Anda di halaman 1dari 7

Gambaran Pola Makan dan Aktivitas Olahraga dengan Pengendalian Kadar Gula

Darah Pada Penderita DM di Kelurahan Tanah Garam


Kota Solok Tahun 2021

Centia Komalasari
Dosen Akademi Keperawatan YPTK Solok
Email: centia.komalasari@gmail.com

ABSTRAK

Pengendalian kadar gula darah merupakan tujuan utama pada intervensi keperawatan
yang akan dilakukan pada pasien DM. Kepada penderita diabetes melitus dianjurkan untuk
selalu melakukan gaya hidup sehat setiap harinya. Pengendalian gula darah pada pasien DM
dengan mengatur pola makan seperti : mengatur jumlah makanan, jenis makanan dan
frekuensi jam makan sedangkan melakukan Aktivitas fisik ( olahraga) seperti : melakukan
senam aerobik, berjalan kaki, berenang dan bersepeda.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Pola Makan dan Aktivitas
Olahraga dengan Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Pasien DM Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tanah Garam Solok Tahun 2021.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskirptif. Populasi pada penelitian ini adalah
keseluruhan penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Tanah Garam Kota Solok Tahun 2021
dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling jumlah sampel
yang diteliti sebanyak 72 orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan
kemudian diolah dengan komputerisasi lalu dianalisa menggunakan analisa Univariat dan
kemudian di interpretasikan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari sebagian (65,3%) responden dengan
pola makan yang tidak sesuai sesuai, lebih dari sebagian (62,5%) Responden tidak melakukan
aktivitas fisik.

diharapkan kepada petugas puskesmas agar dapat memberikan informasi maupun


penyulihan kepada masyarakat penderita diabetes melitus tentang menghindari faktor-faktor
pemicu terjadinya Diabetes Melitus.

Kata kunci : Pola Makan, Aktivitas Olahrag, Glukosa Darah, Diabetes Melitus.

1
PENDAHULUAN
Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin (Hormone yang mengatur gula darah atau glukosa), atau
ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Diabetes
adalah masalah kesehatan masyarakat yang tidak penting, menjadi salah satu dari empat
penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin
dunia.Jumlah kasus prevalensi diabetes terus meningkat sclama beberapa dekade terakhir.(
WHO Global Report, 2018:17)
Penyakit tidak menular (PTM) termasuk diabetes, saat ini telah menjadi ancaman serius
kegiatan global. Dikutip dari data WHO 2019, 70% dari total kematian di dunia dan lebih dari
setengah beban penyakit. 90-95% dari kasus Diabetes yang sebagian besar dapat dicegah
karena disebabkan gaya hidup yang tidak sehat. (Kemenkes RI,2018)
Menteri Kesehatan RI (MENKES RI) , upaya efektif untuk mencegah dan
mengendalikan diabetess harus difokuskan pada faktor-faktor risiko disertai dengan
pemantauan yang teratur dan berkelanjutan dari perkembangannya karena faktor risiko umum
PTM di Indonesia relative masih tinggi, yaitu 33,5% tidak melakukan aktivitas fisik. 95%
tidak mengkonsumsi buah dan sayuran dan 33.8 populasi usia diatas 15 tahun merupakan
perokok berat. (Kemenkes RI,2018)
Cara hidup masa kini telah mengubah kebiasaan banyak orang. Perubahan pola hidup
serba instan yang ingin langsung ada dan pola makan yang serba instan pula. Problem utama
penyakit diabetes melitus adalah mengendalikan pola makan yang awalnya sebagai penyebab
paling utama seseorang bisa terkena diabetes, bisa lebih lambat atau lebih cepat hadir ke
dalam kehidupan anda. (Hendro, (2018)
Menurut teori Sari (2012) penderita diabetes melitus dianjurkan untuk selalu melakukan
gaya hidup sehat setiap harinya. Pengendalian gula darah pada pasien DM dengan mengatur
pola makan seperti : mengatur jumlah makanan, jenis makanan dan frekuensi jam makan
sedangkan melakukan Aktivitas fisik (olahraga) seperti : melakukan senam aerobik. berjalan
kaki, berenang dan bersepeda.(Sari,Retno Novita,2012. )
Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang
Gambaran Pola Makan dan Aktivitas Olahraga terhadap upaya pegendalian Glukosa Darah
Pada Penderita DM diwilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam Kota Solok 2021

2
METODE
Penelitian ini bersifat deskriptif. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 72 orang dengan
menggunakan teknik total population. Waktu penelitian untuk pengumpulan data dilakukan
selama 2 minggu. Penelitian dilakukan pada bulan juni 2021. Data yang didapatkan berupa
krakteristik responden, skor pola makan, aktivitas fisik.

HASIL
Analisis Univariat

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia,


Tingkat Pendidikan, dan Pekerjaan (N=72).

f %
Karakteristik
Jenis Kelamin (n, %)
Laki-laki 41 57
Perempuan 31 43
Usia (tahun)
Dewasa Akhir (35-45th) 19 26,4
Dewasa Tengah (46-59th) 27 37,5
Lansia (60th) 26 36,1
Tingkat Pendidikan (n,
%) 23 31,9
SD 20 27,8
SMP 19 26,4
SMA 10 13,9
PT
Pekerjaan
IRT 18 25
PNS 6 8,3
Tani 29 40,3
Wiraswasta 19 26,4

Tabel 1. menunjukkan bahwa persentase jenis kelamin laki-laki terbanyak yaitu 57%
disbanding dengan perempuan. Rata-rata usia responden terdapat di dewasa tengah 37,5%.
Tingkat pendidikan responden adalah Sekolah Dasar persentase terbanyak sebesar 31.9%.
sedangkan untuk pekerjaan sebesar 40,3 % adalah Tani.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Makan di Wilayah Kerja


Puskesmas Tanah Garam Solok

Pola Makan f %
Sesuai 25 34,7
Tidak Sesuai 47 65,3
Total 72 100

Tabel 2. menunjukkan bahwa lebih dari sebagian (65,3%) responden tidak sesuai
3
pola makannya.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik di Wilayah Kerja


Puskesmas Tanah Garam Solok

Aktivitas Fisik f %
Dilakukan 27 37,5
Tidak Dilakukan 45 62,5
Total 72 100

Tabel 3. menunjukkan bahwa lebih dari sebagian ( 62,5 %) responden tidak melakukan
aktivitas fisik (olahraga).

PEMBAHASAN
Analisis Univariat
1. Pola Makan dengan kadar Gula Darah

Hasil penelitian didapat bahwa lebih dari sebagian (65,3%) responden dengan pola
makan yang tidak sesuai dan (34,7%) responden dengan pola makan sesuai. Hal ini sejalan
dengan penelitian Susanti dengan judul “Gambaran Pola Makan dengan pengendalian
kadar gula darah Pada Penderita DM di Puskesmas Nanggalo Kota Padang 2017” dari 40
responden ditemukan 22 (80,4%) responden memiliki pola makan yang tidak sesuai dan 18
(19,6%) responden dengan pola makan yang tidak sesuai. Sejalannya hasil penelitian ini
dikarenakan ekonomi responden yang kurang baik (40,3%) responden bekerja sebagai
petani begitupun responden pada penelitian susanti (2017) juga memiliki ekonomi yang
kurang baik yaitu (50,8%) responden memiliki pekerjaan bertani.
Menurut asumsi peneliti didapatkan bahwa lebih dari sebagian (65,3%) pola makan
responden tidak sesuai standar yang disebabkan oleh ekonomi responden yang kurang baik
dibuktikan dengan (40,3%) responden bekerja sebagai petani. Sesuai dengan teori putri
(2018:98) mengatakan bahwa faktor ekonomi sangat mempengaruhi dalam pemilihan dan
pertimbangan pola makan dan bahan makanan, karena menyangkut daya beli. Pendapatan
ekonomi yang tidak cukup membuat seseorang lebih mementingkan kecukupan makanan
dari pada aspek gizi atau kesesuaian pola makan yang dianjurkan oleh petugas kesehatan.
Kemudian didapatkan (34,7%) responden dengan pola makan sesuai, hal ini
disebabkan adanya penyuluhan yang diadakan oleh tenaga kesehatan untuk melakukan
pola makan yang sesuai untuk mengurangi risiko diabetes melitus.. Menurut teori
Nursalam (2017) mengatakan bahwa pada umumnya dengan adanya penyuluhan tentang
diabetes melitus yang diberikan oleh tenaga kesehatan akan mendapat informasi sehingga
mendorong penderita diabetes melitus untuk melakukan pola makan yang sesuai.
Untuk meningkatkan kepatuhan pola makan yang baik atau pola makan yang sesuai
pada penderita diabetes melitus maka diharapkan petugas kesehatan memberikan informasi
atau pengetahuan kepada penderita diabetes melitus melalui kegiatan-kegiatan seperti
penyuluhan kesehatan melalui leaflet/lembar balik sehingga dapat memotivasi dan
memudahkan penderita diabetes melitus untuk melakukan pola makan yang sesuai seperti
menerapkan pola makan 3J unuk mengurangi risiko diabetes melitus.
4
2. Aktivitas Fisik dengan Kadar Gula Darah

Hasil penelitian didapatkan lebih dari sebagian (62,5%) responden tidak melakukan
aktivitas fisik dengan kadar gula darah tinggi dan (37,5%) responden yang melakukan
aktivitas fisik dengan kadar gula darah normal. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Gumilang Mega Paramita dengan judul “Gambaran Aktivitas Fisik dengan pengendalian
kadar gula darah Pada Penderita DM di Rumah Sakit Umum daerah karanganyar 2017”
dari 70 orang responden ditemukan 59 (89,8%) orang responden tidak melakukan aktivitas
fisik dengan kadar gula darah tinggi. Sedangkan
11 (10,2%) orang responden melakukan aktivitas fisik. Sejalannya penelitian ini
dikarenakan pada penelitian ini respondennya berusia 46 tahun keatas (lansia) begitupun
pada penelitian Gumilang (2017) lebih dari sebagian responden berusia 50 tahun keatas.
Menurut asumsi peneliti didapatkan bahwa lebih dari sebagian (62,5%) responden
tidak melakukan aktifitas fisik, hal ini dikarenakan oleh usia responden sudah banyak yang
lansia dan juga pekerjaan responden yang terlalu sibuk yaitu sebagai petani. Hal ini
didukung oleh hasil data responden yaitu (73,7%) responden berumur 46-78 tahun (lansia)
dan (40,3%) responden bekerja sebagai petani. Menurut teori Maladyn (2014:11)
menyatakan bahwa, penyebab pasien diabetes melitus tidak melakukan aktifitas fisik
adalah karena kesibukan pekerjaan masing-masing yang belum dapat meluangkan
waktunya, belum terbentuknya kebiasaan melakukan olahraga teratur dan kurang
tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dalam melakukan keteraturan olahraga.
Selain itu juga faktor usia yang sudah mendekati usia lansia dimana usia tersebut
mengalami penurunan terhadap fungsi otot-otot dan saraf sehingga tidak dapat melakukan
aktifitas fisik secara teratur.
Kemudian didapatkan (37,5%) responden melakukan aktifitas fisik. Hal ini
disebabkan karena faktor usia dimana terdapat (26,4%) pada usia dewasa akhir yang
memungkinkan untuk melakukan aktifitas fisik dengan baik, disamping itu juga disebabkan
oleh faktor pekerjaan sebagai IRT sebesar ((25%) dima responden mempunyai waktu luang
untuk mengatur jadwal aktifitas fisik dengan baik. Ini sesuai dengan teori yang dijelaskan
oleh sari (2019) menyatakan bahwa faktor usia yang masih tergolong muda (dewasa
akhir) dimana usia tersebut masih mempunyai fungsi otot-otot dan saraf yang masih kuat
sehingga dapat melakukan aktifitas fisik secara teratur dan baik. Selain itu faktor pekerjaan
sebagai IRT masih mempunyai waktu luang untuk melakukan aktifitas fisik.
Untuk meningkatkan kepatuhan melakukan aktifitas fisik yang baik pada penderita
diabetes melitus maka diharapkan petugas kesehatan memberikan pelayanan kepada
penderita diabetes melitus melalui kegiatan-kegiatan seperti penyuluhan mengenai
pentingnya melakukan aktifitas fisik sehingga dapat memotivasi penderita untuk
melakukan aktifitas fisik yang sesuai seperti melakukan aktivitas fisik secara rutin minimal
2-3 kali dan untuk mengurangi risiko diabetes melitus.

5
PENUTUP
Simpulan

1. Lebih dari (62,5%) responden memiliki kadar gula darah tinggi terhadap peningkatan
kadar gula darah dan (37,5%) responden dengan kadar gula darah normal di Wilayah Kerja
Puskesmas Tanah Garam Kota Solok Tahun 2021
2. Lebih dari (65,3%) responden yang pola makan tidak sesuai dalam upaya pengendalian
kadar gula darah pada penderita diabetes melitus dan (34,7%) responden dengan pola
makan yang sesuai terhadap upaya pengendalian kadar gula darah di Kelurahan Tanah
Garam Kota Solok Tahun 2021
3. Lebih dari (62,5%) Responden tidak melakukan aktivitas fisik dalam upaya pengendalian
kadar gula darah pada penderita diabetes melitus (37,5%) responden yang melakukan
aktivitas fisik dalam upaya pengendalian kadar gula darah pada penderita diabetes melitus
di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam Kota Solok Tahun 2021

Saran

Tenaga kesehatan khususnya perawat dapat meningkatkan dalam pemberian informasi


maupun penyuluhan kepada masyarakat penderita Diabetes Melitus tentang cara menghindari
faktor-faktor pemicu terjadinya Diabetes Melitus seperti cara menerapkan pola makan yang
sesuai dan melakukan aktifitas fisik minimai 2-3 kali dalam seminggu.

DAFTAR PUSTAKA

Asdie, Ahmad. H. 2013 .Patogenesis Dan Terapi Diabetes Mellitus. Yogyakarta: MEDIKA
FK Universitas UGM
Askandar, (2011) Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes. Jakarta: Gramedia.
Bilous Rudy,2015. Buku pegangan Diabetes.Edisi 4. Jakarta: Rineka Cipta Brunner &
Suddrath (2015) Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Depkes RI, 2019.
Pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat. Jakarta:Departemen Kesehatan RI
Depkes RI, 2020. Pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
Dewani, Maladyn (2014) Pengobatan Diabetes Melitus modern. Jakarta Diah, Rina, Dini
(2014) Diet Sehat Untuk Penderita Diabetes Melitus Dinkes Sumbar, 2020. Profil
Kesehatan Sumatra Barat, padang.
Garnita, D. (2012) Faktor Resiko Diabetes Melitus di Indonesia
GM Paramitha, 2017. “Gambaran Aktivitas Fisik dengan pengendalian kadar gula darah Pada
Penderita DM di Rumah Sakit Umum daerah karanganyar”Gramedia
Hariawan Hamdan,2019. Jurnal Keperawatan Terpadu. Mataram:Poltekes Mataram Hendro,
(2018) Efektif kendalikan Diabetes Melitus: Jakarta
IDF. (2021) Control Patients Diagnosed Diabetes Melitus. International Diabetes Federation
Indonesia.Jakarta
Juwita dkk (2018) Faktor-faktor yang mempengaruhi Diabetes Melitus: Jakarta.
Kemenkes RI,2018. Penyakit Tidak Menular (PTM). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Khsanti dkk(2019) Pedoman Pemantauan Glukosadarah Mandiri.Jakarta

6
Novera herdiani (2017) Penerapan Pola Makan Oenderita Diabetes Melitus Nugraha (2018)
Penanganan Diabetes Melitus Terpadu :Jakarta Nurhamsiyah,2017. Berdamai Dengan
Diabetes. Jakarta: Bumi Medika
Nurrahmi Ulfa, (2017) Stop Diabetes Melitus,Hipertensi, Kolesterol tinggi, jantung Koroner.
Yogyakarta: Istana Media.Nursalam
Padila,S.Kep.,Ns.2018. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika
Parkeni, (2015) Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus di
Indonesia: Jakarta
Prof.Dr.R.A. Oetari.2019. Khasiat Obat Tradisional Sebagai Antioksidan Diabetes. Pustaka
Utama
Riskesdas,2018. Indonesia Data Terbaru Riset Kesehatan Dasar. Riset Kesehatan Dasar
Sari,Retno Novita,2012. Diabetes Melitus (Dilengkapi dengan Senam DM).
Sudoyo, Slamet. 2007. Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes dalam
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu Cetakan5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Susanti, 2017 “Gambaran Pola Makan dengan pengendalian kadar gula darah Pada Penderita
DM di Puskesmas Nanggalo Kota Padang”
Susanto (2013) Terapi dan Senam Diabetes Melitus
Tjokoprawiro, Askandar. (2012). Diabetes Melitus Klasifikasi, Diagnosis Dan Terapi.
WHO. Global Report (2018), Diabetes Melitus PTM, Gianyar. Global Report Yogyakarta:
Rapha Publishing

Anda mungkin juga menyukai