Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN OBESITAS

Abstrak
Obesitas dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya aktivitas fisik. Tujuan
penelitian untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik terhadap penderita obesitas.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekata deskriptif
korelasi. Responden penelitian adalah obesitas sebanyak 76 orang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara rerata aktivitas fisik
terhadap indeks massa tubuh dengan p value.000. Hasil ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara aktivitas fisik obesitas. Rekomendasi bagi peneliti
berikutnya adalah memberikan beberapa kali percobaan aktivitas fisik untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. View of hubungan

Kata Kunci: Pola makan, aktifitas fisik, kejadian obesitas view of hubungan

Pendahuluan:

Saat ini tingkat aktivitas fisik sebagian besar masyarakat Indonesia tergolong rendah
akibat perubahan kebiasaan kerja, aktivitas sehari-hari, perkembangan teknologi
khususnya di bidang elektronik dan transportasi, serta gaya hidup malas yang
berdampak pada overweight dan obesitas (Suryani,et al.,2022). Di Indonesia
sebanyak 23,4% obesitas pada umur 18-21 tahun, sebanyak 16,7% obesitas diatas
umur 22 tahun, dan sebanyak 19,7% obesitas pada jenis kelamin laki-laki (Winandar,
Muhammad, & Nurlisa, 2021). View of hubungan

Aktivitas fisik juga berpengaruh terhadap obesitas penurunan aktivitas fisik


mengakibatkan energi yang dikeluarkan menjadi berkurang dan disimpan di dalam
tubuh namun konsumsi sayur dan buah cukup rendah terutama pada lansia rendahnya
konsumsi sayur dan buah berkaitan dengan tingginya kejadian obesitas. Rendahnya
konsumsi sayur dan buah berkaitan dengan tingginya kejadian obesitas, sebaiknya
konsumsi tinggi sayur dan buah yang kaya akan serat vitamin dan mineral dapat
menekan angka obesitas selain itu serat pangan dalam sayur dan buah. Jurnal gizi
indo

Obesitas di seluruh dunia meningkat hampir tiga kali lipat sejak tahun 1975.
Pada tahun 2016 lebih dari 1,9 miliar orang dewasa berusia 18 tahun keatas
mengalami kelebihan berat badan, dari jumlah tersebut terdapat lebih dari 650
juta mengalami obesitas. Sekitar 39% orang dewasa berusia 18 tahun keatas
mengalami kelebihan berat badan pada tahun 2016 dan 13% mengalami obesitas
(WHO, 2021). View of perilaku
Perilaku pencegahan obesitas dapat dilakukan dengan menjaga pola konsumsi
dan meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari. Mengatur pola konsums sehat dengan
memperbanyak konsumsi buah dan sayur, mengurangi konsumsi makanan dan
minuman tinggi gula, mengurangi konsumsi makanan tinggi energi dan lemak,
jarang mengonsumsi makanan cepat saji (fast food)serta meningkatkan aktivitas fisik
(Kivimäki et al.,2022). Berdasarkan data prevalensi status gizi menurut kategori
Indeks Massa Tubuh (IMT) pada penduduk dewasa (>18 tahun) di Papua yang
mengalami obesitas masih cukup tinggi yakni sebesar20,2%. Sehingga
berdasarkan permasalahan tersebut,penelitian ini akan berfokus untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan obesitas.
Kelebihan berat badan pada remaja terkait dengan peningkatan risiko terjadinya
penyakit tidak menular. Aktivitas fisi berperan penting dalam mencegah kelebihan
berat badan dan obesitas pada orang muda dan membatasiperkembanganya pada usia
dewasa. Oleh karena itu, peningkatan pengetahuan gizi dapat membantu mereka
untuk menyesuaikan perilaku makan dan aktivitas fisik mereka (Mapfumo,
Muderedzwa and Matsungo, 2022). View of prilaku

METODE
Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan pola makan dan aktifitas fisik
(variabel independen) dengan kejadian obesitas (variabel dependen). View of
hubungan

Tabel 1 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas


Klasifikasi IMT (kg/m2)
Normal ≥ -2,0 s/d ≤ -1,0
Gemuk > 1,0 s/d < 2,0
Obesita s≥ 2,0
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden didominasi oleh
mahasiswa dengan IMToverweight sebesar60,5% dibandingkan obesitas sebesar
39,5%. Permasalahan overweightdan obesitas pada mahasiswa Universitas Advent
Indonesia ini
merupakan suatu permasalahan yang perlu untuk diperbaiki karena dapat mengganggu
kesehatan. Risiko kesehatan yang dapat muncul seperti hipertensi, diabetes mellitus
tipe 2, dislipidemia, stroke, penyakit kandung empedu, osteoarthritis, sleep
apnea gangguan pernapasan, dan beberapa jenis kanker tertentu (WHO, 2018).Jika
sampaimahasiswamengidappenyakit tersebut maka akan membutuhkan proses
penyembuhan yang tidak singkat dan tentu dapat menghambat proses perkuliahan
Overweightdan obesitas mempengaruhiaktivitas fisik mahasiswa Universitas Advent
Indonesia. Hal ini terlihat dari hasil pengukuranyang dilakukan dimana hanya
aktivitas fisik melompat dan fleksibilitas yang memperolehlebih banyak kategori
baik, sedangkan aktivitas fisik lainnya yaitu kecepatan, kekuatan lengan, ketahanan dan
kekuatan otot perut rata-rata mahasiswa hanya mencapai kategori memuaskan
hingga kategori minimal. Keterkaitan antara aktivitas fisik dengan overweightdan
obesitas pada mahasiswa juga didukung oleh hasil uji statistik yang menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara rata-rata aktivitas fisik dengan IMT.Hasil
penelitian ini sejalan dengan pendapat Rudiyanto,(2012) yang mengatakan bahwa IMTdiatas
normal akan menghambat kecepatan seseorang karena bentrokan jaringan lemak
pada jaringan otot yang membuat kekuatan otot berkurang
Hasil hubungan antaraIMTdengan kemampuan melompat juga searah dengan
penelitian Putu Bagus (2022) yang berjudul hubungan indeks massa tubuh overweight
dengan daya ledak otot tungkai dalam olahraga lompat jauh gaya jongkok pada siswa laki-
laki di Sma Negeri 8 Denpasaryang menemukan hubungan signifikan tidak searah bahwa
semakin besar IMTmaka semakin rendah kemampuan untuk melompat karena nilai daya
ledak otot tungkai yang didapatkan tidak masimal.Daya ledakotot tungkaiadalah
kemampuan untuk melakukan aktifitasdenganseluruhkemampuan atau tenaga seseorang
Hasil hubungan antara IMTdengan fleksibilitas juga didukung dengan penelitian
terdahulu dengan judul hubungan antara indeks massa tubuh dengan fleksibilitas lumbal pada
mahasiswa kedokteran yang menunjukkan tidak ada hubungan signifikanantara
IMTdengan fleksibilitas dan arah hubungan negatif (Mujtahidin et al., 2020) view of
hubungan

Analisa Univariat
1. Pola Makan
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola Makan
No. Data n Persentase (%)
1. Pola Makan
Kurang Baik 98 51,0
Baik 94 49,0
Jumlah 192 100
2. Aktifitas Fisik
Rendah 105 54,7
Tinggi 87 85,3
Jumlah 192 100
Hubungan Pola Makan Dan Aktifitas Fisik Dengan Kejadian Obesitas.
3. Kejadian Obesitas
Tidak Obesitas 90 46,9
Obesitas 102 53,1
Jumlah 192 100
Berdasarkan tabel 2di atas dapat dilihat bahwa dari 192 responden terdapat 98
responden (51%) memiliki pola makan kurang baik, 105 responden (54,7%)
memiliki aktifitas fisik, 102 orang (53,1%) mengalami obesitas.
Analisis Univariat
tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 19 tahun yakni
sebanyak
28 orang (28%). Sebagian besar responden dalam penelitian ini berjenis kelamin
perempuan yakni sebanyak 69 orang (69%). Mahasiswa Universitas Cenderawasih yang
menjadi responden dalam penelitian ini sebagian besar berada pada jenjang angkatan
2021 yakni sebanyak 43 orang (43%). View of prilaku

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden


____________________________________________________________
Karakteristik total
____________________________________________________________
Umur
18 tahun 6 6.0%
19 tahun 28 28.0%
20 tahun 23 23.0%
21 tahun 20 20.0%
22 tahun 15 15.0%
23 tahun 8 8.0%
Jenis Kelamin

Laki-laki 31 31.0%
Perempuan 69 69.0%

Jenjang Angkatan

2018 8 8.0%
2019 23 23.0%
2020 23 23.0%
2021 43 43.0%
2022 3 3.0%
TOTAL 100 100
Sumber : data primer 2020

Berdasarkan tabel 2
di bawah ini menunjukkan bahwa dari 100 responden dalam
penelitian ini, terdapat 86 orang (86%) yang tidak sering makan makanan
selingan dan sebanyak 14 orang (14%) yang sering makan makanan selingan
Serta dari 100 responden dalam penelitian ini, terdapat 79 orang (79%) yang
melakukan aktivitas fisik berat dan sebanyak 21 orang (21%) yang melakukan
aktivitas fisik ringanSebagian besar responden berjenis kelamin perempuan
yakni sebanyak 69 orang (69%). Sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang cukup yakni sebanyak 96 orang (96%). Sebagian besar respo
nden memiliki persepsi yang positif yakni sebanyak 73 orang (73%) dan sebagian
besar responden mendapat dukungan keluarga untuk berperilaku pencegahan
obesitas yakni sebanyak 78 orang (78%) View of prilaku

Tabel 2Distribusi Responden Berdasarkan Variabel yang Diteliti

Karakteristik total
Perilaku Makan Makanan Selingan
Sering 14 14.0%
Tidak sering 86 86%
Perilaku Aktivitas Fisik
Ringan 21 21.0%
Berat 79 79.0%
Jenis Kelamin
Laki-laki 31 31.0%
Perempuan 69 69.0%
Pengetahuan
Kurang 4 4.0%
Cukup 96 96%
Persepsi
Negatif 27 27.0%
Positif 73 73.0%
Dukungan keluarga
Tidak mendukung 22 22.0%
Mendukung 78 78%
TOTAL 100 100
Sumber : data primer 2020

Analisis Bivariat
Berdasarkan tabel 3 di bawah ini menunjukkan bahwa,variabel pengetahuan (p= 0,034)
dan dukungan keluarga (p= 0,032) memiliki hubungan signifikan dengan perilaku
makan makanan selingan pada mahasiswa Universitas Cenderawasih yakni dengan nilai
p-valuekurang dari 0,05.Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berjenis kelamin perempuan. Proporsi responden terhadap perilaku makan makanan
selingan yang tidak sering lebih tinggi pada responden perempuan dibanding dengan
laki-laki, yaitu 88,4 % dari 69 responden yang berjenis kelamin perempuan, dan 80,6% dari
31 responden yang berjenis kelamin laki-laki. Hasil uji chi squarememperoleh nilai p=0,301.
Hal ini menunjukkan bahwa nilai p>0.05. Hasil menunjukan bahwa secara statistik tidak
ada hubungan antara jenis kelamin terhadap perilaku makan makanan selingan mahasiswa
Universitas Cenderawasih.Responden dalam penelitian ini sebagian besar memiliki tingkat
pengetahuan cukup. Proporsi responden terhadap perilaku makan makanan selingan yang
tidak sering lebih tinggi pada responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup
dibanding yang memiliki pengetahuan kurang, yaitu 87,5% dari 96 responden yang
memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan 50,0% dari 4 responden yang memiliki
tingkat pengetahuan kurang. Hasil uji chi squarememperoleh nilai p=0,034. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai p<0.05. Hasil menunjukan bahwa secara statistik ada
hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap perilaku makan makanan selingan
mahasiswa Universitas Cenderawasih View of prilaku

Screen time
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat screen time subjek paling banyak
ditemui adalah remaja dengan screen time yang tinggi 73,3% (Tabel 1) View of screentime
Tabel 1.Distribusi frekuensi berdasarkan screen time pada remaja obesitas di
SMK Negeri 1 Banjarbaru

Screen time 11 %
Low screen time (< 2jam/hari) 12 26,7
High screen time (> 2jam /hari) 33 73,3
Total 45 100

Aktivitas fisikHasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat aktivitas fisik remaja sebagian besar
adalah remaja dengan tingkat aktivitas fisik ringan yaitu 62,2% (Tabel 2) View of screentime
Tabel 2.Distribusi frekuensi berdasarkan aktivitas fisikpada remaja obesitas di
SMK Negeri 1 Banjarbaru

Aktivitas fisik 11 %
Ringan 28 62,2
Sedang 11 24,
Berat 6 13,3
Total 45 100

Anda mungkin juga menyukai