemungkinan terjadi anemia aplastik lebih
rendah dari klorampenikol. Dosis 4x 500 mg diberikan sampai hari ke 5 dn ke-6
bebas demam.
3) Kotrimoksazol
Dosis untuk orang dewasa 2x2 tab;et dan diberikan selama 2 minggu.
4) Ampicilin dan amoksilin
Kemampuan obat ini untuk menurunkan demam lebih rendah dibandingkan
dengan klorampenikol, dosis diberikan 50-150mg/kgBB dan digunakan selama 2
minggu.
5) Seflosporin generasi ke tiga
Hingga saat ini golongan seflosporin generasi ketiga yang terbukti efektif
untuk demam thypoid adalah sefalosforin, dosis yang dianjurkan adalah 3-4
gram dalam dektrose 100cc diberikan selama ½ jam perinfus sekali sehari
selama 3 hingga 5 hari. (Andra & Yessie, 2018).
9. Prognosis demam thypoid
Prognosis typoid bergantung pada umur, keaddan umum, derajat kekebalan
penderita, jumlah dan virulensi salmonella, serta cepat dan tepatnya pengobatan
(Soedarto, 2018).
Bila penderita diobati secara baik dan benar pada minggu pertama demam typoid,
prognosis akan baik karena umumnya penyakit ini akan mereda setelah 2 hari kemudian,
dan kondsi penderita membaik dalam 4-5 hari selanjutnya. Bila ada keterlambatan
pengobatan resiko komplikasi akan meningkat dan waktu pemulihan akan semakin lama
(Soedarto, 2018).
3. Intervensi keperawatan
Perencanaan Keperawatan
No Diagnosis
Tujuan dan Intervensi
. Keperawatan
kriteria hasik keperawatan
1. (D.0130) Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
Hipertermia b.d. tindakan Observasi
proses penyakit d.d keperawatan 3x24 Identifikasi penyebab
suhu tubuh diatas jam, diharapkan: hipertermia (mis.
dehidrasi, terpapar
nilai normal Termoregulasi
lingkungan panas,
(L.14134) membaik penggunaan inkubator)
dengan kriteria hasil: Monitor suhu tubuh
Menggigil Monitor kadar elektrolit
menurun Monitor haluaran urine
Suhu tubuh Monitor komplikasi
membaik akibat hipertermia
Suhu kulit Terapeutik
Sediakan lingkungan
membaik
yang dingin
Longgarkan atau
lepaskan pakaian
Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
Berikan cairan oral
Hindari pemberian
antipiretik atau asprin
Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
2 (D.0077) Nyeri Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
akut b.d. agen tindakan Observasi
pencedera keperawatan selama Identifikasi lokasi,
fisiologis (mis. 3x24 jam, karakteristik, durasi,
inflamasi, iskemia, diharapkan: frekuensi, kualitas,
neoplasma) d.d Tingkat nyeri intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
infeksi (L.08066) menurun
Identifikasi respons nyeri
dengan kriteria hasil:
non verbal
Frekuensi nadi Identifikasi faktor yang
membaik memperberat dan
Pola napas memperingan nyeri
membaik Identifikasi pengetahuan
Keluhan nyeri dan keyakinan tentang
nyeri
menurun
Identifikasi pengaruh
Meringis nyeri pada kualitas hidup
menurun Monitor efek samping
Gelisah menurun penggunaan analgetik
Kesulitan tidur Terapeutik
menurun Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan
tidur
Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3 (D.0020) Diare Setelah dilakukan Manajemen diare (I.03101)
berhubungan tindakan Observasi
dengan proses keperawatan selama Identifikasi penyebab
infeksi ditandai 3x24 jam, diare (mis, inflamasi
dengan defekasi diharapkan: gastrointestinal, proses
infeksi, ansietas, stress,
lebih dari 3x dalam Eliminasi fekal
efek samping obat)
24 jam (L.04033) : Identifikasi riwayat
pemberian makanan
Nyeri abdomen
Monitor warna, volume,
menurun frekuensi, dan konsistensi
Konsistensi fases tinja
membaik Monitor jumlah
Frekuensi pengeluaran diare
defekasi Monitor keamanan
membaik penyiapan makanan
Terapeitik :
Distensi
Berikan asupan cairan
abdomen oral (mis, larutam garam
menurun gula,oralite)
Pasang jalur intravena
Berikan cairan intravena.
Jika perlu
Ambil sampel fases untuk
kultur. Jika perklu
Edukasi :
Anjurkan makanan porsi
kecil dan sering secara
bertahap
Anjurkan menghindari
makanan pembentuk gas,
pedas dan mengandung
laktosa
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian obat
pengeras fases (mis, atapulgit,
smesktit)
4 (D.0056) Setelah dilakukan Manajemen Energi
Intoleransi tindakan Observasi
aktifitas b.d. keperawatan selama Identifikasi gangguan
kelemahan 3x24 jam, fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
diharapkan:
Monitor pola dan jam
Toleransi Aktivitas tidur
(L.03030) Monitor kelelahan fisik
meningkat dengan dan emosional
kriteria hasil: Edukasi
Kemudahan Anjurkan tirah baring
dalam Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
melakukan
Terapeutik
aktivitas sehari-
Sediakan lingkungan
hari meningkat nyaman dan rendah
Kekuatan tubuh stimulus
bagian atas dan Lakukan latihan rentang
bawah gerak pasif dan/atau aktif
meningkat Berikan aktivitas
distraksi yang
Keluhan lelah
menenangkan
menurun
Fasilitasi duduk di sisi
Dyspnea saat tempat tidur, jika tidak
aktivitas dapat berpindah atau
menurun berjalan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu pasien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Nursalam, 2016).
Implementasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen:
a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan
b. Diagnosis keperawatan
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan
d. Tanda tangan perawat pelaksana
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir keperawatan yang didasarkan pada
tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuha keperawatan
didasarkan pada perubahan perilaku dan kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu
terjadinya adaptasi ada individu (Nursalam, 2016). Evaluasi keperawatan dilakukan
dalam bentuk pendekatan SOAP. Evaluasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen
yaitu:
a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan
b. Diagnosis keperawatan
c. Evaluasi keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Andra & Yessie. 2018. Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha
Medika
Nursalam. (2016). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Tim Pokja PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.). DPP PPNI.
Tim Pokja PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (2nd ed.). DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.). DPP
PPNI.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN “M” DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
I. BIODATA
A. IDENTITAS KLIEN
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMP
6. Alamat :Btn.Tamarunnang
9. No.RM : 601276
1. AYAH
a. Nama : Tn. F
b. Usia : 40 Tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Wiraswasta
e. Agama : Islam
f. Alamat : BTN.Tamarunnang
2. IBU
a. Nama : Ny. N
b. Usia : 35 Tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : IRT
e. Agama : Islam
KANDUNG
KANDUNG SAKIT
KANDUNG
KANDUNG
2. Riwayat keluhan utama : Pasien masuk dengan keluhan demam sejak 2 hari
yang lalu, BAB encer 5x sehari, tampak berlendir dirasakan sejak 2 hari yang lalu,
3. Keluhan pada saat pengkajian : pasien mengeluh demam, BAB encer 5x, nyeri
GENOGRAM
X ? ? ?
? ? ? ?? ?
? ?
?
40 35
16 14 10 7
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
X : Meninggal
----- : Tinggal serumah
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
Penjelasan :
G2 : Bapak klien merupakan anak pertama dari empat bersaudara dan Ibu
klien merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.
A. Pertumbuhan Fisik
1) Berat badan : 44 Kg
V. RIWAYAT NUTRISI
A. Pemberian ASI
2. Cara pemberian : setiap pagi, siang, malam atau saat rewel dan menangis
sendiri
2. Kegiatan keagamaan : klien sebelum sakit rajin ibadah, saat sakit klien tidak
pernah sholat
1. Ibu membawa anaknya ke RS karena anak BAB encer sejak ±7 hari yang lalu,
Orang tua sangat sedih melihat anaknya dirawat di RS karena anaknya tidak bias
Ya, ibu dan ayah pasien selalu berkunjung ke RS dan bergantian menjaga anak
Karena saya kurang menjaga kebersiham sebelum makan dan juga saya sering
Rasanya sangat membosankan karena saya tidak bias berkumpul dengan teman-
teman.
A. Nutrisi
B. Cairan
C. Eliminasi (BAB)
D. Eliminasi (BAK)
E. Istirahat Tidur
F. Olahraga
Program olahraga Senam pagi dan jalan santai (joging) Tidak ada
G. Personal hygiene
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
I. Rekreasi
X. PEMERIKSAAN FISIK
3. Vital Sign :-
TD :110/80 mmhg
N : 112x/menit
S : 37,8oC
P : 22x/menit
4. Berat badan : 44 kg
6. Sistem pernafasan :
b. Leher :Simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakkan kelenjar
tyroid
-gerakkan : simetris
7. Sistem cardiovaskuler
e. CRT : ˂ 2 Detik
8. Sistem indra
a. Mata : simetris kiri kanan, tidak ada pembengkakkan pada kelopak mata,
konjungktiva tidak amemis, sclera Nampak putih, pupil bereaksi dengan normal,
c. Hidung : tampak normal, lubang hidung bersih, tidak ada secret, potensi
9. Sistem pencernaan
f. Reflex : lemah
b. Vertebran : normal
c. Pelvis : normal
d. Lutut : normal
e. Kaki : normal
f. Tangan : normal
bernyanyi
berkunjung ke RS
*kimia darah
*pemeriksaan lain-lain
-WIDAL :
OD 1/320 Negatif
HD 1/320 Negatif
HA 1/320 Negatif
HB Negatif
- Ceftriaxone/ 24 jam
3. DS :
- ibu klien mengatakan anaknya bab encer Diare (D.0020)
sebanyak 2x
-Ibu klien mengatakan anaknya muntah sebanyak 5x
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia,
neoplasma) d.d infeksi (D.0077)
3. Diare berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan defekasi lebih dari 3 kali
Perencanaan Keperawatan
No Diagnosis
Tujuan dan Intervensi
. Keperawatan
kriteria hasik keperawatan
1. (D.0130) Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
Hipertermia b.d. tindakan Observasi
proses penyakit d.d keperawatan 3x24 Identifikasi penyebab
suhu tubuh diatas jam, diharapkan: hipertermia (mis.
dehidrasi, terpapar
nilai normal Termoregulasi
lingkungan panas,
(L.14134) membaik penggunaan inkubator)
dengan kriteria hasil: Monitor suhu tubuh
Menggigil Monitor kadar elektrolit
menurun Monitor haluaran urine
Suhu tubuh Monitor komplikasi
membaik akibat hipertermia
Suhu kulit Terapeutik
Sediakan lingkungan
membaik
yang dingin
Longgarkan atau
lepaskan pakaian
Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
Berikan cairan oral
Hindari pemberian
antipiretik atau asprin
Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
2 (D.0077) Nyeri Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
akut b.d. agen tindakan Observasi
pencedera keperawatan selama Identifikasi lokasi,
fisiologis (mis. 3x24 jam, karakteristik, durasi,
inflamasi, iskemia, diharapkan: frekuensi, kualitas,
neoplasma) d.d Tingkat nyeri intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
infeksi (L.08066) menurun
Identifikasi respons nyeri
dengan kriteria hasil:
non verbal
Frekuensi nadi Identifikasi faktor yang
membaik memperberat dan
Pola napas memperingan nyeri
membaik Identifikasi pengetahuan
Keluhan nyeri dan keyakinan tentang
nyeri
menurun
Identifikasi pengaruh
Meringis nyeri pada kualitas hidup
menurun Monitor efek samping
Gelisah menurun penggunaan analgetik
Kesulitan tidur Terapeutik
menurun Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan
tidur
Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3 (D.0020) Diare Setelah dilakukan Manajemen diare (I.03101)
berhubungan tindakan Observasi
dengan proses keperawatan selama Identifikasi penyebab
infeksi ditandai 3x24 jam, diare (mis, inflamasi
dengan defekasi diharapkan: gastrointestinal, proses
infeksi, ansietas, stress,
lebih dari 3x dalam Eliminasi fekal
efek samping obat)
24 jam (L.04033) : Identifikasi riwayat
pemberian makanan
Nyeri abdomen
Monitor warna, volume,
menurun frekuensi, dan konsistensi
Konsistensi fases tinja
membaik Monitor jumlah
Frekuensi pengeluaran diare
defekasi Monitor keamanan
membaik penyiapan makanan
Terapeitik :
Distensi
Berikan asupan cairan
abdomen oral (mis, larutam garam
menurun gula,oralite)
Pasang jalur intravena
Berikan cairan intravena.
Jika perlu
Ambil sampel fases untuk
kultur. Jika perklu
Edukasi :
Anjurkan makanan porsi
kecil dan sering secara
bertahap
Anjurkan menghindari
makanan pembentuk gas,
pedas dan mengandung
laktosa
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian obat
pengeras fases (mis, atapulgit,
smesktit)
4 (D.0056) Setelah dilakukan Manajemen Energi
Intoleransi tindakan Observasi
aktifitas b.d. keperawatan selama Identifikasi gangguan
kelemahan 3x24 jam, fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
diharapkan:
Monitor pola dan jam
Toleransi Aktivitas tidur
(L.03030)
meningkat dengan Monitor kelelahan fisik
kriteria hasil: dan emosional
Kemudahan Edukasi
dalam Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan
melakukan
aktivitas secara bertahap
aktivitas sehari-
Terapeutik
hari meningkat Sediakan lingkungan
Kekuatan tubuh nyaman dan rendah
bagian atas dan stimulus
bawah Lakukan latihan rentang
meningkat gerak pasif dan/atau aktif
Keluhan lelah Berikan aktivitas
distraksi yang
menurun
menenangkan
Dyspnea saat Fasilitasi duduk di sisi
aktivitas tempat tidur, jika tidak
menurun dapat berpindah atau
berjalan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan