Anda di halaman 1dari 42

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Typhoid adalah infeksi akut usus halus .paratyphoid biasanya lebih

ringan dan menunjukan gejala atau gambaran klinis yang sama, atau

menyebabkanEtentis akut.Sinonim demam typhoid adalah typhoid dan

paratyphoid fever enteric. Typhoid typhus dan paratyphoid abdominalis.

Kelainan patologik utama terjadi di usus halus terutama ilium bagian

distal.Pada minggu Ipenyakit terjadi luperplasis plaks player, disusul minggu

II terjadiulserasi plaks player, pada minggu III dan IV pertumbuhan ulkus

ulkus denganmeninggalkan sikatrik.Ulkusberbentuk bulat lonjong dengan

sumbu memanjangsejajar dengan sumbu usus.Hepar membesar dengan

filtrasi limfosit, sel pertama dan sel mononukleat serta nekrosis local.Sistem

retikuloindotelia menunjukan hyperplasiadan kelenjar kelenjar mesentrial dan

limpa membesar. Kelainan patologi juga dapat dijumpai pada ginjal, paru,

jantung, selaput otak, otot dan tulang.Penyebab dari penyakit ini adalah

salmonella typhosa, basi garam negativeyang bergerak dengan bulu getar dan

tidak berspora.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi pada Demam typhoid?

2. Bagaimana etiologi pada Demam typhoid?


2

3. Bgaimana patofisiologis pada Demam typhoid ?

4. Bagaimana manifestasi klinis pada Demam typhoid ?

5. Bagaimana penatalaksanaan Demam typhoid ?

6. Apa komplikasi yang terjadi pada Demam typhoid ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memperoleh gambaran secara teoristis dalam merawat pasien dengan

demam typoid

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui definisi Demam typhoid

b. Mengetahui etiologi pada Demam typhoid

c. Memahami patofisiologi pada Demam typhoid

d. Mengetahui manifestasi klinis pada demam typoid

e. Mengetahui pelaksanaan demam typoid

f. Mengetahui komplikasi yang terjadi pada demam typoid


3

BAB II

GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

A. Sejarah Klinik

Klinik Zam Zam yang beralamatkan di Jl Raya Kodeco Km. 2.5

Ruko Perum. Jhonlin Indah blok B No. 2 Desa. Gunung Antasari Kec.

Simpang Empat,Kab. Tanah Bumbu Kalimantan Selatan yang didirikan pada

tanggal 2 juni 2012 dengan atas nama pribadi yaitu dr. Sulaiman Umar dan

dirubah menjadi berbadan hukum resmi dengan nama CV. Bunda Permata

pada tanggal 19 Agustus 2014. Dengan Manjemen yang berbadan hukum

dan legalitas yang jelas kami iningin menjadi klinik yang lebih perofessional

dan terus berusaha memberikan pelayanan yang maksimal, mudah dan efisien

bagi perusahaan yang telah bekerjasama dengan kami hingga sampai saat ini

termasuk pada perusahaan yang akan bekerjasama dengan kami.

Kemudian pada saat ini Klinik Zam Zam telah berhasil menjalin

kerjas

ama sebanyak 19 perusahaan yang bergerak dibidang Pertambangan

dan Perkebunan dan terus menjalin kerjasama dengan kami hingga sampai

saat ini. Hal ini membuktikan bahwa Klinik Zam Zam adalah klinik yang

memiliki totalitas dan dedikasi yang tinggi terhadap rekan rekan yang telah

mengikatkan diri untuk menjalin kerjasama dengan Klinik Zam Zam.Sebagai

bukti bahwa Klinik Zam Zam memiliki komitmen dan prinsip dalam

memberikan pelayanan.
4

B. Tempat dan Lokasi Klinik

Bila melintasi Jl. Raya Kodeco Tanah Bumbu, Kalimantan

Selatan tentu kita melewati deretan ruko dengan berbagai jenis usaha baik

kuliner, otomotif, hingga kesehatan. Sebuah klinik kecil namun menawarkan

pelayanan profesional, mudah dan efisien berdiri di antara bangunan dalam

ruko tersebut.

Tanggal 12 juni 2012, Klinik Zam Zam dibangun oleh dr.

Sulaiman Umar dan hingga kini, klinik menjalin kerja sama dengan 19

perusahaan di bidang Pertambangan dan Prekebunan seperti, PT. Buana

Karya Wiratama, PT. Bama, PT. Pembangunan Perumahan dan lainnya.

C. Visi, Misi dan Motto Klinik

1. Visi

a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang tinggi

b. Menjadi lembaga pelayanan kesehatan masyarakat yang terpercaya

2. Misi

a. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan individu, keluarga

dan masyarakat beserta lingkungannya

b. Menyediakan pelayanan yang efekti dan efisien dengan mengutamakan

prinsip kehati hatian

c. Meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan


5

d. Peningkatan keilmuan (knowledge, skill, attitude) dan memberikan

kenyaman kerja kepada para SDM dengan program yang terarah dan

terintegrasi

e. Peningkatan kesetaraan dan kerjasama profesional dalam sistem

pelayanan medis

f. Menjadimitra bisnis yang menjunjung azas kepercayaan

demitercapainya hasil investasi yang optimal

3. Motto

‘Melayani dengan sepenuh hati’


6

BAB III

LANDASAN TEORI

A. Pengertian

Demam tifoid atau typhoid fever atau typhus abdominalis adalah

penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhii yang merupakan

bakteri gram negatif berbentuk batang yang masuk melalui makanan dan

minuman yang terkontaminasi (Tapan, 2004).Sedangkan menurut (Cahyono,

2010).Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri Salmonella

typhii dan bersifat endemik yang termasuk dalam penyakit menular.

Demam tifoid adalah infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh

Salmonella typhii (Elsevier, 2013.).Jadi, demam tifoid merupakan penyakit

yang disebabkan oleh bakteri gram negatif yang menurunkan sistem

pertahanan tubuh dan dapat menular pada orang lain melalui makanan dan

minuman yang terkontaminasi.

B. Etiologi

Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan

salmonella parathypi (S. Parathypi Adan B serta C).Bakteri ini berbentuk

batang, gram negatif, mempunyai flagela, dapat hidup dalam air, sampah

dan debu.Namun bakteri ini dapat mati dengan pemanasan suhu 600 selama

15-20 menit. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, pasien membuat antibodi

atau aglutinin yaitu :


7

v Aglutinin O (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigen O

(berasal dari tubuh kuman).

v Aglutinin H (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigen H

(berasal dari flagel kuman).

v Aglutinin Vi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena

rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang

ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar pasien

menderita tifoid. (Aru W. Sudoyo. 2009).

C. Patofisiologi

Bakteri Salmonella typhi bersama makanan atau minuman masuk ke

dalam tubuh melalui mulut.Pada saat melewati lambung dengan suasana

asam (pH < 2) banyak bakteri yang mati. Keadaan-keadaan seperti

aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor histamin

H2, inhibitor pompa proton atau antasida dalam jumlah besar, akan

mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus

halus. Di usus halus, bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan kemudian

menginvasi mukosa dan menembus dinding usus, tepatnya di ileum dan

jejunum. Sel-sel M, sel epitel khusus yang melapisi Peyer’s patch,

merupakan tempat internalisasi Salmonella typhi.

Bakteri mencapai folikel limfe usus halus, mengikuti aliran ke

kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik


8

sampai ke jaringan RES di organ hati dan limpa.Salmonella typhi

mengalami multiplikasi di dalam sel fagosit mononuklear di dalam folikel

limfe, kelenjar limfe mesenterika, hati dan limfe (Soedarmo, dkk, 2012).

Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang

lamanya ditentukan oleh jumlah dan virulensi kuman serta respons imun

pejamu maka Salmonella typhiakan keluar dari habitatnya dan melalui

duktus torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini

organisme dapat mencapai organ manapun, akan tetapi tempat yang disukai

oeh Salmonella typhi adalah hati, limpa, sumsum tulang belakang, kandung

empedu dan Peyer’s patch dari ileum terminal.

Invasi kandung empedu dapat terjadi baik secara langsung dari darah

atau penyebaran retrograd dari empedu.Ekskresi organisme di empedu dapat

menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui tinja.Peran

endotoksin dalam patogenesis demam tifoid tidak jelas, hal tersebut terbukti

dengan tidak terdeteksinya endotoksindalam sirkulasi penderita melalui

pemeriksaan limulus. Diduga endotoksin dari Salmonella typhi

menstimulasi makrofag di dalam hati, limpa, folikel limfoma usus halus dan

kelenjar limfe mesenterika untuk memproduksi sitokin dan zat-zat lain.

Produk dari makrofag inilah yang dapat menimbulkan nekrosis sel, sistem

vaskular yang tidak stabil, demam, depresi sumsum tulang belakang,

kelainan pada darah dan juga menstimulasi sistem imunologik (Soedarmo,

dkk, 2012).
9

Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks Peyer. Ini terjadi

pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada

minggu ketiga terjadi ulserasi plaks Peyer. Pada minggu keempat terjadi

penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat

menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus.Selain itu hepar,

kelenjar-kelenjar mesenterial dan limpa membesar (Suriadi & Rita, 2006).

D. Manifestasi Klinik

Masa inkubasi biasanya 7-14 hari, tetapi dapat berkisar antara 3-30 hari

tergantung pada besar inokulum yang tertelan. Tanda dan gejala yang dapat

muncul pada demam tifoid antara lain:

1. Anak Usia Sekolah dan Remaja

Gejala awal demam, malaise, anokreksia, mialgia, nyeri kepala dan

nyeri perut berkembang selama 2-3 hari. Mual dan muntah dapat menjadi

tanda komplikasi, terutama jika terjadi pada minggu kedua atau ketiga.

Pada beberapa anak terjadi kelesuan berat, batuk, dan epistaksis. Demam

yang terjadi bisa mencapai 40 derajat celsius dalam satu minggu. Pada

minggu kedua, demam masih tinggi, anak merasa kelelahan, anoreksia,

batuk, dan gejala perut bertambah parah.Anak tampak sangat sakit,

bingung, dan lesu disertai mengigau dan pingsan (stupor). Tanda-tanda

fisik berupa bradikardia relatif yang tidak seimbang dengan tingginya

demam. Anak mengalami hepatomegali, splenomegali dan perut kembung

dengan nyeri difus. Pada sekitar 50% penderita demam tifoid  dengan
10

demam enterik, terjadi ruam macula atau makulo popular (bintik merah)

yang tampak pada hari ke tujuh sampai ke sepuluh. Biasanya lesi

mempunyai ciri tersendiri, eritmatosa dengan diameter 1-5 mm. Lesi 

biasanya berkhir dalam waktu 2 atau 3 hari. Biakan lesi 60% menghasilkan

organisme Salmonella.

2. Bayi dan balita

Pada balita dengan demam tifoid sering dijumpai diare, yang dapat

menimbulkan diagnosis gastroenteritis akut.

3. Neonatus

Demam tifoid dapat meyerang pada neonatus dalam usia tiga hari

persalinan. Gejalanya berupa muntah, diare, dan kembung. Suhu tubuh

bervariasi dapat mencapai 40,5 derajat celsius. Dapat terjadi kejang,

hepatomegali, ikterus, anoreksia, dan kehilangan berat badan. 

a. Pemeriksaan Penunjang

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada penderita demam tipoid dilakukan secara

berulang dan regular. Semua tanda-tanda vital merupakan petunjuk yang

relevan. Perhatian khusus harus diberikan pada pemeriksaan jasmani

harian yang kadang-kadang harus dilakukan lebih sering sampai kepastian

diagnosis didapat dan respon yang diperkirakan terhadap pengobatan

penyakitnya sudah tercapai. Begitu juga dilakukan pemeriksaan secara

teliti pada kulit, kelenjar limfe, mata, dasar kuku, sistem kardiovaskuler,

dada, abdomen, sistem musculoskeletal dan sistem saraf.


11

a. Pemeriksaan Laboratorium

b. Hematologi

Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit

perdarahan usus :

a. Kimia darah

Pemeriksaan elektrolit, kadar glukosa, blood urea nitrogen dan kreatinin

harus dilakukan.

b. Imunorologi

Uji widal adalah pemeriksaan serologi yang ditujukan untuk

mendeteksi adanya antibody di dalam darah terhadap antigen kuman

Salmonella typhi.Hasil positif dinyatakan dengan adanya aglutinasi.

Hasil negative palsu dapat disebabkan oleh karena antara lain penderita

sudah mendapatkan terapi antibiotika, waktu pengambilan darah kurang

dari 1 minggu sakit, keadaan umum pasien buruk, dan adanya penyakit

imunologik lain.

c. Urinalis

Protein: bervariasi dari negative sampai positif (akibat demam).

Leukosit dan eritrosit normal : bila meningkat kemungkinan terjadi

penyulit.

d. Mikrobiologi

Sediaan apus dan kultur dari tenggorok, uretra, anus, serviks dan vagina

harus dibuat dalam situasi yang tepat. Pemeriksaan sputum diperlukan

untuk pasien yang demam disertai batuk-batuk. Pemeriksaan


12

kulturdarah dan kultur cairan abnormal serta urin diperlukan untuk

mengetahui komplikasi yang muncul.

e. Radiologi

Pembuatan foto toraks biasanya merupakan bagian dari pemeriksaan

untuk setiap penyakit demam yang signifikan.

f. Biologi molekuler

Dengan PCR (Polymerase Chain Reaction), dilakukan dengan

perbanyakan DNA kuman yang kemudian diidentifikasi dengan DNA

probe yang spesifik. Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman yang

terdapat dalam jumlah sedikit (sensifitas tinggi) serta kekhasan

(spesifitas) yang tinggi pula.Specimen yang digunakan dapat berupa

darah, urin, cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsi.


13

E. Pathway

F. Penatalaksanaan Klinis

Penatalaksanaan pada demam tifoid adalah sebagai berikut:

1. Perawatan

Pasien dengan demam  tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk

isolasi, observasi dan pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampai

minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih 14 hari.Mobilisasi pasien

harus dilakukan secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan

pasien.Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya harus

diubah-ubah pada waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia


14

hipostatik dan dekubitus.Defekasi dan buang air kecil perlu di perhatikan

karena kadang-kadang terjadi obstipasi dan retensi air kemih.

2. Diet

Makanan yang dikonsumsi adalah makanan lunak dan tidak banyak serat.

3. Obat

Obat-obat antimikroba yang sering dipergunakan ialah:

a. Kloramfenikol

Menurut (Damin Sumardjo 2009), kloramfenikol atau

kloramisetin adalah antibiotik yang mempunyai spektrum luas, berasal

dai jamur Streptomyces venezuelae. Dapat digunakan untuk melawan

infeksi  yang disebabkan oleh beberapa bakteri gram posistif dan bakteri

gram negatif. Kloramfenikol dapat diberikan secara oral.Rektal atau

dalam bentuk salep.

Efek samping penggunaan antibiotik kloramfenikol yang terlalu

lama dan dengan dosis yang berlebihan adalah anemia aplastik. Dosis

pada anak : 25 – 50 mg/kg BB/hari per oral atau 75 mg/kg BB/hari secara

intravena dalam empat dosis yang sama.

b. Thiamfenikol

Menurut Tan Hoan Tjay dan Kirana Raharja (2007, hal: 86),

Thiamfenikol (Urfamycin) adalah derivat p-metilsulfonil (SO2CH3)

dengan spektrum kerja dan sifat yang mirip kloramfenikol, tetapi

kegiatannya agak lebih ringan. Dosis pada anak: 20-30 mg/kg BB/hari.
15

c. Ko-trimoksazol

Adalah suatu kombinasi dari trimetoprim-sulfametoksasol (10

mg TMP dan 50 mg SMX/kg/24 jam). Trimetoprim memiliki daya kerja

antibakteriil yang merupakan sulfonamida dengan menghambat enzim

dihidrofolat reduktase. Efek samping yang ditimbulkan adalah kerusakan

parah pada sel – sel darah antara lain agranulositosis dan anemia

hemolitis, terutama pada penderita defisiensi  glukosa-6-

fosfodehidrogenase.

efek samping lainnya adalah reaksi alergi antara lain urticaria,

fotosensitasi dan sindrom Stevens Johnson, sejenis eritema multiform

dengan risiko kematian tinggi terutama pada anak-anak. Kotrimoksazol

tidak boleh diberikan pada bayi di bawah usia 6 bulan.  Dosis pada anak 

yaitu trimetoprim-sulfametoksasol (10 mg TMP dan 50 mg SMX/kg/24

jam, secara oral dalam dua dosis). Pengobatan dengan dosis tepat harus

dilanjutkan minimal 5-7 hari untuk menghindarkan gagalnya terapi dan

cepatnya timbul resistensi, (Tan Hoan Tjay & Kirana Rahardja, 2007,

hal:140).

d. Ampisilin dan Amoksilin

Ampisilin: Penbritin, Ultrapen, Binotal. Ampisilin efektif

terhadap E.coli, H.Inflienzae, Salmonella, dan beberapa suku

Proteus.Efek samping, dibandingkan dengan perivat penisilin lain,

ampisilin lebih sering menimbulkan gangguan lambung usus yang


16

mungkin ada kaitannya dengan penyerapannya yang kurang baik. Begitu

pula reaksi alergi kulit (rash,ruam) dapat terjadi.

Dosis ampisilin pada anak (200mg/kg/24 jam, secara intravena

dalam empat sampai enam dosis). Dosis amoksilin pada anak (100

mg/kg/24 jam, secara oral dalam tiga dosis), (Behrman Klirgman Arvin,

2000, hal:942).

e. Obat – obat simptomatik:

1) Antipiretika (tidak perlu diberikan secara rutin)

2) Kortikosteroid (dengan pengurangan dosis selama 5 hari)

3) Vitamin B komplek dan C sangat di perlukan untuk menjaga

kesegaran dan kekutan badan serta berperan dalam kestabilan

pembuluh darah kapiler.Secara fisik penatalaksanaannya antara lain:

1. Mengawasi kondisi klien dengan : pengukuran suhu secara berkala

setiap 4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering

terkejut, atau mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak

cenderung melirik keatas, atau apakah anak mengalami kejang.

2. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi

perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak.

Terputusnya sulai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel

otak. Dalam kedaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi

berupa rusaknya intelektual tertentu.

a. Buka pakaian dan selimut yang berlebihan

b. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan


17

c. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai

oksigen ke otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.

d. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak- Minuman yang

diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare

menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannya agar cairan

tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh

gantinya.

e. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang.

f. Kompres dengan air hangat pada dahi, ketiak, dan lipatan

Tujuannya untuk menurunkan suhu tubuh di permukaan tubuh

anak.

G. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas

Didalam identitas meliputi nama, unsur, jenis kelamin, alamat,

pendidikan, no registrasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, dll.

b. Keluhan utama

Pada pasien typhoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan

kembung, nafsu makan berkurang, panas dan demam

c. Riwayat Penyakit sekarang


18

Pada umumnya penyakit pada pasien typhoid adalah demam,

anoreksia, mual, muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, nyeri

kepala, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), dll.

d. Riwayat penyakit dahulu

Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit typhoid,

apakah tidak pernah.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita

typhoid atau sakit yang lain.

f. Pola fungsi kesehatan

Pola fungsi kesehatan meliputi:

1) Pola nutrisi dan metabolisme

2) Pola aktivitas

3) Pola tidur

4) Pola eliminasi

5) Pola tata nilai dan kepercayaan

g. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

2) Kepala dan leher

3) Dada dan abdomen

4) Sistem respirasi

5) Sistem kardiovaskular

6) Sistem integument
19

7) Sistem eliminasi

8) Sistem musukoloskeletal

9) Sistem endoksin

10) Sistem persyarafan

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi salmonella typhi.

 Pasien menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringan.

 Batasi pengunjung.

 Observasi TTV tiap 4 jam sekali.

 Anjurkan pasien untuk banyak minum 2,5 liter/ 24 jam.

 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic dan

antipiretik.

b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dangan anoreksia.

 Timbang berat badan pasien tiap 2 hari.

 Beri nutrisi dengan diet lembek, tidak mengandung banyak serat,

tidak.

 Merangsang maupun membulkan banyak gas dan dihidangkan saat

masihpanas.

 Beri makanan dalam porsi kecil namun sering.

 Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang manfaat makanan dan

diet.
20

 Kolaborai dengan dokter untuk pemberian antasida dan nutrisi

panenteral.

c. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan

dengan pengeluaran cairan yang berlebihan (diare/muntah).

 Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan.

 Anjurkan pasien untuk banyak minum.

 Observasi kelancaran infuse.

 Berikan penjelasan tentang pentingnya kebutuhan cairan pada pasien

dankeluarga.

 Kolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan (oral/ peneteral).


21

BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Biodata

a. Identitas Pasien:

Nama : An. Z

Umur : 1 Thn

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan terakhir :-

Agama : Islam

Alamat : Gang Mawar

Suku/bangsa : Bugis / Indonesia

Status perkawinan : Belum kawin

Nomor register : 17-0031-05

Tanggal masuk : 02-09-2017

Diagnosa medis : Typhoid

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. L

Umur : 27 Thn

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Gg mawar
22

Hubungan dengan pasien : Orang tua (ayah)

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama :

Demam

b. Riwayat penyakit sekarang :

Keluarga pasien mengatakan demam sejak 2 hari yang lalu disertai

muntah-muntah, dan sakit perut. Lalu dibawa keklinik pada tanggal

02-09-2017 jam 04:00 sore.

c. Riwayat penyakit dahulu :

Keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah memliki penyakit

seperti ini.

d. Riwayat kesehatan keluarga :

Keluarga pasien tidak mempunyai penyakit yang sama seperti yang di

idap Pasien.

e. Genogram

Keterangan:

: Perempuan : : Pasien
23

: Laki-laki : Garis pernikahan

: Garis keturunan : Tinggal serumah

3. Pemeriksaan fisik

Keadaan/ penampilan umum : Lemah

Kesadaran : Composmentis

Vital sign :

TD :-

T : 38,20c

N : 86 x/menit

RR : 26 x/menit

a. Kepala

Bentuk simetris, kepala bersih, dapat digerakkan/tidak kaku

b. Rambut

Warna rambut hitam, tidak rontok.

c. Mata/ penglihatan

Ketajaman penglihatan baik, sclera putih, konjungtiva merah muda.

d. Hidung/ penciuman

Septum di garis tengah, pernafasan cuping hidung(-), tidak beringus,

bersih, dan tidak ada kelaian.

e. Telinga/ pendengaran

Ketajaman terhadap suara(+), tidak ada serumen, simetris.


24

f. Mulut dan gigi

Bibir basah, gusi merah muda.

g. Leher

Tidak ada benjolan, simetris, reflex menelan (+).

h. Thoraxs (dada)

inspeksi : Dada simetris

palpasi : Tidak ada benjolan, nyeri tekan (-)

perkusi : Berbunyi sonor

auskultasi : Tidak ada bunyi tambahan/ritme teratur

i. Abdomen

inspeksi : Bentuk perut datar dan simetris

auskultasi : Bising usus normal

perkusi : Suara tympani

palpasi : Tidak ada benjolan

j. Ekstermitas (atas dan bawah)

Atas : Tangan lengkap (2), jari lengkap (10), bisa

digerakkan, terpasang infus di sebelah kanan.

Bawah : Kaki lengkap (2), jari lengkap (10), bisa

digerakkan.
25

4. Pola fungsi kesehatan

No Pola fungsi Di rumah Di rumah sakit


kesehatan
1 Nutrisi Makan teratur 3 Makan teratur 3
x/hari dan x/hari itupun tidak di
dihabiskan 1 porsi, habiskan ¼ porsi, di
di tambah dengan tambah dengan susu,
susu, minum air minum air putih 3-4
putih 6-7 gelap gelas perhari.
perhari.
2 Eliminasi BAB lancar 1-2 BAB lancar1 x/hari
x/hari, BAK 5-6 da nada mencret 3 x,
x/hari. BAK 7-8x/hari.
3 Aktivitas Pasien dapat Pasien tidak dapat
beraktivitas dengan beraktivitas seperti
lancar seperti sebelum sakit.
bermain dan
berjalan.
4 Istirahat dan tidur Pasien tidur 7-8 Pasien jarang tidur
jam pada malam 6-7 jam karena rewel
hari dan tidur siang dan terkadang tidur
2-3 jam perhari. siang 1-2 jam.
5 Spiritual Pasien tidak dapat Pasien tidak dapat
melakukan ibadah beriabadah sholat
sholat karena seperti di rumah
belum bisa karena masih belum
melakukannya. bisa melakukannya.
26

5. Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium

Keluarga pasien mengatakan melakukan cek darah di laboratorium

Hasilnya:

02 september 2017

Wbc : 23,5 x103ul

Hgb : 11,5 g/dl

Rbc : 4,97 x103ul

Hct : 37,6 %

Plt : 405 x103ul

s. typhi O : 1/ 320

s. typhi H : Negatif

s. paratyphi AH : Negatif

s. paratyphi BH : Negatif

b. Radiologi

Keluarga pasien mengatakan tidak pernah melakukan rontgen

sebelumnya.
27

6. Pengobatan

a. Oral

Keluarga pasien tidak di kasih obat melalui oral

b. Parenteral

1) 02 september 2017

 Ivfd DS ½ NS : 30 Tpm

 Inf pct : 3x 150

 Inj ranitidine : 2x ½ ml

 Inj omeprazole : 1x ½ mg

 Inj ceftriaxone : 2x 125 mg

2) 03 september 2017

 Ivfd DS ½ NS : 30 Tpm

 Inf pct : k/p

 Inj ranitidine : 2x ½ ml

 Inj omeprazole : 2x ½ mg

 Inj ceftriaxone : 2x 250 mg

3) 04 september 2017

 Ivfd DS ½ NS : 30 Tpm

 Inf pct : k/p

 Inj ranitidine : 2x ½ ml

 Inj omeprazole : 1x ½ mg

 Inj eftriaxone : 2x 250 mg


28

B. Analisa Data

No Data/ Simtom Etiologi Problem

1 Ds: Ibu pasien Proses infeksi Peningkatan suhu tubuh


mengatakan salmonella typhi. (hipertermi).
demam
selama 2 hari.
Ds: Akral teraba
panas
dan rewel.
TD : -
T : 38,2 0C
N :86 x/m
RR : 26 x/m
2 Ds: Keluarga Intake yang tidak Resiko pemenuhan
pasien adekuat. nutrisi kurang dari
mengatakan kebutuhan.
pasien tidak
nafsu makan
Keluarga
mengatakan
makanan
yang di
berikan
Cuma habis
¼ porsi.
Do: Perut pasien
kembung.
Berat badan
berkurang
29

dari 11 kg –
10 kg.
3 Ds: Ibu pasien Kelemahan fisik, Intoleransi aktivitas.
mengatakan tirah baring.
badan pasien
lemas.
Do:k/u lemah
Terbaring di
tempat tidur.
Terpasang
infus.

C. Diagnosa Keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi

salmonella typhi ditandai dengan;

Ds: Ibu pasien mengatakan demam selama 2 hari.


Do: Akral teraba panas dan rewel.
TD : -
T : 38,2 0C
N :86 x/m
RR : 26 x/m

2. Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

intake yang tidak adekuat ditandai dengan;

Ds: Keluarga pasien mengatakan pasien tidak nafsu makan,


Keluarga mengatakan makanan yang di berikan Cuma habis ¼ porsi.
Do: Perut pasien kembung.
Berat badan berkurang dari 11 kg – 10 kg.
30

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, tirah baring

ditandai dengan;

Ds: Ibu pasien mengatakan badan pasien lemas.


Do: k/u lemah, Terbaring di tempat tidur, Terpasang infus.

D. Prioritas Masalah

1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi salmonella typhi.

2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik, tirah baring.

3. Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake yang tidak

Adekuat.

E. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Peningkatan Setelah -Ukur TTV -Sebagai dasar
suhu tubuh dilakukan setiap 2/4 untuk
(hipertermi) B/D askep selama jam. menentukan
proses infeksi 3x24 jam intervensi.
salmonella pasien teratasi -Anjurkan -Untuk
typhi. Ditandai dengan untuk minum identifikasi
dengan : kriteria hasil: kurang lebih tanda tanda
Ds: Ibu pasien -Suhu tubuh 2-2,5 l/m. dehidrasi akibat
mengatakan dalam batas demam.
demam normal (36- - Anjurkan - Kompres
selama 2 370c). kompres hangat
hari. -Tidak rewel hangat pada memberi efek
dahi. vasodilatasi
31

Ds: Akral teraba pembuluh


panas darah sehingga
dan rewel. mempercepat
TD : - penyerapan
T : 38,20C - Kolaborasi gas.
N :86 x/m dengan tim - Dalam
RR : 26 x/m medis. pemberian
obat/injeksi.

2 Intoleransi Setelah - Kaji tingkat - Sebagai dssar


aktivitas B/D dilakukan intoleransi untuk
kelemahan fisik, askep 3x24 aktivitas. menentukan
tirah baring. jam pasien intervensi.
Ditandai teratasi - Kaji jumlah - Untuk
dengan : dengan makanan mengidentifika
Ds: Ibu pasien kriteria hasil: yang si intake nutrisi
mengatakan - Tidak ada dikonsumsi klien.
badan keluhan pasien dalam
pasien lemah. sehari.
lemas. - Kekuatan - Anjurkan - Untuk
Do: k/u lemah meningkat. pasien untuk menrunkan
Terbaring di - TTV tidak baring metabolisme
tempat normal. selama fase tubuh dan
tidur, akut. mencegah
Terpasang iritasi usus.
infus. - Kolaborasi -Untuk
dengan tim pemberian obat
medis.

3 Resiko Setelah - Jelaskan - Dapat


32

pemenuhan dilakukan pentingnya memotifasi


nutrisi kurang 3x24 jam makanan pasien dalam
dari kebutuhan pasien teratasi untuk pemenuhan
B/D intake yang dengan penyembuhan. kebutuhan
tidak adekuat. kriteria hasil: nutrisi.
Ditandai - Terjadi - Observasi - Untuk
dengan : peningkatan pemasukan mengukur
Ds: Keluarga berat badan. makanan intake makanan.
pasien - Pasien dapat pasien.
mengatakan menghabiskan - Sajikan - Meningkatkan
pasien tidak porsi yang makanan nafsu makan
nafsu disediakan. dalam keadaan pasien.
makan hangat.
Keluarga - Kolaborasi - Untuk
mengatakan dengan tim pemberian obat
makanan medis.
yang di
berikan
Cuma habis
¼ porsi.
Do: Perut pasien
kembung.
Berat badan
berkurang
dari 11 kg –
10 kg.

F. Catatan Keperawatan
33

No Diagnosa H/T/Jam Implementasi Evaluasi TTD


Keperawatan
1 Peningkatan Sabtu
suhu tubuh 02-09-2017
(Hipertermi) 09:00 1. Mengukur TTV S: Ibu pasien
B/D proses setiap 2/4 jam. mengatakan
infeksi TD: - demam 2 hari.
salmonella T: 36,10C O: Akral teraba
typhi. N:86 X/Menit panas dan
RR:26 X/Menit rewel.
10:30 2. Menganjurkan A: Masalah
pasien untuk belum teratasi.
minum kurang P: Rencana
lebih 2-2,5 L/M. tindakan 1, 2,
11:00 3. Menganjurkan 3, 4 di
kompres hangat lanjutkan
pada dahi. 1 Ukur TTV
11:45 4. Berkolaborasi setiap 2/4 jam.
dengan tim 2 Anjurkan untuk
medis untuk minum kurang
pemberian obat lebih 2-2,5 l/m.
sesuai dengan 3 Anjurkan
resep dokter. kompres hangat
pada dahi.

4 Kolaborasi
dengan tim medis.
2 Intoleransi Sabtu
aktivitas B/D 02-09-2017
kelemahan 12:00 1. Mengkaji S: Ibu pasien
34

fisik, tirah tingkat toleransi mengatakan


baring. pasien terhadap badan pasien
aktifitas. lemas.
12:50 2. Mengkaji O: K/u lemah
jumlah makanan terbasing di
yang tempat tidur.
dikonsumsi A: Masalah
pasien dalam belum teratasi.
sehari ¼ porsi. P: Rencana
13:20 3. Menganjurkan tindakan 1, 2,
pasien untuk 4 di lanjutkan
tidak berbaring 1, dihentikan
selamam fase 1 Kaji tingkat
akut. intoleransi
13:50 4. Berkolaborasi aktivitas.
dengan tim 2 Kaji jumlah
medis untuk makanan yang
pemberian obat dikonsumsi
sesuai dengan pasien dalam
resep dokter. sehari.
4 Kolaborasi
dengan tim
medis.
3 Resiko Sabtu
pemenuhan 02-09-2017
nutrisi kurang 14:30 1. Menjelaskan S: Keluarga psien
dari kebutuhan pentingnya mengatakan
B/D intake makanan untuk pasien tidak
yang tidak penyembuhan. nafsu makan.
adekuat. 14:45 2. Mengobservasi O: Perut pasien
pemasukan kembung.
35

makanan pasien. A: Masalah


15:00 3. Menyajikan belum teratasi.
makanan dalam P: Rencana
keadaan hangat. tindakan 2, 3,
15:15 4. Kolaborasi 4 dilanjutkan
dengan tim 1, dihentikan.
medis dalam 2 Observasi
pemberian obat pemasukan
sesuai resep makanan
dokter. pasien.
3 Sajikan
makanan dalam
keadaan hangat.
4 Kolaborasi
dengan tim
medis.

Hari Kedua

No Diagnosa H/T/J Implementasi Evaluasi TTD


36

Keperawatan
1 Peningkatan Minggu
suhu tubuh 03-09-2017
(Hipertermi) 14:00 1. Mengukur TTV S: Ibu pasien
B/D proses setiap 2/4 jam. mengatakan
infeksi TD : - demam selama
salmonella T : 35, 90C 2 hari.
typhi di tandai N : 86 X/Menit O: Akral teraba
dengan akral RR : 26X/Menit panas dan
teraba panas. 14:30 2. Menganjurkan rewel.
pasien untuk A: Masalah
minum kurang sabgian
lebih 2-2,5 teratasi.
L/menit. P: Rencana
14:50 3. Menganjurkan tindakan 1, 3,
kompres hangat 4 dilanjutkan 2
pada dahi. dihentikan.
15:20 4. Berkolaborasi 1 Ukur TTV
dengan tim setiap 2/4 jam.
medis dalam 3 Anjurkan
pemberian obat kompres hangat
sesuai resep pada dahi.
dokter. 4 Kolaborasi
dengan tim
medis.

2 Intoleransi Minggu
aktivitas B/D 03-09-2017
kelemahan 15:40 1. Mengkaji S: Ibu pasien
fisik, tirah tingkat toleransi mengatakan
baring. pasien terhadap badan pasien
37

aktivitas. lemas.
16:15 2. Mengkaji O: K/u lemah
jumlah makanan terbaring
yang di ditempat tidur.
konsumsi pasien A: Masalah
dalam sehari 1/5 sebagian
porsi. teratasi.
16:45 4. Berkolaborasi P: Rencana
dengan tim tindakan
medis untuk dihentikan
pemberian obat
manurut resep
dokter.

3 Resiko Minggu
pemenuhan 03-09-2017
nutrisi kurang 17:00 2. Mengobservasi S: Keluarga
dari kebutuhan pemajuan pasien
B/D intake yang makanan mengtakan
tidak adekuat. pasien. pasien tidak
17:30 3. Mengsajikan nafsu makan.
makanan dalam O: Perut pasien
keadaan hangat. kembung.
18:00 4. Berkolaborasi A: Masalah
dengan tim sebagian
medis untuk teratasi.
pemberian obat P: Rencana
menurut resep tomdakan di
dokter. hentikan.
38

Hari Ketiga

No Diagnosa H/T/J Implementasi Evaluasi TTD


Keperawatan
1 Peningkatan Senin
suhu tubuh 04-09-2017
39

(Hipertermi) 19:00 1. Mengukur TTV S:Ibu pasien


B/D proses setiap 2/4 jam. mengatakan
infeksi TD : - demam
salmonella T : 36,10C selama 2 hari.
typhi di tandai N : 86 X/Menit O: Akral teraba
dengan akral RR : 26 X/Menit panas dan
teraba panas. 19:30 3. Menganjurkan rewel.
kompres hangat A: Masalah
pada dahi. teratasi.
20:00 4. Berkolaborasi P: Rencana
dengan tim tindakan 1, 3,
medis dalam 4 dihentikan
pemberian obat pasien boleh
menurut resep pulang.
dokter. Ttv :
- TD : -
- N :87x/m
- RR :
22x/m
- T : 36,0°C

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
40

Demam tifoid merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri gram

negatif yang menurunkan sistem pertahanan tubuh dan dapat menular pada

orang lain melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.

Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan

salmonella parathypi (S. Parathypi Adan B serta C).Bakteri ini berbentuk

batang, gram negatif, mempunyai flagela, dapat hidup dalam air, sampah dan

debu.Namun bakteri ini dapat mati dengan pemanasan suhu 600 selama 15-20

menit.

Bakteri Salmonella typhi bersama makanan atau minuman masuk ke

dalam tubuh melalui mulut.Pada saat melewati lambung dengan suasana asam

(pH < 2) banyak bakteri yang mati. Keadaan-keadaan seperti aklorhidiria,

gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor histamin H2, inhibitor

pompa proton atau antasida dalam jumlah besar, akan mengurangi dosis

infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus. Di usus halus,

bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan kemudian menginvasi mukosa dan

menembus dinding usus, tepatnya di ileum dan jejunum. Sel-sel M, sel epitel

khusus yang melapisi Peyer’s patch, merupakan tempat internalisasi

Salmonella typhi.

Masa inkubasi biasanya 7-14 hari, tetapi dapat berkisar antara 3-30

hari tergantung pada besar inokulum yang tertelan. Tanda dan gejala yang

dapat muncul pada demam tifoid antara lain:

1. Anak Usia Sekolah dan Remaja

2. Bayi dan balita


41

3. Neonatus

B. Saran

1. Bagi Klinik Zam-Zam Simpang Empat

a. Terus gali potensi dari anak didik guna memajukan mutu pendidikan

ilmu kesehatan.

b. Berikan ilmu kepada anak didik secara maksimal dan berkualitas baik.

c. Jadikan Klinik Zam-Zam sebagai klinik yang akan mendatangkan

tenaga medis yang berprofesional di bidangnya

2. Bagi SMK Negeri 2 Simpang Empat

a. Bekali siswa dengan teori yang akan diuji dilapangan

b. tingkatkan kedisiplinan siswa-siswa, berupa pendidikan yang dapat

meningkatkan mutu SMK Negeri 2 Simpang Empat.

c. Perbanyak praktik guna melatih sekiranya yang akan di uji

dilapangan.

3. Bagi siswa-siswi SMK Negeri 2 Simpang Empat

a. Hendaklah praktikum ini benar-benar menjadi pengetahuan baru

dandan dijadikan sebagai keahlian siswa.

b. Sebagai generasi paramedis yang professional hendaklah rajin

menggali ilmu yang berhubungan dengan bidangnya guna

memperluas ilmu pengetahuan kesehatan.


42

DAFTAR PUSTAKA

Aru W. Sudoyo.(2009) Jakarta, Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed V.Jilid III :
Interna Publishing

Barbara F. (2005). Jakata, Kamus Saku Perawat.: EGC

Cahyono, J.B. Suharyo B. (2010). Jakarta, Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah


Penyakit Infeksi.

David. et all. (2007). Jakarta, Kedokteran Klinis.

Elsevier. (2013). Philadelphia, Ferri’s Clinical Advisor 2013: 5 Books in 1.

Elsevier, Inc. Tjay, Tan Hoan dan Raharja, Kirana. (2007). Jakarta, Obat–Obat
Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek – Efek Sampingnya, Ed. Ke –
6. : EGC Weller.

Erlangga Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. (2012). Jakarta, Buku Ajar


Infeksi & Pediatri Tropis.

IDAI Sukandarrumidi. (2010). Yogyakarta, Bencana Alam dan Bencana


Anthoropogene.: Kanisius

Kanisius Damin, Sumardjo. (2009). Yogyakarta, Pengantar Kimia : Buku


Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I
Fakultas Bioeksata : EGC

Muslim. (2009). Jakarta, Patofisiologi untuk Keperawatan: EGC

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. (2013). Jakarta, Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA & NIC-NOC.:
Mediaction Publishing Rubenstein,

Tapan, Erik. (2004). Jakarta, Flu, HFMD, Diare pada Pelancong, Malaria,
Demam Berdarah, Tifus. Pustaka Populer Obor Team

Preferensi lain:
http://www.slideshare.net/septianraha/penatalaksanaan-medik. diakses pada
hari Senin, 3 dessember 2017, 16:05 WIB.
http://makingano.blogspot.co.id/2015/02/laporan-pendahuluan-demam-
thypoid.html. diakses pada hari minggu, 4 maret 2018, 20:00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai