Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMOTHORAX

I. KONSEP PENYAKIT
1.1 Definisi Hemothorax
Hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari
pembuluh darah interkostal atau arteri mamaria internal yang disebabkan oleh
trauma tajam atau trauma tumpul. Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga
dapat menyebabkan terjadinya hemotoraks. Biasanya perdarahan berhenti spontan
dan tidak memerlukan intervensi operasi (Smeltzer & Bare, 2001).

Hemotoraks akut yang cukup banyak sehingga terlihat pada foto toraks,
sebaiknya diterapi dengan selang dada kaliber besar. Selang dada tersebut akan
mengeluarkan darah dari rongga pleura, mengurangi resiko terbentuknya
bekuan darah di dalam rongga pleura, dan dapat dipakai dalam memonitor
kehilangan darah selanjutnya. Evakuasi darah atau cairan juga memungkinkan
dilakukannya penilaian terhadap kemungkinan terjadinya ruptur diafragma
traumatik (Sjamsuhidayat, & Jong, 2004).

Jadi hemototaks adalah kumpulan darah di dalam ruang antara dinding dada dan
paru-paru (rongga pleura).

1.2 Etiologi Hemothorax


Penyebab paling umum dari hemothorax adalah trauma dada.Dapat juga terjadi
pada pasien yang memiliki:
 Sebuah cacat pembekuan darah
 Trauma tumpul dada
 Kematian jaringan paru-paru  (paru-paru infark )
 Kanker paru-paru atau pleura
 Menusuk dada ( ketika senjata seperti pisau atau memotong peluru paru-
paru )
 Penempatan dari kateter vena sentral
 Operasi jantung
 Tuberkulosis

1.3 Tanda dan gejala Hemothorax


 Denyut jantung yang cepat
 Kecemasan
 Kegelisahan
 Kelelahan
 Kulit yang dingin dan berkeringat
 Kulit yang pucat
 Rasa sakit di dada
 Sesak nafas

1
1.4 Patofisiologi Hematoraks
Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-
paru atau arteri, menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura. Benda tajam
seperti pisau atau peluru menembus paru-paru. mengakibatkan pecahnya
membran serosa yang melapisi atau menutupi thorax dan paru-paru. Pecahnya
membran ini memungkinkan masuknya darah ke dalam rongga pleura. Setiap sisi
toraks dapat menahan 30-40% dari volume darah seseorang.

Perdarahan jaringan interstitium, Pecahnya usus sehingga perdarahan Intra


Alveoler, kolaps terjadi pendarahan. arteri dan kapiler, kapiler kecil , sehingga
takanan perifer pembuluh darahparu naik, aliran darah menurun. Vs :T ,S , N. Hb
menurun, anemia, syok hipovalemik, sesak napas, tahipnea,sianosis, tahikardia.
Gejala / tanda klinis.

Hemothorak tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang berdarah didinding
dada. Luka di pleura viseralis umumnya juga tidak menimbulkan nyeri. Kadang-
kadang anemia dan syok hipovalemik merupakan keluhan dan gejala yang
pertama muncul. Secara klinis pasien menunjukan distress pernapasan berat,
agitasi, sianosis, tahipnea berat, tahikardia dan peningkatan awal tekanan darah,
di ikuti dengan hipotensi sesuai dengan penurunan curah jantung (Price, &
Wilson, 2005).

1.5 Pemeriksaan penunjang Hematoraks


 CT-Scan (dengan atau Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara /
cairan pada area pleura, dapat   menunjukan penyimpangan struktur
mediastinal (jantung)
 GDA : Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengeruhi,
gangguan mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2
kadang-kadang meningkat. PaO2 mungkin normal atau menurun, saturasi
oksigen biasanya menurun.
 Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa (hemothorak).
 Hb : mungkin menurun, menunjukan kehilangan darah.

1.6 Komplikasi Hematoraks


 Kegagalan pernafasan
 Kematian
 Fibrosis atau parut dari membran pleura
 Syok

Perbedaan tekanan yang didirikan di rongga dada oleh gerakan diafragma (otot
besar di dasar toraks) memungkinkan paru-paru untuk memperluas dan kontak.
Jika tekanan dalam rongga dada berubah tiba-tiba, paru-paru bisa kolaps. Setiap
cairan yang mengumpul di rongga menempatkan pasien pada risiko infeksi dan
mengurangi fungsi paru-paru, atau bahkan kehancuran (disebut pneumotoraks).

1.7 Pentalaksanaan Hemotorax


Kematian penderita hemothorax dapat disebabkan karena banyaknya darah yang
hilang dan terjadinya kegagalan pernafasan. Kegagalan pernapasan disebabkan
adanya sejumlah besar darah dalam rongga pleura menekan jaringan paru serta
berkurangnya jaringan paru yang melakukan ventilasi. Maka pengobatan
hemothorax sebagai berikut (Mansjoer, et all, 2000) :

2
 Pengosongan rongga pleura dari darah
 Menghentikan perdarahan
 Memperbaiki keadaan umum
 Dipasang “chest tube” dan dihubungkan dengan system WSD, hal ini
dapat mempercepat paru mengembang.
 Apabila dengan pemasangan WSD, darah tetap tidak behenti maka
dipertimbangkan untuk thorakotomi
 Pemberian oksigen 2 – 4 liter/menit, lamanya disesuaikan dengan
perubahan klinis, lebih baik lagi apabila dimonitor dengan analisa gas
darah. Usahakan sampai gas darah penderita normal kembali
Pemberian tranfusi darah : dilihat dari adanya penurunan Hb. Sebagai
patokan dapat dipakai perhitungan sebagai berikut, setiap 250 cc darah
(dari penderita dengan Hb 15 g %) dapat menaikkan ¾ g % Hb. Diberikan
dengan tetesan normal kira-kira 20 –30 tetes / menit dan dijaga jangan
sampai terjadi gangguan pada fungsi jantung atau menimbulkan gangguan
pada jantung.
 Pemberian antibiotika, dilakukan apabila ada infeksi sekunder.
- Antibiotika yang digunakan disesuaikan dengan tes kepekaan dan
kultur
- Apabila belum jelas kuman penyebabnya, sedangkan keadaan
penyakit gawat, maka penderita dapat diberi “broad spectrum
antibiotic”, misalnya Ampisillin dengan dosis 250 mg 4 x sehari

1.8 Pathway Hemothorax


Trauma thorak
(Tumpul/Tembus)

Perlukaan thorak Perlukaan abdomen

Kerusakan Perdarahan Pecahnya usus


Jaringan

Iritasi ujung Perdarahan Terjadinya perdarahan


Saraf permeabilitas

Pelepasan Cairan ke Cairan vaskuler Kurangnya volume cairan


Mediator nyeri interstitinum

akumulasi Hb
Nyeri cairan di
Pleura Gangguan perfusi jaringan
Kardiopulmonal
Metabolisme Pulmo distusisi
aerob Kolaps

Metabolisme O2
anaerob

Asam laktat + 2ATP Takipnea/dispneu

Kelemahan Gangguan pola nafas

Intoleransi aktivitas (Prince & Wilson, 2005)

3
II. RENCANA ASUHAN KLIEN DENGAN GANGGUAN HEMOTHORAX
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
Waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status kesadaran
saat kejadian, pertolongan segera setelah keajadian
2.1.2 Pemeriksaan fisik
a. Sistem respirasi : Sesak nafas, Nyeri , batuk-batuk , terdapat retraksi ,
klavikula / dada , pengambangan paru tidak simetris, fremitus
menurun dibandingkan dengan sisi yang lain , pada perkusi
ditemukan adanya suara sonor / hipersonor / timpani ,
hematotrax ( redup ) pada asukultasi suara nafas , menurun , bising
napas yang berkurang / menghilang Pekak dengan batas seperti , garis
miring / tidak jelas. Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat. 
Gerakan dada tidak sama waktu
b. Kardiovaskular : Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.
Takhikardia , lemah , Pucat , Hbturun / normal, Hipotensi.
c. Sistem syaraf
1) Kesadaran (GCS)

2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 : Nyeri (NANDA, 2012)
2.2.1 Definisi
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan jaringan yang actual atau poyensial, atau digambarkan dengan
istilah seperti (International Association For the Study of Pain) ; awitan
yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat
dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan
durasinya kurang dari enam bulan.

2.2.2 Batasan karakteristik


Subjektif
- Mengunkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan isyarat
Objektif
- Posisi untuk menghindari nyeri
- Perubahan tonus otot (dengan rentang dari lemas tidak bertenaga
sampai kaku)
- Respons autonomic (misalnya, diaphoresis; perubahan tekanan darah,
pernapasan atau nadi; dilatasi pupil).
- Perubahan selera makan
- Perilaku distraksi (misalnya, mondar-mandir, mencari orang dan /
atau aktifitas lain, aktifitas berulang.
- Perilaku ekpresif (misalnya, gelisah, merintih, menangis,
kewaspadaan berlebihan, peka terhadap rangsang, dan menghela
napas panjang.
- Wajah topeng (nyeri)

4
- Perilaku menjaga atau sikap melindungi
- Focus menyempit (misalnya, gangguan persepsi waktu, gangguan
proses pikir, interaksi dengan orang lain atau lingkungan menurun)
- Bukti nyeri yang dapat diamati
- Berfokus pada diri sendiri
- Gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur atau tidak
menentu, dan menyeringai)

2.2.3 Faktor yang berhubungan


- Agens-agens penyebab cedera (misalnya, biologis, kimia, fisik, dan
psikologis)

Diagnosa 2 : Gangguan perfusi jaringan kardiopulmonal (NANDA, 2012)


2.2.1 Definisi
Penurunan oksigen yang mengakibatkan kegagalan pengiriman nutrisi ke
jaringan pada tingkat kapiler
2.2.2 Batasan karakteristik
Subjektif
- Nyeri dada
- Dispneu
- Rasa seperti akan mati
Objektif
- Gas darah arteri tidak normal
- Perubahan frekuensi pernafasan diluar parameter yang dapat diterima
- Aritmia
- Bronkospasme
- Pengisian kembali kapiler lebih dari tiga detik
- Retraksi dada
- Nafas cuping hidung
- Penggunaan otot bantu pernafasan
2.2.3 Faktor yang berhubungan
- Perubahan afnitas hemoglobin terhadap oksigen
- Penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah
- Keracunan enzim
- Gangguan pertukaran
- Hipervolemia
- Hipoventilasi
- Gangguan transpor oksigen melalui alveoli dan membran kapiler
- Gangguan aliran arteri atau vena
- Ketidakseimbangan antara ventilasi dan aliran darah

5
Diagnosa 3 : Gangguan pola nafas (NANDA 2012).
2.2.1 Definisi
Inspirasi atau ekspirasi yang tidak meberi ventilasi yang adekuat
2.2.2 Batasan karakteristik
Subjektif
- Dispneu
- Nafas pendek
Objektif
- Perubahan ekskrusi dada
- Bradipneu
- Penurunan tekanan inspirasi-ekspirasi
- Penurunan kapasitas vital
- Peningkatan diameter anterior-posterior
- Nafas cuping hidung
- Fase ekspirasi memanjang
- Pernafasan bibir mencucu
- Kecepatan respirasi
Usia dewasa 14 tahun atau lebih : < 11 atau > 24 x/m
Usia 5-14: < 15 atau >25
Usia 1-4: <20 atau >30
Bayi: <25 atau >60
- Takipneu
- Rasio waktu
- Penggunaan otot bantu asesorius untuk bernafas
2.2.3 Faktor yang berhubungan
- Ansietas
- Posisi tubuh
- Deformitas tulang
- Deformitas dinding dada
- Penurunan energi dan kelelahan
- Hiperventilasi
- Kerusakan neuromuskuloskeletal
- Obesitas
- Nyeri
- Kerusakan kognitif atau persepsi
- Kelelahan otot-otot pernafasan
- Cedera medua spinalis

6
Diagnosa 4: Kekurangan volume cairan (NANDA 2012).
2.2.1 Definisi
Penurunan cairan intravaskuler, interstitial atau intrasel. Diagnosis merujuk
pada dehidrasi yang merupakan kehilangan cairan saja tanpa perubahan
kadar natrium (NANDA, 2012).
2.2.2 Batasan Karakteristik
Subjektif
- Haus
Objektif
- Perubahan status mental
- Penurunan turgor kulit dan lidah
- Penurunan haluaran urine
- Penurunan pengisian vena
- Kulit dan membran mukosa kering
- Hematokrit meningkat
- Suhu tubuh meningkat
- Peningkatan frekuensi nadi, penurunan tekanan darah, penurunan
volume dan tekanan nadi
- Konsentrasi urine meningkat
- Penrunan berat badan secara tiba-tiba
- Kelemahan
2.2.3 Faktor yang berhubungan
- Kehilangan volume cairan aktif
- Konsumsi alkohol yang berlebihan
- Kegagalan mekanisme pengaturan
- Asupan cairan yang tidak adekuat

Diagnosa 5 : Intoleransi aktifitas (NANDA, 2012)


1.2.1 Definisi
Ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan atau
menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan.
1.2.2 Batasan karakteristik
Subjektif
- Ketidaknyamanan atau dispnea saat beraktifitas
- Melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal
- Objektif
- Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon terhadap
aktivitas

7
- Perubahan EKG yang menunjukan aritmia atau iskemia
1.2.3 Faktor yang berhubungan
- Tirah baring dan immobilisasi
- Kelemahan umum
- Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
- Gaya hidup kurang gerak

2.3 Intervensi
Diagnosa 1 : Gangguan perfusi jaringan kardiopulmunol (NANDA 2012).
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria) : berdasarkan NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 1 jam
ketidakefektifan perfusi jaringan kardiopulmonal teratasi dengan kriteria
hasil :
- Tekanan systol dan diastole dalam rentang yang diharapkan
- CVP dalam batas normal
- Nadi perifer kuat dan simetris
- Tidak ada oedem perifer dan asites
- Denyut jantung, AGD dalam batas normal
- Bunyi jantung abnormal tidak ada
- Nyeri dada tidak ada
- Kelelahan yang ekstrim tidak ada
2.3.2 Intervensi keperawatan : berdasarkan NIC
- Monitor nyeri dada (durasi, intensitas, dan faktor-faktor presipitasi)
- Observasi perubahan ECG
- Auskultasi suara jantung dan paru
- Monitor irama dan jumlah denyut jantung
- Monitor elektrolit (potasium dan magnesium)
- Monitor status cairan
- Evaluasi oedem perifer dan denyut nadi
- Tingkatkan istirahat (batasi pengunjung, kontrol stimulasi
lingkungan)

8
Diagnosa 2: Nyeri (NANDA 2012).
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria) : berdasarkan NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 15 menit maka klien
mampu toleransi terhadap nyeri dan mengontrol nyeri dengan kriteria hasil :
Data subjektif : klien mengatakan / melaporkan nyeri berkurang
Data objektif : ekspresi wajah tampak rileks, skala nyeri (0-3).

2.3.2 Intervensi keperawatan : berdasarkan NIC


- Observasi kualitas nyeri pasien (skala, frekuensi, durasi
- Gunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
- Pertahankan posisi semi fowler sesuai
- Berikan tindakan kenyamanan, contoh pijatan punggung, napas dalam,
latihan relaksasi atau visualisasi
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik

Diagnosa 3 : Gangguan pola nafas (NANDA 2012).


2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria) : berdasarkan NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam klien menunjukan
keefektifan pola nafas, ditandai dengan kriteria hasil
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas bersih, tidak ada sianosis
dan dsypneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan
mudah)
- Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafas dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormasl)
- Tanda-tanda vital dalam batas normal (tekanan darah, nadi, respirasi)
2.3.2 Intervensi keperawatan : berdasarkan NIC
- Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Berikan bronkodilator bila perlu
- Atur intake untuk caran mengoptimalkan keseimbangan
- Monitor respirasi dan status O2

9
Terapi oksigen
- Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
- Pertahankan jalan nafas yang paten
- Atur peralatan oksigenasi
- Monitor aliran oksigen

Diagnosa 4: Kekurangan volume cairan (NANDA 2012).


2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria) : berdasarkan NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 15 menit cairan dapat
terpenuhi dengan kriteria hasil :
- Keseimbangan elektrolit dan asam basa akan dicapai
- Asupan makanan dan cairan yang adekuat
- Memiliki konsentrasi urine yang normal
- Tidak mengalami haus yang tidak normal
- Menampilkan hidrasi yang baik

2.3.2 Intervensi keperawatan : beradsarkan NIC


- Manajemen elektrolit (mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
mengatur keseimbangan elektrolit )
- Manajemen cairan ( meningkatkan keseimbangan cairan dan mencegah
komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal )
- Pemantauan cairan (mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
mengatur keseimbangan cairan)
- Terapi intravena ( memberikan dan memantau cairan dan obat intravena
- Manajemen nutrisi ( membantu atau menyediakan asupan makanan dan
cairan dalam diet seimbang
- Manajemen syok, Volume ( meningkatkan keadekuatan perfusi jaringan
untuk pasien yang mengalami gangguan volume intravaskular yang berat

Diagnosa 5 : Intoleransi aktifitas


2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria) : berdasarkan NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam klien dapat
menoleransi aktivitas, dengan kriteria hasil :
- Mengidentifikasi aktivitas atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang
dapat mengakibatkan intoleransi aktifitas
- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan
normal denyut jantung, frekuensi pernafasan dan tekanan darah
- Menyeimbangkan aktifitas dan istirahat

10
2.3.2 Intervensi keperawatan : berdasarkan NIC
- Terapi aktifitas ( memberi anjuran tentang dan bantuan dalam aktifitas fisik,
kognitif, sosial dan spiritual)
- Latihan fisik ( mobilitas sendi dan otot, menggunakan gerakan tubuh aktif
atau pasif untuk mempertahankan atau memperbaiki fleksibilitas sendi
- Promosi latihan fisik ( latihan kekuatan, memfasilitasi latihan otot resistif
secara rutin untuk mempertahnkan atau meningkatkan kekuatan otot
- Bantuan perawatan diri (aksi, membantu dan mengarahkan klien untuk
melakukan aktiviatas kehidupan sehari-hari instrumental yang diperlukan)

III. DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, A. et all (2000). Kapita selekta Kedokteran. Edisi 3 jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius
Price, SA & Wilson, LM. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 6. Vol 2. Jakarta: EGC
Sjamsuhidayat, R & Jong, WD. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC
Smeltzer,SC & Bare, BG. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Vol 3. Jakarta: EGC
Wilkinson, JM & Nancy, RA. (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan: Diagnosa
NANDA, Intrevensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

11
Laporan pendahuluan tentang Hemothorax ini telah dikonsultasikan oleh ners muda
dan disetujui oleh preseptor klinik.

Banjarmasin, Desember 2017

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(…………………………….) (……………………………….)

12

Anda mungkin juga menyukai