Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan
infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan
minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang
terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 2001 ).
Demam typhoid pada masyarakat dengan standar hidup dan
kebersihan rendah, cenderungmeningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya
angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa
dingin. Sumber penularan penyakit demam tifoid adalah penderita yang aktif,
penderita dalam fase konvalesen, dan kronik karier (http://sehat-
jasmanidanrohani.blogspot.com/2011/01/thypoid-fever.html).
Demam typhoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada
iklim. Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit
ini meskipun lingkungan hidup umumnya adalah baik. Perbaikan sanitasi dan
penyediaan sarana air yang baik dapatmengurangi penyebaran penyakit ini
(http://sehat-jasmanidanrohani.blogspot.com/2011/01/thypoid-fever.html).
Penyebaran geografis dan musim : Kasus-kasus demam typhoid
terdapat hampir di seluruh bagian dunia. Penyebarannya tidak bergantung
pada iklim maupun musim. Penyakit itu sering merebak di daerah
yangkebersihan lingkungan dan pribadi kurang diperhatikan.
Penyebaran usia dan jenis kelamin: Siapa saja bisa terkena penyakit
itu tidak ada perbedaan antara jenis kelamin lelaki atau perempuan.
Umumnya penyakit itu lebih sering diderita anak-anak. Orang dewasa
seringmengalami dengan gejala yang tidak khas, kemudian menghilang atau
sembuh sendiri.Persentase penderita dengan usia di atas 12 tahun seperti bisa
dilihat pada tabel di bawahini. Usia persentase: 12 – 29 tahun 70 – 80 %, 30 –
39 tahun 10 – 20 %, > 40 tahun 5 – 10 % (http://sehat-
jasmanidanrohani.blogspot.com/2011/01/thypoid-fever.html).

1
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum:
Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah adalah sebagai berikut :
Diharapkan mahasiswa dapat menyelesaikan tugas akhir dengan baik dan
tepat waktu.
2. Tujuan khusus:
a. Meningkatkan pengetahuan tentang konsep dan teori keperawatan
klien dengan penyakit Demam Typhoid.
b. Memberikan asuhan keperawatan secara tepat melalui dari tahap
pengkajian, perumusan dari diagnosa keperawatan, pembuatan
rencana tindakan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi terhadp tindakan
dan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
c. Menggunakan sebagai bahan perbandingan antara konsep dan teori
yang didapat dengan khusus yang ada dilapangan.
d. Mengidentifikasi faktor penghambat dan penunjang dalam
melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Gangguan
Sistem Pencernaan : Demam Typhoid di Ruang Penyakit Dalam
Wanita Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Lhokseumawe.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi
Deman Typhoid adalah penyakit akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan segala deman, gangguaan pada saluran pencernaan.
(Mansjoer, 2002,; 432)
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella. ( Bruner and Sudart, 2001 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella. (www.sehat-jasmanidanrohani.blogspot.com).
Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut,
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh
salmonella type A. B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan
minuman yang terkontaminasi.

B. Anatomi Fisiologi
1. Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri dari dua bagian
yaitu:
a. Bagian atas: gusi, gigi, bibir, dan pipi.
b. Bagian dalam/rongga mulut.
2. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus).
3. Esofagus
Terletak di mediastrium rongga torakal, anterior terhadap tulang
punggung dan posterior terhadap trakea dan jantung. Selang yang dapat

3
mengempis ini, yang panjangnya kira-kira 25 cm (10 inci), menjadi
distensi bila maknan melewatinya.
4. Lambung
Ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah tubuh,
tepat di bawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung yang dapat
berdistensi dengan kapasitas sekitar 1500 ml. Intlet ke lambung disebut
pertemuan esofagogastirk. Bagian ini dikelilingi oleh cincin otot halus ,
disebut sfringter esofagus bawah atau springter kardia. Yang pada saat
kontraksi, menutup lambung dari esofagus. Lambung dapat dibagi
kedalam empat bagian anatomi: kardia (jalan masuk), fundus, korpus dan
pilarus ( outtlet).
5. Springter piloris
Otot halus serkuler di diding pilorus yang berfungsi mengontol lubang
diantara lambung dan usus halus.
6. Usus halus
Usus halus adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang
berpangkal pada pilorus dan berakhir pada seikum, dengan panjangnya
kurang lebih 2 m.
Lapisan usus halus terdiri dari:
a. Lapisan mukosa
b. Lapisan otot
c. Lapisan serosa (luar)
Usus halus terdiri dari 2 bagian yaitu:
a. Duodenum (usus duabelas jari)
Dengan panjang kurang lebih 25 cm, pada duo denim terdapat muara
saluran empedu dan saluran pankreas.
b. Yeyunum dan ileum
Dengan panjang kurang lebih 6 m, ujung bawah illeum berhubungan
dengan perantaraan lubang yang bernama orifisim illeoseikal.
Fungsi usus halus:
a. Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui
kapiler oleh darah dan saluran limpa.

4
b. Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
c. Menyerap karbohidrat dalam bentuk monosakarida.
Dalam usus halus teradapat kelenjar yang menghasilkan getah usus antara
lain:
a. Entero kinase, mengaktifkan enzim proteolitik.
b. Eripsin, menerima protein menjadi asam amino.
7. Usus besar
Usus besar panjangnya kurang lebih 1,5 m, lebarnya 5-6 cm. Lapisan usus
besar terdiri dari (dari dalam keluar):
a. Selaput lendir
b. Lapisan otot
c. Lapisan ikat
d. Jaringan ikat
Fungsi usus besar:
a. Menyerap air dari makanan
b. Tempat tinggal bakteri coli
c. Tempat feses
Usus besar terdiri dari 7 bagian:
a. Sekum
b. Kolon asenden
Terletak diabdomen sebelah kanan, membujur keatas dari illeum
sampai ke hati, panjangnya kurang lebih 13 cm.
c. Apendik (usus buntu)
Sering disebut umbai cacing dengan panjang kurang lebih 6 cm
d. Kolon tranversum
e. Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan
panjang kurang lebih 38 cm.
f. Kolon desenden
g. Terletak dalam rongga abdomen sebelah kiri membujur dari atas ke
bawah dengan panjangnya kurang lebih 25 cm.
h. Kolon sigmoid

5
Terletak di dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk huruf
‘S’, ujung bawah berhubungan dengan rektum.
i. Rektum
Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum
mayor dengan anus.

C. Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B
dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan
demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh
dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja
dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

D. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman
salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui
perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi
oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan
kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar
kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus
bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini
kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman
ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya
masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan
oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan

6
bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada
typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu
proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella
thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh
leukosit pada jaringan yang meradang.

E. Manifestasi Klinis
Masa tunas typhoid 10 – 14 hari
1. Minggu I
pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam
hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala,
anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak
di perut.
2. Minggu II
pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah
yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali,
meteorismus, penurunan kesadaran.

F. Kompikasi
a. Komplikasi intestinal
1. Perdarahan usus
2. Perporasi usus
3. Ilius paralitik
b. Komplikasi extra intestinal
1. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),
miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
2. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma
uremia hemolitik.
3. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
5. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.

7
6. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan
arthritis.
7. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis,
polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan
laboratorium, yang terdiri dari :
1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid
terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya
leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam
typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-
batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak
ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan
jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
2. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat
tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid,
tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan
terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah
tergantung dari beberapa faktor :
a) Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium
yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media
biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik
adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia
berlangsung.

8
b) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada
minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya.
Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
c) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat
menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat
menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
d) Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan
hasil biakan mungkin negatif.
4. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan
antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi
terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang
yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal
adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid.
Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau
aglutinin yaitu :
a) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari
tubuh kuman).
b) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari
flagel kuman).
c) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal
dari simpai kuman).
Pada orang normal, agglutinin O dan H positif. Aglutinin O bisa
sampai 1/10 sedangkan agglutinin H normal bisa 1/80 atau 1/160.
1/10. 1/80, 1/160 ini merupakan titer atau konsentrasi. Pada orang
normal tetap ditemukan positif karena setiap waktu semua orang

9
selalu terpapar kkuman Salmonella. Tes widal dikatakan positif
jika H 1/800 dan O 1/400.
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin
besar klien menderita typhoid.
Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :
1. Faktor yang berhubungan dengan klien :
a. Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan
antibodi.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru
dijumpai dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan
mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.
c. Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat
menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan
antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma
lanjut.
d. Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan
obat anti mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
e. Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat
tersebut dapat menghambat terjadinya pembentukan antibodi
karena supresi sistem retikuloendotelial.
f. Vaksinasi (penanaman bibit penyakit yg sudah dilemahkan ke
dl tubuh manusia) dengan kotipa atau tipa : seseorang yang
divaksinasi dengan kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H
dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6
bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun
perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer
aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang
mempunyai nilai diagnostik.
g. Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella
sebelumnya : keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang
positif, walaupun dengan hasil titer yang rendah.

10
h. Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer
aglutinin terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi
dengan demam yang bukan typhoid pada seseorang yang
pernah tertular salmonella di masa lalu.
2. Faktor-faktor Teknis
a. Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat
mengandung antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi
aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan reaksi
aglutinasi pada spesies yang lain.
b. Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan
mempengaruhi hasil uji widal.
c. Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada
penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi
antigen dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi
dari strain lain.

H. Penataksanaan
a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk
mencegah komplikasi perdarahan usus.
b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi
bila ada komplikasi perdarahan.
c. Diet.
d. Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
e. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
f. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
g. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama
7 hari.
h. Obat-obatan.
i. Klorampenikol
j. Tiampenikol
k. Kotrimoxazol
l. Amoxilin dan ampicillin

11
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas Klien.
Nama : Ny. S.
Umur : 72 th.
Jenis Kelamin : Perempuan.
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga.
Alamat : Matangkuli.
Status : Sudah Menikah.
Agama : Islam.
Suku Bangsa : Aceh
Dx Medis : Demam Typhoid.

2. Riwayat Penyakit.
a. Keluhan Utama.
Saat masuk rumah Sakit px merasakan kepalanya pusing, , badan
panas dingin, mual dan muntah.
Saat pengkajian px juga mengeluh kepala pusing, badan panas dingin,
mual dan muntah.
b. Riwayat Penyakit Sekarang.
Sebelum masuk ke Rumah Sakit + 1 minggu yang lalu px
merasakan badannya panas, mual dan muntah. Kemudian px pergi ke
Dokter dan Dokter memberinya injeksi dan obat oral, akan tetapi setelah
minum obat px menggigil dan kondisinya semakin memburuk, keesokan
harinya px pergi ke Puskesmas dan pihak Puskesmas menganjurkan px
untuk rawat inap di Rumah Sakit. Px berencana pergi ke Rumah Sakit
keesokan harinya akan tetapi pada malam harinya kondisi px semakin
melemah, badan panas dingin, menggigil disertai juga dengan rasa mual
dan muntah-muntah. Dan pada malam itu juga px dibawa keluarganya ke
RSU. Cut Meutia Lhokseumawe.

12
3. Pemeriksaan Fisik.
a. Keadaan Umum.
TTV: TD : 110/80 mmHg.
N : 80 x/m.
S : 38,9 ‘C.
R : 22 x/m.
BB : Sebelum masuk rumah sakit : 74 kg.
Saat pengkajian : 74 kg.
TB : 156 cm.

B. Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1. DO : Gangguan rasa Adanya infeksi
Px tampak menggigil dan menggunakan nyaman: kuman
selimut . Demam. salmonella.
TTV: TD : 110/80 mmHg.
N : 80 x/m.
S : 38,9 ‘C.
R : 22 x/m.

DS :
Px mengeluh menggigil sehingga memakai
selimut.

2. DO : Ganggguan Adanya pusing.


Px tampak hanya berbaring dan sekali-sekali keterbatasan
duduk. aktifitas.

DS :
Px mengeluh hanya beraktifitas berbaring dan
bila duduk terlalu lama akan merasa pusing.

3. DO : Resiko Intake makanan


Px tampak lemah, tidak menghabiskan porsi pemenuhan yang kurang,
makanan yang disediakan ( Hanya separo / BB nutrisi kurang mual dan
TKTP rendah serat ). dari keperluan muntah.
BB : Sebelum MRS : 74 kg. tubuh.
Saat pengkajian : 74 kg.
TB : 156 cm.

DS :
Px mengatakan makan sedikit karena tidak ada
nafsu makan.

13
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman: Demam B. D Adanya infeksi kuman salmonella.
2. Ganggguan keterbatasan aktifitas B. D Adanya pusing.
3. Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari keperluan tubuh B. D Intake
makanan yang kurang, mual dan muntah.

D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Perencanaan
No Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan rasa nyaman: Demam 1. Monitor 1. Mengetahui
Demam B. D Adanya berkurang setelah TTV. keadaan
infeksi kuman salmonella. beberapa hari 2. Kaji tanda- umum klien.
DO : perawatan. tanda 2. Mengetahui
Px tampak menggigil dan Kriteria Evaluasi: infeksi. tanda infeksi.
menggunakan selimut . 1. TTV dalam Kolaborasi: Kolaborasi
TTV: batas normal. 3. Beri 3. Untuk
TD : 110/80 mmHg 2. Klien tidak Ciprolaxaci mematikan
N : 80 x/m. tampak n 2 x 500 kuman
S : 38,9 ‘C. menggigil. mg dan penyebab
R : 22 x/m. 3. Klien tidak paracetamo infeksi dan
mengeluh l 3 x 500 penahan
DS : menggigil lagi mg. nyeri,
Px mengeluh menggigil penurun
sehingga memakai selimut. panas.
2. Ganggguan keterbatasan Aktifitas kembali 1. Monitor 1. Mengetahui
aktifitas B. D Adanya normal dalam TTV. keadaan
pusing. beberapa hari 2. Bantu px umum klien.
DO : perawatan. dalam 2. Memudah-
tampak hanya berbaring Kriteria Evaluasi: beraktifitas. kan klien
dan sekali-sekali duduk. 1. TTV dalam dalam
batas normal. beraktifitas.
DS : 2. Px tampak
Px mengeluh hanya dapat
beraktifitas berbaring dan beraktifitas
bila duduk terlalu lama secara normal
akan merasa pusing. sebagaimana
biasanya.
3. Px
mengatakan
dapat
beraktifitas
secara normal
sebagaimana
biasanya.

14
3. Resiko pemenuhan nutrisi Kebutuhan nutrisi 1. Monitor 1. Mengetahui
kurang dari keperluan klien terpenuhi TTV. keadaan
tubuh B. D Intake selama 3 hari 2. Anjurkan umum
makanan yang kurang, perawatan. klien makan klien.
mual dan muntah. Kriteria Evaluasi: sedikit demi 2. Untuk
DO : 1. Klien dapat sedikit. memenuhi
 Klien tampak lemah, dan tampak 3. Beri motivasi kebutuhan
tidak menghabiskan menghabiska terus untuk nutrisi
porsi makanan yang n porsi makan. klien.
disediakan ( BB TKTP makanan Kolaborasi: 3. Agar klien
rendah serat ). yang 4. Beri pehavral mau makan
BB : disediakan. 1x1 dan untuk
 Sebelum MRS : 74 2. Klien primperan kesembuha
kg. mengatakan 3x1. nnya.
 Saat pengkajian : dapat makan Kolaborasi:
74 kg. seperti biasa. 4. Sebagai
multivitami
DS : n,mineral
Px mengatakan makan dan anti
sedikit karena tidak ada mual dan
nafsu makan. muntah.

15
E. Implementasi dan Evaluasi
No Implementasi Evaluasi
1. 1. Memonitor TTV. S:
2. Mengkaji tanda-tanda infeksi. Px mengeluh menggigil, terganggu aktifitas,
Kolaborasi: dan hanya makan sedikit.
3. Memberi Ciprolaxacin 2 x 500 O :
mg dan paracetamol 3 x 500 Px tampak menggigil, hanya berbaring dan
mg. sekali-sekali duduk, dan tidak menghabiskan
porsi makanan yang disediakan (BB TKTP
Rendah Serat).
TTV: TD : 110/80 mmHg. N : 80 x/m.
S : 38,9 ‘C. RR : 22 x/m.
A:
Masalah belum teratasi.
P:
Intervensi dilanjutkan.

2. 1. Memonitor TTV. S:
2. Membantu px dalam Px tidak mengeluh menggigil, tapi terganggu
beraktifitas. aktifitas, dan hanya makan sedikit.
O:
Px tampak tidak menggigil, hanya berbaring
dan sekali-sekali duduk, dan tidak
menghabiskan porsi makanan yang
disediakan
TTV: TD : 110/80 mmHg. N : 80 x/m.
S : 36 ‘C. RR : 20 x/m.
A:
Masalah teratasi sebagian.
P:
Intervensi dilanjutkan.

3. 1. Memonitor TTV. S:
2. Menganjurkan klien makan Px tidak mengeluh menggigil, tapi terganggu
sedikit demi sedikit. aktifitas, dan hanya makan sedikit.
3. Memberi motivasi terus untuk O :
makan. Px tampak tidak menggigil, hanya berbaring
Kolaborasi: dan sekali-sekali duduk, dan tidak
1. Memberi pehavral 1x1 dan menghabiskan porsi makanan yang
primperan 3x1. disediakan.
TTV: TD : 120/80 mmHg. N : 80 x/m.
S : 37 ‘C. RR : 20 x/m.
A:
Masalah teratasi sebagian.
P:
Intervensi dilanjutkan.

16
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Typhoid ialah suatu infeksi pada saluran pencernaan (usus halus) yang
disebabkan oleh bakteri salmonella thypi dengan masa tunas 10-20 hari yang
tersingkat 4 hari jika terinfeksi melalui makanan. Jika melalui minuman
selama 30 hari. Dengan gejala demam, lidah khas (putih, kotor), meteorimus,
dan perasaan tidak enak di perut. Dan penyebabnya adalah kuman salmonella
thypi yang kuman yang dibawa lalat.
Dengan adanya kasus ini, maka diharapkan semua orang lebih menjaga
kebersihan diri, seperti mencuci tangan setelah dari toilet dan khususnya
sebelum makan atau mempersiapkan makanan, serta hindari minum air
mentah.

B. Saran
Bagi mahasiswa
Agar mahasiswa mengetahui tentang typhoid.
Bagi pembaca
Agar pembaca dapat mengetahui pencegahan dan penanganan yang tepat
jika terjadi typhoid.

17
DAFTAR PUSTAKA

Brunners & Suddart, (2002), Buku Ajar Keperawatan, Edisi 8, Penerbit EGC,
Jakarta.

Doengoes, Marilyn E., (2002), Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan pendokumentasian Tujuan Perawatan Pasien, Edisi
III, EGC, Jakarta.

Evelyn C., Pearce, (2002), Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.

Nursalam, (2001), Proses Dokumentasi Keperawatan, Edisi I, Salemba Medika,


Jakarta.

Pengertian Demam Tipoid. Diambil tanggal 8 Juni 2012 http://sehat-


jasmanidanrohani.blogspot.com/2011/01/thypoid-fever.html

Definisi Typoid. Diambil pada tanggal 8 Juni 2012. Asuhan Keperawatan dengan
Demam Tipoid. Diambil tanggal 9 Juni 2012.
http://denfirman.blogspot.com/2010/06/asuhan-keperawatan-typoid.html

Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan. Diambil pada tanggal 9 Juni 2012.


http://blogs.unpad.ac.id/haqsbageur/2010/03/26/anatomi-dan-fisiologi-
sistem-pencernaan-manusia/

Sudoyo, Aru W., (2006) , Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV, Jilid III,
FKUI, Jakarta.

Tarwono, Wartonah, (2004), Kebutuhan Dasar Manusi dan Proses Keperawatan,


Salemba Medika, Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai