PROPOSAL
OLEH
INDAH MULIA HERWISDIANE
20420041
PENDAHULUAN
dengan energi yang keluar dalam jangka waktu yang lama. Kelebihan energi ini akan
disimpan dalam bentuk lemak dan jaringan lemak sehingga dapat berakibat
WHO menunjukkan bahwa, secara global lebih dari 1 miliar orang dewasa
mengalami kelebihan berat badan dan 300 juta orang mengalami obesitas. Obesitas
banyak terjadi di negara berkembang dengan jumlah penderita lebih dari 115 juta orang.
Sebagian besar negara-negara di Eropa telah meningkat dari 10% menjadi 40% dalam
10 tahun terakhir, bahkan di Inggris prevalensi obesitas lebih dari dua kali lipat. WHO
memaparkan bahwa angka obesitas dunia hampir mencapai tiga kali lipat sejak tahun
1975 sampai 2016, sekitar 650 ribu atau 13% dari populasi orang dewasa dunia
Data Riskesdas Tahun 2018 menyebutkan bahwa prevalensi obesitas di Indonesia yaitu
sebesar 21,8%. Sedangkan Provinsi Banten merupakan salah satu provinsi yang memiliki
nilai prevalensi obesitas di atas nilai rata-rata nasional Indonesia, yaitu sebesar 22,1%
(Arifani & Setiyaningrum, 2021)
dewasa (>18 tahun) berdasarkan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT), kategori
obesitas cenderung mengalami peningkatan, yaitu tahun 2008 kejadian overweight
sebesar 8,6%, dan obesitas sebesar 10,5%, pada Tahun 2013 kejadian overweight
sebesar 11,5% dan obesitas sebesar 14,8% serta meningkat pada Tahun 2018 kejadian
overweight sebesar 13,6% dan obesitas sebesar 21,8%. Perempuan overweight dan
obesitas memiliki prevalensi lebih tinggi sebesar 14,8% dan 24% dibandingkan laki-
laki overweight dan obesitas sebesar 11,9% dan 11,5% (Izhar, 2020).
Menurut WHO, seseorang dikatakan obesitas jika nilai Indeks Massa Tubuh
(IMT) diatas 30,0 kg/m2. Sedangkan IMT antara 25 – 29,9 kg/m2 disebut pre obesitas.
Untuk orang Asia, IMT diatas 25 kg/m2 termasuk obesitas. Obesitas saat ini menjadi
penyakit global yang menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat di dunia,
sebesar 2,8 juta orang meninggal karena penyakit seperti diabetes dan penyakit jantung
sebagai akibat dari obesitas (Apriyanti et al., 2020). Orang yang mengalami obesitas
berada pada risiko yang lebih tinggi untuk penyakit yang serius seperti tekanan darah
tinggi, serangan jantung, stroke, diabetes, penyakit kandung empedu, dan kanker.
Risiko pada orang yang mengalami obesitas beberapa kali lebih tinggi dari orang-orang
yang memiliki berat badan yang sehat dan normal (KEMENKES RI, 2018)
Obesitas pada Wanita Usia Subur (WUS) berimplikasi pada kondisi kesehatan
yang tidak diinginkan dan akan berdampak pada siklus reproduksi wanita yaitu
menimbulkan infertilitas pada wanita akibat anovulasi, siklus menstruasi yang tidak
kematian janin. WUS berada dalam masa prakonsepsi yaitu periode kritis yang
berpengaruh pada anak atau keturunan saat dilahirkan dan di kehidupan setelahnya
(Hutasoit, 2020)
Penyebab obesitas yaitu adanya pengaruh genetik dan hormon pada berat badan.
Hal yang paling mendasar adalah obesitas akan terjadi jika tubuh menerima lebih
banyak atau kelebihan kalori dari pada membakar kalori. Kalori tersebut kemudian akan
menumpuk dan menjadi lemak. Faktor lain yang mempengaruhi obesitas selain
pengetahuan gizi dan sikap yaitu aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang optimal dapat
mengurangi massa lemak dan massa tubuh, seseorang yang melakukan aktivitas fisik
maka dalam proses metabolismenya akan menggunakan energi yang tersimpan dalam
usia 19—55 tahun di Indonesia sebesar 29.4%. Perempuan yang berstatus menikah,
makanan dan minuman manis >10% AKE, mengonsumsi karbohidrat >55% AKE, serta
Pada penelitian lain didapatkan bahwa prevalensi obesitas pada wanita usia subur
sebesar 35,5%, pola makan buruk sebesar 50,4%, aktivitas fisik berat sebesar 81,9%,
tidak terdapat riwayat obesitas sebesar 80,4% dan penggunaan alat kontrasepsi
obesitas diketahui bahwa pola makan merupakan faktor risiko obesitas sedangkan
aktivitas fisik, riwayat keluarga dan penggunaan alat kontrasepsi bukan merupakan
faktor risiko kejadian obesitas pada wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas
pertama di Kecmatan Maja, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Berdasarkan data yang
diambil di UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja prevalensi wanita usia subur paling
banyak berada di desa Maja Baru yaitu sebesar 7,69% dengan prevalensi obesitas di
Desa Maja Baru sebesar 27,7%. Hal tersebut merupakan salah satu masalah di UPTD
Puskesmas Rawat Inap Maja karena dikhawatirkan dapat memicu berbagai penyakit
khususnya pada wanita usia subur di wilayah cakupan UPTD Puskesmas Rawat Inap
Maja. Berdasarkan uraian masalah diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui
faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada Wanita Usia Subur
berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) di UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja
Kabupaten Lebak
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka
Apakah faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada wanita usia
subur berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) di UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja
Mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada wanita usia
subur berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) di UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja
2. Mengetahui distribusi frekuensi faktor asupan energi total wanita usia subur di
3. Mengetahui distribusi frekuensi faktor aktifitas fisik wanita usia subur di wilayah
4. Mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian obesitas pada wanita usia
subur di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja Kabupaten Lebak
wanita usia subur di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja Kabupaten
Lebak
6. Mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada wanita usia
subur di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja Kabupaten Lebak
subur di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja Kabupaten Lebak
wanita usia subur di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja Kabupaten
Lebak
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
mengenai faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada wanita usia subur
berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap
2. Manfaat Praktis
1) Bagi Mahasiswa
dengan kejadian obesitas pada wanita usia subur berdasarkan Indeks Massa
Tubuh (IMT) di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja Kabupaten
Lebak.
2) Bagi Masyarakat
dengan kejadian obesitas pada wanita usia subur berdasarkan Indeks Massa
Tubuh (IMT) di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja Kabupaten
Lebak.
Untuk peneliti selanjutnya, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan acuan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obesitas
2.1.1 Definisi
akumulasi lemak berlebih atau akumulasi lemak abnormal yang dapat berisiko terhadap
Obesitas seing dikaitkan dengan banyaknya lemak dalam tubuh. Dalam usia
produktif rata-rata lemak wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan
dengan laki-laki. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan
2.1.2 Klasifikasi
massa tubuh (IMT) adalah indeks sederhana dari berat badan terhadap tinggi badan
yang digunakan untuk mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan obesitas pada
orang dewasa. IMT didefinisikan sebagai berat badan seseorang dalam kilogram dibagi
dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2) (KEMENKES RI, 2020).
IMT : BB (Kg)
TB (m)2
Keterangan :
2.1.3 Etiologi
Secara umum obesitas terjadi akibat meningkatnya asupan makanan yang tinggi
lemak dan kurangnya aktifitas fisik sehari-hari baik dalam bekerja maupun
bertransportasi. Penyebab lain dari obesitas antaralain yaitu adalah gaya hidup tak aktif,
emosional, merokok, umur, kehamilan dan kurang tidur dapat menjadi faktor resiko
1. Faktor Genetik
Bila salah satu orang tuanya obesitas, maka peluang anak-anak menjadi
obesitas sebesar 40-50%. Dan bila kedua orangtuanya menderita obesitas maka
2. Faktor Lingkungan
1) Pola Makan
Jumlah asupan energy yang berlebih menyebabkan kelebihan berat
badan dan obesitas. Jenis makanan dengan kepadatan energy yang tinggi
energy.
1) Obat-obatan
yang lama untuk terapi asma, osteoarthritis dan alergi dapat menyebabkan
2) Hormonal
hormone leptin, grelin, tiroid, insulin, dan estrogen. (KEMENKES RI, 2020)
Penyebab kegemukan dan obesitas sampai saat ini masih belum sepenuhnya
dipahami. Namun, fakta diketahui bahwa ada banyak faktor yang menyebabkan
masalah serius ini, beberapa di antaranya tampak sederhana namun yang lainnya cukup
rumit. Beberapa penyebab yang paling penting adalah sebagai berikut (Rina, 2011).
Kelebihan berat badan atau obesitas dapat terjadi ketika makan lebih
banyak kalori dari pada yang gunakan. Kurangnya keseimbangan energi adalah
pemicu yang paling sering menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas.
Keseimbangan energi artinya bahwa energi yang masuk sama dengan energi yang
keluar. Energi yang masuk adalah jumlah energi atau kalori yang didapatkan dari
makanan dan minuman yang disantap. Energi yang keluar adalah jumlah energi
yang digunakan tubuh untuk hal-hal seperti bernapas, mencerna, dan aktivitas
fisik.
Banyak di antara orang tidak begitu aktif secara fisik. Salah satu
penelitian, lebih dari 2 jam sehari menonton TV bisa memicu kelebihan berat dan
obesitas.
Alasan lain untuk tidak aktif termasuk: mengandalkan kendaraan dan bukan
berjalan kaki, tuntutan fisik lebih sedikit di tempat kerja atau di rumah karena
aktivitas fisik seperti olahraga. Orang yang tidak aktif lebih besar peluangnya
untuk mendapatkan berat badan karena mereka tidak membakar kalori yang
mereka ambil dari makanan dan minuman. Gaya hidup tidak aktif juga
3. Lingkungan
permainan dan sarana olahraga yang ter jangkau. Hal ini membuat sulit bagi
punya waktu untuk aktif secara fisik karena jam kerja yang panjang dan
c. Porsi makan yang besar. Dewasa ini, kita dikelilingi oleh porsi makanan
berat dan makanan ringan dapat memberikan kalori porsi ganda yang
dibutuhkan oleh seorang individu. Makan porsi besar berarti terlalu banyak
kenaikan berat badan jika tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang
cukup.
makanan sehat dan lengkap, seperti buah-buahan dan sayuran segar. Atau,
e. Iklan makanan. Hampir setiap waktu kita dibombardir oleh iklan makanan,
khususnya melalui televisi, majalah, surat kabar, dan internet. Sering kali
tinggi lemak dan minuman manis. Tujuan dari iklan tersebut adalah untuk
memengaruhi orang agar membeli makanan berkalori tinggi, dan ternyata
cukup berhasil.
Kalori adalah sumber energi. Ketika tubuh menerima terlalu banyak asupan
kalori dari yang dibutuhkan, maka kalori lebih ini akan disimpan sebagai lemak
di tubuh Anda untuk energi cadangan. Ketika kelebihan kalori terus berlanjut dari
waktu ke waktu, maka Anda menjadi kelebihan berat badan dan bahkan mungkin
dijauhkan terpisah menunjukkan bahwa gen memiliki pengaruh kuat pada berat
Peluang Anda untuk kelebihan berat badan lebih besar jika salah satu atau tua
Anda kelebihan berat badan atau obesitas. kedua orang Gen juga dapat
memengaruhi jumlah lemak yang Anda sim pan di tubuh dan ke mana tubuh
membawa lemak ekstra ter- sebut. Karena keluarga juga sering berbagi makanan
dan kebia- saan aktivitas fisik yang nyaris sama, maka link antara gen dan
kebiasaan orang tua mereka. Pola perilaku orang tua tentang belanja, memasak,
anggota keluarga. Seorang anak yang orang tuanya gemuk yang terbiasa makan
makanan berkalori tinggi dan tidak aktif kemungkinan besar anak tersebut akan
fisik yang baik, kesempatan anak untuk kelebihan berat badan atau obesitas
menjadi berkurang.
6. Kondisi Kesehatan
diketahui dapat menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas, seperti tiroid
syndrome (PCOS).
a. Tiroid kurang aktif adalah suatu kondisi di mana kelenjar tiroid tidak
terlalu banyak hormon kortisol. Sindrom ini juga dapat berkembang jika
prednison, untuk waktu yang lama. Orang yang menderita sindrom cushing
Anda membutuhkan air ekstra. Semua faktor ini dapat menyebabkan penambahan
berat badan.
8. Faktor Emosional
Beberapa orang makan lebih dari biasanya ketika mereka sedang bosan,
marah, atau stres. Seiring waktu, makan berlebihan dapat memicu naiknya berat
merokok. Salah satu alasannya adalah selera makan menjadi naik setelah berhenti
kalori dalam tubuh, sehingga akan membakar kalori lebih sedikit saat berhenti
10. Usia
Ketika beranjak tua cenderung kehilangan otot, terutama jika kurang aktif.
Kehilangan otot dapat memperlambat tingkat pembakaran kalori pada tubuh. Jika
tidak mengurangi asupan kalori saat beranjak tua, berpeluang kelebihan berat
badan. Kelebihan berat badan pada wanita setengah baya adalah terutama karena
faktor usia dan gaya hidup, tetapi menopause juga memainkan peran. Banyak
wanita bertambah berat sekitar 5 kilogram selama masa menopause dan memiliki
11. Kehamilan
mendapatkan asupan gizi yang cukup dan berkembang secara normal. Namun
banyak wanita menjadi kelebihan berat badan pada masa ini. Setelah melahirkan,
beberapa wanita merasa sulit untuk menurunkan porsi dan intensitas makan. Ini
kemungkinan untuk kelebihan berat badan atau obesitas. Orang yang tidur 5 jam
semalam, misalnya, lebih cenderung menjadi gemuk ketimbang orang yang tidur
7-8 jam semalam. Orang yang jam tidurnya lebih sedikit tampaknya lebih suka
makan, dan makanan mereka sering menyimpan kalori dan karbohidrat yang
obesitas seiring waktu Hormon yang dilepaskan selama kita tidur mengontrol
nafsu makan dan penggunaan energi tubuh. Sebagai contoh, insulin mengontrol
naik turunnya kadar gula darah selama tidur. Orang yang tidak cukup tidur akan
memiliki tingkat insulin dan gula darah yang mirip dengan orang memiliki
diabetes.
Juga, orang yang tidak mendapatkan cukup tidur secara teratur tampaknya
Banyak sekali resiko gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada usia produktif
dyslipidemia, batu empedu, diabetes mellitus, gangguan fungsi paru, mengorok saat
tidur, tersumbatnya jalan nafas (obstructive sleep apnea), obesitas juga bisa
mempengaruhi kesehatan kulit dimana dapat terjadi striae atau garis-garis putih
terutama di daerah perut (white/purple stripes). Selain itu, gangguan psikologis juga
dapat terjadi pada penderita obesitas hingga memiliki dampak yang kurang baik pada
Obesitas dapat memicu timbulnya beberapa penyakit kronis yang sangat serius
seperti :
1) Resistensi Insulin
bakar pembentuk energi kedalam sel. Dengan memindahkan glukosa kedalam sel
maka insulin akan menjaga kadar gula darah tingkat yang normal. Pada orang
kedalam sel lemak dan menjaga kadar gula darah tetap normal, pankreas sebagai
jumlah yang banyak. Lama kelamaan, pankreas tidak sanggup lagi memproduksi
insulin dalam jumlah besar sehingga kadar gula darah berangsur naik dan
darah pada perempuan obesitas lebih mudah terjadi jika dibandingkan dengan
laki-laki gemuk. Peningkatan tekanan darah juga mudah terjadi pada orang
gemuk tipe apel (central obesity,konsentrasi lemak pada perut). bila dibandingkan
dengan mereka yang gemuk tipe buah pear (konsentrasi lemak pada pinggul dan
paha).
3) Serangan Jantung
Risiko terkena penyakit jantung koroner pada orang gemuk tiga sampai
empat kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan orang normal. Setiap
4) Kanker
terjadi peningkatan resiko terjadinya kanker usus besar, prostat, kandung kemih
dan kanker rahim pada obesitas. Pada perempuan yang telah menopause rawan
terjadi kanker payudara. Selain itu, obesitas juga dapat menimbulkan masalah-
5) Gangguan Ovulasi
leptin dan insulin yang tinggi. Kadar leptin yang tinggi mempengaruhi
steroidogenesis di ovarium. Gangguan ovulasi dapat terjadi bila ada kelainan pada
sentral (hipotalamus atau pituitary), hubungan umpan balik (estrogen rendah terus
atau estrogen tinggi terus), atau kelainan pada ovarium (perifer). Ovarium
dengan kadar estrogen yang selalu tinggi. Dampak klinik dari sindroma ovarium
Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang masih dalam usia reproduktif
(sejak mendapat haid pertama dan sampai berhentinya haid), yaitu antara usia 15– 49
tahun, dengan status belum menikah, menikah, atau janda, yang masih berpotensi untuk
Pada masa subur gejala yang mungkin terjadi adalah gejala menstruasi
merupakan peristiwa penting pada masa subur yang menjadi pertanda biologis dari
kematangan seksual dari kematangan seksual dimana benar-benar siap secara biologis
Rentang usia seseorang untuk bisa berproduksi adalah sekitar 15-49 tahun.
Setelah melewati usia tersebut maka secara fisiologis akan terjadi penurunan fungsi
organ tubuh dengan perlahan sampai memasuki lansia (Akbar et al., 2021).
2.3 Kerangka Teori
Obat-obatan
Ketidakseimbangan
Berhenti merokok ↑ nafsu makan OBESITAS
energi
Kurang tidur
Pola makan
Lingkungan
Kurangnya
Usia ↓ aktivitas fisik aktivitas Fisik
Pola aktivitas fisik
Lebak
3. H0: Tidak terdapat hubungan pola aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas
METODOLOGI PENELITIAN
sebagai alat untuk menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.
pengumpulan data dalam penelitian ini akan diubah dalam bentuk angka secara
angka.
Penelitian ini dilakukan dalam rentang bulan Juli 2023– September 2023
dan kurang lebih berlangsung selama tiga bulan terhitung sejak pengembangan
Kabupaten Lebak di desa Maja Baru. Dasar pertimbangan lokasi penelitian ini
adalah di provinsi Banten angka prevalensi obesitas masih sangat tinggi terutama
studi Cross Sectional, karena hasil penelitian dapat diketahui langsung bersamaan
dengan waktu saat penelitian dilakukan. Desain ini dipilih karena mudah untuk
2.5.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini mencakup 818 orang wanita usia subur di
Wilayah kerja UPDT Puskesmas Maja Kabupaten Lebak di Desa Maja Baru
2.5.2 Sampel
𝑁.𝑧 2 .𝑝.𝑞
𝑛 = 𝑑2 .(𝑁−1)+𝑧2 𝑝.𝑞
n = 155,7
Keterangan:
q: 1-p (100% - p)
d: Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05)
menjadi 155 subjek. Pada penelitian ini menggunakan sampel berjumlah 155
orang.
1) Variabel Independen
obesitas yaitu asupan genetik dan riwayat keluarga, pola makan, dan pola aktivitas
fisik.
2) Variabel Dependen
yang merupakan variabel dependen adalah kejadian obesitas pada wanita usia
subur.
((Hastuti,
2018)
2 Genetik Riwayat obesitas Kuesioner 0 : Terdapat Ordinal
dan pada individu yang riwayat
riwayat memiliki hubugan obesitas
keluarga yang dekat secara 1 : Tidak
genetik terdapat
riwayat
obesitas
((Safitri,
2017))
3 Pola energy total yang Kuesioner 0 : Lebih (> Ordinal
makan dikonsumsi dalam food recall 100%
24 jam dan 24 jam AKE)
dibandingkan 1 : Cukup
dengan AKE (≤ 100%
AKE)
(Mahadibya
, 2015)
4 Pola Aktivitas fisik yang Kuesioner 0 : Pasif ordinal
aktivitas dihitung selama 24 activity (1,40-1,69
fisik jam menggunakan recall 24 kkal/jam)
rumus PAL jam 1 : Aktif
(1,70-2,40
kkal/jam)
(Ningrum,
2022)
2.8 Metode Pengumpulan Data
Lebak.
Kabupaten Lebak
subur di UPDT Puskesmas Rawat Inap Maja Kabupaten Lebak. Data yang diambil
dari Kuisioner berupa identitas, makanan yang dimakan selama 24 jam terakhir,
Data yang telah didapatkan dari proses pengumpulan data kemudian diubah
1. Editing
data, jika ternyata terdapat kekurangan isi dengan cara memeriksa isi
2. Coding
3. Tabulating
agar mudah untuk saat dilakukan analisis data sehingga dapat ditarik
akan dilakukan tiga jenis analisis data, yaitu analisis univariat, analisis bivariat
1. Analisis Univariat
Seluruh data yang telah didapatkan melalui rekam medis akan diolah
2. Analisis Bivariat
data yang dilakukan adalah uji Shapiro Wilk, karena besar sampel dalam
penelitian tidak >50. Distribusi normal baku adalah data yang telah
p lebih dari 0,05 maka distribusi data memenuhi asumsi normalitas, dan
uji Fisher (Dahlan, 2014). Adapun syarat untuk uji chi-square adalah:
kategorik.
batas kemaknaan 95 % yang berarti jika p value kurang dari 0,05 maka
risiko dengan kejadian obesitas pada wanita usia subur di wilayah kerja
UPDT Puskesmas Rawat Inap Maja Lebak. Tetapi bila p value lebih dari
0,05 maka hasilnya tidak bermakna yang berarti H0 diterima atau tidak
wanita usia subur di wilayah kerja UPDT Puskesmas Rawat Inap Maja
Lebak.
3. Analisis Multivariat
multivariat adalah data yang dikumpulkan dari dua atau lebih observasi
dengan mengukur observasi tersebut dengan beberapa karakteristik
usia subur di wilayah kerja UPDT Puskesmas Rawat Inap Maja Lebak
kedalam analisa multivariat yaitu variabel yang memiliki nilai p < 0,25
logistik berganda
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanti, Tasnim & Kartini, 2020. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Kejadian
Obesitas Pada Wanita Usia Subur (WUS) Di Wilayah Kerja Puskesmas Lepo – Lepo.
Midwifery Journal, Volume 5, pp. 5-8.
Aulia, H. R., 2022. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Perawat
Dalam Melakukan Hand Hygiene.
Basri, N. I. R., 2020. Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian
Obesitas Usia Produktif Di Posbindu Ptm Melati Kelurahan Josenan Demangan Kota
Madiun.
Brian H, 2006. Obesity Prevalence Among Male Inmates And How Their Inclusion
Affects Rate-Education Disparities In U.S. National Obesity Prevalence.
Fachruddin, I. I., Sidratil , M. & Nursa, 2022. Education of The Importance Balanced
Nutrition among Women in Reproductive Age in Moncongloe, Maros. PIRAMIDA :
Jurnal Pengabdian Masyarakat, Volume 1, pp. 53-58.
Hutasoit, E. S., 2020. Faktor Yang Mempengaruhi Obesitas Pada Wus Di Wilayah Kerja
Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru 2019. JOMIS (Journal of Midwifery
Science), Volume 4, pp. 25-33.
Intira, 2021. Pembinaan Narapidana Perempuan Lanjut Usia Pada Masa Pandemi Covid-
19 Di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa.
Izhar, M. D., 2020. Determinan Kejadian Overweight pada Wanita Usia Subur di Kota
Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, Volume 2, pp. 410-417.
KEMENKES RI, 2018. Profil kesehatan Indonesia tahun 2017. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
KEMENKES RI, 2020. Epidemi Obesitas. pp. 1-8.
Mahadibya, A., 2015. Perbedaan Asupan Energi, Konsumsi Minuman Manis, Aktivitas
Fisik dan Tingkat Pendidikan Pada Kejadian Obesitas Wanita Warga Binaan
Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang Tahun 2015.
Ningrum, C. P., 2022. Determinan Kejadian Hipertensi Pada Warga Binaan
Pemasyarakatan Laki-Laki Usia 26-45 Tahun Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA
Kediri Tahun 2021.
Primayani, P. K. R., Suardana, K. & I Wayan Wahyud, I. W., 2022. Prevalensi Diabetes
Mellitus Pada Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rumah Tahanan Negara Kelas Iib
Bangli. Widya Biologi, Volume 13.
Silfiya, Setyawan, H. & S, . L. D., 2016. Gambaran Beberapa Faktor Risiko Obesitas
Pada Warga Binaan (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wanita Kota
Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), Volume 4, pp. 478-485.
WHO, 2017. Obesity. World Health Organization.