Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

M DENGAN
DIAGNOSA DEMAM THYPOID DI RUANGAN KEPERAWATAN ANAK
RSUD SYEKH YUSUF KAB.GOWA

OLEH :

KELOMPOK II A,IIB,IIC

LEDIYA SLARMANAT RINO AMEL NANRIAIN


ARNAWATI MOSES TAWUN
DORKAS MAGDALENA BEAY MARIA YULIANA SIBO LARU
AMALIA AKSARI KARTIVA P TURALELI

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN


FAMIKA MAKASSAR 2022/2023

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Medis
1. Definisi demam thypoid
Demam typhoid adalah sebuah penyakit infeksi pada usus yang menimnbulkan
gejala-gejala sistematik yang disebabkan oleh “Salmonella Typhosa”, Salmonella
paratyphi A, B, dan C. Penularan secara fekal oral, melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi nasi. Sumber infeksi terutama “Carrier” ini mungkin penderita yang
sedang sakit (“Carrier akut”), “Carrier” menahunyang terus mengeluarkan kuman atau
“Carrier” pasif yaitu mereka yang mengeluarkan kuman melalui eksketa tetapi tak pernah
sakit, penyakit ini endemik di Indonesia (Andra &Yessie, 2018).
Penyakit infeksi usus yang disebut juga sebagai Tifus abdominalis atau Typhoid
fever ini disebabkan oleh kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C
(Soedarto, 2018)
2. Etiologi demam thypoid
Menurut Widoyono, (2015) penyebab demam typhoid adalah bakteri Salmonella
typhi. Salmonella adalah bakteri Gram-negatif, tidak berkapsul,mempunyai flagela, dan
tidak membentuk spora. Bakteri ini akan mati pada pemanasan 57 oC selama beberapa
menit. Kuman ini mempunyai tiga antigen yang penting untuk pemeriksaan laboratorium,
yaitu:
a. Antigen O (Somatik)
b. Antigen H (Flagela)
c. Antigen K (Selaput)
3. Patofisiologi demam thypoid
Bakteri Salmonella Thypi masuk tubuh manusia melaui mulut bersamaan dengan
makanan dn minuman yang terkontaminasi oleh kuman, sebagian kuman dimusnahkan
oleh asam lambung, sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limpoid
plak peyeri di ileum terminalis yang mengalami hipertropi. Bila terjadi komplikasi
perdarahan dan perforasi intestinal, kuman menembus lamina propia, masuk aliran limpe
dan mencapai kelenjar limpe mesenterial dan masuk aliran darah melalui duktus
torasikus. Salmonella thphy bersarang di plak peyeri, limpa, hati, dan bagian-bagian lain
sistem retikuloendotrlial. Endotoksin Salmonella typhi berperan dalam proses inflamasi
lokal pada jaringan tempat kuman tersebut berkembangbiak. Salmonella typhi dan
endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen dan leukosit pada jaringan
yang meradang, sehingga terjadi demam, (Andra & Yessie, 2018).
4. Pathway demam thypoid

Salmonella typhi

Saluran Pencernaan

Usus Halus

Jaringan limfoid

Lamina frofia

Kelenjar limfa mesontreia

Aliran darah

Hati dan limfa

Tidak difagosit Inflamasi

Hati dan limfa Endotoksin

Hepatomegali infeksi
lemah proses
solenomegali Peningkatan
evaporasi
lesuh demam
Merangsang
ujung saraf Mual muntah Intoleransi Hipertermia
ativitas
Nyeri perabaan Diare
5. Manifestasi klinis demam thypoid
Nyeri akut
Menurut Andra & Yessie, (2018) manifestasi klinis demam thypoid adalah sebagai
berikut:
a. Malaise
b. Mual & Muntah
c. Sakit kepala
d. Rasa tidak enak di perut
e. Demam
f. epistaksis
g. Diare.
6. Komplikasi demam thypoid
Menurut Andra & Yessie, (2018) komplikasi yang dapat diakibatkan oleh demam
thypoid adalah sebagai berikut:
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus
c. Ileus paralitik
7. Pemeriksaan Penunjang demam thypoid
a. Widal tes
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri
salmonella typhi. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin dalam
serum penderita demam typhoid. Akibat adanya infeksi salmonella typhi maka
penderita membuat antibodi (aglutinin) (Andra & Yessie, 2018).
b. Anti Salmonella typhi IgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut Salmonella
typhi, karena antibodi IgM muncul pada hari ke-3 dan 4 terjadinya demam (Andra &
Yessie, 2018).
8. Penatalaksanaan demam thypoid
a. Istirahat dan perawatan
Tirah baring dan perawatan bertujuan untuk mencegah komplikasi. Tirah baring
dengan perawatan sepenuhnya di tempat seperti makanan, minuman, mandi, buang
air kecil, dan buang air besar akan membantu dan mempercepat masa penyembuhan.
Dalam perawatan perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan
perlengkapan, yang dipakai. Posisi pasien perlu diawasi untuk mencegah dekubitus
dan pneumonia orostatik serta hygiene perorangan tetap, perlu diperhatikan dan
dijaga (Andra & Yessie, 2018).
b. Diet
Diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan
tingkat kesembuhan pasien. Diet berupa makanan rendah serat (Andra & Yessie,
2018).
c. Pemberian antibiotik
1) Klorampenikol
Di indonesia klorampenikol masih merupakan obat pilihan utama untuk
pengobatan demam typhoid. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg perhari dapat
diberikan peroral atau intravena, diberikan sampai dengan 7 hari bebas demam.
2) Tiampenikol
Dosis dan efektivitas tiampenikol pada demam thypoid hampir sama
dengan klorampenikol. Akan tetapi kemungkinan terjadi anemia aplastik lebih
rendah dari klorampenikol. Dosis 4x 500 mg diberikan sampai hari ke 5 dn ke-6
bebas demam.
3) Kotrimoksazol
Dosis untuk orang dewasa 2x2 tab;et dan diberikan selama 2 minggu.
4) Ampicilin dan amoksilin
Kemampuan obat ini untuk menurunkan demam lebih rendah dibandingkan
dengan klorampenikol, dosis diberikan 50-150mg/kgBB dan digunakan selama 2
minggu.
5) Seflosporin generasi ke tiga
Hingga saat ini golongan seflosporin generasi ketiga yang terbukti efektif
untuk demam thypoid adalah sefalosforin, dosis yang dianjurkan adalah 3-4
gram dalam dektrose 100cc diberikan selama ½ jam perinfus sekali sehari
selama 3 hingga 5 hari. (Andra & Yessie, 2018).
9. Prognosis demam thypoid
Prognosis typoid bergantung pada umur, keaddan umum, derajat kekebalan
penderita, jumlah dan virulensi salmonella, serta cepat dan tepatnya pengobatan
(Soedarto, 2018).
Bila penderita diobati secara baik dan benar pada minggu pertama demam typoid,
prognosis akan baik karena umumnya penyakit ini akan mereda setelah 2 hari kemudian,
dan kondsi penderita membaik dalam 4-5 hari selanjutnya. Bila ada keterlambatan
pengobatan resiko komplikasi akan meningkat dan waktu pemulihan akan semakin lama
(Soedarto, 2018).

B. Konsep Aspek Legal Etik Keperawatan


Moral mempunyai peran yang penting dalam menentukan perilaku yang etis dan dalam
pemecahan masalah etik. Prinsip moral merupakan standar umum dalam melakukan sesuatu
sehingga membentuk suatu sistem etik. Prinsip moral berfungsi untuk menilai secara
spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diijinkan dalam suatu keadaan.
Prinsip moral yang sering digunakan dalam keperawatan yaitu: Otonomi, beneficience,
justice/ keadilan, veracity, avoiding killing dan fidelity (Nursalam, 2016).
1. Prinsip Otonomi (Autonomy) Prinsip ini menjelaskan bahwa klien diberi kebebasan
untuk menentukan sendiri atau mengatur diri sendiri sesuai dengan hakikat manusia
yang mempunyai harga diri dan martabat. Contoh kasusnya adalah: Klien berhak
menolak tindakan invasif yang dilakukan oleh perawat. Perawat tidak boleh
memaksakan kehendak untuk melakukannya atas pertimbangan bahwa klien memiliki
hak otonomi dan otoritas bagi dirinya. Perawat berkewajiban untuk memberikan
penjelasan yang sejelas-sejelasnya bagi klien dalam berbagai rencana tindakan dari segi
manfaat tindakan, urgensi dan sebagainya sehingga diharapkan klien dapat mengambil
keputusan bagi dirinya setelah mempertimbangkan atas dasar kesadaran dan
pemahaman.
2. Prinsip Kebaikan (Beneficience) Prinsip ini menjelaskan bahwa perawat melakukan
yang terbaik bagi klien, tidak merugikan klien, dan mencegah bahaya bagi klien. Kasus
yang berhubungan dengan hal ini seperti klien yang mengalami kelemahan fisik secara
umum tidak boleh dipaksakan untuk berjalan ke ruang pemeriksaan. Sebaiknya klien
didorong menggunakan kursi roda.
3. Prinsip Keadilan (Justice) Prinsip ini menjelaskan bahwa perawat berlaku adil pada
setiap klien sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya pada saat perawat dihadapkan pada
pasien total care, maka perawat harus memandikan dengan prosedur yang sama tanpa
membeda-bedakan klien. Tetapi ketika pasien tersebut sudah mampu mandi sendiri
maka perawat tidak perlu memandikannya lagi.
4. Prinsip Kejujuran (Veracity) Prinsip ini menekankan bahwa perawat harus mengatakan
yang sebenarnya dan tidak membohongi klien. Kebenaran merupakan dasar dalam
membina hubungan saling percaya. Kasus yang berhubungan dengan prinsip ini seperti
klien yang menderita HIV/AIDS menanyakan tentang diagnosa penyakitnya. Perawat
perlu memberitahukan apa adanya meskipun perawat tetap mempertimbangkan kondisi
kesiapan mental klien untuk diberitahukan diagnosanya.
5. Prinsip mencegah pembunuhan (Avoiding Killing) Perawat menghargai kehidupan
manusia dengan tidak membunuh. Sumber pertimbangan adalah moral
agama/kepercayaan dan kultur/norma-norma tertentu. Contoh kasus yang dihadapi
perawat seperti ketika seorang suami menginginkan tindakan euthanasia bagi istrinya
atas pertimbangan ketiadaan biaya sementara istrinya diyakininya tidak mungkin
sembuh, perawat perlu mempertimbangkan untuk tidak melakukan tindakan euthanasia
atas pertimbangan kultur/norma bangsa Indonesia yang agamais dan ber-Ketuhanan
Yang Maha Esa, selain dasar UU RI memang belum ada tentang legalitas tindakan
euthanasia.
6. Prinsip Kesetiaan (Fidelity) Prinsip ini menekankan pada kesetiaan perawat pada
komitmennya, menepati janji, menyimpan rahasia, caring terhadap klien/keluarga.
Kasus yang sering dihadapi misalnya perawat telah menyepakati bersama klien untuk
mendampingi klien pada saat tindakan PA maka perawat harus siap untuk
memenuhinya.
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data biografi : nama, alamat, umur, status perkawinan, tgl MRS, diagnose medis,
catatan kedatangan, keluarga yang dapat dihubungi.
b. Riwayat pasien masuk rumah sakit dana pa keluhan utama pasien, sehingga dapat
ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien.
e. Riwayat psikososial
1) Intrapersonal: perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih)
2) Interpersonal: hubungan dengan orang lain
f. Pola fungsi kesehatan
1) Pola nutrisi dan metabolism:
Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada usus halus.
2) Pola istirahat dan tidur
Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien merasakan sakit
pada perutnya, mual, muntah, kadang diare.
g. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran dan keadaan umum pasien
Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar-tidak sadar (composments-coma) untuk
mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.
2) Tanda-tanda vital dan poemeriksaan fisik kepala-kaki
TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan
umum pasien/kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai kaki
dengan menggunakan prinsip-prinsip inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi,
disamping itu juga penimbangan BB untuk mengetahui adanya penurunan BB
karena peningkatan gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga dapat di hitung
kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan
2. Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul menurut Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia
a. Hipertermia (D.0130) b.d. proses penyakit d.d suhu tubuh diatas nilai normal.
b. Nyeri akut (D.0077) b.d. agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia,
neoplasma) d.d infeksi.
c. Diare (D.0020) b.d proses infeksi ditandai dengan defekasi lebih dari 3x dalam 24
jam
d. Intoleransi aktifitas (D.0056) b.d. kelemahan

3. Intervensi keperawatan
Perencanaan Keperawatan
No Diagnosis
Tujuan dan Intervensi
. Keperawatan
kriteria hasik keperawatan
1. (D.0130) Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
Hipertermia b.d. tindakan Observasi
proses penyakit d.d keperawatan 3x24  Identifikasi penyebab
suhu tubuh diatas jam, diharapkan: hipertermia (mis.
dehidrasi, terpapar
nilai normal Termoregulasi
lingkungan panas,
(L.14134) membaik penggunaan inkubator)
dengan kriteria hasil:  Monitor suhu tubuh
 Menggigil  Monitor kadar elektrolit
menurun  Monitor haluaran urine
 Suhu tubuh  Monitor komplikasi
membaik akibat hipertermia
 Suhu kulit Terapeutik
 Sediakan lingkungan
membaik
yang dingin
 Longgarkan atau
lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Hindari pemberian
antipiretik atau asprin
 Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
2 (D.0077) Nyeri Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
akut b.d. agen tindakan Observasi
pencedera keperawatan selama  Identifikasi lokasi,
fisiologis (mis. 3x24 jam, karakteristik, durasi,
inflamasi, iskemia, diharapkan: frekuensi, kualitas,
neoplasma) d.d Tingkat nyeri intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
infeksi (L.08066) menurun
 Identifikasi respons nyeri
dengan kriteria hasil:
non verbal
 Frekuensi nadi  Identifikasi faktor yang
membaik memperberat dan
 Pola napas memperingan nyeri
membaik  Identifikasi pengetahuan
 Keluhan nyeri dan keyakinan tentang
nyeri
menurun
 Identifikasi pengaruh
 Meringis nyeri pada kualitas hidup
menurun  Monitor efek samping
 Gelisah menurun penggunaan analgetik
 Kesulitan tidur Terapeutik
menurun  Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan
tidur
 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3 (D.0020) Diare Setelah dilakukan Manajemen diare (I.03101)
berhubungan tindakan Observasi
dengan proses keperawatan selama  Identifikasi penyebab
infeksi ditandai 3x24 jam, diare (mis, inflamasi
dengan defekasi diharapkan: gastrointestinal, proses
infeksi, ansietas, stress,
lebih dari 3x dalam Eliminasi fekal
efek samping obat)
24 jam (L.04033) :  Identifikasi riwayat
pemberian makanan
 Nyeri abdomen
 Monitor warna, volume,
menurun frekuensi, dan konsistensi
 Konsistensi fases tinja
membaik  Monitor jumlah
 Frekuensi pengeluaran diare
defekasi  Monitor keamanan
membaik penyiapan makanan
Terapeitik :
 Distensi
 Berikan asupan cairan
abdomen oral (mis, larutam garam
menurun gula,oralite)
 Pasang jalur intravena
 Berikan cairan intravena.
Jika perlu
 Ambil sampel fases untuk
kultur. Jika perklu
Edukasi :
 Anjurkan makanan porsi
kecil dan sering secara
bertahap
 Anjurkan menghindari
makanan pembentuk gas,
pedas dan mengandung
laktosa
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian obat
pengeras fases (mis, atapulgit,
smesktit)
4 (D.0056) Setelah dilakukan Manajemen Energi
Intoleransi tindakan Observasi
aktifitas b.d. keperawatan selama  Identifikasi gangguan
kelemahan 3x24 jam, fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
diharapkan:
 Monitor pola dan jam
Toleransi Aktivitas tidur
(L.03030)  Monitor kelelahan fisik
meningkat dengan dan emosional
kriteria hasil: Edukasi
 Kemudahan  Anjurkan tirah baring
dalam  Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
melakukan
 Terapeutik
aktivitas sehari-
 Sediakan lingkungan
hari meningkat nyaman dan rendah
 Kekuatan tubuh stimulus
bagian atas dan  Lakukan latihan rentang
bawah gerak pasif dan/atau aktif
meningkat  Berikan aktivitas
distraksi yang
 Keluhan lelah
menenangkan
menurun
 Fasilitasi duduk di sisi
 Dyspnea saat tempat tidur, jika tidak
aktivitas dapat berpindah atau
menurun berjalan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu pasien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Nursalam, 2016).
Implementasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen:
a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan
b. Diagnosis keperawatan
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan
d. Tanda tangan perawat pelaksana
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir keperawatan yang didasarkan pada
tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuha keperawatan
didasarkan pada perubahan perilaku dan kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu
terjadinya adaptasi ada individu (Nursalam, 2016). Evaluasi keperawatan dilakukan
dalam bentuk pendekatan SOAP. Evaluasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen
yaitu:
a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan
b. Diagnosis keperawatan
c. Evaluasi keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Andra & Yessie. 2018. Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha
Medika

Nursalam. (2016). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Soedarto. 2018. Penyakit Menular di Indonesia. Sagung Seto: Jakarta.

Tim Pokja PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.). DPP PPNI.

Tim Pokja PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (2nd ed.). DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.). DPP
PPNI.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN “M” DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

DEMAM THYPOID DI RUANG KEPERAWATAN ANAK

RSUD SYEKH YUSUF KAB.GOWA

I. BIODATA

A. IDENTITAS KLIEN

1. Nama klien : AN. M

2. Tempat tanggal lahir :19-05-2009/14 tahun

3. Jenis kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Pendidikan : SMP

6. Alamat :Btn.Tamarunnang

7. Tanggal masuk RS :19/01/2023

8. Tanggal pengkajian :24/01/2023

9. No.RM : 601276

10. Rungan/Kamar : Keperawatan anak/kamar 609

B. IDENTITAS ORANG TUA

1) AYAH

a. Nama : Tn. F

b. Usia : 40 Tahun

c. Pendidikan : SMA

d. Pekerjaan : Wiraswasta

e. Agama : Islam

f. Alamat : BTN.Tamarunnang
2) IBU

a. Nama : Ny. N

b. Usia : 35 Tahun

c. Pendidikan : SMA

d. Pekerjaan : IRT

e. Agama : Islam

f. Alamat : BTN. Tamarunnang

3) IDENTITAS SAUDARA KANDUNG

NO. NAMA JENIS KELAMIN USIA HUBUNGAN STATUS KESEHATAN

1. An. A PEREMPUAN 16 THN SAUDARA SEHAT

KANDUNG

2. An. M PEREMPUAN 14 THN SAUDARA

KANDUNG SAKIT

3. An. J LAKI-LAKI 10 THN SAUDARA SEHAT

KANDUNG

4. An. R LAKI-LAKI 7 THN SAUDARA SAKIT

KANDUNG

II. RIWAYAT KESEHATAN

A. Riwayat kesehatan sekarang

1. Keluhan utama : Demam

2. Riwayat keluhan utama : Pasien masuk dengan keluhan demam sejak 2 hari

yang lalu, BAB encer 5x sehari, tampak berlendir dirasakan sejak 2 hari yang lalu,
sakit kepala,nyeri perut,batuk berdahak namun sulit keluar, nafsu makan

menurun, mual muntah sebanyak 5x.

3. Keluhan pada saat pengkajian : pasien mengeluh demam, BAB encer 5x, nyeri

perut, pasien mengatakan perut kembung.

B. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

GENOGRAM

X ? ? ?

? ? ? ?? ?
? ?
?
40 35

16 14 10 7

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

X : Meninggal

----- : Tinggal serumah

: Garis perkawinan

: Garis keturunan
Penjelasan :

G1 : Kakek klien sudah meninggal dunia karena factor usia

G2 : Bapak klien merupakan anak pertama dari empat bersaudara dan Ibu
klien merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.

G3 : Klien merupakan anak kedua dari empat bersaudara, klien mengalami


demam.

III. RIWAYAT IMUNISASI

No. Jenis imunisasi Waktu pemberian Reaksi saat pemberian


1. Hepatitis 0 Bulan -
2. BCG 1 Bulan -
3. DPT (I,II,III,IV) 2 Bulan.3 Bulan,4 Bulan, 18 Bulan Demam
4. POLIO (I.II.III.IV) 1 Bulan,2 Bulan,3 Bulan,4 Bulan -
5. Campak 9 bulan -
6. HIB 2 Bulan, 3 Bulan,4 Bulan, 18 Bulan -

IV. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG

A. Pertumbuhan Fisik

1) Berat badan : 44 Kg

2) Tinggi badan :140 cm

3) Waktu tumbuh gigi : Umur 1 tahun 1 bulan

B. Perkembangan tiap tahap

1) Berguling : Umur 3 Bulan

2) Duduk : Umur 5-6 bulan


3) Merangkak : Umur 8 bulan

4) Berdiri : Umur 9 bulan

5) Berjalan : Umur 1 tahun 2 bulan

6) Senyum : Umur 11 Bulan

7) Berbicara : Umur 11 bulan

8) Berpakaian : Umur 5 tahun

V. RIWAYAT NUTRISI

A. Pemberian ASI

1. Pertama kali disusui : dari lahir sampai usia 1 tahun

2. Cara pemberian : setiap pagi, siang, malam atau saat rewel dan menangis

B. Pemberian susu formula

1. Alasan pemberian : tidak diberikan

2. Jumlah pemberian : tidak diberikan

3. Cara pemberian : tidak diberikan

C. POLA PEMBERIAN NUTRISI TIAP TAHAP

USIA JENIS NUTRISI LAMA PEMBERIAN

0-12 BULAN ASI 12 bulan

1-3 BULAN NASI + LAUK 1-3 tahun

3 TAHUN-SEKARANG Nasi,ikan,telur,tahu,tempe,sayur ,buah 3 tahun-sekarang


VI. RIWAYAT PSIKOSOSIAL

1. Anak tinggal bersama : orang tua

2. Lingkungan berada di : kota dan pinggir jalan

3. Rumah dekat dengan : jalanan dan lapangan

4. Kamar pasien :kamar pasien rapi dan pasien memiliki kamar

sendiri

5. Rumah ada tangga : tidak ada

6. Hubungan antar anggota keluarga : harmonis

7. Pengasuh anal : orang tua

VII. RIWAYAT SPIRITUAL

1. Support sistem keluarga : keluarga mendukung segala aktivitas positif anak

2. Kegiatan keagamaan : klien sebelum sakit rajin ibadah, saat sakit klien tidak

pernah sholat

VIII. REAKSI HOSPITALISASI

A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

1. Ibu membawa anaknya ke RS karena anak BAB encer sejak ±7 hari yang lalu,

anak demam dan muntah sebanyak 7x

2. Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak?

Ya, dokter menceritakan tentang kondisi yang dialami oleh pasien

3. Perasaan orang tua saat ini ?

Orang tua sangat sedih melihat anaknya dirawat di RS karena anaknya tidak bias

beraktivitas seperti biasanya.


4. Apakah orang tua selalu berkunjung ke RS ?

Ya, ibu dan ayah pasien selalu berkunjung ke RS dan bergantian menjaga anak

5. Yang akan tinggal dengan anak ?

Ibu dan ayah bergantian menjaga klien selama di RS

B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

1. Mengapa orang tuamu membawamu ke RS?

Karena saya sakit. Diare, demam, dan muntah sebanyak sebanyak 7x

2. Menurutmu apa penyebab kamu sakit ?

Karena saya kurang menjaga kebersiham sebelum makan dan juga saya sering

sakit sejak kecil

3. Apakah dokter menceritakan tentang keadaanmu ?

Ya, dokter menjelaskan tentang penyakit saya

4. Bagaimana rasanya dirawat di RS ?

Rasanya sangat membosankan karena saya tidak bias berkumpul dengan teman-

teman.

IX. AKTIVITAS SEHARI-HARI

A. Nutrisi

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


Selera makan Makan 3x1 dalam porsi sedikit Nasi, Tahu, makan 3x1 porsi tidak

Tempe, Ikan, Sayur dihabiskan

B. Cairan

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

Jenis makanan Air putih Air putih

Frekuensi 7-8 jam/hari 4-5 gelas/hari

Kebutuhan cairan 2000 ml/hari 1000 ml/hari

Cara pemenuhan Peroral Peroral dan perinteral

C. Eliminasi (BAB)

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

Frekuensi 1-2 kali/hari 4-5 kali/hari

Konsistensi Lunak Encer

Kesulitan Tidak ada Tidak ada

D. Eliminasi (BAK)

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

Frekuensi 4-5 kali/hari 4-5 kali/hari


Warna Kuning kecokelatan Kuning

Volume ±600 ml/hari ±600 ml/hari

Kesulitan Tidak ada Tidak ada

E. Istirahat Tidur

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

Jam tidur siang 13.00-14.30 wita Tidak menentu

Jam tidur malam 23.00-04.00 wita Tidak menentu, sulit tidur

Pola tidur Baik Kurang

Kebiasaan sebelum tidur Menonton tv dan main hp Istrahat dan tidur

Kesulitan tidur Tidak ada Sulit tidur

F. Olahraga

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

Program olahraga Senam pagi dan jalan santai (joging) Tidak ada

Jenis dan frekuensi 1x seminggu Tidak ada

Kondisi sebelum olahraga Sehat Tidak ada

G. Personal hygiene
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

Mandi 1-2x/hari (mandiri) Hanya cuci muka

Mencuci rambut 3-4x/hari (mandiri) Tidak dilakukan

Gunting kuku 1x/hari (mandiri) Tidak dilakukan

Gosok gigi 2x/hari (mandiri) 1x/ hari

H. Aktivitas/ Mobilitas fisik

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

Kegiatan sehari-hari Sekolah dan bermain dengan teman Tirah baring

Kesulitan aktivitas Tidak ada Sulit beraktivitas seperti biasa

Penggunaan alat bantu Tidak ada Tidak ada

I. Rekreasi

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

Waktu senggang Saat hari libur Tidak dilakukan

Kegiatan hari libur Bermain dan menonton tv Tidak dilakukan

X. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis, GCS 15

3. Vital Sign :-

TD :110/80 mmhg

N : 112x/menit
S : 37,8oC

P : 22x/menit

4. Berat badan : 44 kg

5. Tinggi badan : 145 kg

6. Sistem pernafasan :

a. Hidung :Simetris kiri kanan, tidak ada pernafasan cuping hidung

b. Leher :Simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakkan kelenjar

tyroid

c. Dada : -bentuk : normal cest

-gerakkan : simetris

-suara nafas : vesikuler

7. Sistem cardiovaskuler

a. Konjungtiva : kemerahan dan tidak ada tanda anemia

b. Warna bibir : kecoklatan dan kering

c. Artern cordir : Kuat teraba

d. Ukuran jantung : Normal

e. CRT : ˂ 2 Detik

8. Sistem indra

a. Mata : simetris kiri kanan, tidak ada pembengkakkan pada kelopak mata,

konjungktiva tidak amemis, sclera Nampak putih, pupil bereaksi dengan normal,

gerakkan mata normal

b. Telinga : Simetris kiri kanan, tidak ada edema, tampak bersih, tidak ada

serumen, tidak ada nyeri tekan.


c. Hidung : tampak normal, lubang hidung bersih, tidak ada secret, potensi

hidung, tidak ada nyeri tekan.

9. Sistem pencernaan

a. Sclera : tidak tampak icterus

b. Bibir : kering dan pecah-pecah

c. Mulut : kesulitan menelan,

d. Gaster : tidak ada nyeri tekan

e. Abdomen : tidak ada nyeri tekan

f. Anus : Normal, Tidak ada hemoroid

10. Sistem syaraf

a. Fungsi selebral : GCS 15 (E4M6V5) Composmentis

b. Fungsi cranial : tidak ada kerusakkan

c. Fungsi motoric : motorik lemah

d. Fungsi sensorik : normal

e. Fungsi serebelum : lemah

f. Reflex : lemah

11. Sistem musculoskeletal

a. Kepala : bentuk kepala normal, tidak ada pembengkakkan

b. Vertebran : normal

c. Pelvis : normal

d. Lutut : normal

e. Kaki : normal
f. Tangan : normal

12. Sistem integument

a. Rambut : warna rambut coklat kehitaman dan panjang

b. Kulit :warna kulit sawo matang, kulit teraba hangat

c. Kuku : kuku Nampak panjang

13. Sistem endokrin

a. Kelenjar tyroid ; Tidak ada pembengkakkan kelenjar tyroid

14. Sistem perkemihan

a. Ekskresi urine : Tidak ada keluhan

15. Sistem imun

a. Alergi : tidak ada riwayat alergi obat, makanan, cuaca, dll

XI. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN

Dengan menggunakan DDST (6 tahun keatas)

1. Perkembangan kognitif : pasien dapat berhitung, membaca, bercerita dan

bernyanyi

2. Perkembangan psikoseksual : pasien menggunakan hijab saat ada laki-laki yang

berkunjung ke RS

3. Perkembangan psikososial : pasien berkomunikasi dengan baik bersama teman-

temannya,keluarga maupun orang sekitar


XII. TES DIAGNOSTIC

Pemeriksaaan Hasil Satuan

*kimia darah

Antigen sars cov-19 Negatif -

*pemeriksaan lain-lain

-WIDAL :

OD 1/320 Negatif

HD 1/320 Negatif

HA 1/320 Negatif

HB - Negatif

XIII. TERAPI SAAT INI

1. Pemberian terapi cairan : IUFD 1500 ml/24 Jam

2. Injeksi : - Ranitidine/Injeksi IV/24 jam

- Ceftriaxone/ 24 jam

- Ciprofloxacin 500 mg 2x1

3. Oral : Zink 20 mg. hari


XIV. ANALISA DATA

No. DATA MASALAH

1. DS : ibu klien mengatakan anaknya demam sejak ±2 Hipertermia (D.0130)


hari yang lalu
DO : Klien tampak lemas
Kulit teraba hangat
S: 37,80C
P : 22x/menit

2. DS : Klien mengeluh nyeri pada bagian perut Nyeri Akut (D.0077)


Klien mengatakan nyeri tertusuk-tusuk
DO : Klien tampak meringis
Skala nyeri 5

3. DS :
- ibu klien mengatakan anaknya bab encer Diare (D.0020)
sebanyak 2x
-Ibu klien mengatakan anaknya muntah sebanyak 5x

DO : Keadaan tampak pucat


Klien tampak lemas
Fases lembek
XV. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL

1. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit ditamtai dengan suhu tubuh diatas
nilai normal (D.0130)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia,
neoplasma) d.d infeksi (D.0077)
3. Diare berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan defekasi lebih dari 3 kali
dalam 24 jam (D.0020)
XVI. INTERVENSI KEPERAWATAN

Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Intervensi
kriteria hasil keperawatan
1. (D.0130) Hipertermia b.d. proses Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
penyakit d.d suhu tubuh diatas tindakan Observasi
nilai normal keperawatan 3x24  Identifikasi penyebab hipertermia (mis.
jam, diharapkan dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
penggunaan inkubator)
hipertermia
 Monitor suhu tubuh
membaik dengan
 Monitor kadar elektrolit
kriteria hasil:
 Monitor haluaran urine
 Menggigil  Monitor komplikasi akibat hipertermia
menurun Terapeutik
 Suhu tubuh  Sediakan lingkungan yang dingin
membaik  Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Suhu kulit  Basahi dan kipasi permukaan tubuh
membaik  Berikan cairan oral
 Hindari pemberian antipiretik atau
asprin
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
2 (D.0077) Nyeri akut b.d. agen Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
pencedera fisiologis (mis. tindakan Observasi
inflamasi, iskemia, neoplasma) d.d keperawatan selama  Identifikasi lokasi, karakteristik,
infeksi 3x24 jam, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
diharapkan: nyeri
Nyeri berkurang  Identifikasi skala nyeri
menurun dengan  Identifikasi respons nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat
kriteria hasil:
dan memperingan nyeri
 Frekuensi nadi  Identifikasi pengetahuan dan
membaik keyakinan tentang nyeri
 Pola napas  Identifikasi pengaruh nyeri pada
membaik kualitas hidup
 Keluhan nyeri  Monitor efek samping penggunaan
menurun analgetik
 Meringis Terapeutik
menurun  Berikan teknik nonfarmakologi untuk
 Gelisah menurun mengurangi rasa nyeri
 Kontrol lingkungan yang memperberat
 Kesulitan tidur
rasa nyeri
menurun  Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
3 (D.0020) Diare berhubungan Setelah dilakukan Manajemen diare (I.03101)
dengan proses infeksi ditandai tindakan Observasi
dengan defekasi lebih dari 3x keperawatan selama  Identifikasi penyebab diare (mis,
dalam 24 jam 3x24 jam, inflamasi gastrointestinal, proses
diharapkan : infeksi, ansietas, stress, efek samping
obat)
 Nyeri abdomen
 Identifikasi riwayat pemberian
menurun makanan
 Konsistensi fases  Monitor warna, volume, frekuensi, dan
membaik konsistensi tinja
 Frekuensi  Monitor jumlah pengeluaran diare
defekasi  Monitor keamanan penyiapan
membaik makanan
Terapeitik :
 Distensi
 Berikan asupan cairan oral (mis,
abdomen larutam garam gula,oralite)
menurun  Pasang jalur intravena
 Berikan cairan intravena. Jika perlu
 Ambil sampel fases untuk kultur. Jika
perklu
Edukasi :
 Anjurkan makanan porsi kecil dan
sering secara bertahap
 Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas dan mengandung
laktosa
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian obat pengeras fases
(mis, atapulgit, smesktit)
XVII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Isial klien : An. M

Ruangan : Keperawatan anak

No. Diagnosa Hari/tgl Implementasi Evaluasi

keperawatan Jam

1. Hipertermia b.d. Selasa, Manajemen Hipertermia S : - klien mengatakan anaknya


proses penyakit d.d 1. Memonitor suhu tubuh demam
24/01/2022 Hasil : S: 37,80C
suhu tubuh diatas nilai 2. Memonitor pengeluaran O :- klien tampak pucat
0930 wita urine
normal D.0130) S : 37,8oC
Hasil : pengeluaran
urine 4-5x/hari, urine A : Malasah hipertermia belum
berwarna kuning teratasi
09.40 3. Memonitor komplikasi
akibat hipertermia P : Lanjutkan intervensi
Hasil : klien juga 1) memonitor suhu tubuh
mengalami diare
10.00 4. Sediakan lingkungan 2) memonitor pengeluaran
yang dingin urine
Hasil : klien
menggunakan ac 3) memonitor komplikasi
ruangan suhu sedang akibat hipetermia
10.30 5. melonggarkan atau
lepaskan pakaian 4) menganjurkan tirah
hasil :klien baring
menggunakan baju
11.00 kaos 5) kolaborasi pemberian
6. membasahi dan kipasi cairan dan elektrolit
permukaan tubuh
Hasil : menggunakan
11.20 pakaian yang tipis
7. Memerikan cairan oral
Hasil : pemberian zink
20 mg
11.35 8. Menganjurkan tirah
baring
Hasil : klien berbaring
dan itrahat ditempat
11.40 tidur
9. berkolaborasi
pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika
perlu
hasil : pemberian
IUFD dan obat
intravena
2. Nyeri akut b.d. agen Selasa, Manajemen Nyeri S : - klien mengatakan nyeri pada
pencedera fisiologis 1) mengidentifikasi lokasi, bagian perut
(mis. inflamasi, 24/01/2022 karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, - klien mengatakan nyeri dirasakan
iskemia, neoplasma)
0930 wita intensitas nyeri
d.d infeksi saat bergerak
hasil : nyeri pada
(D.0077) bagian perut, nyeri - klien mengatakan nyeri tertusuk-
tertusuk-tusuk. tusuk
09.50 2) mengidentifikasi skala
nyeri O : -Klien tampak meringis
hasil :skala nyeri 5 - skala nyeri 5 (0-10)
3) mengidentifikasi
10.15 A : Masalah nyeri akut belum
respons nyeri non verbal
hasil : klien tampak teratasi
meringis saat nyeri
timbul P : Intervensi dilanjutkan
4) mengidentifikasi faktor 1. mengidentifikasi lakasi,
10.30 yang memperberat dan
memperingan nyeri karakteristik,durasi,
Hasil : klien frekuensi, intensitas nyeri
mengatakan nyeri
dirasakan saat 2. mengidentifikasi skala nyeri
bergerak, dan nyeri 3. mengidentifikasi respon nyeri
tidak dirasakan saat
tidur non verbal
10.45 5) mengidentifikasi 4. mengidentifikasi factor yg
pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri memperingan dan
Hasil : klien memperberat nyeri
mengatakan nyeri
akibat diare 5. mengontrol lingungan yg
10.50
6) memberikan teknik memperberat rasa nyeri
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Hasil : menganjurkan
klien Tarik nafas
11.10 dalam
7) mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
11.30 Hasil : nyeri dirasakan
pada bagian perut
8) memfasilitasi istirahat
dan tidur
11.55 Hasil : klien istrahat
dan tidur di tempat
tidur
9) mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
12.00 mengurangi rasa nyeri
Hasil : klien menarik
nafas dalam lalu
dibuang
10) berkolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
3. Diare berhubungan Selasa, Manajemen diare S :-Ibu Klien mengatakan
dengan proses infeksi 1) mengidentifikasi anakanya bab encer selama 5x
ditandai dengan 24/01/2022 riwayat pemberian
makanan -Ibu klien mengatakan
defekasi lebih dari 3x
09.30 wita hasil : klien
dalam 24 jam (D.0020) anaknya kekurangan nafsu makan
mengatakan makan
makanan pedis O : - klien tampak pucat
2) Memonitor warna, - BAB encer 5x sehari
09.50 volume, frekuensi, dan
konsistensi tinja -Klien makan dalam porsi
Hasil : klien bab sedikit namun tidak dihabiskan
encer, frekuensi 4-5x
sehari A : Masalah diare belum teratasi
10.20 3) Memonitor jumlah P : Intervensi dilanjutkan
pengeluaran diare
Hasil : 4-5x sehari 1. mengidentifikasi riwayat
4) Memonitor keamanan pemberian makanan
penyiapan makanan
Hasil : makanan 2. Memonitor warna, volume,
diberikan oleh ahli frekuensi, dan konsistensi tinja
gizi dalam dibungkus
10.45 rapi 3. Memonitor jumlah
5) Berikan asupan cairan pengeluaran diare
oral (mis, larutam
garam gula,oralite) 4. Berikan asupan cairan oral
Hasil : pemberian (mis, larutam garam
zink 20 mg
11.00 6) Pasang jalur intravena gula,oralite)
11.30 Hasil : terpasang 5. Berikan asupan cairan oral
IUFD
(mis, larutam garam
7) makanan porsi kecil
dan sering secara gula,oralite)
bertahap
6. makanan porsi kecil dan sering
hasil : Klien makan
11.50 porsi kecil namun secara bertahap
dihabiskan
7. Anjurkan menghindari
8) Anjurkan menghindari
makanan pembentuk makanan pembentuk gas,
gas, pedas dan
pedas dan mengandung laktosa
mengandung laktosa
Hasil : selama di rs
12.00 klien makan
makanan dari ahki
gizi
9) Kolaborasi pemberian
obat pengeras fases
(mis, atapulgit,
smesktit)
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI HARI KE-2
Inisial klien : An.M
Ruangan : keperawatan anak

No. Diagnosa keperawatan Hari/tgl Implementasi Evaluasi

Jam

1. Hipertermia b.d. proses Rabu, Manajemen Hipertermia S : - klien mengatakan anaknya


penyakit d.d suhu tubuh 10. Memonitor suhu tubuh masih demam
25/01/2022 Hasil : S: 37,80C
diatas nilai normal 11. Memonitor pengeluaran O :- klien tampak masih pucat
15.30 urine
D.0130) S : 37,3oC
Hasil : pengeluaran
urine 4-5x/hari, urine A : Malasah hipertermia belum
berwarna kuning teratasi
15.55 12. Memonitor komplikasi
akibat hipertermia P : pertahankan intervensi
Hasil : klien juga
mengalami diare
16.00 13. Sediakan lingkungan
yang dingin
Hasil : klien
menggunakan ac
ruangan suhu sedang
16.20 14. melonggarkan atau
lepaskan pakaian
hasil :klien
menggunakan baju
16.35 kaos
15. membasahi dan kipasi
permukaan tubuh
Hasil : menggunakan
16.50 pakaian yang tipis
16. Memerikan cairan oral
Hasil : pemberian zink
20 mg
16.59 17. Menganjurkan tirah
baring
Hasil : klien berbaring
dan itrahat ditempat
17.10 tidur
18. berkolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
2. Nyeri akut b.d. agen Rabu Manajemen Nyeri S : - klien mengatakan masih
pencedera fisiologis 11) mengidentifikasi lokasi, nyeri pada bagian perut
(mis. inflamasi, iskemia, 25/01/2022 karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, - klien mengatakan nyeri
neoplasma) d.d infeksi
15.30 intensitas nyeri
(D.0077) dirasakan saat bergerak
hasil : nyeri pada
bagian perut, nyeri - klien mengatakan nyeri
tertusuk-tusuk. tertusuk-tusuk
15.50 12) mengidentifikasi skala
nyeri O : -Klien tampak meringis
hasil :skala nyeri 5 - skala nyeri 4 (0-10)
13) mengidentifikasi respons
16.00 A : Masalah nyeri akut belum
nyeri non verbal
hasil : teratasi
16.20
14) mengidentifikasi faktor
yang memperberat dan P : Pertahankan Intervensi
memperingan nyeri
Hasil : klien
mengatakan nyeri
dirasakan saat
bergerak, dan nyeri
tidak dirasakan saat
tidur
16.40 15) mengidentifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
Hasil : klien
mengatakan nyeri
akibat diare
16.50
16) memberikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
17.00 Hasil : menganjurkan
klien Tarik nafas
dalam
17) mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
Hasil : nyeri dirasakan
pada bagian perut
18) memfasilitasi istirahat
dan tidur
Hasil : klien istrahat
dan tidur di tempat
tidur
19) mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Hasil : klien menarik
nafas dalam lalu
dibuang
20) berkolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3. Diare berhubungan Rabu, Manajemen diare S : -Ibu Klien mengatakan
dengan proses infeksi 1) mengidentifikasi
ditandai dengan defekasi 25/01/2022 riwayat pemberian anakanya bab encer selama 3x
lebih dari 3x dalam 24 makanan
15.30 hasil : klien -Ibu klien mengatakan
jam (D.0020)
mengatakan makan
15.55 makanan pedis anaknya makan porsi sedikit
2) Memonitor warna,
volume, frekuensi, dan namun dihabiskan
konsistensi tinja
Hasil : klien bab O : - klien tampak pucat
encer, frekuensi 4-5x
sehari - BAB encer 3x sehari
16.00 3) Memonitor jumlah
pengeluaran diare -Klien makan dalam porsi
Hasil : 4-5x sehari
4) Memonitor keamanan sedikit namun dihabiskan
16.20 penyiapan makanan
Hasil : makanan A : Masalah diare belum teratasi
diberikan oleh ahli
gizi dalam dibungkus P : pertahankan Intervensi
16.40 rapi
5) Berikan asupan cairan
oral (mis, larutam
garam gula,oralite)
16.50 Hasil : pemberian
zink 20 mg
6) Pasang jalur intravena
Hasil : terpasang
17.00 IUFD
7) makanan porsi kecil
dan sering secara
bertahap
hasil : Klien makan
porsi kecil namun
dihabiskan
8) Anjurkan menghindari
makanan pembentuk
gas, pedas dan
mengandung laktosa
Hasil : selama di rs
klien makan
makanan dari ahki
gizi
9) Kolaborasi pemberian
obat pengeras fases
(mis, atapulgit,
smesktit)
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI HARI KE-3

Inisial klien : An.M

Ruangan : keperawatan anak

No. Diagnosa keperawatan Hari/tgl Implementasi Evaluasi

Jam

1. Hipertermia b.d. proses Kamis, Manajemen Hipertermia S : -ibu klien mengatakan


penyakit d.d suhu tubuh 1. Memonitor suhu tubuh
26/01/2022 Hasil : S: 37,80C anaknya sudah tidak demam
diatas nilai normal 2.Memonitor pengeluaran
09.30 urine O :- badan klien sudah tidak
D.0130)
Hasil : pengeluaran
urine 4-5x/hari, urine teraba hangat
berwarna kuning
09.50 3.Memonitor komplikasi S : 36,9oC
akibat hipertermia
Hasil : klien juga A : Malasah hipertermia teratasi
mengalami diare
10.00 4.Sediakan lingkungan yang P : Intervensi Dihentikan
dingin
Hasil : klien
menggunakan ac
ruangan suhu sedang
10.30 5.melonggarkan atau
lepaskan pakaian
hasil :klien
menggunakan baju
10.50 kaos
6.membasahi dan kipasi
permukaan tubuh
Hasil : menggunakan
11.30 pakaian yang tipis
7.Memerikan cairan oral
Hasil : pemberian zink
20 mg
12.00 8.Menganjurkan tirah
baring
Hasil : klien berbaring
dan itrahat ditempat
tidur
9.berkolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
2. Nyeri akut b.d. agen Kamis, Manajemen Nyeri S : - klien mengatakan nyeri
pencedera fisiologis 1. mengidentifikasi lokasi,
(mis. inflamasi, iskemia, 26/01/2022 karakteristik, durasi, sudah berkurang
neoplasma) d.d infeksi frekuensi, kualitas,
09.30 intensitas nyeri - klien mengatakan nyeri sudah
(D.0077)
hasil : nyeri pada bagian
perut, nyeri tertusuk- tidak dirasakan saat bergerak
tusuk.
10.00 2.mengidentifikasi skala O : -Klien sudah tidak meringis
nyeri
hasil :skala nyeri 5 saat bergerak
4.mengidentifikasi faktor
10.20 - skala nyeri 2 (0-10)
yang memperberat dan
memperingan nyeri
Hasil : klien mengatakan A : Masalah nyeri akut teratasi
nyeri dirasakan saat
bergerak, dan nyeri tidak P : Intervensi dihentikan
10.45 dirasakan saat tidur
5.mengidentifikasi
pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
Hasil : klien mengatakan
nyeri akibat diare
10.00 6.memberikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Hasil : menganjurkan
11.40 klien Tarik nafas dalam
7.mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
12.00
Hasil : nyeri dirasakan
pada bagian perut
8.memfasilitasi istirahat dan
tidur
Hasil : klien istrahat dan
tidur di tempat tidur
9.mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Hasil : klien menarik
nafas dalam lalu dibuang
10.berkolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3. Diare berhubungan Kamis, Manajemen diare S : -Ibu Klien mengatakan
dengan proses infeksi 1.mengidentifikasi riwayat
ditandai dengan defekasi 26/01/2022 pemberian makanan anakanya bab encer selama 1x
lebih dari 3x dalam 24 hasil : klien mengatakan
09.30 makan makanan pedis -Ibu klien mengatakan
jam (D.0020)
2.Memonitor warna,
volume, frekuensi, dan anaknya makan porsi sedikit
konsistensi tinja
Hasil : klien bab encer, namun dihabiskan
frekuensi 4-5x sehari
09.50 3.Memonitor jumlah O : - klien tampak tidak pucat
pengeluaran diare
10.10 Hasil : 4-5x sehari - BAB encer 1x sehari
4.Memonitor keamanan
penyiapan makanan -Klien makan dalam porsi
Hasil : makanan
diberikan oleh ahli gizi sedikit namun dihabiskan
10.40 dalam dibungkus rapi
5.Berikan asupan cairan A : Masalah diare teratasi
oral (mis, larutam garam
gula,oralite) P : Intervensi dihentikan
Hasil : pemberian zink 20
mg
11.20 6.Pasang jalur intravena
Hasil : terpasang IUFD
7.makanan porsi kecil dan
sering secara bertahap
hasil : Klien makan porsi
kecil namun dihabiskan
11.40 8.Anjurkan menghindari
makanan pembentuk gas,
pedas dan mengandung
laktosa
Hasil : selama di rs klien
12.20 makan makanan dari ahki
gizi
9.Kolaborasi pemberian
obat pengeras fases (mis,
atapulgit, smesktit)

Anda mungkin juga menyukai