Anda di halaman 1dari 7

Noor Azizah, Ana Zumrotun Nisak / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.

1 (2018) 37-43 | 37

SUMBER INFORMASI DAN PENGETAHUAN TENTANG KB PASCA


PERSALINAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III
Noor Azizaha,*, Ana Zumrotun Nisakb
noorazizah@stikesmuhkudus.ac.id, anazumrotun@stikesmuhkudus.ac.id
STIKES Muhammadiyah Kudus

Abstrak
Latar belakang : Salah satu program untuk menurunkan angka kematian ibu adalah program
keluarga berencana. Program keluarga berencana berperan dalam menurunkan angka kematian ibu
melalui upaya pencegahan kehamilan, penundaan usia kehamilan, dan menjarangkan kehamilan
.Pemberian konseling keluarga berencana dan metode kontrasepsi selama masa pasca persalinan dapat
meningkatkan kesadaran ibu untuk menggunakan kontrasepsi. Hal ini dikarenakan pada sebagain wanita
setelah melahirkan biasanya tidak menginginkan kehamilan atau menunda kehamilan sampai 2 tahun
setelah melahirkan tetapi mereka tidak menggunakan kontrasepsi (unmeet need). Indonesia merupakan
jumlah Wanita Usia Subur terbesar di Asia Tenggara , Kemudian diikuti Vietnam dan Filipina.
Sedangkan negara dengan jumlah WUS terendah di Asia Tenggara adalah Timor Leste. Subyek dan
Metode : penelitian observasional analitik rancangan cross sectional. Populasi seluruh ibu hamil trimester
ketiga dengan jumlah 63 orang. Pengumpulan data kuesioner. Teknik sampilng total sampling yaitu 63
orang. Analisis data meliputi univariat dan bivariat dengan menggunakan chi square Hasil : Sumber
informasi bidan 49 (77.8%), Kelas Ibu Hamil 49 (77.8%), orang Tua 44 (69.8%), teman 41 (65.1%),
televisi 27 (42.9%), internet 23 (36.5%), radio 20 (31.7%), facebook 19 (30.2%), surat kabar 17 (27%).
Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara sumber informasi bidan (p = 0.014), Kelas Ibu
Hamil (p =0.005) dan Orang Tua dengan pengetahuan KB pasca persalinan pada ibu hamil trimester
ketiga (p = 0.001). Tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik. Tidak ada hubungan yang
bermakna secara statistik antara sumber informasi teman (p = 0.265), televisi (p =0.326), internet (p
=0.829), radio (p =0.695), facebook (p =0.971), surat kabar (p =0.193) Kesimpulan : Ada hubungan
yang bermakan anatara sumber informasi bidan, kelas ibu hamil dan orang tua dengan pengetahuan KB
pasca persalinan pada ibu hamil trimester ketiga.

Kata Kunci : sumber informasi, pengetahuan, family planning postpartum

baik untuk membatasi kelahiran (4.6%)


LATAR BELAKANG maupun menjarangkan kelahiran (3.9%)
Keluarga berencana memiliki peranan
berpotensi besar untuk terjadinya kehamilan
dalam menurunkan resiko kematian ibu
yang tidak diinginkan (KTD). Oleh sebab itu
melalui pencegahan kehamilan, menunda
dalam upaya meningkatkan kesehtaan ibu,
kehamilan, menjarangkan kehamilan dan
sasaran utama program KB adalah pada
membatasi kehamilan bila anak sudah
kelompok unmeet need dan ibu pasca bersalin
dianggap cukup. Dengan demikian pelayanan
merupakan sasaran yang sangat penting. KTD
keluarga berencana merupakan upaya
pada ibu pasca bersalin, akan dihadapkan pada
pelayanan kesehatan preventif yang dasar dan
dua hal yang sama-sama berisiko. Pertama jika
utama (Glasier, 2006). Dalam satu dekade
kehamilan diteruskan, maka kehamilan
terakhir, keberhasilan pelayanan Keluarga
tersebut akan berjarak sanagat dekat dengan
Berencana (KB) di Indonesia mengalami suatu
kehamilan sebelumnya, yang merupakan salah
keadaan stagnan yang ditandai dengan
satu komponen 4 terlalu (terlalu muda, terlalu
kurangnya perbaikan beberapa indikator KB
tua, terlalu banyak dan terlalu dekat). Keadaan
yaitu Contraceptive Prevalence Rate (CPR),
ini akan menjadi kehamilan yang berisiko
unmeet need dan Total Fertility Rate (TFR).
terhadap terjadinya komplikasi dalam
Masih rendahnya angka CPR ini berkaitan
kehamilan, persalinan dan nifas yang dapt
dengan masih tingginya unmeet need.
berkontribusi pada kematian ibu dan bayi,
Tingginya unmeet need pelayanan KB, yakni
kedua, jika kehamilan diakhiri (aborsi,
8.5% dari jumlah pasangan usia subur (PUS),
terutama jika dilakukan dengan tidak aman),
38 | Noor Azizah, Ana Zumrotun Nisak / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.1 (2018) 37-43
maka berpeluang untuk terjadinya komplikasi 2015 sebesar 2.11 tampaknya perlu upaya yang
aborsi yang juga dapat berkontribusi terhadap lebih bersungguh-sungguh.
kematian ibu. Oleh sebab itu , KB pasca Salah satu program untuk menurunkan
persalinan merupakan suatu upaya strategis angka kematian ibu adalah program keluarga
dalam penurunan AKI, juga AKB dan berencana. Program keluarga berencana
sekaligus penurunan TFR berperan dalam menurunkan angka kematian
Kementerian kesehatan membatasi perode ibu melalui upaya pencegahan kehamilan,
KB pasca persalinan adalah sampai dengan 42 penundaan usia kehamilan, dan menjarangkan
hari pasca bersalin. Hal ini ditetapkan untuk kehamilan (BKKBN, 2009) Pemberian
mencegah missed opportunity pada ibu pasca konseling keluarga berencana dan metode
bersalin. Hal ini ditetapkan untuk mencegah kontrasepsi selama masa pasca persalinan
missed opportunity pada ibu pasca bersalin, dapat meningkatkan kesadaran ibu untuk
dimana jumlah kelahiran di Indonesia sangat menggunakan kontrasepsi (USAID, 2008). Hal
besar, diperkirakan sekitar 4.500.000 setiap ini dikarenakan pada sebagain wanita setelah
tahunnya (Riskesdas, 2007) dan 760.000 melahirkan biasanya tidak menginginkan
(17%) diantaranya merupakan kelahiran yang kehamilan atau menunda kehamilan sampai 2
tidak diinginkan atau tidak direncanakan. Oleh tahun setelah melahirkan tetapi mereka tidak
sebab itu definisi KB pasca persalinan di menggunakan kontrasepsi (unmeet need).
Indonesia adalah pemanfaatan atau Studi mengenai penggunaan kontrasepsi pasca
penggunaan alat kontrasepsi segera sesudah persalinan pada wanita di Indonesia masih
melahirkan sampai 6 minggu (42 hari) sesudah terbatas (widyastuti, 2012). Namun demikian,
melahirkan. berdasarkan hasil pemantauan BKKBN
Namun sejauh ini cakupan pelayanan KB terhadap pelayanan keluarga berencana pasca
pasca persalinan masih belum persalinan dan pasca keguguran di 22 Rumah
menggembirakan. Berdasarkan laporan hasil Sakit (14 propinsi) pada tahun 2008-2009
pelayanan kontrasepsi Januari-Juli 2013 wanita yang ber KB setelah bersalin dan
(BKKBN), cakupan KB Pasca Persalinan dan keguguran rata-rata hanya 5-10%.
pasca keguguran dibandingkan dengan METODE
cakupan peserta KB baru masih sebesar Penelitian ini merupakan penelitian
13.27%. capaian tersebut juga masih observasional analitik dengan rancangan cross
didominasi oleh non MKJP yaitu suntikan sectional. Penelitian dilakukan di kabupaten
(52.49%) dan pil (18.95%), sementara capaian kudus. Populasi penelitian ini adalah seluruh
MKJP implan (8.08%), IUD (14.06%), MOW ibu hamil trimester ketiga dengan jumlah 63
(3.27%) dan MOP (0.02%). Beberapa orang. Pengumpulan data dengan kuesioner.
permasalahan yang dapat diidentifikasi antara Teknik sampilng yang digunakan dalam
lain belum tersosialisasinya pelayanan KB penelitian ini adalah total sampling yaitu 63
Pasca persalinan dengan baik, belum samanya orang. Analisis data meliputi univariat dan
persepsi tentang metode KB pasca persalinan bivariat dengan menggunakan chi square
dan kecilnya anka ini kemungkinan juga
karena belum masuknya cakupan KB pasca HASIL DAN PEMBAHASAN
persalinan dalam laporan rutin KIA. Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik ibu
Berdasarkan data Family Palnning
Variabel Frekuensi Persen
Worlwide (2008) Indonesia merupakan jumlah
Pendidikan
Wanita Usia Suber terbesar di Asia Tenggara ,
SD 15 23.8
Kemudian diikuti Vietnam dan Filipina.
SMP 14 22.2
Sedangkan negara dengan jumlah WUS terendah
SMA 28 44.4
di Asia Tenggara adalah Timor Leste. Penurunan
Diploma 4 6.3
dari 3 anak per wanita pada SDKI 1991 menjadi
Sarjana 2 3.2
2.6 anak pada SDKI 2002-2003. Angka TFR ini
stagnan dalam 3 periode terakhir pemantauan Lama Bekerja (jam/hari)
SDKI (2002, 2007, 2012). Untuk mencapai target 5 jam 4 6.3
RPJM 2014 sebesar 2.36 maupaun target MDG 6 jam 13 20.6
7 jam 7 11.1
8 jam 11 17.5
Noor Azizah, Ana Zumrotun Nisak / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.1 (2018) 37-43 | 39
>8 jam 2 3.2 metode lain cenderung semakin diketahui seiring
Tidak Bekerja 26 41.3 meningkatnya pendidikan.
Jumlah Anak Tabel 2. Sumber Informasi tentang Alat Kontrasepsi
Primigravida 13 20.6
1 41 65.1 Variabel Frekuensi Persen (%)
2 8 12.7 Sumber Informasi
3 1 1.6 Bidan 49 77.8
Riwayat KB Teman 41 65.1
Belum Pernah 18 28.6 Internet 23 36.5
Suntik 3 bulan 34 54 Facebook 19 30.2
Suntik 1 Bulan 4 6.3 Kelas Ibu Hamil 49 73
Pil 7 11.1 Televisi 27 42.9
Lama Penggunaan Alat Surat Kabar 17 27
Kontrasepsi (tahun) Radio 20 31.7
Belum pernah 18 28.6 Orang Tua 44 69.8
<1 tahun 2 3.2
1 tahun 12 19
2 tahun 12 19 Sumber informasi tentang alat kontrasepsi
3 tahun 12 19 bidan 49 orang (77.8%), Kelas Ibu Hamil 49
4 tahun 4 6.3 orang (77.8%), orang Tua 44 orang (69.8%),
6 tahun 2 3.2 teman 41 orang (65.1%), televisi 27 orang
10 tahun 1 1.6 (42.9%), internet 23 orang (36.5%), radio 20
orang (31.7%), facebook 19 orang (30.2%),
Sumber : Data Primer
surat kabar 17 orang (27%)
Dari 63 Responden didapatkan pendidikan Upaya intensif pengembangan KB pasca
SMA 28 (44.4%), Lama bekerja sebagain persalinan di Indonesia sudah dilakukan pada
besar tidak bekerja 26 (41.3%) Jumlah Anak tahun 2011, dimulai dengan penyusunan
Multigravida 41 (65.1%) Riwayat KB suntik 3 pedoman pelayanan KB pasca persalinan (di
bulan 34 (54%). Belum pernah menggunakan dalamnya terdapat Standar Operasional
kontrasepsi 18 (28.6%). Suntik dan pil Prosedur Pemasangan AKDR Pascaplasenta),
merupakan cara KB modern yang paling penyusunan kurikulum pelatihan KB pasca
diketahui oleh masyasrakat disemua golongan persalinan, ToT (training of trainers) bagi para
usia, termasuk pada usia resiko tinggi di atas pelatih untuk 33 provinsi dan pelatihan KB
35 tahun. Kedua jenis kontrasepsi tersebut pasca persalinan bagi tenaga kesehatan
dinilai kurang efektif untuk mencegah pemberi pelayanan KB baik di fasilitas
kehamilan. Jenis kontrasepsi yang paling pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan
efektif adalah Metode Kontrasepsi Jangja (bidan, dokter, dokter spesialis kebidanan dan
Panjang (MKJP) seperti IUD, sterilisasi wanita kandungan). Pada tahun 2012, telah dilatih
dan Sterilisasi Pria. tenaga kesehatan dari 675 Puskesmas dan RS
Berdasarkan jenis tempat tinggal, kabupaten/kota, yang terdiri dari 516
pengetahuan mengenai sterilisasi, IUD, Puskesmas dan 159 Rumah Sakit di seluruh
kondom, difragma, kontrasepsi darurat dan Indonesia (sesuai dengan Instruksi Presiden
MAL di perkotaan cenderung lebih tinggi, Nomor 2A dalam upaya percepatan penurunan
sedangkan pil, suntik dan implan di perkotaan Angka Kematian Ibu). Target pada tahun 2013
juga lebih tinggi namun tidak jauh berbeda fasilitas pelayanan kesehatan yang mendapat
dengan pedesaaan. pelatihan KB Pasca Persalinan adalah 681 dan
Pada setiap tingkatan pendidikan, baik yang
target pada tahun 2014 adalah 1.514 fasilitas
tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tidak
taman SMU maupun tamat SMU, metode yang pelayanan kesehatan. Di samping hal-hal
paling diketahui adalah suntik dan pil. Sedangkan tersebut di atas, KB pasca persalinan
yang kurang diketahui, di setiap tingkat pendidikan diintegrasikan pula dalam P4K, Kelas Ibu
juga hampir sama, yaitu MAL, kontrasepsi darurat Hamil dan pelayanan antenatal terpadu. Dalam
dan diafragma. Pil, suntik dan susuk cenderung pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan
sama ditiap level pendidikan kecuali untuk yang pemberi layanan antenatal berkewajiban
tidak sekolah. Sedangkan sterilisasi, IUD dan memberikan konseling KB pasca persalinan
40 | Noor Azizah, Ana Zumrotun Nisak / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.1 (2018) 37-43
kepada ibu hamil agar setelah bersalin ibu masih sedikit yang memanfaatkan pelayanan
dapat segera mendapatkan pelayanan KB. tersebut (Mujiati, 2013)
Dalam Kelas Ibu Hamil, salah satu materi Tabel 3. Hubungan sumber informasi dengan
yang dibahas adalah tentang KB pasca pengetahuan ibu hamil tentang KB pasca persalinan
persalinan, dan dalam empat kali pertemuan, Variabel Pengetahuan
minimal satu kali pertemuan, ibu hamil Baik Kurang P
didampingi oleh suami atau keluarganya. Hal Sumber n(%) n(%)
ini dimaksudkan agar kesehatan ibu selama Informasi
hamil, bersalin, nifas, termasuk kesehatan bayi Bidan
yang baru dilahirkannya dan kebutuhan akan Ya 35 14 0.014
KB pasca persalinan menjadi perhatian dan Tidak (71.4%) (28.6%)
tanggung jawab seluruh keluarga. Dalam P4K, 15 9 (64.3%)
ibu hamil dan keluarga diberi penjelaskan (35.7%)
tentang kesehatan maternal termasuk KB Teman
pasca persalinan dan diminta untuk Ya 24 17 0.265
menandatangani Amanat Persalinan yang salah Tidak (58.5%) (41.5%)
16 6 (27.3%)
satunya adalah kesepakatan tentang metoda
(72.7%)
KB yang akan dipakainya kelak setelah Internet
bersalin. Di samping itu, untuk menghilangkan Ya 15 8( 0.829
hambatan pembiayaan dalam mengakses Tidak (65.2%) 34.8%)
pelayanan KB pasca persalinan, Pemerintah 25 15
mengeluarkan kebijakan dengan (65.5%) (37.5%)
mengintegrasikan pelayanan KB pasca Facebook
persalinan dalam paket Jaminan Persalinan Ya 12 7 (36.8%) 0.971
atau yang lebih dikenal dengan singkatannya Tidak (63.2%) 16 (
Jampersal. Jampersal itu sendiri merupakan 28 ( 36.4%)
jaminan kesehatan yang diberikan kepada ibu 63.6%)
hamil agar dapat mengakses pemeriksaan Kelas Ibu
Hamil 34 12 0.005
kehamilan, pertolongan persalinan,
Ya (73.9%) (26.1%)
pemeriksaan nifas (termasuk pemeriksaan bayi Tidak 6 11
baru lahir) dan pelayanan KB pasca persalinan (35.3%) (64.7%)
oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan Televisi
sehingga pada gilirannya dapat menekan Ya 19 8 (29.6%) 0.326
angka kematian ibu dan bayi. Namun dalam Tidak (70.4%) 15
kenyataannya, pelayanan KB pasca persalinan 21 (41.7%)
ini belum terlaksana dengan baik, terbukti (58.3%)
dengan cakupan pelayanannya yang masih Surat
sangat rendah, termasuk capaiannya dalam Kabar/Majalah 13 4 (23.5%) 0.193
program Jampersal yang didanai oleh Ya (76.5%) 19
pemerintah. Berbeda dengan paket pelayanan Tidak 27 (41.3%)
(58.7%)
untuk antenatal, pertolongan persalinan, nifas
Radio
dan bayi baru lahir yang telah dimanfaatkan Ya 12 (60%) 8 (40%) 0.695
dengan baik oleh masyarakat, maka sebaliknya Tidak 28 ( 15
dengan paket pelayanan untuk KB belum 65.1%) (34.9%)
termanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Orang Tua
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Ya 34 10 0.001
pelayanan KB masuk dalam paket pelayanan Tidak (77.3%) (22.7%)
Jampersal dimana pasien tidak dibebankan 6 13
biaya pelayanan (juga ada ketentuan bahwa (31.6%) (68.4%)
seluruh peserta Jampersal wajib untuk
mengikuti KB pasca persalinan), ternyata Hasil uji statistik pada tabel 3 menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakan
Noor Azizah, Ana Zumrotun Nisak / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.1 (2018) 37-43 | 41
secara statisti antara sumber informasi bidan (p 2010). Informasi dan konseling keluarga
= 0.014), Kelas Ibu Hamil (p =0.005) dan berencana dilakukan pada saat ANC meliputi,
Orang Tua dengan pengetahuan KB pasca metode permanen dan informed consent
persalinan pada ibu hamil trimester ketiga (p = pilihan metode kontrasepsi. Keterlibatan suami
0.001) dan keluarga untuk meningkatkan perilaku
kesehatan kehamilan dan postpartum (WHO,
Dalam SDKI 2012 akses informasi hasil 2013)
analisis menunjukkan mereka yang akses Pengetahuan tentang pelayanan KB hampir
terhadap televisi lebih banyak yang universal 94,3% di antara wanita. Sekitar 75% dari
menggunakan KB pasca Persalinan dan Paska perempuan yang menggunakan kontrasepsi dalam
keguguran yang menggunakan metoda non tahun pertama setelah melahirkan namun mereka
MKJP. Hanya 7.4% yang menggunakan MKJP mulai mengambil kontrasepsi setelah mereka
dan 67.5% non MKJP. Tokoh agama dan sudah kembali seks. Ada hubungan yang signifikan
(P <0,05) antara pemanfaatan layanan perencanaan
tokoh masyarakat merupakan orang yang
partum keluarga pos dan berikut: kejelasan
membantu peningkatan penggunaan KB pasca keluarga berencana informasi yang diberikan,
persalinan hampi 89%. 13% WUS yang akses tingkat pendidikan, masa untuk melanjutkan seks,
dengan dokter menggunakan MKJP dan 80% persetujuan suami dari metode keluarga berencana,
yang akses dengan bidan menggunakan konseling tentang niat kesuburan, durasi menyusui
metode non MKJP . sumber pelayanan KB amenorea, usia ibu dan paritas. Oleh karena itu ada
terbanyak dari bidan praktek swasta 38.4% kebutuhan untuk mempromosikan faktor-faktor ini
dan bidan desa 20.4% (Juliann, 2015). meningkatkan penyerapan layanan postpartum
Hasil penelitian Utami (2013) responden (Bwazi, 2014). Sebagian besar responden (94.3%,
yang mempunyai pengetahuan baik yang met n=361) mampu menyebutkan satu atau lebih
need IUD post placenta sebanyak 55.9 % dan metode KB. 24.4% n= 93 mengetahui Metode
yang unmeet need IUD post placenta adalah Amenore Laktasi. DMPA 94.3%, n=361, kondom
74.6% n=286, implan 72.5%. kontrasepsi darurat
sebesar 44.1%. sedangkan responden dengan
1.6% n=6), metode alami 4.7% n=18. 74% (n=193)
pengetahuan kurang yang unmeet need IUD menerima informasi di klinik antenatal selama
adalah sebanyak 17.2%. Uji statistik dengan kehamilan dan 554.4% (n=193) mendapat
menggunakan Chi-Square diperoleh nilai p = informasi dari bangsal postnatal. (Bwazi, 2014)
0.002 ada hubungan yang bermakna antara Proporsi pengetahuan yang baik tentang
pengetahuan dengan unmeet KB pasca salin keluarga berencana lebih tinggi di antara
IUD post placenta.Sekitar 84% menerima KB suami dibandingkan dengan istri (P-value =
pasca persalinan, metode yang paling disukai 0.041, Chi-value = 6,371). Meskipun
adalah suntik (31.5%), ASI Eksklusif (16.7%) pengetahuan yang baik, suami memiliki
dan pil kontrasepsi (14.8%) (Eliason, 2013) proporsi yang lebih tinggi dari sikap miskin
Menurut Survey Kesehatan dan analisis dibandingkan dengan istri (P-value = 0,002,
demografi dari 27 negara, 95% dari Chi-value = 9,952) (Shafei, 2012) Sejauh
perempuan 0-12 bulan setelah melahirkan pengetahuan terhadap KB yang bersangkutan,
ingin menghindari kehamilan dalam 24 bulan, kami menemukan bahwa kategori pengetahuan
tapi 70% mereka tidak menggunakan baik di antara responden mengenai KB hanya
kontrasepsi (Ross & Winfrey, 2001). KB dapat 27,9% dan 31,4% di antara istri dan suami,
mencegah lebih dari 30% dari kematian ibu masing-masing. Itu secara signifikan lebih
dan 10% dari kematian anak jika jarak tinggi di antara suami. Namun, temuan itu
kehamilan lebih dari 2 tahun (Cleland et al. lebih rendah dibandingkan dengan sebuah
2006) studi oleh Alina (2006) di mana 53,5% dari
Pelayanan kesehatan ANC pada perempuan istri dan 57,7% dari suami memiliki kategori
untuk memantau kesehatan dan perkembangan pengetahuan yang baik tentang KB. Hal ini
serta kesejahteraan selama kehamilannya. bisa disebabkan oleh latar belakang
Bidan terlatih memberikan saran dan nasihat pendidikan yang rendah di kalangan responden
tentang pentingnya keluarga berencana dan karena kebanyakan dari mereka telah
pilihan kontrasepsi yang tersedia pada fasilitas menjalani hingga sekolah menengah saja. Oleh
setelah kelahiran (WHO, 2006 dan WHO, karena itu, kita harus memberikan
42 | Noor Azizah, Ana Zumrotun Nisak / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.1 (2018) 37-43
pengetahuan yang lebih baik dan informasi dan sebelum/sesudah pelayanan kontrasepsi.
yang berkaitan dengan keluarga berencana Setelah dilakukan konseling pada klien dan
sehingga praktek mereka dapat ditingkatkan sudah ditentukan metode kontrasepsi yang
dan dipertahankan. (Shafei, 2012) dipilih, klien memberikan persetujuannya
Hanya 13,8% ibu diadopsi kontrasepsi berupa tanda tangan pada lembar persetujuan
postpartum. Kurangnya pengetahuan (32,5%) tindakan medis (informed consent) untuk
dan bayi muda yang disusui (28,5%) yang metode KB AKDR, implan serta kontrasepsi
umum alasan tidak menggunakan metode mantap (tubektomi dan vasektomi) (Mujiati,
kontrasepsi. Penggunaan kontrasepsi adalah 2013)
lebih tinggi di antara perempuan berusia
KESIMPULAN
kurang dari 30 tahun dan mereka yang
1. Dari 63 Responden didapatkan pendidikan
termasuk menengah kelas sosial ekonomi dan
SMA 28 (44.4%), Lama bekerja sebagain
keluarga inti. Pengaruh yang signifikan dari
besar tidak bekerja 26 (41.3%) Jumlah
status pendidikan perempuan 'pada
Anak Multigravida 41 (65.1%) Riwayat
pemanfaatan metode keluarga berencana
KB suntik 3 bulan 34 (54%). Belum
adalah diamati (p <0,05) hubungan yang
pernah menggunakan kontrasepsi 18
signifikan ditemukan. Penggunaan kontrasepsi
(28.6%)
lebih tinggi (19,1%) di antara perempuan yang
2. Sumber informasi tentang alat kontrasepsi
disampaikan di rumah sakit dibandingkan
bidan 49 orang (77.8%), Kelas Ibu Hamil
dengan yang disampaikan di rumah (8,3%).
49 orang (77.8%), orang Tua 44 orang
(Mahmood, 2011)
(69.8%), teman 41 orang (65.1%), televisi
Penguatan Konseling KB Pasca Persalinan
27 orang (42.9%), internet 23 orang
Konseling adalah proses pertukaran informasi
(36.5%), radio 20 orang (31.7%), facebook
dan interaksi positif antara klien-petugas untuk
19 orang (30.2%), surat kabar 17 orang
membantu klien mengenali kebutuhannya,
(27%)
memilih solusi terbaik dan membuat
3. Terdapat hubungan yang bermakan secara
keputusan yang paling sesuai dengan kondisi
statistik antara sumber informasi bidan (p
yang sedang dihadapi. Proses konseling yang
= 0.014), Kelas Ibu Hamil (p =0.005) dan
baik mempunyai empat unsur kegiatan: 1)
Orang Tua dengan pengetahuan KB pasca
pembinaan hubungan yang baik, 2) penggalian
persalinan pada ibu hamil trimester ketiga
dan pemberian informasi 3) pengambilan
(p = 0.001)
keputusan, pemecahan masalah dan
4. Tidak ada hubungan yang bermakna secara
perencanaan dan 4) menindaklanjuti
statistik antara sumber informasi teman (p
pertemuan. Dalam pelayanan KB pasca
= 0.265), televisi (p =0.326), internet (p
persalinan, sebelum mendapatkan pelayanan
=0.829), radio (p =0.695), facebook (p
kontrasepsi, klien dan pasangannya harus
=0.971), surat kabar (p =0.193)
mendapat informasi dari petugas kesehatan
secara lengkap, jelas dan benar agar dapat DAFTAR PUSTAKA
menentukan pilihannya dengan tepat. Achyut. Pranita. Anurag Mishra. Livia
Pelayanan KB pasca persalinan akan berjalan Montana. Ranajit Sengupta. Lisa M
dengan baik bila didahului dengan konseling Calhoun. 2016. Integration of Family
yang baik, dimana klien berada dalam kondisi Palnning With Maternal Health services:
yang sehat, sadar, dan tidak di bawah tekanan an oportunity to increase postpartum
ataupun tidak dalam keadaan kesakitan. modern contraceptive use in urban Uttar
Konseling pelayanan KB pasca persalinan Pradesh India. Fam Plann Reprod Health
dapat menggunakan media lembar balik Alat Care 2015;0:1–9. doi:10.1136/jfprhc-
Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) ber- 2015-101271
KB. Konseling KB pasca persalinan ini dapat
Alina TI, Norbanee TH, Hashim MH, Zaki
dilaksanakan pada waktu pemeriksaan
NMS (2006) Knowledge on family
kehamilan, saat mengisi amanat persalinan
planning among malay women who
dalam P4K dan saat mengikuti kelas ibu hamil,
delivered at Hospital Universiti Sains
selama proses persalinan, pasca persalinan,
Malaysia (HUSM), Kelantan and their
Noor Azizah, Ana Zumrotun Nisak / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.1 (2018) 37-43 | 43
husbands. Malaysian Journal of Public Mujiati, Inti. 2013. Pelayanan KB pasca
Health Medicine 6: 68-71. persalinan dalam upaya mendukung
percepatan penurunan angka kematian ibu.
Badan Pusat Statistik. BKKBN. Kementerian
Buletin jendela Data dan Informasi
Kesehatan. Survey Demografi Kesehatan
Indonesia. 2012 Kesehatan. Semester II. 2013 .
Kementerian Kesehatan
BKKBN. 2009. Pedoman pelayanan KB dalam
jaminan Kesehatan Masyarakat. BKKBN Mahmood, Syed Esam. Anurag Srivastava.
2011. Postpartum contraceptive use in
Bwazi, Chrissy. Alfred Maluwa. Angela rural bareilly. Indian Journal of
Chimwaza. Mercy Pindani. 2014. Community Health, Vol. 23, No. 2, July
Utilization of Postpartum Family Palnning 2011- Dec. 2011
Service between Six and Twelvw Months
Population Reference Bureau. Family
of Delivery at Ntchisi District Hospital,
Malawi. Health, 6, 1724-1737. Planning worldwive 2008 Data Sheet.
Washington
doi:10.4236/health.2014.614205.
Shafei, Mohd Nazri. Shah, Mohd Shaharudin.
Cleland J et al. Family planning: the
2012. Knowledge and attitude towards
unfinished agenda. The Lancet, 2006,
368(9549):1810–1827. Family Planning practice and prevalence
of short birt spacing among residents of
Cleland, J. Stan (2006). Lancet: Family suburban Area terengganu Malaysia.
Palnning: The Unfinished Agenda
USAID.2008 The ACQUIRE project: The
Eliason, Sebastian. Frank Baiden. 2013. postpartum intra uterine device, a training
Factors influencing the intention of course for service provider, participant,
womwn in rural ghana to adopt Handbook. Tersedia
postpartum family planning. Reproductive http://www.engenderhealth.org/filespubsa
health. DOI: 10.11867/174-44755-10-34 cquire-digital-
Licence BioMed Central archive/10.0_training_curicula_and_mater
Glasier, A. Gebbie, A (2006). Keluarga ials/10.2_resources/ppiud_ph_complete_u
Berencana dan Kesehatan Reproduksi. pdated.pdf
Jakarta. EGC Utami, Sari Handayani. Desmiwati. Endrinaldi.
Juliann S. Flourisa. Maria Anggraeni. 2015. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan
Penggunaan kontrasepsi wanita pasca dengan unmet Need KB pasca salin IUD
melahirkan dan pasca keguguran SDKI. post placenta di Kamar Rawat Pasca
2012. Jurnal kesehatan Reproduksi. Vol 6. Bersalin RSUP Dr. Djamil Periode
No.2 Januari-Maret. Jurnal Kesehatan Andalas,
2013.2(3) hal 158-163
Kementerian Kesehatan. Kajian Health
Technology Assesment Indonesia. 2009. WHO, 2013. Programming Strategies for
KB pada Periode Menyusui. Hasil Kajian Postpartum Family Palnning
HTA. Jakarta. 2010 Widyastuti L. 2010. Postpartum contraceptive
Kementerian Kesehatan. Pedoman Pelayanan use in Indonesia. Recent patterns and
KB Pasca Persalinan di Fasilitas determinants
Kesehatan. Jakarta. 2012 http://itp_bkkbn.org/pulin/004_population
_data_information/004_postpartum_contr
Kementerian Kesehatan. Pedoman Pencatatan aceptive_lina.pdf
dan Pelaporan Keluarga Berencana, upaya
menuju pelayanan KB berkualitas. Jakrta. World Health Organization. World Health
2012 Statistics 2013. Italia World Health
Organization
Laporan hasil pelayanan kontrasepsi, bulan juli
2013. BKKBN

Anda mungkin juga menyukai