Anda di halaman 1dari 18

BAB V

HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pembahasan

Bardasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap 34 orang

dan telah dilakukan pada tanggal 14 sampai dengan 25 September 2023

dengan judul “faktor-faktor yang berhubungan dengan manajemen gizi buruk

di Wilayah UPTD Puskesmas Ramung Kecamatan Permata Kabupaten Bener

Meriah, maka diperoleh hasil karakteristik responden sebagai berikut:

1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik di Wilayah UPTD
Ramung Kecamatan Permata Kabupaten
Bener Meriah Tahun 2023
No Karakteristik Responden Frekuensi Persentase
1 Jenis Kelamin
Perempuan 25 73,5
Laki-Laki 9 26,5
Total 34 100 %
2 Umur
25 – 30 Tahun 8 23,5
31 – 40 Tahun 17 50,0
41 – 50 Tahun 9 26,5
Total 34 100 %
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2023

Berdasarkan tabel 5.1 diatas hasil distribusi karakteristik

responden menyebutkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin

perempuan yaitu sebanyak 23 responden (73,6%), sebagian besar

responden berumur 31-40 tahun yaitu sebanyak 17 responden (50,0%).

42
43

2. Analisa Univariat

a. Perencanaan

Tabel 5.2
Distribusi Perencanaan Manajemen Gizi Buruk di Wilayah UPTD
Puskesmas Ramung Kecamatan Permata Kabupaten
Bener Meriah Tahun 2023
No Perencanaan Jumlah %
1 Baik 27 79,4
2 Kurang Baik 7 20,6
Jumlah 34 100
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2023

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa perencanaan

manajemen gizi buruk lebih banyak yang baik yaitu 27 responden (79,4

%) sedangkan kurang baik yaitu 7 responden (20,6 %).

b. Sarana

Tabel 5.3
Distribusi Sarana Manajemen Gizi Buruk di Wilayah UPTD
Puskesmas Ramung Kecamatan Permata Kabupaten
Bener Meriah Tahun 2023

No Sarana Jumlah %
1 Lengkap 31 91,2
2 Tidak Lengkap 3 8,8
Jumlah 34 100
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2023

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa sarana manajemen gizi

buruk lebih banyak yang lengkap yaitu 31 responden (91,2 %) sedangkan

yang tidak lengkap yaitu 3 responden (8,8 %).


44

c. Input Data

Tabel 5.4
Distribusi Input Data Manajemen Gizi Buruk di Wilayah UPTD
Puskesmas Ramung Kecamatan Permata Kabupaten
Bener Meriah Tahun 2023

No Input Data Jumlah %


1 Baik 32 94,1
2 Kurang Baik 2 5,9
Jumlah 34 100
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2023

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa input data manajemen

gizi buruk lebih banyak yang baik yaitu 32 responden (94,1 %) sedangkan

yang kurang baik yaitu 2 responden (5,9 %).

d. Evaluasi

Tabel 5.5
Distribusi Evaluasi Manajemen Gizi Buruk di Wilayah UPTD
Puskesmas Ramung Kecamatan Permata Kabupaten
Bener Meriah Tahun 2023
No Evaluasi Jumlah %
1 Baik 30 88,2
2 Kurang Baik 4 11,8
Jumlah 34 100
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2023

Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa evaluasi manajemen

gizi buruk lebih banyak yang baik yaitu 30 responden (88,2 %) sedangkan

yang kurang baik yaitu 4 responden (11,8 %).

e. Pelaksanaan
45

Tabel 5.6
Distribusi Pelaksanaan Manajemen Gizi Buruk di Wilayah UPTD
Puskesmas Ramung Kecamatan Permata Kabupaten
Bener Meriah Tahun 2023
No Pelaksanaan Jumlah %
1 Baik 28 82,4
2 Kurang Baik 6 17,6
Jumlah 34 100
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2023

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa pelaksanaan

manajemen gizi buruk lebih banyak yang baik yaitu 28 responden (82,4

%) sedangkan kurang baik yaitu 6 responden (17,6 %).

f. Manajemen Gizi Buruk

Tabel 5.7
Distribusi Manajemen Gizi Buruk di Wilayah UPTD Puskesmas
Ramung Kecamatan Permata Kabupaten
Bener Meriah Tahun 2023
No Manajemen Gizi Buruk Jumlah %
1 Berjalan 28 82,4
2 Tidak Berjalan 6 17,6
Jumlah 34 100
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2023

Berdasarkan Tabel 5.7 dapat dilihat bahwa manajemen gizi buruk

lebih banyak yang programnya berjalan yaitu 28 responden (82,4 %)

sedangkan tidak berjalan programnya yaitu 6 responden (17,6 %).

3. Analisa Bivariat
46

Analisa bivariat digunakan untuk menguji hipotesa dengan

menentukan hubungan variabel dependen terhadap variabel independen

melalui uji chi-square.

a. Hubungan Perencanaan dengan Manajemen Gizi Buruk di Wilayah


UPTD Puskesmas Ramung Kecamatan Permata Kabupaten Bener
Meriah

Tabel 5.8
Hubungan Perencanaan dengan Manajemen Gizi Buruk di Wilayah
UPTD Puskesmas Ramung Kecamatan Permata
Kabupaten Bener Meriah
Tahun 2023
Manajemen Gizi Buruk
Jumlah α p-value
Perencanaan Tidak Berjalan Berjalan
F % f % F %
Kurang baik 2 5,9 5 14,7 7 20.6
0,05 0,395
Baik 4 11.8 23 67.6 27 79.4
6 17.6 28 82.4 34 100
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2023

Dari Tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 34 responden dengan

perencanaan manajemen gizi buruk baik ternyata 27 responden (79,4%)

dengan program menajemen gizi buruk berada pada kategori berjalan 28

responden atau (82.4%), sedangkan perencanaan 7 responden atau (20.6%)

dengan perencanaan manajemen gizi buruk berada pada kategori tidak

berjalan sebanyak 27 responden atau (82.4%). Berdasarkan hasil uji

statistik dengan menggunakan chi-square didapat nilai p-value sebesar

0,395> α = 0,05. Dengan demikian hipotesa penelitian ditolak berarti tidak

ada hubungan bermakna antara perencanaan dengan manajemen gizi

buruk di Wilayah UPTD Puskesmas Ramung Kecamatan Permata

Kabupaten Bener Meriah.


47

b. Hubungan Sarana dengan Manajemen Gizi Buruk di Wilayah UPTD


Puskesmas Ramung Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah

Tabel 5.9
Hubungan Sarana dengan Manajemen Gizi Burukdi Wilayah UPTD
Puskesmas Ramung Kecamatan Permata
Kabupaten Bener Meriah
Tahun 2023

Manajemen Gizi Buruk


Jumlah α p-value
Sarana Tidak Berjalan Berjalan
F % f % f %
Tidak Lengkap 0 0 3 8.8 3 8.8
0,05 0,401
Lengkap 6 17,6 25 73,5 31 91.2
Jumlah 6 17.6 28 82.4 34 100
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2023

Dari Tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari 34 responden dengan

sarana manajemen gizi buruk lengkap ternyata 31 responden (91,2%)

dengan program menajemen gizi buruk berada pada kategori berjalan 28

responden atau (82.4%), sedangkan sarana yang tidak lengkap 3 responden

atau (8.8%) dengan manajemen gizi buruk berada pada kategori tidak

berjalan sebanyak 6 responden atau (17.6 %). Berdasarkan hasil uji

statistik dengan menggunakan chi-square didapat nilai p-value sebesar

0,401> α = 0,05. Dengan demikian hipotesa penelitian ditolak berarti tidak

ada hubungan bermakna antara sarana dengan manajemen gizi buruk di

Wilayah UPTD Puskesmas Ramung Kecamatan Permata Kabupaten Bener

Meriah.

c. Hubungan Input Data dengan Manajemen Gizi Buruk di Wilayah


UPTD Puskesmas Ramung Kecamatan Permata Kabupaten Bener
Meriah

Tabel 5.10
48

Hubungan Input Data dengan Manajemen Gizi Burukdi Wilayah


UPTD Puskesmas Ramung Kecamatan Permata
Kabupaten Bener Meriah
Tahun 2023
Manajemen Gizi Buruk
Jumlah α p-value
Input Data Tidak Berjalan Berjalan
f % f % f %
Kurang Baik 1 2,9 1 2,9 2 5.9
0,05 0,216
Baik 5 14.7 27 79.4 32 94.1
Jumlah 6 17.6 28 82.4 34 100
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2023

Dari Tabel 5.10 menunjukkan bahwa dari 34 responden dengan

input data manajemen gizi buruk baik ternyata 32 responden (94,1%)

dengan program menajemen gizi buruk berada pada kategori berjalan 28

responden atau (82.4%), sedangkan input data yang tidak baik 2

responden atau (5.9%) dengan manajemen gizi buruk berada pada

kategori tidak berjalan sebanyak 6 responden atau (17.6 %). Berdasarkan

hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square didapat nilai p-value

sebesar 0,216> α = 0,05. Dengan demikian hipotesa penelitian ditolak

berarti tidak ada hubungan bermakna antara input data dengan

manajemen gizi buruk di Wilayah UPTD Puskesmas Ramung

Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah.

d. Hubungan Evaluasi dengan Manajemen Gizi Buruk di Wilayah UPTD


Puskesmas Ramung Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah

Tabel 5.11
49

Hubungan Evaluasi dengan Manajemen Gizi Burukdi Wilayah


UPTD Puskesmas Ramung Kecamatan Permata
Kabupaten Bener Meriah
Tahun 2023
Manajemen Gizi Buruk
Jumlah α p-value
Evaluasi Tidak Berjalan Berjalan
F % f % f %
Kurang Baik 1 2.9 3 8,8 4 11.8 0,05 0,681
Baik 5 14.7 25 73.5 30 88.2
6 17.6 28 82.4 34 100
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2023

Dari Tabel 5.11 menunjukkan bahwa dari 34 responden dengan

evaluasi manajemen gizi buruk baik ternyata 30 responden (88,2%)

dengan program menajemen gizi buruk berada pada kategori berjalan 28

responden atau (82.4%), sedangkan evaluasi yang kurang baik 4

responden atau (11.8%) dengan manajemen gizi buruk berada pada

kategori tidak berjalan sebanyak 6 responden atau (17.6 %). Berdasarkan

hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square didapat nilai p-value

sebesar 0,681> α = 0,05. Dengan demikian hipotesa penelitian ditolak

berarti tidak ada hubungan bermakna antara evaluasi dengan manajemen

gizi buruk di Wilayah UPTD Puskesmas Ramung Kecamatan Permata

Kabupaten Bener Meriah.

e. Hubungan Pelaksanaan dengan Manajemen Gizi Buruk di Wilayah


UPTD Puskesmas Ramung Kecamatan Permata Kabupaten Bener
Meriah

Tabel 5.12
50

Hubungan Pelaksanaan dengan Manajemen Gizi Burukbdi Wilayah


UPTD Puskesmas Ramung Kecamatan Permata
Kabupaten Bener Meriah
Tahun 2023
Manajemen Gizi Buruk
Jumlah α p-value
Pelaksanaan Tidak Berjalan Berjalan
f % f % f %
Kurang Baik 1 2,9 5 14,7 6 17.6
0,05 0,945
Baik 5 14.7 23 67.6 28 82.4
6 17.6 28 82.4 34 100
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2023

Dari Tabel 4.11 menunjukkan bahwa dari 34 responden dengan

pelaksanaan manajemen gizi buruk baik ternyata 28 responden (82,4%)

dengan program menajemen gizi buruk berada pada kategori berjalan 28

responden atau (82.4%), sedangkan pelaksanaan yang kurang baik 6

responden atau (17.6%) dengan manajemen gizi buruk berada pada

kategori tidak berjalan sebanyak 6 responden atau (17.6 %). Berdasarkan

hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square didapat nilai p-value

sebesar 0,945> α = 0,05. Dengan demikian hipotesa penelitian ditolak

berarti tidak ada hubungan bermakna antara pelaksanaan dengan

manajemen gizi buruk di Wilayah UPTD Puskesmas Ramung Kecamatan

Permata Kabupaten Bener Meriah.

B. Pembahasan

1. Hubungan perencanaan dengan manajemen gizi buruk


51

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square

didapat nilai p-value sebesar 0,395> α = 0,05. Dengan demikian hipotesa

penelitian ditolak berarti tidak ada hubungan bermakna antara perencanaan

dengan manajemen gizi buruk di Wilayah UPTD Puskesmas Ramung

Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah.

Berdasarkan asumsi peneliti, keberhasilan manajemen gizi buruk di

Wilayah UPTD Puskesmas Ramung Kecamatan Permata Kabupaten Bener

Meriah tidak hanya disebabkan oleh faktor perencanaan tetapi dapat

disebabkan oleh factor lainnya seperti anggaran, advokasi serta kebijakan

pemerintah daerah.

Menurut Muninjaya (2018), perencanaan di puskesmas merupakan

fungsi yang terpenting yang harus dilakukan baik petugas kesehatan karena

merupakan awal dan arah dari proses manajemen program gizi secara

keseluruhan. Perencanaan dimulai dengan sebuah ide atau perhatian yang

khusus ditujukan untuk masalah gizi tertentu. Perencanaan program gizi di

puskesmas yaitu :

a. Menjelaskan berbagai masalah

Untuk dapat menjelaskan masalah program gizi diperlukan upaya

analisis situasi. Sasaran analisis situasioleh berbagai aspek penting

pelaksanaaan program gizi di wilayah puskesmas. Aspek yang dinilai

meliputi aspek epidemiologis yang berhubungan dengan data gizi, aspek

demografis yang berhubungan dengan distribusi penduduk. Aspek geografis

yang berhubungan dengan karakteristik wilayah yang dapat mempengaruhi


52

terjadinya masalah gizi seperti keadaan alam, aspek sosial ekonomi yang

mempengaruhi tidak langsung timbulnya masalah gizi, seperti tingkat

pendapatan dan aspek organisasi program meliuti motivasi kerja staf.

keterampilan, koordinasi dan sarana lainnya.

b. Menentukan prioritas masalah

Penetapan prioritas masalah adalah sebuah keharusan karena begitu

kompleksnya masalah dan terbatasnya sumber daya yang tersedia, semua

masalah yang telah di identifikasi kemudian ditentukan prioritasnya. Prioritas

masalah dijadikan dasar untuk menentukan tujuan perencanaan program.

c. Menetapkan tujuan dan indikator keberhasilannya

Apabila prioritas program gizi dan wilayah binaan sudah ditetapkan,

langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan dan target program gizi

berdasarkan jumlah penduduk sasaran di wilayah kerja puskesmas.

d. Mengkaji hambatan dan kendala

Sebelum menetapkan tolak ukur, perlu dipelajari dahulu hambatan-

hambatan program gizi yang pernah dialami atau yang diperkirakan dapat

terjadi, baik yang bersumber dari masyarakat, lingkungan, puskesmas

maupun sektor-sektor lainnya ditingkat kecamatan.

e. Menyusun rencana kerja operasional


53

Dengan rencana kerja operasional (RKO) akan memudahkan

pimpinan mengetahui sumber daya yang dibutuhkan dan sebagai alat untuk

pemantauan program secara menyeluruh.

2. Hubungan sarana dengan manajemen gizi buruk

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square

didapat nilai p-value sebesar 0,401> α = 0,05. Dengan demikian hipotesa

penelitian ditolak berarti tidak ada hubungan bermakna antara sarana dengan

manajemen gizi buruk di Wilayah UPTD Puskesmas Ramung Kecamatan

Permata Kabupaten Bener Meriah.

Menurut asumsi peneliti sarana bukan salah satu faktor utama yang

mempengaruhi baiknya manajemen gizi buruk di Wilayah UPTD Puskesmas

Ramung Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah, tetapi ada faktor

lainnya seperti sumber daya manusia, anggaran yang tersedia serta faktor lain

di luar bidang kesehatan seperti tingkat pengetahuan. dan kebijakan

pemerintah daerah.

Sarana merupakan salah satu komponen dalam pelaksanaan program

gizi, tanpa tersedianya sarana yang dibutuhkan semua proses yang telah

direncanakan menjadi sangat sulit untuk dicapai, kendaraan operasional

dibutuhkan untuk operasional petugas gizi yang lebih banyak bekerja di

lapangan dalam mengumpulkan data-data tentang masalah gizi (Muninjaya,

2018).

3. Hubungan input data dengan manajemen gizi buruk


54

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square

didapat nilai p-value sebesar 0,027. Dengan demikian hipotesa penelitian

diterima berarti ada hubungan bermakna dengan input data manajemen gizi

buruk di Wilayah UPTD Puskesmas Ramung Kecamatan Permata Kabupaten

Bener Meriah.

Menurut asumsi peneliti data yang dikumpulkan setiap bulannya

(input data) merupakan factor yang sangat penting untuk perencanaan

manajemen gizi buruk pada masa yang akan datang dan merupakan suatu

proses untuk memprioritaskan masalah berdasarkan data yang telah

dikumpulkan.

Data inputadalah sub elemen-sub elemen yang diperlukan sebagai

masukan untuk berfungsinya sistem manajemen. Data input pada pelaksanaan

gizi buruk ini meliputi petugas pelaksana, adanya tempat pelayanan

kesehatan, data balita dan adanya sumber dana.

4. Hubungan evaluasi dengan manajemen gizi buruk

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square

didapat nilai p-value sebesar 0,681> α = 0,05. Dengan demikian hipotesa

penelitian ditolak berarti tidak ada hubungan bermakna antara evaluasi

dengan manajemen gizi buruk di Wilayah UPTD Puskesmas Ramung

Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah.

Menurut asumsi peneliti tidak berpengaruhnya evaluasi terhadap

manajemen gizi buruk karena evaluasi merupakan sesuatu hal yang

dilaksanakan setelah pelaksanaan manajemen gizi buruk.


55

Tolak ukur keberhasilan program gizi di puskesmas ditetapkan

melalui rencana kerja operasional yang telah disusun. Pimpinan puskesmas

dan koordinator program gizi dapat mengevaluasi keberhasilan program

dengan menggunakan rencana kerja operasional sebagai standar dengan

membandingkan hasil kegiatan program gizi. Tanggung jawab pengawasan

program gizi dipuskesmas berada di tangan pimpinan puskesmas masing-

masing tetapi wewenang pengawasan dilapangan dilimpahkan kepada

koordinator program gizi dimasing-masing puskesmas.

Langkah-langkah penting dalam mengevaluasi program gizi

dipuskesmas adalah :

1. Menilai apakah ada kesenjangan antara target program gizi dan standar

untuk kerja staf dengan cakupan dan kemampuan staf untuk

melaksanakan tugas-tugasnya

2. Menganalisa faktor-faktor penyebab timbulnya kesenjangan tersebut

3. Merencanakan dan melaksanakan langkah-langkah untuk mengatasi

permasalahan yang muncul berdasarkan faktor-faktor penyebab yang

sudah diidentifikasi.

Upaya evaluasi program gizi hasilnya dapat digunakan sebagai

umpan balik (informasi) untuk memperbaiki proses perencanaan program

gizi. Pimpinan Puskesmas hendaknya selalu mengadakan evaluasi secara

menyeluruh terhadap pelaksanaan program gizi dengan menggunakan

laporan staf, analisis cakupan program gizi, laporan masyarakat dan hasil

observasi (supervisi) di lapangan sebagai bahan informasi.


56

Banyak evaluasi yang dilakukan oleh pihak lain bekerjasama dengan

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Namun data tidak dianalisis untuk

kepentingan daerah. Data yang didapatkan dikembalikan utuh dan tidak

mendapatkan feed back yang memadai terhadap hasil evaluasi (Muninjaya,

2018).

Proses evaluasi mencakup kegiatan-kegiatan memformulaiskan

tujuan, indentifikasi kriteria yang tepat untuk mengukur keberhasilan,

menentukan dan menjelaskan derajat keberhasilan dan rekomendasi untuk

kelanjutan aktivitas program. Dari batasan-batasantersebut dapat disimpulkan

bahwa proses atau kegiatan dalam evaluasi mencakup langkah-langkah

(Lisdiana, 2017).

1. Memformulasikan atau menetapkan tujuan evaluasi, yakni tentang apa

yang akan dievaluasi terhadap program yang akan dievaluasi

2. Menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam menentukan

keberhasilan program yang akan dievaluasi

3. Menetapkan cara atau metode evaluasi yang akan digunakan

4. Melaksanakan evaluasi, mengolah dan menganalisis data atau hasil

pelaksanaan evaluasi tersebut

5. Menetapkan keberhasilan program yang dievalausi berdasarkan kriteria

yang telah ditetapkan tersebut serta memberikan penjelasan-penjelasan

6. Menyusun rekomendasi atau saran-saran tindakan lebih lanjut terhadap

program berikutnya berdasarkan hasil evaluasi tersebut.


57

Dilihat dari implikasi hasil evaluasi bagi suatu program, dibedakan

adanya jenis evaluasi yakni evaluasi formulatif dan evalausi sumatif. Evaluasi

formatif dilakukan untuk pengembangan atau perbaikan program. Biasanya

evaluasi formatif dilakukan pada proses program (program masih berjalan).

Sedangkan evaluasi sumatif adalah suatu evaluasi yang dilakukan untuk

menilai akhir dari suatu program.

Evaluasi suatu program kesehatan dilakukan terhadap tiga hal, yakni

evaluasi terhadap proses pelaksanaan program, evaluasi terhadap hasil

program dan evaluasi terhadap dampak program. Evaluasi proses ditujukan

terhadap pelaksanaan program, yang menyangkut penggunaan sumber daya

seperti tenaga, dana dan fasilitas lain. Evaluasi hasil program ditujukan untuk

menilai sejauh mana program tersebut berhasil, yakni sejauh mana tujuan-

tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Misalnya; meningkatnya cakupan

imunisasi, meningkatnya jumlah ibu-ibu ke posyandu dan lain sebagainya.

5. Hubungan pelaksanaan dengan manajemen gizi buruk

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square

didapat nilai p-value sebesar 0,945> α = 0,05. Dengan demikian hipotesa

penelitian ditolak berarti tidak ada hubungan bermakna antara pelaksanaan

dengan manajemen gizi buruk di Wilayah UPTD Puskesmas Ramung

Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah.

Menurut asumsi peneliti tidak ada hubungan yang bermakna antara

pelaksanaan terhadap manajemen gizi buruk dikarenakan selama ini Dinas

Kesehatan Aceh Utara hanya membuat perencanaan saja sedangkan


58

pelaksanaan manajemen gizi buruk dilaksanakan oleh tenaga gizi puskesmas

serta bidan yang menetap di desa, selain itu pelaksanaan manajemen gizi

buruk hanya dilaksanakan bila ditemukan kasus baru.

Menurut SK Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003

tentang Standar pelayanan minimal bagi kabupaten/kota di 27 jenis pelayanan

kesehatan yang diwajibkan bagi daerah berikut indikator kinerja pelayanan

kesehatan dimaksud. Ditambah tujuh pelayanan kesehatan tambahan yang

wajib dilaksanakan untuk daerah tertentu (daerah endemis suatu penyakit).

(Menkes RI, 2003).

Khusus untuk bidang gizi Direktorat Bina Gizi Masyarakat

mengeluarkan petunjuk teknis SPM penyelenggaraan perbaikan gizi

masyarakat. Berdasarkan petunjuk tersebut ada 7 pelayanan kesehatan wajib

untuk bidang gizi. Ditambah dengan 3 pelayanan wajib tambahan untuk

daerah tertentu.

Berikut ini adalah SPM dalam ruang lingkup penyelenggaraan

perbaikan gizi masyarakat dan indikator kinerjanya : 1) Pelayanan kesehatan

ibu dan anakCakupan bayi BBLR yang ditangani (100%). 2) Pelayanan

kesehatan anak pra-sekolah dan usia sekolah. 3) Cakupan deteksi tumbuh

kembang anak balita dan pra-sekolah. 4) Cakupan pemeriksaan kesehatan

siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih / guru UKS

/ doter kecil. 5) Cakupan pelayanan kesehatan remaja.


59

Pelayanan pengobatan / perawatan terdiri dari Cakupan rawat inap,

Cakupan rawat jalan. Pemantauan pertumbuhan balita yaitu Balita yang naik

berat badannya balita bawah garis merah.

Pelayanan Gizi mencakup cakupan balita mendapat kapsul vitamin A

dua kali per tahun, cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe, cakupan

pemberian makanan pendamping ASI pada bayi BGM dari keluarga miskin,

balita gizi buruk (BB/TB <-3 SD WHO NCHS) mendapat perawatan.

Pelayanan gawat darurat mencakup sarana kesehatan dengan

kemampuan pelayanan gawat darurat yang dapat diakses masyarakat,

penyelenggaraan penyelidikan Epidemiologi dan penanggulangan kejadian

luar biasa (KLB) dan Gizi Buruk, desa/kelurahan yang mengalami KLB

ditangani <24 jam Kecamatan bebas rawan gizi antara lain Penyuluhan

Perilaku Sehat, Bayi yang mendapat ASI Eksklusif, desa dengan garam

beryodium baik.

Anda mungkin juga menyukai