Anda di halaman 1dari 11

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSEPSI SUAMI PASANGAN USIA

SUBUR DALAM PENGGUNAAN AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUIN


RAYABANJARMASIN BARAT TAHUN 2016

Muhammad Zaen Fahlefi*Hj.Ruslinawati**Hj.Musphyanti Chalida Puteri**.

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

Email : Zaen.Fahlefi@gmail.com

Abstrak

Latar belakang : AKDR merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi non hormonal, permasalaha program
keluarga berencana adalah rendahnya suami pasangan usia subur (PUS) menggunakan alat kontrasepsi
dalam rahim, penggunaan AKDR termasuk alat kontrasepsi jangka panjang yang ideal untuk
menjarangkan kehamilan. Data BKKBN Kalimantan Selatan, menunjukkan peserta aktif pria terhadap
kontrasepsi tahun 2015 mencapai 74,3%, Peserta akseptor KB AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Kuin
Raya hanya 0%, jauh dibawah cakupan akseptor KB hormonal (suntik 2,12% dan pil 2,01%).

Tujuan Penelitian : untuk mengetahuai faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi suami pasangan
usia subur dalam penggunaan AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin Barat.

Metode penelitian: menggunakan analitik, rancangan Cross Sectional . Populasi penelitian suami yang
tidak menggunakan AKDR dengan sampel jenuh berjumlah 35 orang, Penelitian dilakukan bulan Februari
s/d Juli 2016. Data diperoleh menggunakan Kuesioner dan analisis dengan uji Sperman rho.

Hasil penelitian : menujukkan bahwa pengetahuan suami baik terhadap AKDR (31,4%), sikap suami
terhadap AKDR tidak mendukung (40,0%), dan persepsi suami baik terhadap AKDR (28,5%).
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara persepsi suami pasangan usia subur dengan
penggunaan AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin Barat.

Kata Kunci : :Persepsi, Sumai, AKDR

1. Pendahuluan
Secara global jenis alat kontrasepsi yang paling umum digunakan adalah Metode Kontrasepsi jangka
panjang seperti Vasektomi dan Tubektomi, dimana 2,5% wanita memilih Vasektomi dan 1,3%
memilih tubektomi. Data terakhir prevalensi penggunaan AKDR di Afrika 8%, Asia 12%, Eropa
28%, Amerika latin 14%, Amerika Utara 18%, dan di Osenia 19%. (Word Health Organization,
2011).

Peserta KB aktif pada bulan januari 2010 menunjukkan bahwa prevalensia di Indonesia ada 75,8%,
dimana akseptor wanita sebanyak 75,4%, sedangkan akseptor Pria sebanyak 1,6% (BKKBN, 2011).
Menurut data BKKBN tahun 2013, jumlah penduduk indonesia saat ini mencapai 237,64 jiwa dengan
tingkat pertumbuhan 1,49% atau bertambah sekitar 320 juta jiwa pertahun. Jumlah pasangan usia
subur di indonesia sekitar 156,98 juta jiwa. Jumlah pasangan usia subur di banjarmasin 98.153 jiwa,
sedangkan jumlah pria dikalimantan selatan hanya 74,5%. (BKKBN, 2015).

PAGE \* MERGEFORMAT 1
PAGE \* MERGEFORMAT 10

Berdasar kandari BKBPMP (Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan)
pencapaian KB baru bulan juni 2015 di lima kecamatan tercatat dengan rincian: kecamatan
banjarmasin selatan (11,35%), kecamatan Banjarmasin barat (10,93%), kecamatan Banjarmasin timur
(7,86%), kecamatan Banjarmasin tengah (7,22%), kecamatan banjarmasin Utara (5,69). Di kecamatan
Banjarmasin selatan terdapat peserta KB baru dengan rincian : pesertasuntik 908 orang, pesertapil
885 orang, peserta kondom 105 orang, , peserta implant 71 orang, peserta Intra Uterine Devices
(IUD) 25 orang, Metode Operatif Wanita (MOW) 10 orang, dan peserta Metode Operatif Pria (MOP)
0 orang (BKBPMP, 2015).

Rekapitulasi kegiatan keluarga berencana tahun 2015 di Wilayah Kerja Puskesmas Kuin Raya
Banjarmasin Barat,Akseptor Pil (2,01%), Akseptor Suntik (2,12%), Akseptor Implant tidak ada (0%),
Akseptor IUD tidak ada (0%), Akseptor MOW tidak ada (0%), Akseptor MOP tidak ada (0%),
Kondom tidak ada(0%) (Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin, 2015).

2. Metode Penelitian
Metode penelitian: menggunakan analitik, rancangan Cross Sectional . Populasi penelitian suami
yang tidak menggunakan AKDR, dengan sampel jenuh berjumlah 35 orang, Penelitian dilakukan
bulan Februari s/d Juli 2016. Data diperoleh menggunakan Kuesioner dan analisis dengan uji
Sperman rho.

3. Hasil Penelitian
3.1 Karakteristik Responden berdasarkan umur suami
Distribusi Frekuensi responden menurut umur

No Umur Frekuensi Persentase (%)


1  15-35 Tahun 25 71,4
2 35- 49 Tahun 10 28,6
Jumlah 35 100
Berdasarkan data pada tabel diatas dapat dilihat bahwa responden sebagian besar berumur 15-
35 tahun yang berjumlah 25 orang (71,4%).

3.2 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan suami


Distribusi Frekuensi responden menurut Pendidikan

No Pendidikan Frekuensi (%)


1 SD 1 2,9
2 SMP 4 11,4
3 SLTA 26 74,3
4 Perguruaan Tinggi 4 11,4
Jumlah 35 100
Berdasarkan data pada tabel diatas menunjukkan dari 35 responden, jumlah terbesar Suami
berpendidikan SLTA sebanyak 26 orang (74,3%), responden dalam penelitian ini
dikelompokkan menjadi pendidikan tinggi yaitu Perguruan Tinggi, SLTA, dan SMP serta
pendidikan rendah berpendidikan SD.
PAGE \* MERGEFORMAT 10

3.3 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan Suami


Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden Tahun 2016.

No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)


1 Swasta (Buruh Kasar) 31 88,6
2 PNS 4 11,4
Jumlah 35 100
Berdasarkan data pada tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar pekerjaan responden
Swasta yang berjumlah 31 orang (88,6%).

3.4 AnalisaUnivariat
3.4.1 Distribusi frekuensi responden pengetahuan suami pasangan usia subur terhadap AKDR
dapat diliat sebagai berikut :
Distribusi responden pengetahuan suami pasangan usia subur terhadap AKDR di Wilayah
Kerja Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin Barat.
No Pengetahuan Jumlah (%)
1 Baik 19 54,3
2 Sedang 0 0
3 Kurang 16 45,7
Jumlah 35 100
Dari hasil tabel dapt diliat dari 35 orang responden menunjukkan bahwa berpengetahuan
baik ada 19 orang (45,7%), sedangkan berpengetahuan kurang ada 16 orang (45,7%).

3.4.2 Distribusi frekuensi sikap suami pasangan usia subur terhadap AKDR dapat diliat sebagai
berikut:
Distribusi responden sikap suami pasangan usia subur terdapat AKDR di Wilayah Kerja
Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin Barat.
No Sikap Jumlah (%)
1 Setuju 10 28,6
2 Kurang Setuju 2 5,7
3 Tidak Setuju 23 65,7
Jumlah 35 100
Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sikap suami tidak setuju yaitu sebesar 23 orang
(65,7%), sedangkan sikap yang setuju ada 10 orang (28,6%).

3.4.3 Distribuis frekuensi persepsi suami pasangan usia subur terhadap AKDR dapat diliat
sebagai berikut:
Distribusi responden persepsi suami pasangan usia subur terdapat AKDR di Wilayah Kerja
Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin Barat.
No Persepsi Jumlah %
1. Baik 18 51,4
2. Kurang 17 48,6
Jumlah 35 100
PAGE \* MERGEFORMAT 10

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa persepsi suami Pasangan Usia Subur yaitu
18 orang (51,4%), sedangkan persepsi kurang ada 17 orang (48,6%).

3.4.4 Distribusi frekuensi suami terhadap Alat Kontrasepsi Dalam Rahimdapat diliat sebagai
berikut :
Distribusi responden suami tentang Kontrasepsi Dalam Rahim di Wilayah Kerja
Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin Barat.

No Pemilihan AKDR Jumlah (%)


1. Memilih 8 22,9
2. Tidak Memilih 27 77,1
Jumlah 35 100
Berdasarkan tabel tersebut dapat diliat bahwa jumlah responden terbanyak adalah yang
Tidak Memilih AKDR yaitu sebesar 27 orang (77,1%), sedangkan responden memilht Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim sebanyak 8 responden (22,9%).

3.5Analisa bivariat
3.5.1 Hubungan Pengetahuan Suami dalam penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim di
Wilayah Kerja Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin Barat tahun 2016 seperti pada tabel
berikut ini:

Tabulasi silang Hubungan Pengetahuan Suami Pasangan Usia Subur Dalam Penggunaan
AKDR di Wilayah Kerja Pusksmas Kuin Raya Banjarmasin Barat tahun 2016.

\
No Pengetahuan terhadap AKDR Total
Katagori
Tidak
Memilih % Memilih %
1. Baik 11 31,4 8 22,9 19 54,3
2. Kurang 10 28,6 6 17,1 16 45,7
Total 21 60,0 14 40,0 35 100
Spearman rho = 0,500 Sig = 0,002
Berhubungan erat (Signifikan)
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui dari 35 responden terhadap pemilihan alat
kontrasepsi dalam Rahim sebagian besar berpengetahuan baik yang memilih ada 10 orang
(31,4%) dan tidak memilih ada 8 orang (22,9%).Selanjutnya responden wilayah kerja
puskesmas Kuin Raya Banjarmasin Barat yang memiliki pengetahuan Kurang memilih ada
10 orang (28,6%), tidak memilih ada 6 orang (17,1%).

Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan signifikan
antara pengetahuan dengan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim adalah Kuat.

3.5.2 Hubungan Sikap Suami dalam penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim di Wilayah
Kerja Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin Barat tahun 2016 seperti pada tabel berikut ini.
PAGE \* MERGEFORMAT 10

Tabulasi silang Hubungan Sikap Suami Pasangan Usia Subur dengan penggunaan AKDR
diwilayah Kerja Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin Barat tahun 2016.

No Sikap terhadap AKDR Total


Katagori
Tidak
Memilih % Memilih %
1. Mendukung 7 20,0 3 8,6 10 28,6
Kurang
2. 1 2,9 1 2,9 2 5,7
Mendukung
3. Tidak
14 40,0 9 25,7 23 65,7
Mendukung
Total 22 62,9 13 37,1 35 100
Spearman rho = 0,809 sig = 0,000
Berhubungan erat ( Signifikan)
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa reponden diwilayah kerja puskesmas kuin
raya banjarmasin barat dilihat dari 35 responden terhadap penggunaan Alat Kontrasepsi
dalam Rahim sebagian besar sikap suami Tidak mendukung ada 14 orang (40,0%) , suami
kurang mendukung ada 1 orang (2,9%), sedangkan yang mendukung ada 7 orang (20,0%).

Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan signifikan
antara sikap dengan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim adalah Kuat.

3.5.3 Hubungan Persepsi Suami Pasangan Usia Subur dalam penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim diwilayah Kerja Puskesmas Banjarmasin Barat tahun 2016 seperti pada tabel berikut :

Tabulasi Silang antara Hubungan Persepsi Suami Pasangan Usia Subur dalam penggunaan
AKDR diwilayah Kerja Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin Barat tahun 2016.

Persepsi terhadap AKDR Total


No Katagori
Tidak
Memilih % Memilih %
1. Baik 10 28,6 8 22,9 18 51,4
2. Kurang 9 48,6 8 22,9 17 48,6
Total 19 54,3 16 45,7 35 100
Spearman rho = 0,529 sig = 0,000
Berhubungan erat ( Signifikan)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa reponden diwilayah kerja puskesmas kuin
raya banjarmasin barat dilihat dari 35 responden terhadap penggunaan Alat Kontrasepsi
dalam Rahim sebagian besar persepsi suami baik ada 10 orang (28,6%), persepsai kurang
ada 9 orang (48,6%), sedangkan tidak memilih ada 8 orang (22,9%).
PAGE \* MERGEFORMAT 10

Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan signifikan
antara persepsi dengan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim adalah sedang.

4. Pembahasan
4.1 Pengetahuan suami terhadap penggunaan AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Kuin Raya
Banjarmasin Barat Tahun 2016
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 35 reseptor penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim terdapat 11 orang (31,4%) responden berpengetahuan Baik, sedangkan pengetahuan
kurang ada 10 orang (28,6%). dimana suami mengetahui dari penggunaan alat kontrasepsi
dalam rahim untuk mengurangi jumlah anak.

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nurul (2012), hasil analisis statistik
dengan menggunakan chi-squeare di peroleh nilai ( p= 0,023<α=0,05), nilai koofisien phi=
0,577 hal ini terdapat ada hubungan yang bermakna antara pemilihan kontrasepsi. Penelitian
Pinatoan (2010), hasil analisis statistik dengan menggunakan cross sectional di peroleh nilai
(p=0,00<α= 0,05), nilai koofisien phi = 0,745 dan terdapat hubungan antara pengetahuan
dengan penggunaan AKDR.

Hasil penelitian sesuai dengan teori yang mengungkapkan bahwa pengetahuan merupakan hasil
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Menurut
teori Notoadmojo (2007) memabagi tingkatan pengetahuan meliputi domain kognitif sebagai
berikut : Tahu yaitu selalu meningkatkan suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya
kemudian memahami yang diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mejelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi secara benar, sehingga
mampu mengaplikannya sebagian kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada kondisi yang sebenarnya dan mampu menganalisis suatu materi.

Pengetahuan sendiri sering dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal, kebanyakan responden
berpendidikan SLTA. pengetahuan sendiri sangat erat hubungannya dengan pendidikan,
semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin luas juga mendapatkan informasi.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan Pengetahuan Suami
terhadap penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim perlu adanya peran lingkungan, pekerjaan,
pendidikan yang sangat dibutuhkan karena lingkungan kerja dapat menambah informasi suami,
diharapkan suami ikut serta dalam pengambilan keputusan saat menggunakan Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim.

4.2 Sikap Suami terhadap penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di wilayah Kerja
Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin Barat.
Dari hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki Sikap yang Tidak Mendukung
dimana ada 14 orang (40,0%) akseptor yang tidak memilih penggunaan AKDR. Dari hasil
kuesioner yang dibagikan, kebanyakan suami menjawab penggunaan AKDR mengurangi
kepuasan dalam berhubungan seksual. Faktor lain dari sikap suami tidak mendukung terhadap
AKDR di karenakan tidak adanya informasi yang mereka ketahui dari penggunaan alat
kontrasepsi dalam rahim. panyampaian informasi dari tenaga kesehatan sangatlah dibutuhkan
karena sikap positif dapat merubah tingkah laku sesesorang menjadi lebih baik, sedangkan
apabila sikap negatif dapat membawa seseorang berprilaku menjadi buruk.

Penelitian Dewi (2013) berdasarkan hasil uji statistik diperoleh niali p-value= 0,000 (p<0,05)
maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan penggunaan
PAGE \* MERGEFORMAT 10

AKDR, Nilai R=5,941, sejalan dengan penelitian Rahmawati (2012) ada hubungan antara sikap
terhadap alat dan metode kontrasepsi pria Pasangan Usia Subur di Kecamatan Kota Lama.

Lebih dari sebagian responden memiliki pendidikan yang cukup baik yaitu lebih dari setengah
jumlah responden memiliki tingkat pendidikan terakhir SLTA dengan jumlah 26 responden
tetapi sikap responden tentang AKDR masih sangat rendah, hal ini dapat dikarenakan
kurangnya informasi yang diperoleh responden tentang AKDR yang disebabkan oleh kesibukan
suami sebagai rumah tangga dalam bekerja sebagai pencari nafkah. Sebanyak 31 responden
memiliki pekerjaan yang mengharuskan mereka bekerja diluar rumah hingga berhari-hari.
Ataupun bekerja melewati batas jam kerja yaitu 8 jam perhari, seperti jenis pekerjaan Buruh
kasar sering menggunakan tenaganya untuk bekerja, sehingga sedikit waktu yang dimiliki untuk
mendapatkan informasi tentang penggunaan AKDR.

Responden yang tidak memiliki sikap positif terhadap alat kontrasepsi dalam rahim cenderung
memilih tidak setuju terhadap pertanyaan-pertanyaan pendukung sikap, seperti pernyataan
perasaan dan tindakan, oleh sebab itu responden yang tidak memiliki pengetahuan yang baik
terhadap AKDR memiliki kecenderungan bersikap negatif terhadap alat Kontrasepsi Dalam
Rahim.

Sejalan dengan teori Notoatmodjo ( 2007) menjelaskan bahwa Sikap merupakan “reaksi atau
respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek tertentu yang
sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang/tidak senang,
setuju/tidak setuju, baik/tidak baik dan sebagainya). Sikap merupakan predisposisi dari tindakan
atau prilaku”.

Sikap yang baik dapat dipengaruhi oleh analisis seseorang yang baik terhadap suatu hal yang
akan dilakukan termasuk juga sikap seseorang terhadap pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim, semakin baik analisis seseorang maka akan semakin baik sikap orang tersebut terhadap
pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim.

4.3 Persepsi Suami Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di Wilayah
Kerja Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Persepsi suami pasangan usia subur dari 35 responden,
sebagian besar mempunyai persepsi positif sebesar 10 orang (28,9%), sedangkan persepsi yang
kurang ada 9 orang (25,7%).

Dari data Kuesioner banyak responden yang menyatakan Alat kontrasepsi dalam rahim perlu
dipakai untuk wanita, karena suami beranggapan penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim
sangat bagus untuk mencegah kehamilan.

Teori yang mendukung menurut Kuizier (2014), persepsi dipengaruhi demografi yang meliputi
umur, jenis kelamin, ras, pengetahuan, sikap, dan keinginan.sosiopsikologi yaitu tekanan sosial
yang merupakan pengaruh teman sebaya atau kelompok sosial yang merupakan pengaruh teman
sebaya atau kelompok-kelompok lain yang mendorong seseorang berprilaku tertentu.

Hasil penelitian yang dilakukan Rahmah (2015), hasil analisis statistik dengan menggunakan
cross sectional di peroleh nilai (p = 0,023 <α= 0,05) , nilai koofisien phi= 0,033 hal ini terdapat
ada hubungan yang signifikan antara persepsi pasangan usia subur dengan pemilihan alat
kontrasepsi terhadap AKDR. Sejalan dengan penelitian Rahmah (2012) hasil uji menggunakan
PAGE \* MERGEFORMAT 10

spermean rho di peroleh hasil nilai (p = 0,04 <α=0,05) dengan nilai Rho= 0,348 hal ini terdapat
ada hubungan persepsi suami tentang keluarga berencana dengan sikap keikut sertaan suami
dalam kontrasepsi pria.
4.4 Hubungan Pengetahuan dengan persepsi Suami Pasangan Usia Subur terhadap Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim di Wilayah Kerja Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin Barat Tahun 2016.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR) dengan katagori Baik adalah sebanyak 19 Responden yang memilih
penggunaan AKDR sebanyak ada 11 orang (31,4%) . Nilai tersebut menunjukkan ada hubungan
yang kuat sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan Suami dengan
penggunaan Alat Kontrasepsi. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya prilaku terbuka. Pada umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
semakin baik pula pengetahuannya.

Menurut analisa penelitian rendahnya pengetahuan suami terhadap penggunaan AKDR


sehingga responden berfikir apabila menggunakan AKDR tidak ada gunanya sehingga tidak
memunculkan prilakun suami untuk menggunakan AKDR sehingga penggunaan AKDR
rendah,, begitu sebalinya jika responden memiliki pengetahuan yang tinggi tentang penggunaan
AKDR, mengetahui manfaaf dari penggunaan AKDR sehingga akan membuat responden
melakukan yang terbaik untuk kesejahteraan keluargnya dan responden akan mengikuti program
pemerintah dengan ikut serta dalam penggunaan AKDR.

Disimpulkan bahwa semakin pengetahuan suami tentang penggunaan AKDR maka akan
semakin tinggi kesadaran untuk ikut serta dalam penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim,
begitu pun juga sebaliknya semakin rendah pengetahuan suami tentang AKDR maka semakin
rendah dalam keikutsertaan dalam penggunaan AKDR.

Penelitian ini sesuai dengan hasil yang dilakukan Oleh Serce Pinntoan (2012) yang berjudul
faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di
Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara tahun 2012 Dimana hasil penelitian ini yang
didapat kan ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan penggunaan AKDR dengan
nilai p= 0,000.

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan adalah apa yang diketahui suami atau seseorang
tentang hal yang didapat secara formal dan informal. Pengetahuan merupakan hasil tahu, ini
terjadi setelah suami atau seseorang mengolah objek dari panca indra yaitu penglihatan,
pendengaran, penciuman,perasaan dan peraba.

Sebagian besar dari pada responden mengetahui tentang penggunaan AKDR. namun suami
beranggapan bahwa penggunaan Alat Kontrasepsi cuma digunakan untuk istri saja di karenakan
kurangnya informasi dan pelayanan kesehatan bagi suami dalam penggunaan AKDR.

Hal ini sesuai dengan pernyataan dibawah ini yaitu : Pelayanan yang tersedia dalam program
KB adalah pelayanan kontrasepsi dan pelayanan kesehatan reproduksi. Pelayanan kontrasepsi
akan berhasil dengan baik bila masyarakakat mengenal berbagai kontrasepsi yang tersedia, salah
satunya penggunaan AKDR akan tetapi pengenalan berbagai Alat kontrasepsi ini cukup sulit
karena hal ini menyangkut pola pengambilan keputusan dalam masyarakat itu sendiri.
PAGE \* MERGEFORMAT 10

4.5 Hubungan Sikap dengan Persepsi Suami Pasangan Usia Subur terhadap AlatKontrasepsi
Dalam Rahim di Wilayah Kerja Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin Barat Tahun 2016.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sikap suami dengan katagori Tidak Mendukung adalah
sebanyak 14 orang (40,0%) tidak memilih dalam penggunaan AKDR. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa ada hubungan yang erat. sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan sikap suami pasangan usia subur dengan penggunaan AKDR.

Menurut analisa penelitian Sikap responden Negatif terhadap penggunaan AKDR dikarenakan
sebagian kecil responden memiliki keyakinan penggunaa Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
hanya buat isri sehingga suami tidak ikut terlibat dalam penggunaan AKDR. Sebagian
responden beranggapan menggunakan alat kontrasepsi mengurangi kepuasan dalam
berhubungan sexsual.

Penelitian ini sejalan dengan hasil yang didapatkan oleh peneliti yang dilakukan oleh
Rahmawati (2012) yang berjudul Sikap terhadap Alat dan Metode Kontrasepsi pada Pria
pasangan usia subur (PUS) di kecamatan kota lama tahun 2012 dimana Sikap responden lebih
dari separo bersikap Negatif terhadap Alat Kontrasepsi Pria.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2010) sikap adalah suatu kecenderungan
untuk mengadakan tindakan suami terhadap suatu cara yang menyatakan adanya tanda untuk
menyenangi objek tersebut. Sikap yang Negatrif tidak selalu terwujud dalam bentuk tindakan
nyata. Sikap dapat diartikan suatu kontak untuk memungkinkan terlihatnya suatu aktifitas
yang dilakukan oleh suami.

Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa Sikap belum merupakan reaksi terbuka melainkan suatu
kesiapan bagaimana seseorang melakukan tindakan pada suatu objek yang melibatkan faktor
pendapat dan emosional dan presdisposisi tindakan seseorang terhadap suatu aspek
dilingkungan sekitarnya.

5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan dengan judul “Faktor-faktor yang
berhubungan dengan persepsi suami pasangan usia subur dalam penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim di Wilayah Kerja Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin Barat Tahun 2016” adapun kesimpulan
yang dapat diambil dengan mengacu pada tujuan dan hasil penelitian, adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan responden sebesar 11 orang (31,4%) yang berpengetahuan baik.


2. Sikap responden sebesar 14 orang (40,0%) yang mempunyai Sikap Tidak mendukung.
3. Persepsi responden sebesar 10 orang (28,6%) yang mempunyai Persepsi Baik.
4. Ada hubungan pengetahuan dengan Persepsi Suami terhadap Alat Kontrasepsi Dalam Rahim.
5. Ada hubungan Sikap dengan Persepsi Suami terhadap Alat Kontrasepsi Dalam Rahim.

6. Saran
5.2.1 Bagi Tempat Institusi Pendidikan.
PAGE \* MERGEFORMAT 10

Meningkatkan peran perawat khususnya perawat maternitas dalam pelaksanakan Program


KB dengan memberikan informasi tentang kontrasepsi terutama AKDR kepada Suami
Pasangan Usia Subur yang inggin ber KB.

5.2.2 Bagi Puskesmas


Tingkatkan kegiatan KIA, komunikasi dan edukasi tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
5.2.3 Bagi Responden
Tingkatkan pengetahuan, sikap, persepsi serta pemakaian tentang kontrasepsi AKDR.
5.2.4 Bagi Penelitian yang akan datang
Peneliti menyarankan perlu lakukan penelitian sejenis dengan meneliti variabel-variabel lain
yang diduga berhubungan dengan motivasi dan minat terhadap AKDR.

Daftar Rujukan

BKKBN. (2015). Laporan Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD 2010-2011. Banjarmasin

BKBPMP. (2015). Data Register Pengguna KB Aktif di Kota Banjarmasin tahun 2015. Banjarmasin.
BKBPMP

Fatimah, D (2013). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Kebo Jakarta Timur (2013).
(Naskah Publikasi). Repository.uinjkt.ac.id (diakses tanggal 25 Juni 2016)

Koizer, (2014). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis . Jakarta : EGC

Nurul, R (2012). Gambaran Pengetahuan Akseptor IUD tentang Kontrasepsi IUD Di Willayah Kerja
Puskesmas Susukan. Perpusnwu.web.id > documents (diakses tanggal 25 Juni 2016)

Notoatmodjo.S. (2007), Promosis Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Renika Cipta. Jakarta

Notoadmodjo, S. (2010) Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rinake Cipta.

Pinntoan, S (2012) faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara tahun 2012. Jurnal Poltkes Manado.
Ejurnal.poltkesmanado.ac.id (diakses tanggal 25 Juni)

Puskesmas Kuin Raya. (2015). Data Register Pengguna KB di Wilayah Kerja Puskesmas Kuin Raya
2015. Banjarmasin Puskesmas Kuin Raya

Rahma, A (2015) . Hubungan Persepsi Suami Tentang Keluarga Berencana Dengan Sikap Keikutsertaan
Suami Dalam Kontrasepsi Pria Di Wilayah Kerjan Puskesmas Mantrijeron Yogyakarta.
(Naskah Publikasi). Opac.unisayogya.ac.id ( diakses 25 Juni2016)

Rahmawati, (2012). Sikap Terhadap Alat dan Metode Kontrasepsi Pada Pria Pasangan Usia Subur
(PUS) Di Kecematan Kota Lama Tahun 2012. https://mediakesehatanmasyarakat.files.words
(diakses tanggal 25 Juni 2016)
PAGE \* MERGEFORMAT 10

Rahmah, N. A. A, (2015). Hubungan Persepsi Suami Tentang Keluarga Berencana Dengan Sikap
Keikutsertaan Suami Dalam Kontrasepsi Pria di Wilayah Puskesmas Mantrijeron Yogyakarta.
Opac.unisayogya.ac.id (diakses tanggal 1 Juni 2016)

WHO, (2011) http:///www.who.int/topics/webkesehatan.com, di akses 5 Desember 2015

*Muhammad Zaen Fahlefi. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

**Hj.Ruslinawati, Ns.,M.Kep. Dosen Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas


Muhammadiyah Banjarmasin

***Hj.Musphyanti Chalida Puteri.,SST.,M,Pd Dosen Fakultas Kebidanan dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiayah Banjarmasin

Anda mungkin juga menyukai