Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN

DEMAM TYPOID DI RUANG POLI ANAK


RUMKIT DR. SOETARTO
YOGYAKARTA

Stase Praktek Keperawatan Anak

Oleh :

MUH. AZIS ADIPUTRO


PN200854

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA
YOGYAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN


DEMAM TYPOID DI RUANG POLI ANAK
RUMKIT DR. SOETARTO
YOGYAKARTA

Laporan Pendahuluan ini telah dibaca, diperiksa pada


Hari/tanggal:………………………….

Pembimbing Klinik Mahasiswa Praktikan

( ) (Muh. Azis Adiputro.,S.Kep)

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

( )
LAPORAN PENDAHULUAN
DEMAM TYPOID

A. Konsep Dasar Medis Demam Typoid


1. Pengertian
Demam Typhoid (tifus abdominalis, enteric fever) merupakan
penyakit infeksiakut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai dengan gangguan
Demam Typhoid ini disebabkan oleh bakteri salmonella typhy .penyakit
ini ditularkan melalui konsumsi makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi oleh tinja dan urin orang yang terinfeksi (Astuti, 2013).
Demam tifoid atau typhoid fever adalah suatu sindrom sistemik berat
yang secara klasik disebabkan oleh Salmonella Typhi. Salmonella
Typhi termasuk dalam genus Salmonella (Garna,2012).
Demam tifoid sendiri akan sangat berbahaya jika tidak segara di
tangani secara baik dan benar, bahkan menyebabkan kematian.
Menurut data WHO (World Health Organisation) memperkirakan angka
insidensi di seluruh dunia sekitar 17 juta jiwa per tahun, angka
kematian akibat demam tifoid mencapai 600.000 dan 70% nya terjadi di
Asia. Di Indonesia sendiri, penyakit tifoid bersifat endemik, menurut
WHO angka penderita demam tifoid di Indonesia mencapai 81% per
100.000 (Depkes RI, 2013).

2. Etiologi
Menurut Suratun dan Lusianah (2016), demam tifoid disebabkan
oleh Salmonella typhi (S. Typhi), Paratyphi A, Paratyphi B, and
Paratyphi C. Salmonella typhi merupakan basil garam negatif, berflagel
dan tidak berspora, anaerob fakultatif masuk ke dalam keluarga
enterobacteriaceae, panjang 1-3 um dan lebar 0.5-0.7 um, berbentuk
batang single atauberpasangan. Salmonella typhi hidup dengan baik

pada suhu 37 C dan dapat hidup pada air steril yang beku dan dingin,
air tanah, air laut dan debu selama berminggu- minggu, dapat hidup
berbulan-bulan dalam telur yang terkontaminasi dan tiram beku.
Parasite hanya pada tubuh manusia. Dapat dimatikan pada suhu

60 C selama 15 menit. Hidup subur pada medium yang mengandung
garam empedu. Salmonella typhimemiliki 3 macam antigen O (somatic
berupa kompleks polisakarida), antigen H (flagel), dan antigen Vi. dalam
serum penderita demam tifoid akan berbentuk antibody terhadap ketiga
macam antigen tersebut.

3. Patofisiologi
Bakteri salmonella thypi masuk kedalam tubuh melalui makanan
dan air yang tercemar. Sebagian kuman dihancurkan oleh asam
lambung, dan sebagian masuk ke usus halus, mencapai plague peyeri
di ileum terminalis yang hipertropi. Salmonella thypimemiliki fimbria
khusus yang dapat menempel kelapisan plague peyeri, sehingga
bakteri dapat difagositosis. Setelah menempel, bakteri memproduksi
protein yang mengganggu brush bobder usus dan memaksa sel usus
dan di presentasikan kemakrofag. Kuman memiliki berbagi
mekanisme sehingga dapat terhindar dari serangan system imun
seperti polisakarida kapsul Vi. Penggunaan mikrofag sebagai
kendaraan dan gen salmonella patogencity island 2 .setelah sampai
kelenjar getah bening menseterika, kuman kemudian masuk kealiran
darah melalui ductustorasikus sehingga terjadi bakterimia pertama
asimtomatik. Salmonella thypi juga bersarang dalam system retikulo
endothelial tertama limpa dan hati, dimana kuman meninggalkan
selfagosit berkembangbiak dan masuk sirkulasi darah lagi sehingga
terjadi bakterimia kedua dengan gejala siskemik. Salmonella typhi
menghasilkan endoktoksin yang berperan dalam inflamasi local jaringan
temapat kuman berkembangbiak merangsang pelepasan zat pirogen
dan leukosit jaringan sehingga muncul demam dan gejala siskemik lain.
Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembulu darah
sekitar plague peyeri. Apabila proses patologis semakin
berkembang, perforasi dapat terjadi (Wibisono et al, 2014).
4. Manifestasitasi Klinis Demam Tifoid
Menurut Wibisono et al ( 2014) masa tunas sekitar 10-14 hari.
Gejala yang timbul bervariasi dari ringan sampai berat. Tanda gejalanya
yaitu:
a. Minggu pertama muncul tanda infeksi akut seperti demam, nyeri
kepala, pusing, nyeri otot, anoraksia, mual, muntah, obstipasi atau
diare, perasaan tidak nyaman diperut. Demam yang terjadi berpola
seperti anak tangga dengan suhu semakin tinggi dari hari kehari.
Lebih rendah pada pagi hari dan tinggi pada sore hari.
b. Pada minggu kedua gejala menjadi lebih jelas dengan demam,
bradikardia, relatif, lidah thyfoid (kotor ditengah, dan ujung
bewarna merah disertai tremor). Hepatomegali, splenomegali,
meteorismus, gangguan kesadaran.

5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wibisionoet al (2014) ada pun pemeriksaan penunjang
yang ada pada demam tifoid antara lain :
a. Pemeriksaan darah perifer
b. Leucopenia/leukositosis, anemia jaringan, trombositopenia
c. Uji Widal
Deteksi titer terhadap salmonella parathypi yakni agglutinin O
(dari tubuh kuman dan agglutinin H (flagetakuman). Pembentukan
agglutinin dimulai dari terjadi pada awal minggu pertama demam,
puncak pada minggu keempat dan tetap tinggi dalam beberapa
minggu dengan peningkatan agglutinin O terlebih dahulu dengan
diikuti agglutinin H. agglutinin O menetap selama 4-6 bulan
sedangkan agglutinin H menetap sekitar 9-12 bulan. Titer
antibody O >1:320 atau antibody H >1:6:40 menguatkan diagnosis
pada gambaran klinis yang khas.
d. Uji TURBEX
e. Uji Typhidot
f. Detekai IgM dan IgG pada protein. Membrane luar salmonella typhi.
Hasil positif didapat dari hasil 2-3 hari setelah infeksi dan spesifik
mengidentisifikasi IgM dan IgG terhadap salmonella type
g. Uji IgM Dipstick
Deteksi khusus IgM spesifik salmonella typhi specimen serum
atau darah dengan menggunakan strip yang mengandung anti
genlipopolisakarida salmonella tiphy dan anti IgM sebagai control
sensitivitas 65-77% dan spesitivitas 95%-100%. Akurasi
didapatkan dari hasil pemerikasaan 1 minggu setelah timbul gejala
h. Kultur darah

6. Penatalaksanaan
Menurut Widodo (2016), penatalaksanaan pada pasien demam typoid
meliputi:
a. Medis
1) Antibiotik
2) Antipiretik
b. Keperawatan
1) Observasi Kesehatan
Pasien harus tirah baring sampai 7 hari, bebas demam kurang
lebih 14 hari, untuk mencegah terjadinya komplikasi
2) Diet
3) Cuci tangan sebelum dan sesudah makan
4) Menjaga kebersihan lingkungan rumah

7. Komplikasi
Menurut Riyadi, (2012) komplikasi yang terjadi pada penderita demam
typoid yaitu :
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus
c. Peritonistis
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Penanggung Jawab : yang mendampingi pasien selama menjalani
perawatan
c. Data Fokus
1) Pernyataan Subjektif dari pasien
2) Pernyataan objektif dari pasien
3) Riwayat penyakit sekarang : mendeskripsikan terkait peyakit
yang diderita pada saat ini saat menjalani perawatan
4) Riwayat penyakit dahulu : mendiskripsikan terkait penyakit yang
diderita di masa lalu sebelum menjalani perawatan
d. Terapi Medis : terapi yang diberikan saat menjalani perawatan
ataupun menjalani perawatan rawat jalan
e. Data penunjang : pemeriksaan terkait penyakit seperti RO Thorax,
EKG

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi b.d Inflamasi Penyakit
b. Kekurangan Volume Cairan b.d asupan cairan yang tidak adekuat
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
kehilangan nafsu makan

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Hipertermi b.d Setelah dilakukan 1. Ajarkan pada klien atau
Inflamasi Penyakit tindakan keperawatan keluarga dalam
diharapkan hipertermi mengukur suhu tubuh
pada klien dapat teratasi untuk mencegah dan
dengan kriteria hasil: mengenali secara dini
1. Suhu dalam batas hipertermia
normal 2. Anjurkan memakai
2. Turgor kulit elastis pakaian tipis sebagai
3. Mukosa lembab manajamen demam
3. Anjurkan klien untuk
tidak memakai selimut
tebal
4. Anjurkan klien untuk
minum air putih
2,5liter/hari
5. Berikan kompres hangat
6. Kolaborasi pemberian
antipiretik
2. Kekurangan Setelah dilakukan 1. Observasi ttv, suhu, dan
Volume Cairan b.d tindakan keperawatan nadi
asupan cairan yang diharapkan kebutuhan 2. Monitor input dan output
tidak adekuat cairan terpenuhi dengan 3. Anjurkan pada klien
kriteria hasil: untuk sering minum
1. TTV dalam batas 4. Catat haluan kurang dari
normal kebutuhan
2. Balance cairan
seimbang
3. Ketidakseimbanga Setelah dilakukan 1. Identifikasi faktor yang
n nutrisi kurang tindakan keperawatan menyebabkan nafsu
dari kebutuhan diharapkan kebutuhan makan menurun
tubuh b.d nutrisi terpenuhi dengan 2. Anjurkan klien untuk
kehilangan nafsu kriteria hasil: makan sedikit namun
makan 1. Nafsu makan sering
meningkat 3. Anjurkan klien untuk
2. Mual dan muntah memilih makanan
berkurang kesukaan
4. Berikan informasu yang
tepat tentang kebutuhan
nutrisi
5. Kolaborasi dengan ahli
gizi

DAFTAR PUSTAKA
Astuti. 2013. Faktor Resiko Kejadian Penyakit Demam Tifoid Pada
Penderita Yang Dirawat Di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran.
Kesehatan Masyarakat 2013, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Depkes, RI .2013.
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/articel/viewfile/7449/6994.pdf
Diakses pada 20 Desember 2020 pukul 15.00 WIB

Garna, Herry. 2012 .Buku Ajar Divisi Infeksi Dan Penyakit Tropis. Jakarta:
Salemba medika.

Riyadi Sujono dan Suharsono. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak


Sakit. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Widodo. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Anak Demam Typoid Usia


Sekolah Di RSUD dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto. Skripsi.
Program Studi D3 Keperawatan. Poltekkes Majapahit Mojokerto.
Suratun, dkk. 2016. Modul Ajar Konsep Keperawatan Anak. Jakarta :
Asosiasi Institusi Pendidikan Vokasi Keperawatan Indonesia (AIPVKI).

Anda mungkin juga menyukai