Anda di halaman 1dari 8

Sistem Surveilans Akseptor Keluarga Berencana POLICY

Sebagai Upaya Mengurangi Angka Putus PAPER


Pemakaian Kontrasepsi

Ringkasan
Guna menjaga kualitas dan kelangsungan pemakaian kontrasepsi untuk jangka waktu yang
panjang, perlu adanya sistem pemantauan yang berkelanjutan. Kegiatan pemantauan ini meru-
pakan standar pelayanan yang harus dilakukan untuk upaya meningkatkan mutu pelayanan KB,
keamanan dan kelangsungan pemakaian kontrasepsi. Saat ini tingkat putus pakai (ketidaklang-
sungan kesertaan ber-KB) dari tahun ke tahun terus meningkat, alasan utama putus pakai antara
lain karena alasan efek samping dan kesehatan, ingin punya anak, ingin metoda yang efektif,
rumor, dilarang suami/keluarga dllnya. Oleh karena itu pembinaan dan pemantauan yang berke-
lanjutan secara aktif sangat diperlukan guna memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi
kepada akseptor/calon akseptor untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akseptor ten-
tang Kontrasepsi, Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi, sekaligus memantau adanya
kejadian efek samping dan komplikasi pemakaian kontrasepsi. Sistem surveilans paska pelayanan
KB merupakan alat pantau dinamika pemakaian kontrasepsi bagi setiap pasangan usia subur
yang dapat dipergunakan untuk keperluan tersebut. Dengan peningkatan peran PKB/PLKB dan
kader, serta integrasi kegiatan di institusi pemberdayaan masyarakat pedesaaan, diharapkan
dapat mengurangi keinginan putus pakai kontrasepsi dan meningkatkan kelangsungan
pemakaian. Data hasil surveilans sekaligus dapat koreksi input pada sub-sistem SIGA, sehingga
didapatkan satu data yang sama.

Latar Belakang (unmet need) sebesar 7,4 persen. Dilihat pen-


capaian target RPJMN yang lalu (RPJMN 2015-
Dalam rancangan Rencana Pembangunan
2019), hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-
Indonesia (SDKI) periode tahun 2012-2017,
2024 telah ditetapkan bahwa target pengen-
serta Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program
dalian penduduk dan pemenuhan layanan da-
Kependudukan,
sar Keluarga Berencana pada tahun 2024 harus
tercapai, yaitu angka rata fertilitas total (TFR) Keluarga Berencana dan Pembangunan Kelu-
nasional 2,1; angka prevalensi pemakaian kon- arga (SKAP) tahun 2019 menunjukkan hasil
trasepsi cara modern sebesar 63,4 persen dan yang kurang menggembirakan.
kebutuhan pelayanan KB yang tidak terpenuhi

Sistem Surveilans Akseptor Keluarga Berencana Sebagai Upaya Mengurangi Angka Putus Pemakaian Kontrasepsi Halaman | 1
Beberapa indikator utama program Kependu- Kesertaan ber KB (Contraceptive Prevalence
dukan dan Keluarga Berencana tidak tercapai Rate) merupakan salah satu komponen utama
dari target yang ditetapkan. Angka fertilitas dalam menurunkan angka fertilitas total (TFR),
total (TFR) masih pada angka 2,4 sedangkan disamping proporsi kawin (meningkatkan
target yang diharapkan pada tahun 2019 ada- umur kawin pertama), aborsi sengaja atau
lah 2,28; Angka Prevalensi Pemakaian Kontra- tidak sengaja, dan sterilitas. Dengan penam-
sepsi cara Modern (mCPR) tidak meningkat bahan peserta baru (PB) sekitar 6 juta per ta-
secara signifikan, dari 56,7 persen pada tahun hun, nampak belum mampu meningkatkan
2002 menjadi hanya 57 persen pada tahun kesertaan ber-KB (CPR), hasilnya penambahan
2017, dan hasil SKAP 2019 menunjukkan 55 peserta aktif (PA) kurang dari satu juta, bahkan
persen yang masih jauh dari sasaran RPJMN di beberapa provinsi peserta aktifnya menjadi
2019 yaitu 61.3 persen. Angka kebutuhan minus. Hal ini disebabkan karena tingkat ke-
layanan KB yang tidak terpenuhi (unmet need) langsungan pemakaian kontrasepsi menurun
menunjukkan penurunan namun sangat lam- akibat dari tingginya putus pemakaian kon-
ban, dari 13.2 persen pada tahun 2002 me- trasepsi.
nurun menjadi 10.6 persen pada tahun 2017
dan hasil SKAP 2019 masih sebesar 12.1 per-
sen, sedangkan sasaran RPJMN 2019 adalah Analisis Situasi Putus Pakai Pemakaian
sebesar 9.9 persen. Kontrasepsi
Political will pemerintah untuk mensukseskan Tingkat putus pakai pemakaian kontrasepsi
program kependudukan, keluarga berencana saat ini masih tinggi, secara umum 29 dari 100
dan pembangunan keluarga cukup baik, pagu akseptor putus pakai dalam waktu 12 bulan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara setelah mulai memakai. Tingkat putus pakai
(APBN) telah meningkat, mulai dari 2,8 triliun paling tinggi adalah pil (46 persen), suntik KB
pada tahun 2016 menjadi 3,79 triliun pada ta- (28 persen), kondom pria (27 persen), susuk KB
hun 2019. Berbagai kebijakan dan strategi (6 persen) dan IUD (9 persen). Dilihat dari ta-
pengendalian penduduk dan KB telah dilaku- hun ke tahun, tren tingkat putus pakai terus
kan oleh BKKBN diantaranya dengan pening- meningkat, tahun 2012 angka putus pakai
katan akses dan pelayanan KB yang merata sebesar 26,3 persen; pada tahun 2017 menjadi
dan berkualitas; dan penguatan advokasi dan 28,9 persen, dan tahun 2019 sebesar 29,0 per-
KIE mengenai KKBPK, dan banyak strategi sen, sedangkan sasaran RPJMN tahun 2019
lainnya. Nampaknya kebijakan dan strategi angka ketidaklangsungan ditetapkan 24.6
yang dilakukan tersebut belum mampu persen.
menghasilkan target yang diharapkan se-
bagaimana ditetapkan dalam RPJM dan Ren- Berbagai alasan dikemukakan ketika berhenti
cana Strategis (Renstra) BKKBN tahun 2015- memakai kontrasepsi, keputusan untuk tetap
2019. memakai atau menghentikan pemakaian kon-

Sistem Surveilans Akseptor Keluarga Berencana Sebagai Upaya Mengurangi Angka Putus Pemakaian Kontrasepsi Halaman | 2
trasepsi dipengaruhi banyak faktor, selain maupun baru, serta pasangan yang belum
keinginan punya anak lagi, alasan kesehatan, memakai kontrasepsi akan memberikan peng-
alasan pribadi, juga penerimaan kontrasepsi, aruh terhadap penerimaan dan kelangsungan
ketersediaan, dan keterjangkauan pelayanan. pemakaian kontrasepsi. Beberapa studi me-
Hasil SDKI menunjukkan bahwa alasan utama nunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi
berhenti pakai kontraspesi karena alasan rendahnya penerimaan pemakaian kontra-
adanya efek samping/kesehatan (33 persen), sepsi diantaranya adalah rendahnya penge-
ingin anak lagi (30 persen), dan alasan lainnya tahuan akseptor tentang kontrasepsi modern
seperti ingin metoda yang lebih efektif, tidak yang ada, masih kurangnya keterpaparan in-
nyaman, alasan pribadi dan lainnya. Dilihat formasi tentang kontrasepsi, proses pembe-
dari metoda yang dipakai, alasan putus pakai rian konseling dan KIE KB terhadap calon ak-
KB karena alasan efek samping/kesehatan septor tidak optimal, kurangnya pemantauan
pada akseptor suntik KB sebesar 40 persen, dan pembinaan paska pelayanan KB terhadap
akseptor pil 29 persen, akseptor susuk KB 40 akseptor, juga alasan lain seperti suami atau
persen, dan akseptor IUD 30 persen. keluarga melarang pakai KB.

Beberapa studi menunjukkan bahwa alasan Sistem Surveilans Akseptor Keluarga


ketidakberlangsungan antara lain karena tim-
Berencana
bulnya efek samping seperti perubahan pola
mentruasi, sakit kepala, mual dan muntah, Untuk menjaga kualitas dan kelangsungan pe-
alasan kesehatan dan rumor tentang akibat makaian kontrasepsi untuk jangka waktu yang
pemakaian. Diantara penyebab putus pema- panjang, perlu adanya sistem pemantauan ak-
kaian kontrasepsi adalah kurangnya kesem- tif yang berkelanjutan. Kegiatan peman-tauan
patan bagi para akseptor untuk mendapatkan ini merupakan standar pelayanan yang harus
informasi mengenai kontrasepsi yang dipa- dilakukan untuk meningkatkan mutu pela-
kainya, kemungkinan efek samping yang ter- yanan KB, keamanan dan kelangsungan pe-
jadi dan apa yang dilakukan bila terjadi efek makaian kontrasepsi. Untuk mendukung tata
samping. Di beberapa klinik/puskesmas juga kelola kualitas layanan Keluarga Berencana di-
ditemukan keterbatasan sarana KIE dan alat perlukan sistem pengelolaan informasi pe-
bantu pengambil keputusan (ABPK), dan ting- makaian kontrasepsi yang cepat, tepat dan
kat kepatuhan bidan dan dokter dalam mem- terkini.
berikan KIP/konseling KB masih kurang.
Insiden atau kejadian efek samping, kompli-
Pembinaan dan pemantauan paska pelayanan kasi, kegagalan serta Drop Out (DO) pada pe-
KB menjadi sangat penting. Pembinaan, pe- serta KB diketahui melalui laporan bulanan
mantauan dan pemberian informasi secara klinik KB (F/II/KB/2015), ini merupakan survei-
berkelanjutan dan periodik bagi seluruh wani- lans pasif, dimana data diperoleh dari peserta
ta pasangan usia subur, baik peserta KB lama KB yang berkunjung ke puskesmas atau klinik,

Sistem Surveilans Akseptor Keluarga Berencana Sebagai Upaya Mengurangi Angka Putus Pemakaian Kontrasepsi Halaman | 3
sedangkan peserta KB yang mempunyai keluh- adalah akseptor yang mengalami efek sam-
an efek samping/ masalah kesehatan lain yang ping, putus pakai kontrasepsi, ganti cara,
berkaitan dengan kontrasepsi tetapi tidak da- peserta KB baru, alasan tidak KB, kegagalan
tang ke klinik/puskesmas maka datanya tidak kontrasepsi serta kepatuhan penggunaan
tercatat. Kejadian keluhan efek samping, ma- kontrasepsi. Juga data PUS baik yang sedang
salah kesehatan atau drop out/putus pakai di hamil, pasca melahirkan, maupun yang tidak
lapangan yang tidak terlaporkan ke pusk- KB, ganti cara sehingga dapat memudahkan
esmas/klinik sering terjadi. petugas lapangan KB melakukan pembinaan
dengan tepat.
Saat ini BKKBN sedang dalam proses sosialisasi
dan uji coba penyederhanaan formulir dengan Model ini disambut baik oleh pengelola KB dan
Sistem Informasi Keluarga (SIGA) yang meru- aparat setempat, model pemantauan secara
pakan aplikasi berbasis teknologi dan infor- berkelanjutan (Surveilans) peserta KB ini
masi yang akan menggantikan sistem laporan sangat berpotensi untuk mempertahankan
bulanan di klinik. Pilot studi operasional kelangsungan pemakaian kontrasepsi. Diha-
mengenai pemantauan kejadian kesertaan KB rapkan sistem surveilans ini dapat menjadi
paska pelayanan telah dilakukan di kampung input kesempurnaan data lapangan pada sis-
KB diwilayah Kab Seluma dan Kota Bengkulu, tem SIGA, sehingga didapatkan data yang

Provinsi Bengkulu. Studi ini bertujuan untuk sama dan terkini.


mendapatkan model sistem pemantauan pe- Mekanisme pemantauan secara berkelanjutan
serta KB melalui Surveilans. Pembinaan dan (Surveilans) dapat dilihat pada gambar sebagai
pemantauan dilakukan oleh PKB bersama berikut:
dengan kader. Hasil evaluasi menunjukkan
bahwa dengan model surveilans tersebut da- 1. Kader atau PPKBD/sub PPKBD dengan
pat diperoleh data dan informasi secara bimbingan dan pengawasan PKB/PLKB me-
berkala semua PUS lengkap dengan informasi nyiapkan data dasar seluruh wanita pa-
karakteristik serta status dan dinamika pema- sangan usia subur di wilayah kerja dari
kaian kontrasepsi yang terkini, diantaranya masing-masing petugas, mulai dari lingkup

Sistem Surveilans Akseptor Keluarga Berencana Sebagai Upaya Mengurangi Angka Putus Pemakaian Kontrasepsi Halaman | 4
terkecil, misalnya kampung KB dan me- Keberhasilan pemantauan peserta KB dengan
ningkat di tingkat desa. Penyiapan data metode surveilans diukur melalui monitoring
dasar peserta KB yang bersumber dari hasil dan evaluasi yang dilakukan secara berjenjang
pendataan keluarga terkini (update). dimulai dari tingkat desa, kecamatan dan
kabupaten/kota, serta tingkat provinsi. Moni-
2. Secara berkala kader/PPKBD/subPPKBD
toring dan evaluasi dilakukan secara periodik
melakukan kunjungan atau komunikasi un-
dengan jangka waktu tertentu sesuai dengan
tuk mendapatkan informasi tentang peng-
kebutuhan. Indikator yang dipakai untuk
gunaan kontrasepsi, keluhan atau masalah
mengukur keberhasilan pemantauan peserta
yang berkaitan dengan KB. Komunikasi bisa
KB dilaksanakan dengan metode surveilans ini
memanfaatkan berbagai kegiatan rutin
antara lain kesertaan ber KB, tingkat putus
yang ada di masyarakat, seperti Posyandu,
pakai pemakaian, jumlah keluhan efek sam-
Poktan Tribina, UPPKS, pertemuan infor-
ping, adanya komplikasi, tambahan peserta KB
mal lainnya atau dengan kunjungan ru-
aktif, unmet need, dan lainnya.
mah. Koordinasi dengan petugas kese-
hatan (puskesmas) yang difasilitasi oleh
kepala desa setempat sangat diperlukan Analisis Potensi Penerapan Sistem Surveilans
untuk sinkronisasi dan kelancaran ter- Secara Nasional
laksananya sistem ini. Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014
3. PKB/PLKB melakukan analisis sederhana tentang Pemerintahan Daerah yang didukung
seperti perubahan kesertaan KB, jumlah oleh Peraturan Kepala BKN Nomor 6 Tahun
peserta KB yang putus pakai kontrasepsi, 2016 tentang Pelaksanaan Pengalihan PNS
jumlah peserta KB yang mengalami efek Daerah Kabupaten/Kota yang Menduduki Jab-
samping, komplikasi, maupun kegagalan atan Fungsional Penyuluh KB dan Petugas
kontrasepsi, sebagai bahan laporan bulan- Lapangan KB menjadi PNS BKKBN, telah me-
an untuk evaluasi yang dapat disampaikan nyebutkan mengenai kebijakan tentang alih
kepada OPD KB dan Dinas Kesehatan. Ka- fungsi dan kewenangan pengelolaan tenaga
sus-kasus tertentu seperti efek samping Penyuluh KB dan Petugas Lapangan KB (PKB/
berat atau komplikasi yang ditemukan di PLKB) yang sebelumnya merupakan kewe-
lapangan dilaporkan ke klinik/puskesmas. nangan daerah kabupaten/kota beralih menja-
Hasil dari pemantauan surveilans pasca di kewenangan pemerintah pusat.
pelayanan ini juga dapat dipakai untuk Keberhasilan program KB tidak terlepas dari
melengkapi data jumlah kasus komplikasi pengaruh kondisi dan kompetensi tenaga lini
dan kegagalan kontrasepsi terhadap peser- lapangan yaitu Petugas Penyuluh KB (PKB) dan
ta KB di klinik/puskesmas pada wilayah Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB).
kerja PKB/PLKB. Petugas Penyuluh KB (PKB) dan Petugas
Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) memiliki

Sistem Surveilans Akseptor Keluarga Berencana Sebagai Upaya Mengurangi Angka Putus Pemakaian Kontrasepsi Halaman | 5
tugas dan fungsi yang terdapat dalam sepuluh tersebut merupakan salah satu kegiatan
langkah PKB/PLKB diantaranya adalah pembe- pembinaan peserta KB dan pelayanan yang
rian KIE dan pembinaan peserta KB. Beberapa harus dilakukan dalam upaya meningkat-
potensi yang bisa memperkuat pelaksanaan kan mutu pelayanan KB dan kelangsungan
sistem surveilans ini diantaranya adalah : pemakaian KB.
 Adanya kebijakan peralihan pengelolaan
 Peluang lainnya untuk terlaksananya sur-
PKB/PLKB menjadi kewenangan pusat,
veilans Paska Pelayanan KB di lapangan
memberi peluang yang besar terlaksana-
adalah: (1) adanya dukungan dana alokasi
nya sistem pemantauan peserta KB dengan
khusus (DAK) subbidang KB ke Kab/Kota
baik guna meningkatkan capaian program
baik untuk non fisik maupun fisik, (2) du-
KKBPK, khususnya dalam mengurangi ting-
kungan bantuan dana operasional KB, (3)
kat putus pakai, meningkatkan kesertaan
Peraturan Kepala BKKBN Nomor 1 Tahun
ber KB dan menurunkan angka unmet
2019 tentang petunjuk tehnis penggunaan
need KB. Diharapkan sistem surveilans ini
dana bantuan operasional KB. Adanya
menjadi bagian dari tugas PKB/PLKB.
dukungan dana APBD Kab/Kota untuk te-
Pelaksanaan surveilans peserta KB, analisis
naga lapangan di desa dan adanya du-
dan laporan kegiatan surveilans diharap-
kungan dana desa untuk bidang pem-
kan menjadi “catatan utama” penilaian
berdayaan masyarakat desa juga menjadi
kinerja PKB/PLKB yang dituangkan dalam
potensi terlaksananya sistem ini. Oleh
e-visum dan kredit point penilaian oleh tim
sebab itu, penggalangan komitmen dengan
penilai kinerja PKB/PLKB. Dengan adanya
pemerintah setempat perlu dilakukan.
sistem surveilans ini diharapkan PLKB/PKB
merasa terpacu untuk membina dan me-
monitor peserta KB secara berkesi- Rekomendasi Kebijakan
nambungan dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawab sebagai petugas KB sesuai Berdasarkan kajian kebijakan serta potensi
yang tertuang dalam Peraturan Kepala yang ada serta mempertimbangkan hasil hasil
BKKBN Nomor 2 tahun 2017 tentang uji coba model pemantauan akseptor KB me-
standar kompetensi Penyuluh KB. lalui surveilans, diusulkan beberapa rekomen-
dasi sebagai berikut:
 Adanya Peraturan Kepala BKKBN Nomor  Memperkuat implementasi Peraturan
246/PER/E2/2011 tentang Pembinaan Pe- Kepala BKKBN Nomor 246/PER/E2/2011
serta keluarga berencana aktif, yang meru- tentang Pembinaan Peserta Keluarga Be-
pakan keputusan yang mengatur kegiatan rencana Aktif dengan muatan baru tentang
pemantauan peserta KB Pasca pelayanan surveilans paska pelayanan KB serta pe-
dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan domannya untuk petugas lapangan PKB/
surveilans paska pelayanan KB. Kegiatan

Sistem Surveilans Akseptor Keluarga Berencana Sebagai Upaya Mengurangi Angka Putus Pemakaian Kontrasepsi Halaman | 6
PLKB dan kader. Ditindaklanjuti dengan so- BKKBN 2016. Rencana Strategis Badan Kepen-
sialisasi di jajaran operasional KB, OPD-KB dudukan dan Keluarga Berencana Na-
kab/kota dan petugas lapangan PKB/PLKB. sional 2015-2019 Versi Revisi. Jakar-
ta:BKKBN.
 Memperkuat dan meningkatkan koordi-
BKKBN 2017a. Laporan Akuntabilitas Kinerja
nasi di tingkat lapangan mengenai koordi-
Instansi Pemerintah Badan Kependu-
nasi kerja dan tanggung jawab PKB/PLKB di
dukan dan Keluarga Berencana Nasional.
lapangan, agar interaksi antara PKB/PLKB
Jakarta : BKKBN.
dengan pengelola KB di tingkat kabupa-
BKKBN 2018. Survey Kinerja dan Akuntabilitas
ten/kota, kecamatan serta koordinasinya
Program KKBPK (SKAP) Tahun 2018. Ja-
dengan pihak Puskesmas Kecamatan dapat
karta , Puslitbang KB dan KS.
berjalan lancar.
BKKBN 2019. Studi Komunikasi Interperso-
 Melakukan pembinaan dan pendampingan nal/Konseling KB dalam Pemakaian Kon-
bersama dan terintegrasi antar bidang ke- trasepsi. Jakarta: Puslitbang KB dan KS.
pada OPD-KB dan PKB/PLKB dalam berba- BKKBN 2019. Buku Saku pemantauan peserta
gai kegiatan di lapangan. Memastikan se- KB pasca pelayanan kontrasepsi bagi
luruh klinik KB yang telah teregistrasi da- PKB/PLKB. Jakarta: Direktorat Jaminan
lam subsistem SIGA dan memiliki tenaga Pelayanan jalur Pemerintah.
kompeten dengan didukung sarana dan BKKBN 2019. Pemantauan Peserta KB melalui
prasarana yang memadai, sehingga sistem Sistem Surveilans Kampung KB Kota
surveilans dapat terintegrasi Bengkulu. Jakarta: Puslitbang KB dan KS.
Referensi BKKBN 2019. Studi Kualitas Pelayanan Kon-
trasepsi Modern di Fasilitas Kesehatan.
BAPPENAS 2019. Rancangan Teknokratik Jakarta: Puslitbang KB dan KS.
Rencana Pembangunan Jangka Mene-
ngah 2020-2024. Indonesia Berpenghasi-
lan Menengah – Tinggi yang sejahtera,
Adil, dan berkesinambungan. Jakarta:
Bappenas.
BKKBN, BPS, Kemenkes RI 2008. Survei De-mo-
grafi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2007. Jakarta: Puslibang Kependudukan.
BKKBN, BPS, Kemenkes RI 2013. Survei Demo-
grafi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2012. Jakarta: Puslibang Kependudukan.
BKKBN, BPS, Kemenkes RI 2018. Survei Demo-
grafi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2017. Jakarta: Puslibang Kependudukan.

Sistem Surveilans Akseptor Keluarga Berencana Sebagai Upaya Mengurangi Angka Putus Pemakaian Kontrasepsi Halaman | 7
Policy Paper ini ditulis oleh Tim Yayasan
Kusuma Buana: Joedo Prihartono dan Shita
Mumpuningdyah bersama dengan Tim BKKBN:
Diah Puspita Sari, Desy Nury Fajarningtyas, Sari
Kistiana, Aditya Ramadhony, Mario Ekoriano,
Margareth Maya Naibaho, Titut Prihyugiarto,
dan Hadriah Oesman, dibiayai oleh DIPA
Satker Puslitbang Kependudukan, KB dan KS.
Isi sepenuhnya menjadi tanggung jawab
penulis.

Pusat Penelitian dan Pengembangan


Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Bekerjasama dengan Yayasan Kusuma Buana
Jl. Permata Nomor 1 Halim Perdana Kusuma,
Jakarta Timur 13650
Telp. 8098019, 8009029-45-53-69-77-85 ext
651 fax. 8008535; Homepage:
http://www.bkkbn.go.id/litbang/pusna/Default.aspx

Sistem Surveilans Akseptor Keluarga Berencana Sebagai Upaya Mengurangi Angka Putus Pemakaian Kontrasepsi Halaman | 8

Anda mungkin juga menyukai