Anda di halaman 1dari 12

JURNAL PENELITIAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN OBESITAS


SENTRAL DI POLIKLINIK PABRIK GULA CAMMING PTP
NUSANTARA X (PERSERO) KAB.GOWA

OLEH :

Hasriana1, Sukriyadi2, H. Muhammad Yusuf3


1
Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar
2
Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar
3
Dosen dan Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Makassar

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
OBESITAS SENTRAL DI POLIKLINIK PABRIK
GULA CAMMING PTP NUSANTARA
X (PERSERO) KAB.BONE
Hasriana1, Sukriyadi2, H.Muhammad Yusuf3
1)Mahasiswa Jurusan Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin
Makassar
2)Dosen Jurusan Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar
3) Dosen dan Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Makassar

(Alamat Respondensi: Anachild_health@yahoo.com.au/085343616117)

ABSTRAK

Hasriana, “Faktor yang berhubungan dengan kejadian Obesitas Sentral di poliklinik Pabrik Gula
Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone” (Dibimbing oleh Sukriyadi dan H.Muhammad
Yusuf).

Obesitas sentral adalah timbunan lemak di dalam rongga perut yang meliputi dinding luar
usus dan bukan berupa timbunan lemak di bawah kulit perut menjadi factor resiko penyakit
jantung coroner karena menyebabkan kerentangan seseorang terhadap diabetes mellitus sekaligus
juga hipertensi, dyslipidemia, dan pembengkakan jantung (Suharjo, 2008). Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui hubungan antara umur, status gizi dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas
sentral di Poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab. Bone. Penelitian ini
merupakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan desain cross sectional,
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan pabrik gula camming PT nusantara X
(persero) yang berjumlah 834 orang. Pengambilan sampel menggunakan metode Nonprobability
Sampling dengan teknik purposive sampling, didapatkan 90 responden sesuai dengan Kriteria
Inklusi dan Eksklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data yang
telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan program statistic (SPSS)
Versi 16.0. Uji statistik dilakukan dengan menggunakan chi square dengan ά = 0,05 Pada SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara umur dengan kejadian obesitas
sentral (p=0.000), terdapat hubungan antara Status Gizi dengan kejadian obesitas sentral
(p=0.000), dan tidak terdapat hubungan antara Aktifitas Fisik dengan kejadian obesitas sentral
(p=0,525). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara umur dan Status Gizi
Terhadap kejadian Obesitas sentral di Poliklinik Pabrik Gula Camming PT Nusantara X (Persero)
Kab.Bone
Kata Kunci : Obesitas Sentral, Umur, Status Gizi, Aktivitas Fisik
PENDAHULUAN

Dalam dekade terakhir jumlah penderita obesitas di seluruh dunia meningkat


dengan drastis hingga menempatkan masalah gizi ini menjadi salah satu masalah yang
perlu mendapatkan perhatian serius tidak hanya oleh pemerintah tapi juga perorangan.
Obesitas merupakan peningkatan berat badan yang melebihi 20% batas normal berat
badan seseorang. Obesitas terjadi karena adanya kelebihan asupan kalori dari
kebutuhan normal dan diiringi dengan penurungan penggunaan kalori (kurang aktivitas
fisik). status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan metabolism, karena adanya kelebihan
asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori (Hidayat A,A,A. 2006 Hal.35).
Dewasa ini obesitas telah menjadi masalah kesehatan dan gizi masyarakat dunia,
baik di negara maju maupun di negara berkembang. Review atas epidemic obesitas yang
dilakukan Low, Chin dan Deurenberg-Yap (2009) memperlihatkan bahwa prevalensi
kelebihan berat (overweight) di negara maju berkisar dari 23.2% di Jepang hingga 66.3%
di Amerika Serikat, sedangkan di Negara berkembang berkisar dari 13.4% di Indonesia
sampai 72.5% di Saudi Arabia. Adapun prevalensi kegemukan (obesity) di negara maju
berkisar dari 2.4% di Korea Selatan hingga 32.2% di Amerika Serikat, sedangkan di
Negara berkembang berkisar dari 2.4% di Indonesia sampai 35.6% di Saudi Arabia (Low,
Chin & Deurenberg-Yap 2009).
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2011, tingkat obesitas di
dunia telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 1980. Bahkan, hampir 43 juta anak-
anak balita mengalami kelebihan berat badan (overweight) pada 2010. Sungguh sebuah
fakta yang amat mengkhawatirkan. Penelitian yang dilakukan oleh Himpunan Studi
Obesitas Indonesia (HISOBI) pada 6000 orang membuktikan bahwa prevalensi obesitas
di Indonesia semakin meningkat. Apabila dibandingkan dengan data pada tahun 1998,
angka kejadian obesitas pada pria meningkat hingga mencapai 9,16% (1998 : 2,5%) dan
11,02% pada wanita (1998 : 5,9%) (HISOBI, 2004). Prevalensi nasional obesitas umum
(usia >15 tahun) di Indonesia diperkirakan sebesar 19,1% (8,8% overweight dan 10,3%
obes) dan prevalensi obesitas sentral sebesar 18,8% (KemenKes, 2010). Prevalensi
obesitas nasional di Indonesia lebih besar pada wanita (23,8%) dibanding pria (13,9%).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2010,
angka overweight dan obesitas pada penduduk usia di atas 18 tahun tercatat sebanyak
27,1%. prevalensi obesitas pun lebih tinggi di daerah perkotaan dibanding dengan
pedesaan, dan lebih tinggi pada kelompok masyarakat bependidikan lebih tinggi serta
bekerja sebagai PNS/TNI/Polri/Karyawan. Sedang berdasarkan jenis kelamin, prevalensi
obesitas pada perempuan lebih tinggi (26,9%) dibanding laki-laki (16,3%). semakin tinggi
tingkat pengeluran rumah tangga per kapita pun mempunyai kecenderungan semakin
tinggi prevalensi obesitasnya (www.pdpersi.co.id)
Kelebihan berat badan dan obesitas menjadi masalah global yang serius. Jika
masyarakat tidak segera menyadari dengan mulai mengubah pola hidup menjadi lebih
sehat, maka resiko menderita penyakit degeneratif pun akan semakin meningkat.
Memperhatikan asupan makanan yang kita konsumsi sehari-hari bisa menjaga
keberlangsungan kehidupan kita. berbagai jenis makanan merupakan suplai nutrisi yang
kita butuhkan demi memiliki tubuh yang sehat dan asupan kalori kita butuhkan sebagai
suplai energi. Namun, jika kita mengkonsumsi lebih banyak jumlah kalori yang masuk
dibandingkan dengan jumlah kalori yang terbakar melalui aktivitas kita sahari-hari, maka
sisa dari makananpun menjadi lemak dan tersimpan di dalam tubuh kita. Jadi jika kita
terbiasa dengan makan terlalu banyak, maka sedikit demi sedikit berat badan kita akan
naik, dan jika berat badan kita terus naik meski sedikit, maka bukan tidak mungkin kita
akhirnya akan mengalami obesitas. Kegemukan atau obesitas merupakan kondisi
ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak dalam jaringan adiposa. Berdasarkan
Indeks Massa Tubuh (IMT), obesitas dibagi menjadi tiga kategori, yakni: Obesitas I,
Obesitas II dan Obesitas III. Adapun berdasarkan distribusi lemak, obesitas dibagi
menjadi dua kategori, yaitu: obesitas sentral dan obesitas umum. Untuk penduduk barat,
seseorang dikatakan obesitas apabila IMT-nya ≥30 kg/ m 2 atau lingkar perut ≥102 cm
pada pria dan ≥88 cm pada wanita, sedangkan untuk penduduk Asia, IMTnya >25 kg/m 2
atau lingkar perut ≥90 cm pada pria dan ≥80 cm pada wanita (WHO 2000).
Menurut WHO (2000), obesitas sentral adalah kondisi kelebihan lemak perut atau
lemak pusat. Obesitas sentral lebih berhubungan dengan risiko kesehatan dibandingkan
dengan obesitas umum, Prevalensi obesitas sentral pada penduduk barat dan timur
tinggi. Prevalensi obesitas sentral pada laki-laki AS meningkat dari 37% (periode 1999 -
2000) menjadi 42.2% (periode 2003-2004), sedangkan prevalensi obesitas sentral pada
perempuan AS meningkat dari 55.3% menjadi 61.3% pada periode yang sama (Li et al.
2007). Pada laki-laki dan perempuan Eropa, obesitas sentral yang didefinisikan menurut
kriteria lingkar perut definisi lokal (menggunakan nilai cut-off 90-102 cm untuk laki-laki
dan 80-92 cm untuk perempuan) secara berturut-turut adalah 21% dan 24% di Belgia,
8% dan 13% di Perancis, 23% dan 65% di Spanyol, dan 18% dan 39% di Turki (Wittchen
et al 2006). Di Indonesia, prevalensi obesitas sentral di Kota Padang didapatkan sebesar
12.1% pada laki-laki dan 46.3% pada perempuan (Kamso 2007), sedangkan di Denpasar
diperoleh sebesar 51.1% (Gotera et al. 2006). Riskesdas 2007 menemukan prevalensi
obesitas sentral sebesar 18.8% (Balitbangkes Depkes 2008).
Data Riskedas 2007 juga menyebutkan bahwa 55% masyarakat kota menderita
obesitas sentral, sedangkan di pedesaan hanya 1.5%. Angka yang terpaut jauh.
Prevalensi Obesitas Sentral pada penduduk umur 15 tahun ke atas menurut karakteristik
subjek provinsi Sulawesi Selatan, menunjukkan bahwa, prevalensi obesitas sentral pada
laki-laki 8,3 %, pada perempuan 26,8% dan prevalensi obesitas sentral tertinggi
berdasarkan karakteristik pekerjaan pada ibu rumah tangga sebesar 33,4% (Riskesdas
2007). Prevalensi obesitas sentral untuk Sulawesi Selatan tahun 2007 adalah 18,3%
sedikit lebih rendah dari angka nasional (18,8%). Obesitas sentral dapat terjadi karena
adanya perubahan gaya-hidup, seperti tingginya konsumsi minuman beralkohol,
kebiasaan merokok, tingginya konsumsi makanan berlemak, rendahnya konsumsi
sayuran dan buah, dan rendahnya aktivitas fisik. Selain itu, peningkatan umur ,
perbedaan jenis kelamin , dan status sosial ekonomi diduga juga berhubungan dengan
kejadian obesitas sentral. Peningkatan prevalensi obesitas sentral berdampak pada
munculnya berbagai penyakit degeneratif. Obesitas sentral berhubungan dengan
peningkatan sindrom metabolik , aterosklerosis, penyakit kardiovaskuler , diabetes tipe 2,
batu empedu, gangguan fungsi pulmonal, hipertensi dan dyslipidemia .
PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) (Persero) Pabrik Gula Camming
merupakan salah satu perusahaan BUMN atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak
di bidan Perkebunan terletak di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan merupakan
perusahaan yang didirikan pada tahun 1981. Menurut bagian Administratur yang
bertindak Sebagai pemimpin, mengendalikan dan mengkordinisir secara fisik
pelaksanaan tugas bagian tata usaha dan keuangan Pabrik Gula Camming Pada tahun
2012 mengungkapkan bahawa Pabrik Gula Camming sekarang hanya memiliki 4.500
hektare lahan pertanaman tebu dan menghasilkan 10.763 ton gula. Tercatat Pada tahun
2012 Pabrik gula camming memiliki jumlah karyawan sebanyak 834 pada Luar masa
giling. Menurut data poliklink Pabrik Gula Camming pada bulan februari 2013, jumlah
pekerja yang sakit dan mendaptakan pelayanan yaitu, sebanyak 384.
Berdasarkan hasil uraian di atas yang membahas tentang terjadinya peningkatan
kejadian Obesitas sentral pada setiap tahun dan melihat berbagai resiko yang dapat
ditimbulkan oleh Obesitas Sentral, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Obesitas Sentral Di Poliklinik Pabrik Gula Camming PTP
Nusantara X (Persero) Kab.Bone.
BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Pabrik gula Camming PTP Nusantara X (Persero)


Kabupaten Bone dari tanggal 27 Juni sampai dengan 5 Juli 2013. Sedangkan
pengumpulan datanya dilakukan dari tanggal 28 juni sampai dengan 31 juni 2013. Unit
sampel (unit observasi) adalah karyawan yang bekerja di PTP Nusantara X (Persero)
Kabupaten Bone, telah bekerja minimal 1 tahun, berumur 25 tahun ke atas, dan
mengalami obesitas sentral (Kasus), serta yang tidak mengalami obesitas sentral
(Kontrol).
Jumlah sampel yang diobservasi 90 karyawan. Unit analisis adalah obesitas
sentral dengan Variabel independen (umur, status gizi dan aktivitas fisik). Penelitian ini
dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif analitik dengan rancangan cross
sectional untuk melihat adanya untuk mengetahui hubungan antara Umur, status nutrisi
dan aktivitas fisik terhadap tejadian obesitas sentral. Alat ukur yang digunakan adalah
kuesioner berbentuk isian, chek list dan pilihan ganda, yang sesuai dengan tujuan khusus
penelitian yang akan dicapai. Setelah data diperoleh dimasukkan kedalam pengujian
statistik untuk memperoleh kejelasan tentang faktor yang berhubungan dengan Kejadian
Obesitas Sentral Di Poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero)
Kab.Bone.
Setelah data tersebut dilakukan editing, koding, dan tabulasi maka selanjutnya
dilakukan analisa data berupa : Analisa univariat yaitu data yang diperoleh dari masing-
masing variabel dimasukkan kedalam variabel frekuensi. Selanjutnya dilakukan Analisa
bivariat yaitu untuk mengetahui atau menguji hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen, yang dilakukan dengan uji Chi-Square pada program SPSS
16,0 dengan nilai kemaknaan α = 0,05.

HASIL PENELITIAN

a. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu Obesitas Sentral, dimana
distribusi frekuensinya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
Tabel 5.7
Distribusi Responden Berdasarkan Obesitas Sentral dengan kejadian
Obesitas Sentral di Poliklinik Pabrik Gula Camming
PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone
Obesitas Sentral Frequency %

Tidak Obesitas Sentral 45 50.0

Obesitas Sentral 45 50.0


Total 90 100.0
Sumber : Data Primer Juni 2013
Dari tabel 5.7 menunjukkan bahwa responden yang tidak obesitas sentral
adalah 45 (50 %), Sedangkan responden yang mengalami obesitas sentral adalah 45
(50 %) orang.
b. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Umur, Status Gizi, dan
Aktivitas Fisik.
1. Distribusi Umur
Tabel 5.8
Distribusi Responden Berdasarkan Umur dengan Kejadian
Obesitas Sentral di Poliklinik Pabrik Gula Camming
PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone
Umur Obesitas Frequency %

25 - 35 Tahun 30 33.3
36 - 45 Tahun 28 31.1
46 - 55 Tahun 1 1.1
Tidak Obesitas 31 34.4
Total 90 100.0
Sumber : Data Primer Juni 2013
Dari tabel 5.8 menunjukkan bahwa responden yang pernah obesitas di
umur 25 – 35 tahun adalah 30 (33,3 %), responden yang pernah obesitas di
umur 36 - 45 tahun adalah 28 (31,1 %), responden yang pernah obesitas di umur
45 - 55 tahun adalah 1 (1,1 %) Sedangkan responden yang tidang pernah
obesitas adalah 31 (34,4 %)orang.

2. Distribusi Status Gizi


Tabel 5.9
Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi dengan Kejadian
Obesitas Sentral di Poliklinik Pabrik Gula Camming
PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone
Status Gizi Frequency %

Normal - Kurus 41 45.6


Gemuk 49 54.4
Total 90 100.0
Sumber : Data Primer Juni 2013
Dari tabel 5.9 menunjukkan bahwa responden yang berstatus gizi normal -
kurus adalah 41 (45,6 %), Sedangkan responden yang berstatus gizi Gemuk
adalah 49 (54,4 %) orang.

3. Distribusi Aktivitas Fisik


Tabel 5.10
Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik dengan Kejadian
Obesitas Sentral di Poliklinik Pabrik Gula Camming
PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone

Aktivitas Fisik Frequency %

Sedang - Ringan 49 54.4


Berat 41 45.6

Total 90 100.0
Sumber : Data Primer Juni 2013
Dari tabel 5.10 menunjukkan bahwa responden yang memiliki aktivitas fisik
berstatus sedang - ringan adalah 49 (54,4 %), Sedangkan jumlah responden
yang memiliki aktivitas fisik berstatus Berat adalah 41 (45,6 %) orang.

1. Analisis Bivariat
a. Hubungan Umur terhadap kejadian Obesitas sentral
Tabel 5.11
Distribusi Hubungan Umur dengan Kejadian Obesitas Sentral
di Poliklinik Pabrik Gula Camming PTP
Nusantara X (Persero) Kab.Bone

Obesitas Sentral
Tidak Obesitas Total p
Umur Obesitas Sentral
Sentral
N % N % N %
25 - 35 Tahun 11 12,2 19 21,1 30 33.3
36 - 45 Tahun 3 3.3 25 27.8 28 31.1
0,000
46 - 55 Tahun 1 1,1 0 0.0 1 1,1
Tidak Obesitas 30 33.3 1 1,1 31 34.4
Total 45 50.0 45 50.0 90 100.0
Sumber : Data Primer Juni 2013
Dari hasil uji Chi-square diperoleh niai p = 0,000 dengan tingkat
kemaknaan α = 0,05. Hal ini menunjukkan nilai p < α, ini berarti Ha diterima atau
ada hubungan antara umur dengan kejadian obesitas sentral di Pabrik Gula
camming PTP Nusantara X (Persero) Kab. Bone.

b. Hubungan Status Gizi terhadap kejadian Obesitas sentral


Tabel 5.12
Distribusi Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Obesitas
Sentral di Poliklinik Pabrik Gula Camming PTP
Nusantara X (Persero) Kab.Bone

Obesitas Sentral
Tidak Obesitas Total P
Status Gizi Obesitas Sentral
Sentral
N % N % N %
Normal - Kurus 37 41.1 4 4.4 41 45.6
0,000
Gemuk 8 8.9 41 45.6 49 54.4
Total 45 50.0 45 50.0 90 100.0
Sumber : Data Primer 2013
Dari hasil uji Chi-square diperoleh niai p = 0,000 dengan tingkat
kemaknaan α = 0,05. Hal ini menunjukkan nilai p < α, ini berarti Ha diterima atau
ada hubungan antara Status Gizi dengan kejadian obesitas sentral di Pabrik Gula
camming PTP Nusantara X (Persero) Kab. Bone.
c. Hubungan Aktivitas Fisik terhadap kejadian Obesitas
Tabel 5.13
Distribusi Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas
Sentral di Poliklinik Pabrik Gula Camming PTP
Nusantara X (Persero) Kab.Bone

Obesitas sentral
Tidak Obesitas Total
Aktifitas Fisik Obesitas Sentral p
Sentral
n % N % n %
Sedang – Ringan 23 25.6 26 28.9 49 54.4
Berat 22 24.4 19 21.1 41 45.6 0,525
Total 45 50.0 45 50.0 90 100.0
Sumber : Data Primer 2013
Dari hasil uji Chi-square diperoleh niai p = 0,525 dengan tingkat
kemaknaan α = 0,05. Hal ini menunjukkan nilai p > α, ini berarti Ha ditolak atau
tidak ada hubungan antara Aktivitas Fisik dengan kejadian obesitas sentral di
Pabrik Gula camming PTP Nusantara X (Persero) Kab. Bone.

PEMBAHASAN

a. Hubungan antara umur dengan kejadian obesitas sentral


Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan
suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Umur adalah
rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa
adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa Madya adalah 41 sampai 60
tahun, dewasa lanjut >60 tahun, umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang
dihitung sejak dilahirkan (Harlock, 2004).
Berdasarkan uji Chi Square dengan Pearson Chi Square diperoleh nilai
hitung p = 0,000 lebih kecil dari nilai α = 0,05. Dari analisis tersebut dapat
diartikan bahwa Ha diterima atau ada hubungan antara umur dengan dengan
kejadian obesitas sentral di Pabrik Gula camming PTP Nusantara X (Persero)
Kab. Bone.
Hal ini didukung oleh penelitian yang didapat sebelunya, menjelaskan
bahwa Umur merupakan faktor risiko obesitas sentral yang tidak dapat diubah.
Seiring dengan bertambahnya umur, prevalensi obesitas sentral mengalami
peningkatan (Martins&Marinho 2003; Erem et al 2004). Peningkatan umur akan
meningkatkan kandungan lemak tubuh total, terutama distribusi lemak pusat
(Chang et al. 2000; Demerath et al. 2007). Aekplakorn et al. (2007) menemukan
bahwa prevalensi obesitas sentral meningkat sampai dengan umur 44 tahun dan
menurun kembali pada umur 45-54 tahun. Prevalensi obesitas sentral ditemukan
lebih tinggi pada sampel dengan umur lebih tua (Janghorbani et al. 2007). Pada
umur lebih tua terjadi penurunan massa otot dan perubahan beberapa jenis
hormon yang memicu penumpukan lemak perut. Kantachuvessiri et al. (2005)
menyatakan bahwa pada umur 40-59 tahun seseorang cenderung obesitas
dibandingkan dengan umur yang lebih muda. Hal ini diduga karena lambatnya
metabolisme, kurangnya aktivitas fisik, dan frekuensi konsumsi pangan yang
lebih sering.
Melihat hasil di atas, menurut peneliti bahwa ada kaitan erat antara
umur dengan kejadian obesitas sentral di pabrik gula camming terutama pada
umur antara 25 – 45 tahun yang mana pada hasil penelitian ini menunjukkan
anggka yang cukup tinggi yaitu 66,6 % persen dari 90 sampel. Hal ini dapat di
dukung dengan sebuah hasil penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa
factor risiko obesitas yang pertama adalah umur, hal ini di duga karena
terjadinya penumpukan lemak perut dengan bertambahya umur seseorang.
(Kantachuvessiri et al. (2005) menyatakan bahwa tingginya risiko obesitas pada
umur yang lebih tua diduga karena pada seseorang yang lebih tua terjadi
penurungan metabolisme, rendahya aktivitas fisik dan peningkatan frekuensi
konsumsi pangan, disamping itu, umur yang lebih tua biasanya kurang begitu
memperhatikan ukuran tubuhnya. Padahal, pada umur lebih tua terjadi
penurunan massa otot dan perubahan beberapa jenis hormon yang memicu
penumpukan lemak perut.
b. Hubungan antara Status gizi dengan kejadian obesitas sentral
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang
yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi
di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang,
gizi normal, dan gizi lebih (Almatsier, 2005)
Berdasarkan uji Chi Square dengan Pearson Chi Square diperoleh nilai
hitung p = 0,000 lebih kecil dari nilai α = 0,05. Dari analisis tersebut dapat
diartikan bahwa Ha diterima atau ada hubungan antara Status Gizi dengan
dengan kejadian obesitas sentral di Pabrik Gula camming PTP Nusantara X
(Persero) Kab. Bone.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2010, angka overweight dan obesitas pada
penduduk usia di atas 18 tahun tercatat sebanyak 27,1%. prevalensi obesitas
pun lebih tinggi di daerah perkotaan dibanding dengan pedesaan, dan lebih
tinggi pada kelompok masyarakat bependidikan lebih tinggi serta bekerja
sebagai PNS/TNI/Polri/Karyawan. Sedang berdasarkan jenis kelamin, prevalensi
obesitas pada perempuan lebih tinggi (26,9%) dibanding laki-laki (16,3%).
Kelebihan berat badan dan obesitas menjadi masalah global yang serius. Jika
masyarakat tidak segera menyadari dengan mulai mengubah pola hidup
menjadi lebih sehat, maka resiko menderita penyakit degeneratif pun akan
semakin meningkat.
Kegemukan atau obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau
kelebihan akumulasi lemak dalam jaringan adiposa. Berdasarkan Indeks Massa
Tubuh (IMT), obesitas dibagi menjadi tiga kategori, yakni: Obesitas I, Obesitas II
dan Obesitas III. Adapun berdasarkan distribusi lemak, obesitas dibagi menjadi
dua kategori, yaitu: obesitas sentral dan obesitas umum. Untuk penduduk barat,
seseorang dikatakan obesitas apabila IMT-nya ≥30 kg/ m 2 atau lingkar perut
≥102 cm pada pria dan ≥88 cm pada wanita, sedangkan untuk penduduk Asia,
IMTnya >25 kg/m 2 atau lingkar perut ≥90 cm pada pria dan ≥80 cm pada wanita
(WHO 2000)
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2011, tingkat
obesitas di dunia telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 1980. Bahkan,
hampir 43 juta anak-anak balita mengalami kelebihan berat badan (overweight)
pada 2010. Sungguh sebuah fakta yang amat mengkhawatirkan. Penelitian yang
dilakukan oleh Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) pada 6000 orang
membuktikan bahwa prevalensi obesitas di Indonesia semakin meningkat,
Prevalensi nasional obesitas umum (usia >15 tahun) di Indonesia diperkirakan
sebesar 19,1% (8,8% overweight dan 10,3% obes) dan prevalensi obesitas
sentral sebesar 18,8% (KemenKes, 2010). Prevalensi obesitas nasional di
Indonesia lebih besar pada wanita (23,8%) dibanding pria (13,9%).
Menurut peneliti, sesuai denga hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa adanya hubungan antara status gizi dengan kejadian obesitas sentral
pada karyawan pabrik gula camming. Itu dapat dihubungkan dengan dua factor
yaitu adanya peningkatan asupan makanan dan penurunan pengeluaran
energy. Untuk menjaga berat badan yang stabil diperlukan keseimbangan
antara energy yang masuk dan energy yang keluar, dan inilah salah satu hal
yang menjadi masalah, dikarenakan sulitnya bagi seseorang untuk mengatur
asupan dan pengeluaran energinya. Asupan makanan semakin meningkat
karena ketersediaan beragam makanan siap saji yang makin bervariasi, mudah
di dapat, nikmat dan murah.
c. Hubungan Aktivitas fisik dengan kejadian obesitas sentral
Aktivitas fisik merupakan upaya pencegahan peningkatan berat badan
dan secara signifikan berkontribusi untuk menurunkan berat badan dalam
jangka panjang dan mengurangi risiko kesehatan yang berhubungan dengan
penyakit kronis (Jakicic&Otto 2005). Beberapa penelitian sebelumnya
menemukan bahwa penurunan aktivitas fisik berhubungan dengan peningkatan
lingkar perut (Erem et al. 2004; Slentz et al. 2004; Zhang et al. 2008; Besson et
al. 2009).
Berdasarkan uji Chi Square dengan Pearson Chi Square diperoleh nilai
hitung p = 0,525 lebih kecil dari nilai α = 0,05. Dari analisis tersebut dapat
diartikan bahwa Ha ditolak Ho diterima atau tidak ada hubungan antara Aktivitas
Fisik dengan kejadian obesitas sentral di Pabrik Gula camming PTP Nusantara
X (Persero) Kab. Bone.
Berdasarkan hasil penelitian dari 90 orang, 41 (45,6%) orang yang
memiliki aktivitas fisik tingkat berat dengan kondisi tidak obesitas sentral 22
(24,4%) orang dan kondisi obesitas sentral 19 (21,1%) orang, sedangkan 49
(54,4%) orang yang memiliki aktivitas fisik tingkat sedang – ringan dengan
kondisi tidak obesitas sentral 23 (25,6%) orang dan kondisi obesitas sentral 26
(28,9%) orang. Hubungan Aktifitas fisik dengan kejadian obesitas sentral dalam
penelitian ini tidak konsisten dengan beberapa hasil penelitian sebelumnya.
Melihat hasil di atas peneliti menarik kesimpulan bahwa hal ini bisa saja terjadi
dikarenakan, penelitian dilaksanakan diluar masa giling, sehingga kebanyakan
responden datang hanya sekedar ngobrol atau bercengkrama dengan sesama
karyawan dengan disertai Kebiasan mereka merokok. Melihat hal tersebut,
peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa sanya dari kebiasaan merokok itulah
yang bisa saja menjadi factor dominan pencetus tinbulnya kejadian obesitas
Sentral pada beberapa karyawan. Hal ini dapat didukung dari hasil sebuah
penelitian yang menyatakan bahwa merokok dapat meningkatkan resisten
insulin dan berhubungan dengan akumulasi lemak pusat Chiolero et al. (2008).
Xu et al. (2007) menyatakan bahwa merokok berhubungan negatif dengan
peningkatan berat badan (IMT) tetapi positif berhubungan dengan lingkar perut
pada laki-laki. Merokok dalam jangka waktu lama berpengaruh pada obesitas
sentral daripada obesitas umum. Chiolero et al. (2008) mengenai hubungan
merokok pada berat tubuh, distribusi lemak tubuh dan resistensi insulin
memperlihatkan bahwa di satu sisi, nikotin meningkatkan pengeluaran energy
dan menurunkan nafsu makan pada perokok, sedangkan di sisi yang lain,
perokok berat memiliki berat badan lebih tinggi daripada perokok ringan atau
tidak merokok, jika merokok diimbangi dengan gaya hidup yang tidak baik
misalnya diet yang tidak sehat.
Selanjutnya sesuai hasil yang di dapat pada penelitian ini, dapat
dihubungkan pula dengan sebuah pendapat pada penelitian sebelumnya yang
mengatakan bahwa Rendahnya aktivitas fisik berhubungan positif dengan
obesitas pada perempuan tetapi tidak pada laki-laki (Janghorbani et al. 2007).
Pada penelitian ini responden rata – rata berjenis kelamin laki – laki. Obesitas
sentral dikatakan bahwa tidak saja dipengaruhi oleh Faktor aktifitas saja, namun
dapat pula dipengaruhi oleh kebiasaan merokok, perubahan gaya hidup seperti
mengkonsumsi minuman beralkohol (Dornetal.2003;Riserus&Ingelsson 2007),
tingginya konsumsi makanan berlemak (Garaulet et al. 2001), rendahnya
konsumsi sayuran dan buah (Drapeau et al.2004; Newby et al. 2003).
Faktor lain yang diduga dapat menjadi faktor terjadinya obesitas
Sentral yaitu status Kawin, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 90
responden, jumlah responden yang berstatus Kawin adalah 83 (92,2 %),
Sedangkan jumlah responden yang berstatus belum kawin adalah 7 (7,8 %)
orang. Janghorbani et el (2007) menjatakan bahwa prevalensi obesitas lebih
tinggi pada sampel yang telah menikah, hal ini dikarenakan seseorang yang
sudah menikah akan menyesuaikandiri dengan pasanganya. Penyesuaian ini
dapat mempengaruhi pola pikir dan perubahan gaya hidup seseorang seperti
perubahan perilaku makan.
Melihat terdapatnya hasil penelitian yang bertentangan dengan teori
yang ada, maka penelitian lanjutan sangat dibutuhkan. Pada penelitian ini
Aktivitas fisik berhubungan negativ dengan kejadian obesitas sentral. Penelitian
yang dapat dilakukan adalah penelitian mengenai pengaruh kebiasaan merokok,
konsumsi minuman beralkohol, dan konsumsi makanan, berlemak, konsumsi
makan/minum manis, factor genetic dan etnis dengan kejadian obesitas sentral.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian
Obesitas Sentral di Poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero)
Kab.Bone maka dapat diambil kesimpulan bahwa Faktor Umur berhubungan dengan
Kejadian Obesitas Sentral di poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero)
Kab.Bone, Faktor Status Gizi berhubungan dengan Kejadian Obesitas Sentral di poliklinik
Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone, dan Faktor Aktivitas Fisik
tidak berhubungan dengan Kejadian Obesitas Sentral di poliklinik Pabrik Gula Camming
PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone.
SARAN
Adapun saran yang dapat disampaikan pada penelitian ini demi penyempurnaan
penelitian yaitu, Bagi Para karyawan pabrik gula camming, hendaknya untuk senangtiasa
menjaga pola hidup menjadi lebih sehat dengan kondisi status gizi normal dan memiliki
berat badan yang ideal. Disarankan pula untuk senangtiasa memperhatikan asupan
makanan yang dikonsumsi sehari – hari untuk menjaga keberlansungan kehidupan kita,
dengan berbagai jenis makanan sebagai suplai nutrisi yang kita butuhkan demi memiliki
tubuh yang sehat. Bagi para pemberi pelayanan kesehatan (poliklinik) di pabrik gula
Camming agar tetap memberikan informasi bagi para karyawan, untuk membantu
memilih pola diet sehat terutama pada umur 30 tahun ke atas serta menjelaskan tata
cara dan manfaat dari diet sehat tersebut. Bagi peneliti perlu melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai faktor lain yang berhubungan dengan penyebab terjadinya obesitas
sentral.

DAFTAR PUSTAKA
Agatston.A. 2007. South Beach Diet. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Indonesia.
Elya sugianti. 2009. Faktor risiko obesitas sentral pada orang dewasa di sulawesi utara,
gorontalo dan dki Jakarta. Bogor : Fakultas Ekologi Manusia - Institut Pertanian
Bogor
Gotera W, Aryana S, Suastika K, Santoso A, Kurwardhani T. 2006. Hubungan antara
obesitas sentral dengan adiponektin pada pasien geriatri dengan penyakit jantung
koroner. J Peny Dalam. 7:102-107.
Hidayat A,A,A. 2006. Keterampilan Dasar praktik klinik kebidanan.Jilid I,. Salemba
Medika. Jakarta.
IGPS Aryana, RA Tuty Kuswardhan1, K Suastika, A Santoso. 2011. Korelasi Antara
Obesitas Sentral Dengan Adiponektin Pada Lansia Dengan Penyakit Jantung
Koroner.Dempasar
Kamso S. 2007. Dislipidemia dan obesitas sentral pada lanjut usia di Kota Padang. J Kes
Mas Nas. 2:73-77.
Low S, Chin MC, Deurenberg-Yap M. 2009. Review on epidemic of obesity. Ann Acad
Med Singapore. 38:57-65
Li C, Ford ES, McGuire LC, Mokdad AH. 2007. Increasing trends in waist circumference
and abdominal obesity among U.S. adults. Obesity.15:216-224.
Suharjo.J.B.2008. Gaya Hidup dan Penyakit Moderen.Kanisius. Yogyakarta. Indonesia
Saraswati. N. P. 2013. 100% Diet Sehat dan Hebat. Cetakan Pertama. Syura Media
Utama. Yogyakarta.
Wati. E.K, Proverawati.A, 2011. Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi kesehatan.
Cetakan Kedua. Nuha Medika. Yogyakarta.
Wittchen HU et al. 2006. International day for the evaluation of abdominal obesity:
rationale and design of a primary care study on the prevalence of abdominal
obesity and associated factors in 63 countries. Eur Heart J. 8(suppl B): B26-B33.

Anda mungkin juga menyukai