Anda di halaman 1dari 11

Penggunaan Kontrasepsi Rasional Wanita Usia Subur

PENGGUNAAN KONTRASEPSI RASIONAL WANITA USIA SUBUR BERDASARKAN


POLA PERENCANAAN KELUARGA DI PMB F BANJARMASIN

Nur Lathifah1*,
1
UNISM, Fakultas kesehatan
*Korespondensi Penulis: Telp: 085754865555, e-mail: ifa_mid@yahoo.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Penggunaan kontrasepsi pada program KB menjadi upaya untuk mencegah
kehamilan yang berisiko karena 4 terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat dan terlalu sering).
Angka pemenuhan ber-KB bagi perempuan dengan kebutuhan KB masih pada angka 86%.
Pemakaian alat kontrasepsi masih didominasi oleh metode kontrasepsi jangka pendek, terutama
suntikan dan pil. Dominasi pemakaian metode kontrasepsi jangka pendek membuat angka putus pakai
kontrasepsi dalam satu tahun relatif tinggi.
Tujuan: menganalisa penggunaan kontrasepsi yang rasional sesuai pola perencanaan keluarga yang
dilihat dari usia, jumlah anak yang dimiliki dan kondisi kesehatan WUS yang menjadi akseptor.
Metode: Penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian Cross Sectional. Populasi penelitian ini
adalah semua ibu yang datang untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi pada 3 bulan terakhir dan
semua diambil menjadi sampel dalam penelitian ini.
Hasil: Dari 122 WUS yang diteliti, akseptor paling banyak menggunakan kontrasepsi suntikan
kombinasi (64,8%). WUS yang berusia >35 tahun (93,6%) dan yang memiliki anak 3 atau lebih
(92,9%) menggunakan kontrasepsi jangka pendek. Semua WUS menggunakan kontrasepsi yang
sesuai kondisi kesehatannya (sesuai dengan indikasi). Berdasarkan hasil uji statistik, tidak ada
hubungan yang signifikan antara umur dan paritas terhadap pemilihan kontrasepsi jangka panjang di
PMB F dengan nilai p 0,26 dan p 0,229
Simpulan: Penggunaan kontrasepsi pada WUS di PMB F masih ada yang belum rasional terutama
pada usia >35 dan yang memiliki anak 3 atau lebih.

Kata Kunci: Kontrasepsi Rasional, Wanita Usia Subur

1
Penggunaan Kontrasepsi Rasional Wanita Usia Subur

LATAR BELAKANNG
Indonesia saat ini masih memiliki angka kesehatan ibu dan anak, dimana pelayanan
kematian ibu dan bayi yang tinggi, kontrasepi merupakan salah satu pilar dalam
diperkirakan sebesar 305 per 100.000 upaya penurunan angka kematian ibu dan
kelahiran hidup (SUPAS 2015), dan angka bayi. Penggunaan kontrasepsi berkontribusi
kematian bayi 24 per 1.000 kelahiran hidup dalam mengatur jarak kehamilan dan
(SDKI 2017). Situasi ini tentu membutuhkan pencegahan terjadinya kehamilan yang tidak
kerja keras bersama untuk menurunkan Angka direncanakan. Dengan demikian diharapkan
Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di setiap ibu dapat menjalani kehamilan dalam
Indonesia sebagaimana target yang ditetapkan kondisi yang sehat.
dalam Sustainable Development (SDGs). Walaupun program KB telah lama
Salah satu determinan tingginya Angka dikembangkan, namun kejadian angka putus
Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi pakai ber KB berdasarkan SDKI cenderung
tersebut adalah resiko akibat kehamilan empat meningkat dari 21% (2002), 26% (2007), 27%
(4) terlalu, yaitu terlalu muda, terlalu sering, (2012) menjadi 29% pada tahun 2017.
terlalu dekat dan terlalu tua yang dapat Penyebab terbanyak putus pakai adalah efek
diminimalkan dengan mengikuti program samping penggunaan alat kontrasepsi. Hal ini
Keluarga Berencana (KB) berbasis hak dan disebabkan karena belum optimalnya
orientasi kesehatan reproduksi dengan pelaksanaan konseling yang dilakukan
layanan bermutu yang aman, berkelanjutan, sebelum penggunaan alat kontrasepsi (Ditjen
kesertaan sukarela, tidak diskriminatif, dan Kesmas, 2020).
informed choice. Menurut data SDKI tahun 2017, Angka
Untuk lebih berkontribusi menurunkan pemenuhan ber-KB (memakai kontrasepsi)
angka kematian maternal, program KB masih bagi perempuan dengan kebutuhan KB masih
perlu meningkatkan dan memenuhi pada angka 86%, belum mencapai 100%.
permintaan ber-KB terutama pada perempuan Pemakaian alat kontrasepsi masih didominasi
usia subur berisiko, termasuk perempuan usia oleh metode kontrasepsi jangka pendek,
15-19 dan 35-49 tahun, perempuan dengan terutama suntikan dan pil. Hanya seperempat
paritas 4 atau lebih, dan ibu pasca melahirkan peserta KB menggunakan metode kontrasepsi
(Ditjen Kesmas, 2021) jangka panjang, seperti AKDR dan implan.
Program Keluarga Berencana (KB) Dominasi pemakaian metode kontrasepsi
merupakan salah satu prioritas pembangunan jangka pendek membuat angka putus pakai
kesehatan sebagai upaya peningkatan

2
Penggunaan Kontrasepsi Rasional Wanita Usia Subur

kontrasepsi dalam satu tahun relatif tinggi Populasi dalam penelitian ini adalah data di
(34%) (Ditjen Kesmas, 2021). Klik KB, WUS Akseptor di PMB F sejak 3
Penggunaan kontrasepsi yang tepat sesuai bulan sebanyak 122 orang sedangkan sampel
dengan kondisi kesehatan ibu dan sesuai penelitian ini diambil secara Total Sampling
dengan perencanaan keluarga sangat sebanyak 122 orang.
menentukan keberhasilan ibu menggunakan Analisis data pada penelitian ini
kontrasepsi, mencegah terjadinya putus pakai. menggunakan analisa univariat terhadap tiap
Saat ini di Kalimantasn Selatan, berdasarkan variabel. Sedangkan untuk analisa biavariat
data Survei Kinerja Dan Akuntabilitas dengan uji chi square, dan sebagai alternatif
Program (SKAP) untuk Program maka digunakan uji Fisher Exact
Kependudukan, Keluarga Berencana, dan
Pembangunan Keluarga (KKBPK) tahun HASIL
2019, penggunaan MKJP hanya 8.02%, angka 1. Karakteristik WUS yang menjadi akseptor
ini masih jauh dari angka target nasional Setelah dilakukan penelitian
(23,5%). Penggunaan kontrasepsi masih di didapatkan data karakteristik dari WUS
dominasi oleh kontrasepsi Pil (29%) dan yang menjadi akseptor (kelompok umur,
suntikan (28%) (SDKI, 2017). Jumlah anak yang dimiliki, pendidikan dan
Berdasarkan data Survei Kinerja Dan pekerjaan) yaitu sebagai berikut :
Akuntabilitas Program (SKAP) tahun 2019, Tabel 5.1 Distribusi frekuensi Kelompok Umur
Wanita Usia Subur di PMB F
pelayanan kontrasepsi didapatkan masyarakat
Indonesia paling banyak berasal dari No Katergori Frekuensi (orang) Persentase
Kelompok (%)
pelayanan sektor swasta, salah satunya yang Umur
1 < 20 tahun 4 3.3
paling banyak didapatkan masyarakat dari
2 20 – 35 71 58.2
bidan praktik mandiri yaitu sebesar 15,1% tahun
3 >35 tahun 47 38.5
(BKKBN, 2019). Sehingga praktik mandiri
Jumlah 122 100
bidan ini perlu mendapatkan perhatian dalam
Tabel 5.1 menunjukkan WUS yang menjadi
pemberian pelayanan kontrasepsi, terutama
akseptor, kebanyakan berusia di rentang 20 –
pelayanan kontrasepsi yang rasional efektif
35 tahun yaitu sebanyak 71 orang (58,2 %)
dan efisien sesuai kondisi ibu dan
perencanaan keluarga.
BAHAN DAN METODE
Metode penelitian ini menggunakan
Analitik dengan pendekatan Cross Sectional.

3
Penggunaan Kontrasepsi Rasional Wanita Usia Subur

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi Jumlah Anak Tabel 5.4 menunjukkan WUS yang
Wanita Usia Subur di PMB F
menjadi akseptor, kebanyakan ibu rumah
No Katergori Tingkat Frekuensi Persentase
Pendidikan (orang) (%) tangga yaitu sebanyak 82 orang (67,2 %).
1 Belum mempunyai
7 5,7
anak 2. Kontrasepsi Yang digunakan oleh WUS di
2 Anak 1 – 2 orang 87 71,3 PMB F
3 Anak >= 3 orang 28 22,9 Setelah dilakukan penelitian dapat di
Total 122 100 identifikasi Kontrasepsi yang digunakan
Tabel 5.2 menunjukkan WUS yang sebagai berikut :
menjadi akseptor, kebanyakan memiliki anak Tabel 5.5 Distribusi Kontrasepsi yang
digunakan WUS di PMB F
berjumlah 1 - 3 orang yaitu sebanyak 87 orang
(71,3 %). No Katergori Tingkat Frekuensi Persentase
Pendidikan (orang) (%)
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi Tingkat 1 Implan 2 Batang 2 1.6
Pendidikan Wanita Usia Subur di PMB F 2 IUD 2 1.6
No Katergori Tingkat Frekuensi Persentase
3 Pil Kombinasi 6 4.9
Pendidikan (orang) (%)
1 Tamat SD/MI 32 26.2 4 Suntikan Kombinasi 79 64.8
2 Tamat SLTP/MTS 25 20.5 5 Suntikan
33 27.0
Progesteron
3 Tamat SLTA/MA 56 45.9
Total 122 100
4 Tamat PT 9 7.4

Total 122 100 Tabel 5.5 menunjukkan distribusi


frekuensi kontrasepsi yang digunakan oleh
Tabel 5.3 menunjukkan WUS yang menjadi
WUS kebanyakan adalah suntikan kombinasi
akseptor, kebanyakan memiliki timgkat
sebanyak 76 orang (64,8 %). Jenis kontrasepsi
pendidikan SLTA/MA yaitu sebanyak 56
Impant dua batang dan IUD dapat
orang (45,9 %).
dikelompokkan sebagai metode kontrasepsi
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi Pekerjaan jangka panjang (MKJP), sedangkan pil
Wanita Usia Subur di PMB F
kombinasi, suntikan kombinasi dan suntik
No Katergori Tingkat Frekuensi Persentase (%)
Pendidikan (orang) progesteron dikelompokkan sebagai metode
1 Ibu Rumah tangga 82 67.2
NON MKJP. Distrusi pengguna metode MKJP
2 Pedagang 30 24,6
dapat dilihat pada tabel berikut:
3 Pegawai 9 7.4

4 PNS/TNI/ 1 0.8

Total 122 100

4
Penggunaan Kontrasepsi Rasional Wanita Usia Subur

Tabel 5.6 Distribusi Kontrasepsi Jangka Tabel 5.8 Kontrasepsi yang digunkaan ibu
Panjang yang digunakan WUS di PMB F Menyusui di PMB F
N Status IUD Implant Pil Suntikan Suntikan
No Kontrasepsi jangka Frekuensi Persentaseo Menyusui Kombinasi Kombinasi Progesteron
Panjang (orang) (%) f % f % f % f % f %

1 MKJP 1 Ya 0 0 0 0 0 0 0 0 17 51,
4 3,3 5
2 Tidak 2 10 2 100 6 100 79 100 16 48,
0 5
2 NON MKJP 118 96,7 Untuk ibu yang menyusui sebanyak 17 orang
Jumlah 122 100 (13,9%) semuanya menggunakan kontrasepsi

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa suntikan progesteron.

akseptor MKJP di PMB F masih sangat sedikt, 4. Kontrasepsi yang digunakan WUS berdasarkan
hanya 4 orang (3,3%) dari seluruh WUS yang Usia Reproduksi
menggunakan kontrasepsi di PMB F. Hasil analisa metode kontrasespi yang
digunakan WUS berdasarkan usia reproduksi
3. Kondisi Kesehatan WUS yang Menjadi dapat dilihat pada tabel silang berikut ini :
akseptor Tabel 5.9 Jenis Kontrasepsi yang
Setelah dilakukan penelitian dapat di digunakan WUS berdasarkan usia reproduksi
identifikasi kondisi kesehatan WUS yang Kelompok Metode Kontrasepsi
Usia IUD IMPANT PIL K SUNTIK SUNTI
menjadi akseptor sebagai berikut : reproduksi K KP
f % f % f % f % f %
< 20 tahun 0 0 0 0 0 0 4 100 0 0

20 -35 0 0 3 4,2 42 59,2 25 35,2


Tabel 5.7 Kondisi Kesehatan WUS yang 1 1,45
tahun
menjadi akseptor di PMB F
>35 tahun 1 2,1 2 4,3 3 6,4 33 70,2 8 17
No Kondisi Hamil Menyusui Penyakit Hipertensi Keputihan Riwayat
Kuning ringan lama Tumor
Dari tabel 5.9 terlihat bahwa semua kelompok
f % f % f % f % f % f %
umur, lebih banyak memilih kontrasepsi
1 Ya 0 0 17 13,9 0 0 119 97,5 0 0 0 0
2 Tidak 122 100 105 86,1 122 100 3 2,5 122 100 suntikan
122 100 kombinasi.

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa semua Wanita Tabel 5.10 Metode Kontrasepsi WUS
usia subur yang menjadi akseptor di PMB F berdasarkan Usia reproduksi
tidak ada yang mempunyai kondisi penyakit
Kelompok Metode Kontrasepsi Jumlah p
atau riawayat penyakit yang menjadi Usia MKJP No MKJP
reproduksi
f % F % f %
kontraindikasi diberikannya kontrasepsi
< 20 4 100 4 100
tahun 0 0 ρ=
hormonal menjadi pilihan dari akseptor 0,29
20 -35 70 98,6 71 100
tersebut. Untuk ibu yang menyusui sebanyak 1 1,4 Fisher
tahun
Exact
17 orang (13,9%) kontrasepsi yang digunakan >35 44 93,6 47 100
tahun 3 6,4
dapat dilihat pada tabel berikut ini :

5
Penggunaan Kontrasepsi Rasional Wanita Usia Subur

Berdasarkan Tabel 5.10 dapat dilihat Tabel 5.11 Metode Kontrasepsi WUS
berdasarkan Jumlah anak yang dimiliki
bahwa pada kelompok WUS < dari 20 dan 20
Jumlah anak Metode Kontrasepsi Jumlah p
– 35 tidak ada yang menggunakan kontrasepsi
Yang MKJP No MKJP
jangka panjang. Sedangkan untuk WUS yang dimiliki f % f % f %
Belum ada 0 0 7 100 7 100
berusia diatas 35 ada yang menggunakan ρ=
1 – 2 orang 107 100 0,226
kontrasepsi jangka panjang yaitu 4 orang 2,
97, Fisher
2 85
3 7 Exact
(8,5%) dari WUS usia .35 tahun. Setalah di
>= 3 orang 92,9 27 100
analisa, penggunaan kontrasepsi ini tidak 7,
2 26
1
berhubungan dengan usia yang lebih dari 35
tahun, dapat dibuktikan dari nilai p = 0,29 dari Berdasarkan Tabel 5.10 dapat dilihat
uji fisher excax (hasil penggabungan sel) yang bahwa WUS yang memiliki anak lebih dari 3
berarti lebih dari 0,05. memiliki prosentasi menggunakan MKJP
yang masih rendah yaitu 2 orang (7,4%).
5. Kontrasepsi yang digunakan WUS berdasarkan
Setelah di analisis didapatkan nilai p = 0,212
Jumlah Anak yang dimiliki
dari uji fisher excax (hasil penggabungan sel)
Tabel 5.10 Jenis Kontrasepsi WUS
berdasarkan Jumlah anak yang dimiliki yang berarti besar dari 0,05, artinya pada

Jumlah IUD Implant Pil K Suntik K Suntik P Total


penelitian ini akseptor yang memilih MKJP
Anak tidak berhubungan dengan jumlah anak yang
Yang F % F % F % F % F % F %
dimiliki dimiliki.
Belum 0 0 0 0 1 14,3 6 85,7 0 0 7 100
ada PEMBAHASAN
1 – 2 0 0 2 2,3 3 3,4 56 64,4 26 29,9 87 1.100Karakteristik akseptor dan Kontrasepsi yang
orang
Menjadi Pilihan WUS di PMB F
3 atau 2 7,1 0 0 2 7,1 17 60,2 7 25 28 100
lebih WUS yang menjadi akseptor di PMB F
Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa mempunyai karakteristik umur yang didominasi
pada Pada kelompok yang memiliki anak 1 – 2 usia 20 – 35 tahun, ini merupakan usia yang
orang dan yang memiliki anak 3 orang atau tepat untuk hamil, namun tetap perlu melakukan
lebih, lebih banyak memilih suntikan pengaturan jarak kehamilan untuk mencegah
kombinasi. Namun pada kelompok yang terlalu dekat jarak persalinan, sehingga sudah
memiliki anak 1 – 2 orang dan yang 3 orang tepat di usia ini ibu menggunakan kontrasepsi
atau lebih ada yang memilih implant dan IUD. dengan tujuan mengatur jarak kelahiran.
Sedangkan usia lebih dari 35 tahun merupakan
usia yang diharapkan sudah tidak hamil lagi,

6
Penggunaan Kontrasepsi Rasional Wanita Usia Subur

sehingga sangat tepat pada usia ini WUS (MKJP) masih sangat rendah, hanya masing
tersebut menggunaan kontrasepsi. masing 1,6%. Angka ini sangat jauh dibawah
Berdasarkan jumlah anak yang dimiliki angka target nasional untuk MKJP yaitu 23,5%.
oleh WUS di PMB F, paling banyak memiliki Akseptor di PMB lebih banyak menggunakan
anak 1 – 2 orang anak, pada fase ini sudah tepat kontrasepsi hormonal jangka pendek berupa
WUS tersebut menggunakan kontrasepsi suntikan. Hal ini tentunya di sebabkan berbagai
dengan tujuan menjarangkan kehamilan. faktor sesuai teori yang dipaparkan sebelumnya.
Jika dilihat dari segi pendidikan, WUS yang Namun pada penelitian ini, peneliti melihat
menjadi akseptor memiliki pendidikan yang adanya kemungkinan ketersediaan alat
tergolong pendidikan menengah dan tinggi kontrasepsi yang menjadi kendala dalam
sebanyak 53,3% sedangkan sisanya memiliki pemberian pelayanan kontrasepsi jangka
pendidikan dasar (SD dan SMP). WUS yang panjang. Seperti ketersedian impant di PMB F
menjadi akseptor di PMB F, sebagain besar ibu yang tidak selalu ada. PMB F saat ini belum
rumah tangga (67,2%). Hal ini menjadi terdaftar sebagai fasilitas pemberi pelayanan
perhatian bagi petugas yang memebrikan kontrasepsi di BKKBN, sehingga untuk alat
pelayanan pada saat memberikan konseling. kontrasepsi termasuk implant, PMB F tidak
Karena memulai proses pemilihan metoda KB mendapatkan pasokan dari BKKBN, tetapi dapat
dengan perlu pendampingan profesional dari meminta ke puskemas terdekat. Sedangkan untuk
penyedia layanan melalui proses konseling yang IUD, PMB F menyediakan secara mandiri
tepat (kemenkes RI, 2020). sehingga harga untuk pemasangan IUD ini relatif
Kontrasepsi yang digunakan oleh WUS di mahal jika dibandingkan pemasangan IUD di
PMB F, masih didominasi oleh suntikan Puskesmas. Menurut analisa peneliti hal ini dapat
kombinasi dan disusul suntikan progesteron, jika menjadi hal yang mendukung tidak optimalnya
dijumlahkan sebanyak 91,8 %, angka ini tinggi jumlah pelayanan MKJP di PMB F.
jika dibandingkan angka hasil SDKI, 2017 untuk 2. Metode kontrasepsi rasional berdasarkan
Kalimantan Selatan sebesar 27 %. Data di PMB pola perencanaan keluarga
F, akseptor pil sangat kecil, hal ini dapat Pemilihan kontrasepsi yang rasional
disebabkan akseptor pil kebanyakan membeli merupakan kontrasepsi yang digunakan sesuai
sendiri pil kontrasepsinya di apotik ataupun toko dengan usia, jumlah anak dan kesehatan ibu.
obat dan hanya datang ke bidan jika ada yang Pada penelitian ini, jika kita dilihat penggunaan
perlu di konsultasikan. jenis kontrasepsi berdasarkan yang paling
Jumlah WUS akseptor IUD dan Implant yang banyak adalah di usia 20 – 35 tahun dan semua
merupakan metode kontrasepsi jangka panjang WUS tersebut hampir semuanya menggunakan

7
Penggunaan Kontrasepsi Rasional Wanita Usia Subur

suntikan baik kombinasi maupun progesteron. metode yang berikutnya yang


Jika kita lihat dari segi pola perencanaan direkomendasikan adalah metode jangka
keluarga, pada usia 20 – 35 ini merupakan fase panjang berupa IUD dan Implant. Pada
yang tepat untuk hamil dan melahirkan, namun penelitian ini bisa kita lihat kelompok usia > 35
tetap diperlukan jarak persalinan yang tahun jumlahnya juga lumayan banyak yaitu
memadai 2 – 4 tahun sebelum kelahiran 38,5 % dari WUS yang menjadi akseptor di
berikutnya, sehingga pada fase ini tetap PMB F, sebagian besar dari WUS tersebut
diperlukan penggunaan alat kontrasepsi 93,6% masih menggunakan metode
(Pinem, 2009). kontrasepsi non jangka panjang, yaitu pada
Kriteria kontrasepsi yang digunakan suntikan kombinasi dan progesteron.
pada fase menjarangkan kehamilan ini adalah Jika di tinjau dari segi efektivitas,
kontrasepsi dengan efektivitas tinggi dan suntikan kombinasi, angka kegagalan 3 pada
mempunyai reversibilitas karena pasangan di tahun 1 dengan pemakaian biasa, untuk
usia ini masih mengharapkan mempunyai anak suntikan progesteron angka kegagalan 4 pada
lagi Kontrasepsi yang dapat digunakan dapat tahun 1 dengan pemakaian biasa. Jika
menggunakan metode jangka panjang seperti dibandingkan dengan IUD dan Implant angka
IUD dan pilihan berikutnya suntikan. kegagalan 0,1 dan 0,7 pada pemaiakan tahan
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan pada pertama dengan pemakaian biasa (Kemenkes
kelompok umur 20 – 35 masih rasional RI, 2021). Sedangkan pada usia > 35 tahun
penggunaan kontrasepsi suntikan, namun akan sangat diharapkan tidak hamil lagi, jika terjadi
lebih baik lagi jika WUS di usia 20 – 35 ini kegagalan akan menjadi kehamilan berisiko
menggunakan kontrasepsi jangka panjang tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa
sehingga lebih efektif dan juga efisien dari segi penggunaan kontrasepsi pada kelompok usia >
biaya dan waktu. 35 tahun tidak rasional efektif dan efisien.
Pada usia > 35 tahun merupakan fase Jika kita lihat dari kelompok usia <20
yang sebaiknya tidak hamil lagi. Maka kriteria tahun, yang pada penelitian hanya berjumlah 4
kontrasepsi yang digunakan harus mempunyai orang. Pada kelompok umur ini merupakan
efektivitas yang sangat tinggi karena jika fase yang baik untuk menunda kehamilan
terjadi kegagalan dan terjadi kehamilan, maka dengan menggunakan kontrasepsi yang efektif
akan terjadi kehamilan yang risiko tinggi. dan daya reversibilitas harus 100%, untuk itu
Contoh kontrasepsi yang sangat rekomendasi pertama untuk jenis
direkomendasikan adalah MOW atau MOP, kontrasepsinya adalah pil, karena keuntungan
namun ini kembali pada kesiapan pasangan, pil kombinasi, kesuburan segera kembali

8
Penggunaan Kontrasepsi Rasional Wanita Usia Subur

setelah berhenti meminum pil kontrasepsi tahun, dengan demikian ibu dapat
tersebut (Kemenkes RI, 2021). Pada penelitian menggunakan kontrasepsi yang efektiv dan
ini kita dapatkan, kontrasepsi yang digunakan reversibel. Pada penelitian ini WUS pada
oleh WUS di usia memunda ini adalah suntikan kelompok ini sebagian besar menggunakan
kombinasi. Suntikan kombinasi yang suntikan kombinasi, disusul suntikan
mengandung estrogen dan progesteron sintesis, progestin. Kondisi ini masih rasional karena
secara teori dapat digunakan oleh wanita pada pada tahap ini ibu hanya menjarangkan
usia muda dan mempunyai daya reversibel kehamilan.
(Kemenkes, 2019). Sehingga untuk kelompok Untuk kelompok WUS yang memiliki
umur <20 tahun, penggunaan kontrasepsinya anak 3 atau lebih, masih didominasi dengan
masih dapat dikatakan rasional. penggunaan suntikan kombinasi dan
Berdasarkan jumlah anak yang dimiliki progesteron, hanya sebagian kecil yang
oleh WUS. Akseptor yang belum memiliki menggunakan kontrasepsi IUD. Pada
anak, dominan menggunakan suntikan kelompok WUS dengan jumlah anak 3 atau
kombinasi yaitu 85,7%. Suntikan kombinasi lebih merupakan fase yang seharusnya tidak
ini mengandung sintetis medroxyprogesterone hamil lagi, namun masih banyak ibu yang
acetate plus estradiol cypionate dan memiliki belum menggunakan kontrasepsi jangka
efektivitas yang sangat tinggi 0,05, tersedia panjang. Sehingga bisa dikatakan pada
dalam bentuk suntikan 1 bulanan dan 2 kelompok ini penggunaan kontrasepsinya tidak
bulanan. Hampir semua wanita aman rasional.
menggunakan suntikan kombinasi ini termasuk Selain berdasarkan usia dan jumlah
yang belum memiliki anak (Wilopo, 2018). anak, yang perlu diperhatikan pada saat
Walaupun suntikan kombinasi ini boleh petugas memberikan pelayanan kontrasepsi
digunakan untuk yang belum memiliki anak, adalah kriteria kelayakan medis. Pada data
namun jika kita lihat pil mempunyai yang tersedia di aplikasi klik KB akun dari
keuntungan lebih cepat kembali kesuburan. PMB ini, terdapat data yang menggambarkan
Berdasarkan uraian ini maka dapat dikatakan kesehatan WUS yang menjadi akseptor, semua
bahwa penggunaan kontrasepsi pada kelompok WUS tidak ada yang hamil, tidak ada yang
WUS yang belum memiliki anak masih memiliki penyakit kuning, penyakit tumor,
rasional. perdarahan pervaginam dan keputihan yang
Untuk kelompok WUS yang memiliki anak 1 – lama. Semua kondisi ini dapat menjadi
2 orang, merupakan fase yang baik untuk kontrasindikasi pemberian kontrasepsi
menjarangkan kehamilan, dengan jarak 2 – 4 khususnya hormonal. Pada data penelitian ini

9
Penggunaan Kontrasepsi Rasional Wanita Usia Subur

hanya terdapat WUS dengan hipertensi ringan, Penelitian lain dari Aningsih juga mengatakan
dan kelompok hipertensi ringan <= 140/90 ada hubungan umur terhadap penggunaan
masih diperbolehkan menggunakan suntikan MKJP di Dusun III desa Pananjung Cangkuang
kombinasi dan progesteron. Sehingga jika kita Kabupaten Bandung. Selain itu juga jika dilihat
tinjau dari segi kondisi kesehatan, penggunaan berdasarkan jumlah anak yang dimiliki, pada
kontrasepsi WUS akseptor di PMB F sudah penelitian ini juga tidak terbukti berhubungan
rasional dan berarti PMB F sudah berupaya dengna pemilihan kontrasepsi jangka
menggunakan kriteria kelayakan medis pangjang. Hal ini berbeda dengan hasil
sebelum memberikan pelayana kontrasepsi penelitian dari Aningsih yang menyatakan ada
tersebut kepada akseptor. hubungan paritas dengan MJKP, namun hasil
Selain itu yang perlu diperhatikan penelitian ini sama dengan penelitian dari Putri
dalam pemberian pelayanan kontrasepsi adalah Sitronela Dewi dan Menik Sri Daryanti yang
status menyusui WUS tersebut. Pada penelitian menyatakan tidak ada hubungan paritas dengan
ini terdapat ibu menyusui sebanyak 7 orang dan penggunaan kontrasepsi jangka pangjang.
semuanya menggunakan kontrasepsi suntikan Walaupun secara teori disampaikan bahwa
progesteron, hal ini sudah sesuai dengan kaidah karateristik dapat menjadi faktor penentu
penggunaan kontrasepsi untuk ibu menyusui, seorang memilih kontrasepsi, namun juga ada
karena hormon progesteron tidak menghalangi faktor sosail budaya yang secara langsung
produksi ASI. dapat dan tidak langsung dapat berpengaruh
dalam pemilihan kontrasepsi.
3. Faktor Yang berhubungan dengan
Penggunaan kontrasepsi DAFTAR PUSTAKA
Pada penelitian ini, penggunaan
Adiputra, dkk. 2021. Metodelogi Penelitian
kontrasepsi ini tidak berhubungan dengan usia Kesehatan. Jakarta : Yayasan Kita
dari WUS, akseptor yang memilih MKJP tidak Menulis
Anggraini, Dina Dewi, dkk. 2021. Pelayanan
berhubungan dengan usia WUS lebih dari 35 Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Kita
tahun, begitupun sebaliknya usia yang masih Menulis
kurang dari 20 dan usia yang antar 20 – 35 tidak Aningsih, Baharika Suci Dwi dan Yetty Leoni
berhubungan dengan penggunaaan kontrasepsi Irawan. 2019. Hubungan Umur,
Tingkat Pendidikan, Pekerjaan
non MKJP. Hal ini tidak sejalan dengan hasil Dan Paritas Terhadap Penggunaan
penelitian oleh Dewi dan Menik Sri Daryanti di Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(Mkjp) Di Dusun III Desa Pananjung
puskesmas Lendah 1 Kulon Progo Yogyakarta, Kecamatan Cangkuang Kabupaten
yang hasilnya menyebutkan ada hubunga usia Bandung. E-Jurnal stikes William
booth. Jurnal Kebidanan Vol. 8 No 1.
dengan pemilihan kontrasepsi jangka panjang.
10
Penggunaan Kontrasepsi Rasional Wanita Usia Subur

Aryati, Sri, dkk. 2019. Faktor-Faktor Yang Penggunaan Kontrasepsi. Jakarta :


Mempengaruhi Pemilihan Metode Kementerian Kesehatan RI.
Kontrasepsi (Kasus Di Kecamatan
Seberang Ulu I Kota Palembang). Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi
Majalah Geografis Indonesia, Vol 33, Dan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info
No.1 Medika
SDKI. 2017. Survei Demografi Dan
Kesehatan Indonesia 2017 Provinsi
BKKBN, 2019. Survei Kinerja Dan
Kalimantan Selatan -
Akuntabilitas Program (SKAP)
Program Kependudukan, Keluarga Sosialisasi Hasil SDKI 2017 Bagi
Berencana, dan Pembangunan Mitra Kerja Dan Perguruan Tinggi
Keluarga (KKBPK) 2019 – Modul Tingkat Provinsi Kalimantan Selatan
Wanita;. Available from: Banjarmasin, 24-25 Oktober 2019;
https://kalsel.bkkbn.go.id/?p=1087 Available from:
https://kalsel.bkkbn.go.id/?p=1084
Dewi, Putri Sitronela and Daryanti, Menik
Sri.2017. Hubungan Usia Dan Paritas Sirait, Deny Irmawati dan Rupdi L, 2020.
Dengan Penggunaan Metode Buku Ajar Asuhan KB, Pelayanan Alat
Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Kontrasepsi. Sumatra Barat :
Akseptor Baru Di Puskesmas Lendah CV Insan Cendikia Mandiri
1 Kulon Progo Yogyakarta. Skripsi
thesis, Universitas 'Aisyiyah Yusnita, Mila. 2009. Kontrasepsi Rasional
Yogyakarta.http://lib.unisayogya.ac.id/ Efektif Efisien.
https://slideplayer.info/slide/11123343
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat / di akses 1 februari 2022
(Ditjen Kesmas), 2021. Modul
Pelatihan Pelayanan Kontrasepsi
bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat


(Ditjen Kesmas), 2020. Pedoman
Konseling Menggunakan Lembar
Balik ABPK. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Fitrianti, Ayu dkk. 2020. Faktor Yang
Berhubungan Dengan Pemilihan
Kontrasepsi Rasional. Jurnal
Penelitian Terapan Kebidanan,
Volume 7 No.2.
Kementerian Kesehatan RI. Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat. 2019.
Rekomendasi Praktik Terpilih Pada

11

Anda mungkin juga menyukai