Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN OBESITAS PADA WANITA USIA SUBUR


BERDASARKAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAJA
KABUPATEN LEBAK TAHUN 2023

PROPOSAL

OLEH
INDAH MULIA HERWISDIANE
20420041

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obesitas adalah suatu keadaan ketidakseimbangan antara energi yang masuk

dengan energi yang keluar dalam jangka waktu yang lama. Kelebihan energi ini akan

disimpan dalam bentuk lemak dan jaringan lemak sehingga dapat berakibat

pertambahan berat badan (Hutasoit, 2020).

WHO menunjukkan bahwa, secara global lebih dari 1 miliar orang dewasa

mengalami kelebihan berat badan dan 300 juta orang mengalami obesitas. Obesitas

banyak terjadi di negara berkembang dengan jumlah penderita lebih dari 115 juta orang.

Sebagian besar negara-negara di Eropa telah meningkat dari 10% menjadi 40% dalam

10 tahun terakhir, bahkan di Inggris prevalensi obesitas lebih dari dua kali lipat. WHO

memaparkan bahwa angka obesitas dunia hampir mencapai tiga kali lipat sejak tahun

1975 sampai 2016, sekitar 650 ribu atau 13% dari populasi orang dewasa dunia

dinyatakan obesitas pada tahun 2016 (Ella et al., 2022).

Data Riskesdas Tahun 2018 menyebutkan bahwa prevalensi obesitas di Indonesia yaitu
sebesar 21,8%. Sedangkan Provinsi Banten merupakan salah satu provinsi yang memiliki
nilai prevalensi obesitas di atas nilai rata-rata nasional Indonesia, yaitu sebesar 22,1%
(Arifani & Setiyaningrum, 2021)

Berdasarkan Riskesdas pada Tahun 2018 oleh Kementerian Kesehatan RI,

menunjukkan bahwa prevalensi overweight dan obesitas di Indonesia untuk usia

dewasa (>18 tahun) berdasarkan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT), kategori
obesitas cenderung mengalami peningkatan, yaitu tahun 2008 kejadian overweight

sebesar 8,6%, dan obesitas sebesar 10,5%, pada Tahun 2013 kejadian overweight

sebesar 11,5% dan obesitas sebesar 14,8% serta meningkat pada Tahun 2018 kejadian

overweight sebesar 13,6% dan obesitas sebesar 21,8%. Perempuan overweight dan

obesitas memiliki prevalensi lebih tinggi sebesar 14,8% dan 24% dibandingkan laki-

laki overweight dan obesitas sebesar 11,9% dan 11,5% (Izhar, 2020).

Menurut WHO, seseorang dikatakan obesitas jika nilai Indeks Massa Tubuh

(IMT) diatas 30,0 kg/m2. Sedangkan IMT antara 25 – 29,9 kg/m2 disebut pre obesitas.

Untuk orang Asia, IMT diatas 25 kg/m2 termasuk obesitas. Obesitas saat ini menjadi

permasalahan dunia bahkan Organisasi Kesehatan Dunia mendeklarasikan sebagai

Penyakit global (Mandala Waluya Kendari et al., 2020).

Berdasarkan data WHO dapat diketahui bahwa obesitas merupakan masalah

penyakit global yang menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat di dunia,

sebesar 2,8 juta orang meninggal karena penyakit seperti diabetes dan penyakit jantung

sebagai akibat dari obesitas (Apriyanti et al., 2020). Orang yang mengalami obesitas

berada pada risiko yang lebih tinggi untuk penyakit yang serius seperti tekanan darah

tinggi, serangan jantung, stroke, diabetes, penyakit kandung empedu, dan kanker.

Risiko pada orang yang mengalami obesitas beberapa kali lebih tinggi dari orang-orang

yang memiliki berat badan yang sehat dan normal (KEMENKES RI, 2018)

Obesitas pada Wanita Usia Subur (WUS) berimplikasi pada kondisi kesehatan

yang tidak diinginkan dan akan berdampak pada siklus reproduksi wanita yaitu

menimbulkan infertilitas pada wanita akibat anovulasi, siklus menstruasi yang tidak

teratur, Polycystic Ovary Syndrome (PCOS), meningkatknya risiko keguguran, bahkan

kematian janin. WUS berada dalam masa prakonsepsi yaitu periode kritis yang
berpengaruh pada anak atau keturunan saat dilahirkan dan di kehidupan setelahnya

(Hutasoit, 2020)

Penyebab obesitas yaitu adanya pengaruh genetik dan hormon pada berat badan.

Hal yang paling mendasar adalah obesitas akan terjadi jika tubuh menerima lebih

banyak atau kelebihan kalori dari pada membakar kalori. Kalori tersebut kemudian akan

menumpuk dan menjadi lemak. Faktor lain yang mempengaruhi obesitas selain

pengetahuan gizi dan sikap yaitu aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang optimal dapat

mengurangi massa lemak dan massa tubuh, seseorang yang melakukan aktivitas fisik

maka dalam proses metabolismenya akan menggunakan energi yang tersimpan dalam

tubuh (Hutasoit, 2020).

Berdasarkan penelitian sebelumnya prevalensi obesitas pada perempuan dewasa

usia 19—55 tahun di Indonesia sebesar 29.4%. Perempuan yang berstatus menikah,

berpendapatan tinggi, tinggal di perkotaan, beraktivitas fisik ringan, mengonsumsi

makanan dan minuman manis >10% AKE, mengonsumsi karbohidrat >55% AKE, serta

berpendidikan tinggi berisiko mengalami kegemukan dibandingkan dengan kelompok

pembandingnya (Diana et al., 2013).

Pada penelitian lain didapatkan bahwa prevalensi obesitas pada wanita usia subur

sebesar 35,5%, pola makan buruk sebesar 50,4%, aktivitas fisik berat sebesar 81,9%,

tidak terdapat riwayat obesitas sebesar 80,4% dan penggunaan alat kontrasepsi

hormonal sebesar 60,9%. Dari beberapa factor-faktor yang mempengaruhi kejadian

obesitas diketahui bahwa pola makan merupakan faktor risiko obesitas sedangkan

aktivitas fisik, riwayat keluarga dan penggunaan alat kontrasepsi bukan merupakan

faktor risiko kejadian obesitas pada wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas

Simpang Kawat Kota Jambi Tahun 2019 (Izhar, 2020).


UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja Kabupaten Lebak adalah fasilitas tingkat

pertama di Kecmatan Maja, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Berdasarkan data yang

diambil di UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja prevalensi wanita usia subur paling

banyak berada di desa Maja Baru yaitu sebesar 7,69% dengan prevalensi obesitas di

Desa Maja Baru sebesar 27,7%. Hal tersebut merupakan salah satu masalah di UPTD

Puskesmas Rawat Inap Maja karena dikhawatirkan dapat memicu berbagai penyakit

khususnya pada wanita usia subur di wilayah cakupan UPTD Puskesmas Rawat Inap

Maja. Berdasarkan uraian masalah diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui

faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada Wanita Usia Subur

berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) di UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja

Kabupaten Lebak

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka

rumusan masalah dalam penilitian ini adalah :

Apakah faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada wanita usia

subur berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) di UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja

Kabupaten Lebak tahun 2023?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada wanita usia

subur berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) di UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja

Kabupaten Lebak tahun 2023.


1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi frekuensi obesitas di wilayah kerja UPTD Puskesmas

Rawat Inap Maja Kabupaten Lebak.

2. Mengetahui distribusi frekuensi faktor asupan energi total wanita usia subur di

wilayah kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja Kabupaten Lebak.

3. Mengetahui distribusi frekuensi faktor aktifitas fisik wanita usia subur di wilayah

kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja Kabupaten Lebak

4. Mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian obesitas pada wanita usia

subur di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja Kabupaten Lebak

5. Mengetahui hubungan konsumsi minuman manis dengan kejadian obesitas pada

wanita usia subur di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja Kabupaten

Lebak

6. Mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada wanita usia

subur di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja Kabupaten Lebak

7. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian obesitas wanita usia

subur di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja Kabupaten Lebak

8. Mengetahui faktor yang mempengaruhi obesitas dengan kejadian obesitas pada

wanita usia subur di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja Kabupaten

Lebak
1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Meningkatkan pengetahuan mengenai ilmu kesehatan masyarakat, khususnya

mengenai faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada wanita usia subur

berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap

Maja Kabupaten Lebak.

2. Manfaat Praktis

1) Bagi Mahasiswa

Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa sebagai

referensi untuk meningkatkan pengetahuan tentang faktor yang berhubungan

dengan kejadian obesitas pada wanita usia subur berdasarkan Indeks Massa

Tubuh (IMT) di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja Kabupaten

Lebak.

2) Bagi Masyarakat

Agar masyarakat lebih mengetahui tentang faktor yang berhubungan

dengan kejadian obesitas pada wanita usia subur berdasarkan Indeks Massa

Tubuh (IMT) di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja Kabupaten

Lebak.

3) Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan acuan

untuk penelitian yang sejenis dengan pendekatan yang berbeda.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obesitas

2.1.1 Definisi

Obesitas adalah masalah kesehatan yang disebabkan oleh kelebihan asupan

kebutuhan sehingga terjadi keseimbangan energi positif. Obesitas ditandai dengan

akumulasi lemak berlebih atau akumulasi lemak abnormal yang dapat berisiko terhadap

kesehatan (Luthfia Dewi & Rr. Annisa Ayuningtyas,2022).

Obesitas seing dikaitkan dengan banyaknya lemak dalam tubuh. Dalam usia

produktif rata-rata lemak wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan

dengan laki-laki. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan

pada wanita adalah sekitar 25-30% (Basri, 2020).

2.1.2 Klasifikasi

Obesitas di ukur berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) seseorang. Indeks

massa tubuh (IMT) adalah indeks sederhana dari berat badan terhadap tinggi badan

yang digunakan untuk mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan obesitas pada

orang dewasa. IMT didefinisikan sebagai berat badan seseorang dalam kilogram dibagi

dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2) (KEMENKES RI, 2020).

Rumus menentukan IMT :

IMT : BB (Kg)
TB (m)2

Keterangan :

BB : berat badan (kg)

TB : tinggi badan (m)


Table 1. Klasifikasi WHO

BMI Status Gizi


<18,5 Berat Badan Kurang
18,5-24,9 Normal
25,0-29,9 Obesitas
30,0-34,9 Obesitas Tingkat I
35,0-39,9 Obesitas Tingkat II
>40 Obesitas Tingkat III
(Hastuti, 2018)

2.1.3 Etiologi

Secara umum obesitas terjadi akibat meningkatnya asupan makanan yang tinggi

lemak dan kurangnya aktifitas fisik sehari-hari baik dalam bekerja maupun

bertransportasi. Penyebab lain dari obesitas antaralain yaitu adalah gaya hidup tak aktif,

lingkungan, genetik dan riwayat keluarga, kondisi kesehatan, obat-obatan, faktor

emosional, merokok, umur, kehamilan dan kurang tidur dapat menjadi faktor resiko

yang menyebabkan obesitas(Basri, 2020).

Menurut KEMENKES penyebab obesitas dan kelebihan berat badan dapat

disebabkan oleh faktor sebagai berikut:

1. Faktor Genetik

Bila salah satu orang tuanya obesitas, maka peluang anak-anak menjadi

obesitas sebesar 40-50%. Dan bila kedua orangtuanya menderita obesitas maka

peluang faktor keturunan menjadi 70-80%

2. Faktor Lingkungan

1) Pola Makan
Jumlah asupan energy yang berlebih menyebabkan kelebihan berat

badan dan obesitas. Jenis makanan dengan kepadatan energy yang tinggi

(tinggi lemak, gula, serta kuran serat) menyebabkan ketidakseimbangan

energy.

2) Pola Aktivitas Fisik

Pola aktifitas fisik sedentary (kurang gerak) menyebabkan energy yang

dikeluarkan tidak maksimal sehingga meningkatkan risiko obesitas.

3. Faktor Obat-Obatan dan Hormonal

1) Obat-obatan

Obat-obatan jenis steroid yang sering digunakan dalam jangka waktu

yang lama untuk terapi asma, osteoarthritis dan alergi dapat menyebabkan

nafsu makan yang meningkat sehingga menigkatkan risiko obesitas.

2) Hormonal

Hormonal yang berperan dalam kejadian obesitas antara lain adalah

hormone leptin, grelin, tiroid, insulin, dan estrogen. (KEMENKES RI, 2020)

Penyebab kegemukan dan obesitas sampai saat ini masih belum sepenuhnya

dipahami. Namun, fakta diketahui bahwa ada banyak faktor yang menyebabkan

masalah serius ini, beberapa di antaranya tampak sederhana namun yang lainnya cukup

rumit. Beberapa penyebab yang paling penting adalah sebagai berikut (Rina, 2011).

1. Kurangnya Keseimbangan Energi

Kelebihan berat badan atau obesitas dapat terjadi ketika makan lebih

banyak kalori dari pada yang gunakan. Kurangnya keseimbangan energi adalah

pemicu yang paling sering menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas.
Keseimbangan energi artinya bahwa energi yang masuk sama dengan energi yang

keluar. Energi yang masuk adalah jumlah energi atau kalori yang didapatkan dari

makanan dan minuman yang disantap. Energi yang keluar adalah jumlah energi

yang digunakan tubuh untuk hal-hal seperti bernapas, mencerna, dan aktivitas

fisik.

2. Gaya Hidup Tidak Aktif

Banyak di antara orang tidak begitu aktif secara fisik. Salah satu

penyebabnya adalah banyak menghabiskan waktu berjam-jam di depan TV, di

depan komputer (untuk mengakses internet, bermain game, menulis artikel),

melakukan pekerjaan, belajar, sekolah, dan kegiatan santai. Bahkan menurut

penelitian, lebih dari 2 jam sehari menonton TV bisa memicu kelebihan berat dan

obesitas.

Alasan lain untuk tidak aktif termasuk: mengandalkan kendaraan dan bukan

berjalan kaki, tuntutan fisik lebih sedikit di tempat kerja atau di rumah karena

teknologi modern dan kenyamanan, dan kurangnya kegiatan yang melibatkan

aktivitas fisik seperti olahraga. Orang yang tidak aktif lebih besar peluangnya

untuk mendapatkan berat badan karena mereka tidak membakar kalori yang

mereka ambil dari makanan dan minuman. Gaya hidup tidak aktif juga

meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi, diabetes,

kanker usus, dan masalah kesehatan lainnya.

3. Lingkungan

Beberapa faktor lingkungan tidak mendukung kebiasaan gaya hidup sehat,

bahkan mendorong obesitas, seperti:


a. Kurangnya area pejalan kaki dan tempat yang aman untuk rekreasi di

lingkungan sekitar. Tidak memiliki taman yang luas, trotoar, lokasi

permainan dan sarana olahraga yang ter jangkau. Hal ini membuat sulit bagi

orang-orang untuk aktif secara fisik.

b. Jadwal kerja. Banyak di antara orang mengatakan bahwa mereka tidak

punya waktu untuk aktif secara fisik karena jam kerja yang panjang dan

waktu yang dihabiskan di komputer.

c. Porsi makan yang besar. Dewasa ini, kita dikelilingi oleh porsi makanan

besar; di restoran, tempat makanan cepat saji, yang bioskop, mal,

supermarket, kantin kampus, dan bahkan di rumah. Beberapa makanan

berat dan makanan ringan dapat memberikan kalori porsi ganda yang

dibutuhkan oleh seorang individu. Makan porsi besar berarti terlalu banyak

energi yang masuk. Seiring waktu, kebiasaan ini akan menyebabkan

kenaikan berat badan jika tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang

cukup.

d. Kurangnya akses pada makanan sehat. Beberapa orang tidak hidup di

lingkungan yang memiliki supermarket atau tempat belanja yang menjual

makanan sehat dan lengkap, seperti buah-buahan dan sayuran segar. Atau,

bagi sebagian orang, makanan sehat ini terlalu mahal.

e. Iklan makanan. Hampir setiap waktu kita dibombardir oleh iklan makanan,

khususnya melalui televisi, majalah, surat kabar, dan internet. Sering kali

anak-anak menjadi target periklanan untuk makanan kalori-tinggi, camilan

tinggi lemak dan minuman manis. Tujuan dari iklan tersebut adalah untuk
memengaruhi orang agar membeli makanan berkalori tinggi, dan ternyata

cukup berhasil.

4. Terlampau Banyak Kalori yang Masuk ke Tubuh

Kalori adalah sumber energi. Ketika tubuh menerima terlalu banyak asupan

kalori dari yang dibutuhkan, maka kalori lebih ini akan disimpan sebagai lemak

di tubuh Anda untuk energi cadangan. Ketika kelebihan kalori terus berlanjut dari

waktu ke waktu, maka Anda menjadi kelebihan berat badan dan bahkan mungkin

obesitas. Beberapa jenis makanan mengandung tinggi kalori, seperti es krim,

keju, burger, dan makanan junk food lainnya.

5. Faktor Genetik dan Riwayat Keluarga

Sebuah studi di Amerika di mana sepasang kembar identik: yang telah

dijauhkan terpisah menunjukkan bahwa gen memiliki pengaruh kuat pada berat

badan seseorang. Kegemukan dan obesitas cenderung berjalan dalam keluarga.

Peluang Anda untuk kelebihan berat badan lebih besar jika salah satu atau tua

Anda kelebihan berat badan atau obesitas. kedua orang Gen juga dapat

memengaruhi jumlah lemak yang Anda sim pan di tubuh dan ke mana tubuh

membawa lemak ekstra ter- sebut. Karena keluarga juga sering berbagi makanan

dan kebia- saan aktivitas fisik yang nyaris sama, maka link antara gen dan

lingkungan juga saling mendukung. Cukup alamiah bila anak-anak mengadopsi

kebiasaan orang tua mereka. Pola perilaku orang tua tentang belanja, memasak,

makan dan olahraga, memiliki pengaruh penting pada keseimbangan energi

anggota keluarga. Seorang anak yang orang tuanya gemuk yang terbiasa makan

makanan berkalori tinggi dan tidak aktif kemungkinan besar anak tersebut akan

mewarisi kebiasaan serupa dan menjadikannya kelebihan berat badan juga.


Sebaiknya, jika keluarga mengadopsi kebiasaan makanan yang sehat dan aktivitas

fisik yang baik, kesempatan anak untuk kelebihan berat badan atau obesitas

menjadi berkurang.

6. Kondisi Kesehatan

Dalam hubungannya dengan dunia medis, beberapa masalah hormon

diketahui dapat menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas, seperti tiroid

yang kurang aktif (hypothyroidism), sindrom cushing, dan polycystic ovarian

syndrome (PCOS).

a. Tiroid kurang aktif adalah suatu kondisi di mana kelenjar tiroid tidak

membuat hormon tiroid yang cukup. Kurangnya hormon tiroid akan

memperlambat metabolisme dan menyebabkan berat badan berlebih.

Dalam kondisi ini juga akan merasa lelah dan lemah.

b. Sindrom cushing adalah kondisi di mana kelenjar adrenal tubuh membuat

terlalu banyak hormon kortisol. Sindrom ini juga dapat berkembang jika

seseorang sering menggunakan dosis tinggi obat-obatan tertentu, seperti

prednison, untuk waktu yang lama. Orang yang menderita sindrom cushing

umumnya mengalami obesitas di tubuh bagian atas, lemak di sekitar leher,

wajah bulat, namun lengan dan kaki tipis.

c. PCOS ditengarai memengaruhi sekitar 5-10 persen wanita usia subur.

Wanita yang memiliki PCOS sering mengalami obesitas, pertumbuhan

rambut berlebih, masalah reproduksi, dan masalah kesehatan lainnya

karena tingginya kadar hormon yang disebut androgen.


7. Obat-obatan

Obat tertentu diketahui juga dapat menyebabkan seseorang menjadi

kelebihan berat badan, seperti beberapa kortikosteroid, antidepresan, dan obat-

obatan kejang. Obat-obat semacam ini dapat memperlambat tingkat di mana

tubuh membakar kalori, meningkatkan nafsu makan, atau menyebabkan tubuh

Anda membutuhkan air ekstra. Semua faktor ini dapat menyebabkan penambahan

berat badan.

8. Faktor Emosional

Beberapa orang makan lebih dari biasanya ketika mereka sedang bosan,

marah, atau stres. Seiring waktu, makan berlebihan dapat memicu naiknya berat

badan dan bahkan kelebihan berat badan atau obesitas.

9. Saat Berhenti Merokok

Beberapa orang mengalami kenaikan berat badan ketika mereka berhenti

merokok. Salah satu alasannya adalah selera makan menjadi naik setelah berhenti

merokok. Alasan lain adalah karena nikotin meningkatkan tingkat pembakaran

kalori dalam tubuh, sehingga akan membakar kalori lebih sedikit saat berhenti

merokok. Walaupun begitu, merokok menimbulkan risiko kesehatan yang serius,

dan berhenti merokok lebih penting daripada kemungkinan berat badan.

10. Usia

Ketika beranjak tua cenderung kehilangan otot, terutama jika kurang aktif.

Kehilangan otot dapat memperlambat tingkat pembakaran kalori pada tubuh. Jika

tidak mengurangi asupan kalori saat beranjak tua, berpeluang kelebihan berat

badan. Kelebihan berat badan pada wanita setengah baya adalah terutama karena

faktor usia dan gaya hidup, tetapi menopause juga memainkan peran. Banyak
wanita bertambah berat sekitar 5 kilogram selama masa menopause dan memiliki

lemak berlebih di sekitar pinggang daripada sebelumnya.

11. Kehamilan

Selama kehamilan, wanita cenderung lebih banyak makan agar janin

mendapatkan asupan gizi yang cukup dan berkembang secara normal. Namun

banyak wanita menjadi kelebihan berat badan pada masa ini. Setelah melahirkan,

beberapa wanita merasa sulit untuk menurunkan porsi dan intensitas makan. Ini

dapat mengakibatkan kelebihan berat badan atau obesitas, terutama setelah

beberapa kali kehamilan.

12. Kurang Tidur

Banyak studi menemukan bahwa orang yang kurang tidur besar

kemungkinan untuk kelebihan berat badan atau obesitas. Orang yang tidur 5 jam

semalam, misalnya, lebih cenderung menjadi gemuk ketimbang orang yang tidur

7-8 jam semalam. Orang yang jam tidurnya lebih sedikit tampaknya lebih suka

makan, dan makanan mereka sering menyimpan kalori dan karbohidrat yang

tinggi, sehingga menjadikan mereka kelebihan berat badan atau menderita

obesitas seiring waktu Hormon yang dilepaskan selama kita tidur mengontrol

nafsu makan dan penggunaan energi tubuh. Sebagai contoh, insulin mengontrol

naik turunnya kadar gula darah selama tidur. Orang yang tidak cukup tidur akan

memiliki tingkat insulin dan gula darah yang mirip dengan orang memiliki

diabetes.

Juga, orang yang tidak mendapatkan cukup tidur secara teratur tampaknya

memiliki tingkat hormon ghrelin (hormon yang menyebabkan kelaparan) yang


tinggi dan rendahnya tingkat hormon leptin yang membantu mengekang

kelaparan (Rina, 2011).

2.1.4 Risiko Penderita Obesitas

Banyak sekali resiko gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada usia produktif

yang mengalami obesitas. obesitas dapat menyebabkan masalah seperti hipertensi,

dyslipidemia, batu empedu, diabetes mellitus, gangguan fungsi paru, mengorok saat

tidur, tersumbatnya jalan nafas (obstructive sleep apnea), obesitas juga bisa

mempengaruhi kesehatan kulit dimana dapat terjadi striae atau garis-garis putih

terutama di daerah perut (white/purple stripes). Selain itu, gangguan psikologis juga

dapat terjadi pada penderita obesitas hingga memiliki dampak yang kurang baik pada

perkembangan psikologis(Basri, 2020).

Obesitas dapat memicu timbulnya beberapa penyakit kronis yang sangat serius

seperti :

1) Resistensi Insulin

Insulin dalam tubuh berguna untuk menghantarkan glukosa sebagai bahan

bakar pembentuk energi kedalam sel. Dengan memindahkan glukosa kedalam sel

maka insulin akan menjaga kadar gula darah tingkat yang normal. Pada orang

obesitas terjadi penumpukan lemak yang tinggi didalam tubuhnya, sementara

lemak sangat resisten terhadap insulin. Sehingga, untuk menghantarkan glukosa

kedalam sel lemak dan menjaga kadar gula darah tetap normal, pankreas sebagai

pabrik insulin, di bagian pulau-pulau langerhans, memproduksi insulin dalam

jumlah yang banyak. Lama kelamaan, pankreas tidak sanggup lagi memproduksi

insulin dalam jumlah besar sehingga kadar gula darah berangsur naik dan

terjadilah apa yang disebut Diabetes Melitus Tipe 2.


2) Hipertensi

Hipertensi sangat umum terjadi pada orang obesitas. Peningkatan tekanan

darah pada perempuan obesitas lebih mudah terjadi jika dibandingkan dengan

laki-laki gemuk. Peningkatan tekanan darah juga mudah terjadi pada orang

gemuk tipe apel (central obesity,konsentrasi lemak pada perut). bila dibandingkan

dengan mereka yang gemuk tipe buah pear (konsentrasi lemak pada pinggul dan

paha).

3) Serangan Jantung

Risiko terkena penyakit jantung koroner pada orang gemuk tiga sampai

empat kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan orang normal. Setiap

peningkatan 1 kilogram berat badan terjadi peningkatan kematian akibat penyakit

jantung koroner sebanyak 1%.

4) Kanker

Walau masih menuai kontroversi, beberapa penelitian menyebutkan bahwa

terjadi peningkatan resiko terjadinya kanker usus besar, prostat, kandung kemih

dan kanker rahim pada obesitas. Pada perempuan yang telah menopause rawan

terjadi kanker payudara. Selain itu, obesitas juga dapat menimbulkan masalah-

masalah kesehatan lain seperti peningkatan kadar kolesterol

(hypercholesterolemia), stroke, gagal jantung, batu empedu, radang sendi(gout),

osteoporosis dan gangguan tidur(Basri, 2020).

5) Gangguan Ovulasi

Obesitas mempengaruhi fungsi reproduksi wanita akibat adanya kadar

leptin dan insulin yang tinggi. Kadar leptin yang tinggi mempengaruhi

steroidogenesis di ovarium. Gangguan ovulasi dapat terjadi bila ada kelainan pada
sentral (hipotalamus atau pituitary), hubungan umpan balik (estrogen rendah terus

atau estrogen tinggi terus), atau kelainan pada ovarium (perifer). Ovarium

polikistik merupakan anovulasi kronik akibat adanya gangguan umpan balik

dengan kadar estrogen yang selalu tinggi. Dampak klinik dari sindroma ovarium

polikistik adalah infertilitas, gangguan haid, amenorea oligomenorea, ataupun

perdarahan uterus disfungsi, keganasan endometrium dan mungkin keganasan

payudara, dan gangguan metabolism glukosa.

2.2 Wanita Usia Subur

Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang masih dalam usia reproduktif

(sejak mendapat haid pertama dan sampai berhentinya haid), yaitu antara usia 15– 49

tahun, dengan status belum menikah, menikah, atau janda, yang masih berpotensi untuk

mempunyai keturunan (Kadir et al., 2023).

Pada masa subur gejala yang mungkin terjadi adalah gejala menstruasi

merupakan peristiwa penting pada masa subur yang menjadi pertanda biologis dari

kematangan seksual dari kematangan seksual dimana benar-benar siap secara biologis

menjalani fungsi kewanitaan (Ardinigtyas, 2015).

Rentang usia seseorang untuk bisa berproduksi adalah sekitar 15-49 tahun.

Setelah melewati usia tersebut maka secara fisiologis akan terjadi penurunan fungsi

organ tubuh dengan perlahan sampai memasuki lansia (Akbar et al., 2021).
2.3 Kerangka Teori

Genetik dan riwayat keluarga

Faktor emosional Makan Berlebih

Obat-obatan
Ketidakseimbangan
Berhenti merokok ↑ nafsu makan OBESITAS
energi
Kurang tidur

Kehamilan Kebutuhan energi ↑

Pola makan

Lingkungan
Kurangnya
Usia ↓ aktivitas fisik aktivitas Fisik
Pola aktivitas fisik

Kondisi kesehatan Masalah hormon

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Modifikasi teori (Rina, 2011) dan (KEMENKES RI, 2017)

2.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam suatu penelitian adalah kerangka yang

berhubungan antara konsep-konsep akan diteliti atau diukur melalui penelitian

yang akan dilakukan

1. Genetik dan riwayat keluarga


2. Pola makan Kejadian Obesitas
3. Pola aktivitas fisik

Gambar 2.2 Kerangka konsep


2.5 Hipotesis

1. H0: Tidak terdapat hubungan genetic dan riwayat keluarga terhadap

kejadian obesitas di Wilayah kerja UPDT Puskesmas Maja Kabupaten

Lebak

Ha: Terdapat hubungan genetic dan riwayat keluarga terhadap kejadian

obesitas di Wilayah kerja UPDT Puskesmas Maja Kabupaten Lebak

2. H0: Tidak terdapat hubungan pola makan terhadap kejadian obesitas

di Wilayah kerja UPDT Puskesmas Maja Kabupaten Lebak.

Ha: Terdapat hubungan pola makan terhadap kejadian obesitas di Wilayah

kerja UPDT Puskesmas Maja Kabupaten Lebak.

3. H0: Tidak terdapat hubungan pola aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas

di Wilayah kerja UPDT Puskesmas Maja Kabupaten Lebak.

Ha: Terdapat hubungan pola aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas di

Wilayah kerja UPDT Puskesmas Maja Kabupaten Lebak.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

2.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif yang merupakan suatu

proses menemukan pengetahuan dengan menggunakan data dalam bentuk angka

sebagai alat untuk menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.

Metode kuantitatif disebut juga sebagai metode tradisional, positivistik, ilmiah

dan metode penemuan (discovery) (Aulia, 2022). Berdasarkan teori tersebut,

pengumpulan data dalam penelitian ini akan diubah dalam bentuk angka secara

statisitik, karena pengumpulan data berupa angka, maka variabel penelitian

dependen dan independen dikumpulkan data sehingga hasilnya dapat berupa

angka.

2.3 Waktu dan Tempat Penelitian

2.3.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam rentang bulan Juli 2023– September 2023

dan kurang lebih berlangsung selama tiga bulan terhitung sejak pengembangan

proposal dan hingga penelitian dilakukan.

2.3.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah kerja UPDT Puskesmas Maja

Kabupaten Lebak di desa Maja Baru. Dasar pertimbangan lokasi penelitian ini

adalah di provinsi Banten angka prevalensi obesitas masih sangat tinggi terutama

di wilayah kerja UPDT Puskesmas Maja Kabupaten Lebak.


2.4 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan desain

studi Cross Sectional, karena hasil penelitian dapat diketahui langsung bersamaan

dengan waktu saat penelitian dilakukan. Desain ini dipilih karena mudah untuk

dilaksanakan, sederhana, tidak menghabiskan biaya banyak dan hasilnya dapat

diperoleh dengan cepat

2.5 Subyek Penelitian

2.5.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini mencakup 818 orang wanita usia subur di

Wilayah kerja UPDT Puskesmas Maja Kabupaten Lebak di Desa Maja Baru

selama tahun 2023, dengan 227 orang yang memiliki IMT≥25.

2.5.2 Sampel

Dalam penelitian pengambilan sampel yang digunakan dihitung dengan

menggunakan rumus Lameslow

𝑁.𝑧 2 .𝑝.𝑞
𝑛 = 𝑑2 .(𝑁−1)+𝑧2 𝑝.𝑞

818 . 1,962 . 0.5 . 0,25


𝑛 = 0,052 .(818−1)+1,962 0,5.0,25

n = 155,7

Keterangan:

n: Perkiraan jumlah sampel

N: Perkiraan jumlah populasi

z: Nilai standar normal untuk tingkat kepercayaan(1,96)

p: Perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%

q: 1-p (100% - p)
d: Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05)

Dari perhitungan diatas diperoleh sampel sebesar 155,7 dibulatkan

menjadi 155 subjek. Pada penelitian ini menggunakan sampel berjumlah 155

orang.

2.6 Variabel Penelitian

1) Variabel Independen

Variabel independen disebut sebagai variabel bebas. Dalam penelitian ini

yang merupakan variabel bebas factor-fakor yang berhubungan dengan kejadian

obesitas yaitu asupan genetik dan riwayat keluarga, pola makan, dan pola aktivitas

fisik.

2) Variabel Dependen

Variabel dependen disebut sebagai variabel terikat. Dalam penelitian ini

yang merupakan variabel dependen adalah kejadian obesitas pada wanita usia

subur.

2.7 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Obesitas Keadaan gizi lebih Timbangan 1 : Kurus Nomina


sebagai gambaran berat badan (IMT<18,5 l
konsumsi gizi dan dan )
penggunaannya mikrotoise 2 : Normal
oleh tubuh yang (IMT
dinilai dengan IMT 18,5-24,9)
3 : Pre-
Obesitas
(IMT25,9-
>29,9)
4 : Obesitas
Kelas I
(IMT 30-
34,9)
5 : Obesitas
Kelas II
(IMT 35-
39,9)
6 : Obesitas
Kelas III
(IMT >40)

((Hastuti,
2018)
2 Genetik Riwayat obesitas Kuesioner 0 : Terdapat Ordinal
dan pada individu yang riwayat
riwayat memiliki hubugan obesitas
keluarga yang dekat secara 1 : Tidak
genetik terdapat
riwayat
obesitas

((Safitri,
2017))
3 Pola energy total yang Kuesioner 0 : Lebih (> Ordinal
makan dikonsumsi dalam food recall 100%
24 jam dan 24 jam AKE)
dibandingkan 1 : Cukup
dengan AKE (≤ 100%
AKE)

(Mahadibya
, 2015)
4 Pola Aktivitas fisik yang Kuesioner 0 : Pasif ordinal
aktivitas dihitung selama 24 activity (1,40-1,69
fisik jam menggunakan recall 24 kkal/jam)
rumus PAL jam 1 : Aktif
(1,70-2,40
kkal/jam)

(Ningrum,
2022)
2.8 Metode Pengumpulan Data

2.8.1 Langkah Kerja

Pengumpulan data dilakukan secara langsung dengan pengukuran IMT dan

menggunakan instrument kuisiner di wilayah kerja UPDT Puskesmas Rawat Inap

Maja Kabupaten Lebak:

1) Tahap awal yang dilakukan peneliti yaitu mengajukan surat permohonan

izin penelitian kepada institusi pendidikan sebagai landasan permohonan

mengadakan penelitian di UPDT Puskesmas Rawat Inap Maja Kabupaten

Lebak.

2) Surat tersebut kemudian diajukan ke pihak UPDT Puskesmas Rawat Inap

Maja Kabupaten Lebak

3) Setelah peneliti mendapat izin untuk melakukan penelitian, maka

selanjutnya peneliti akan mengambil data dari pengukuran IMT dan

instrument kuisioner di wilayah kerja UPDT Puskesmas Rawat Inap Maja

Kabupaten Lebak

2.8.2 Metode Pengumpulan Data

Instrumen pada penelitian ini menggunakan Kuisioner pada wanita usai

subur di UPDT Puskesmas Rawat Inap Maja Kabupaten Lebak. Data yang diambil

dari Kuisioner berupa identitas, makanan yang dimakan selama 24 jam terakhir,

dan aktivitas selama 24 jam terakhir.


2.9 Pengolahan Data

Data yang telah didapatkan dari proses pengumpulan data kemudian diubah

ke dalam bentuk tabel, dan diolah menggunakan software komputer, proses

pengolahan data menggunakan program computer yang meliputi:

1. Editing

Saat tahap editing, penulis melakukan pengkajian dan penelitian

kembali data yang sudah didapatkan kemudian memastikan apakah

terdapat kekeliruan atau tidak dalam proses pengisian. Proses editing

terdiri dari beberapa tahap yaitu melakukan pengecekan nama dan

identitas responden. Kemudian melakukan pengecekan kelengkapan

data, jika ternyata terdapat kekurangan isi dengan cara memeriksa isi

kuesioner, memeriksa apakah terdapat kuesioner yang sobek atau rusak.

2. Coding

Proses coding adalah suatu proses pemberian kode berupa angka

terhadap data yang masuk berdasarkan variabelnya masing-masing.

Coding juga dilakukan untuk menerjemahkan data yang telah

dikumpulkan selama penelitian ke dalam simbol yang sesuai untuk

keperluan analisis data

3. Tabulating

Tabulating merupakan proses pengelompokan data ke dalam

sebuah tabel tertentu berdasarkan karakteristik-karakteristik yang sesuai.

Tujuan pembuatan tabel-tabel tersebut adalah menyederhanakan data

agar mudah untuk saat dilakukan analisis data sehingga dapat ditarik

kesimpulan yang tepat (Azwar, 2016).


4. Entry Data

Proses entry data merupakan proses memasukkan data ke dalam

program komputer untuk dapat dilakukan analisis data.

2.10 Analisa Data

Analisa data menggunakan sebuah program komputer, dalam penelitian ini

akan dilakukan tiga jenis analisis data, yaitu analisis univariat, analisis bivariat

dan analisis multivariate.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan suatu analisis yang digunakan untuk

mendeskripsikan karakteristik dari variabel independen dan dependen.

Seluruh data yang telah didapatkan melalui rekam medis akan diolah

kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan suatu analisis yang digunakan untuk

menilai hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan

menggunakan uji statististik. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui

persebaran data apakah terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas

data yang dilakukan adalah uji Shapiro Wilk, karena besar sampel dalam

penelitian tidak >50. Distribusi normal baku adalah data yang telah

ditransformasikan ke dalam bentuk p dan diasumsikan normal. Jika nilai

p lebih dari 0,05 maka distribusi data memenuhi asumsi normalitas, dan

jika nilainya kurang dari 0,05 maka diinterpretasikan data tidak

terdistribusi normal (Dahlan, 2014).


Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi-

square yang merupakan uji statistik untuk menilai hubungan atau

pengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan

antara variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya (C = Coefisien

of contingency), namun bila distribusi data tidak normal dapat digunakan

uji Fisher (Dahlan, 2014). Adapun syarat untuk uji chi-square adalah:

1) Data harus berdistribusi normal

2) Data terdiri dari dua kelompok dengan skala pengukuran

kategorik.

Untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan

batas kemaknaan 95 % yang berarti jika p value kurang dari 0,05 maka

hasilnya bermakna atau H0 ditolak atau terdapat hubungan antara faktor

risiko dengan kejadian obesitas pada wanita usia subur di wilayah kerja

UPDT Puskesmas Rawat Inap Maja Lebak. Tetapi bila p value lebih dari

0,05 maka hasilnya tidak bermakna yang berarti H0 diterima atau tidak

terdapat hubungan antara faktor risiko dengan kejadian obesitas pada

wanita usia subur di wilayah kerja UPDT Puskesmas Rawat Inap Maja

Lebak.

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat (multivariate analysis) merupakan salah satu

jenis analisis statistik yang digunakan untuk menganalisis data yang

terdiri dari banyak variabel baik variabel bebas (independent variables)

maupun banyak variabel tak bebas (dependent variables). Data

multivariat adalah data yang dikumpulkan dari dua atau lebih observasi
dengan mengukur observasi tersebut dengan beberapa karakteristik

(Wijaya & Budiman, 2016)

Pada penelitian ini dilakukan analisis multivariat untuk mengetahui

faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian obesitas pada wanita

usia subur di wilayah kerja UPDT Puskesmas Rawat Inap Maja Lebak

dengan dilakukan seleksi terhadap variabel yang akan dimasukkan

kedalam analisa multivariat yaitu variabel yang memiliki nilai p < 0,25

pada analisis bivariat. Selanjutnya di lakukan analisis multivariat regresi

logistik berganda
DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, Tasnim & Kartini, 2020. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Kejadian
Obesitas Pada Wanita Usia Subur (WUS) Di Wilayah Kerja Puskesmas Lepo – Lepo.
Midwifery Journal, Volume 5, pp. 5-8.
Aulia, H. R., 2022. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Perawat
Dalam Melakukan Hand Hygiene.
Basri, N. I. R., 2020. Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian
Obesitas Usia Produktif Di Posbindu Ptm Melati Kelurahan Josenan Demangan Kota
Madiun.
Brian H, 2006. Obesity Prevalence Among Male Inmates And How Their Inclusion
Affects Rate-Education Disparities In U.S. National Obesity Prevalence.
Fachruddin, I. I., Sidratil , M. & Nursa, 2022. Education of The Importance Balanced
Nutrition among Women in Reproductive Age in Moncongloe, Maros. PIRAMIDA :
Jurnal Pengabdian Masyarakat, Volume 1, pp. 53-58.
Hutasoit, E. S., 2020. Faktor Yang Mempengaruhi Obesitas Pada Wus Di Wilayah Kerja
Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru 2019. JOMIS (Journal of Midwifery
Science), Volume 4, pp. 25-33.
Intira, 2021. Pembinaan Narapidana Perempuan Lanjut Usia Pada Masa Pandemi Covid-
19 Di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Sungguminasa.
Izhar, M. D., 2020. Determinan Kejadian Overweight pada Wanita Usia Subur di Kota
Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, Volume 2, pp. 410-417.
KEMENKES RI, 2018. Profil kesehatan Indonesia tahun 2017. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
KEMENKES RI, 2020. Epidemi Obesitas. pp. 1-8.
Mahadibya, A., 2015. Perbedaan Asupan Energi, Konsumsi Minuman Manis, Aktivitas
Fisik dan Tingkat Pendidikan Pada Kejadian Obesitas Wanita Warga Binaan
Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang Tahun 2015.
Ningrum, C. P., 2022. Determinan Kejadian Hipertensi Pada Warga Binaan
Pemasyarakatan Laki-Laki Usia 26-45 Tahun Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA
Kediri Tahun 2021.
Primayani, P. K. R., Suardana, K. & I Wayan Wahyud, I. W., 2022. Prevalensi Diabetes
Mellitus Pada Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rumah Tahanan Negara Kelas Iib
Bangli. Widya Biologi, Volume 13.
Silfiya, Setyawan, H. & S, . L. D., 2016. Gambaran Beberapa Faktor Risiko Obesitas
Pada Warga Binaan (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wanita Kota
Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), Volume 4, pp. 478-485.
WHO, 2017. Obesity. World Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai