Kes
VOL. 9 NO. 1, Februari 2019
Website : http://www.jurnalscientia.org/index.php/scientia
ABSTRAK
Pengukuran lingkar perut pada 60 Aparatur Sipil Negara (ASN) tahun 2017 di kota
Padang menunjukkan hampir sebagian besar (75%) mengalami obesitas sentral. Obesitas
sentral meningkatkan risiko kematian akibat penyakit degeneratif. Penyebab mendasar
obesitas sentral adalah ketidakseimbangan energi antara kalori yang dikonsumsi dan kalori
yang dikeluarkan. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor risiko kejadian obesitas sentral
pada ASN di Kota Padang. Penelitian bersifat analitik dengan desain case control. Populasi
adalah semua ASN di Dinas Pendidikan Kota Padang, Dinas Pengelola Keuangan dan Aset
(DPKA) dan Badan Perencana Pembangunan Daerah (BAPPEDA). Jumlah sampel kelompok
kasus dan kontrol 134, ditentukan dengan teknik accidental sampling. Pengumpulan data
dengan pengukuran lingkar perut dan wawancara menggunakan Semi Quantitative Food
Frequency Questionaire. Analisa data secara bivariat menggunakan uji Chi-Square dan nilai
Odds Ratio (p < 0,05 dan OR > 1 ). Hasil penelitian menunjukkan faktor risiko kejadian
obesitas sentral pada ASN di Kota Padang adalah asupan lemak (p=0,033 ; OR=8,949),
asupan serat (p=0,002 ; OR=3,716), dan aktivitas fisik (p=0,001 ; OR=3,627). Sementara
asupan karbohidrat sederhana (p=0,286), asupan protein (p=1,000), asupan vitamin D
(p=0,827), asupan kalsium (p=0,576) tidak berhubungan dengan faktor risiko kejadian
obesitas sentral. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa asupan lemak, serat dan
aktivitas fisik merupakan faktor resiko obesitas sentral, sementara asupan karbohidrat
sederhana, protein, vitamin D dan kalsium bukan faktor resiko obesitas sentral pada ASN di
kota Padang.
Kata kunci: Obesitas sentra,asupan makanan, aktivitas fisik
ABSTRACT
kelompok kasus dan kontrol. Jika analisa Obesitas sentral. Hasil penelitian ini sama
bivariat menghasilkan OR > 1 dan p < halnya dengan penelitian Sugianti dkk
0,05 merupakan faktor risiko terjadinya (2009), menunjukkan hubungan nyata
obesitas sentral. negatif antara konsumsi makanan manis
dengan kejadian obesitas sentral. Hasil
HASILDAN PEMBAHASAN penelitian ini menunjukkan asupan
Berdasarkan penelitian yang telah karbohidrat sederhana tidak memiliki
dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut: hubungan yang bermakna dengan obesitas
Tabel 1 menunjukkan bahwa ASN sentral. Hal ini terjadi karena hampir
yang tidak mengalami obesitas sentral seluruh responden mengkonsumsi asupan
lebih banyak (43,3%) engkonsumsi karbohidrat sederhana yang cukup dari
karbohidrat sederhana dibandingkan anjuran AKG. Hanya 51 orang dari 134
dengan ASN obesitas sentral (32,8%). responden yang mengkonsumsi
Tidak terdapat hubungan bermakna antara karbohidrat sederhana secara berlebih.
asupan karbohidrat sederhana dengan Maka dari itu, uji statistik tidak mampu
obesitas sentral (p=0,286). Asupan menunjukkan adanya perbedaan proporsi
karbohidrat sederhana bukan faktor resiko kejadian obesitas sentral pada golongan
obesitas sentral. responden yang mengkonsumsi
Asupan karbohidrat sederhana, karbohidrat sederhana secara lebih.
asupan protein, vitamin D dan kalsium
tidak merupakan faktor resiko terhadap
Tabel 1 .Asupan Zat Gizi Makro, Asupan Zat Gizi Mikro dan Aktivitas Fisik Sebagai Faktor
Resiko Obesitas pada Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Pemerintahan Kota Padang
Tahun 2017
sama - sama memiliki asupan protein yang yang tidak terbatas, tidak seperti
tinggi. karbohidrat dan protein. Dalam tubuh
ASN yang tidak mengalami obesitas sekitar 45 % lemak disimpan di sekeliling
sentral lebih banyak (98,5%) organ dalam rongga perut. Konsumsi
mengkonsumsi lemak dalam jumlah lebih makanan yang mengandung tinggi lemak
dibandingkan dengan kelompok kontrol merupakan faktor risiko dari obesitas
(88,1%). Asupan lemak berhubungan sentral (Almatsier, 2009; Nisa dan
dengan kejadian obesitas sentral Fikawati, 2013). Pada pnelitian ini
(p=0,033). Asupan lemak merupakan ditemukan bahwa sumber lemak yang
faktor resiko obesitas sentral. Dengan paling sering dikonsumsi yaitu berasal
OR=8,949, berarti ASN yang mempunyai dari makanan yang digoreng seperti tahu,
asupan lemak berlebih mempunyai risiko tempe, bakwan dan bersantan. Hal ini,
8,949 kali untuk mengalami obesitas juga didukung dengan lokasi kantor yang
sentral dibandingkan ASN yang dekat dengan pasar dan juga didekat
mempunyai asupan lemak cukup. kantor terdapat kantin atau warung yang
Asupan Lemak, serat dan aktivitas menjual goreng - gorengan setiap harinya..
fisik merupakan faktor resiko kejadian Proporsi ASN yang kurang
obesitas sentral pada ASN di mengkonsumsi serat lebih banyak (82,5%)
pemerintahan Kota Padang. Sama halnya pada kelompok obesitas sentral
dengan penelitian Burhan dkk (2013) dibandingkan dengan kelompok kontrol
diketahui bahwa responden dengan asupan (55,2%). Asupan serat berhubungan
lemak yang tinggi 9,3 kali lebih beresiko dengan obesitas sentral (p=0,02). Dengan
mengalami obesitas sentral dari pada OR=3,716 berarti ASN yang mempunyai
responden dengan asupan lemak yang asupan serat yang kurang mempunyai
rendah dan cukup. Hasil penelitian Newby risiko 3,716 kali untuk mengalami
et al (2009) menunjukkan bahwa diet obesitas sentral dibandingkan ASN yang
rendah lemak akan menurunkan indeks mempunyai asupan serat cukup.
masa tubuh dan lingkar perut. Asupan Asupan serat juga berkontribusi
lemak yang tinggi menyebabkan lemak terhadap terjadinta obesitas sentral.
disimpan dalam tubuh. Lemak merupakan Penelitian Duh et al (2010), menemukan
zat gizi yang paling mudah disimpan adanya hubungan asupan serat dengan
dalam tubuh dibandingkan dengan kejadian obesitas sentral yang mana
karbohidrat maupun protein. Lemak juga semakin banyak asupan serat dikonsumsi
dapat disimpan dalam tubuh dalam jumlah maka resiko mengalami obesitas sentral
rendah. Penelitian Burhan dkk (2013) asupan vitamin D dengan obesitas sentral
menunjukkan bahwa resiko kejadian (0,827%).
obesitas sentral pada pegawai dengan Asupan mikronutrien yaitu vitamin
konsumsi sayur dan buah yang rendah D dan kalsium tidak merupakan faktor
adalah 1,4 kali lebih besar dibandingkan resiko terhadap terjadinya obesitas sentral.
dengan pegawai dengan konsumsi sayur Sama halnya dengan penelitian Oommen
dan buah yang cukup. dan Al-Zahrani (2015), dimana tidak ada
Serat memperlambat gerak makanan hubungan yang signifikan antara
di dalam pencernaan sehingga akan kekurangan asupan vitamin D dengan
menunda kembalinya rasa lapar. obesitas sentral. Hasil penelitian ini
Konsumsi tinggi serta dapat bertolak belakang dengan penelitian yang
mengendalikan berat badan dan lingkar didapatkan dari Gonzalez, et al (2015),
perut karena serat dapat menyebabkan yang mana semakin tinggi lemak tubuh
asupan energi berkurang dengan cara seseorang maka memiliki status vitamin D
membatasi penyerapan zat-zat gizi jauh lebih rendah.
(karbohidrat, protein dan lemak) Kekurangan vitamin D dapat
(Rahmandita dan Adriani, 2017). menyebabkan peningkatan konsentrasi
Lembaga Kanker Amerika menganjurkan hormone paratiroid sehingga
untuk mengkonsumsi serta setiap hari meningkatkan laju lipogenesis atau
sebanyak 20 - 30 gram (Almatsier, 2009). pembentukan lemak (Rosenblum dkk,
Buah adalah serat makanan yang 2012). Jika konsentrasi hormon paratiroid
paling jarang sekali dikonsumsi oleh meningkat, akan merangsang pusat lapar,
responden hanya dikonsumsi 1xseminggu sehingga individu akan lebih cepat merasa
dan terkadang setelah makan merasa lapar dan meningkatkan asupan makan
kenyang sehingga membuat responden (Vanlint, 2013).
malas makan buah. Hampir seluruh PNS Hasil penelitian ini menunjukkan
kelompok kasus mengkonsumsi serat hampir seluruh responden mengkonsumsi
kurang anjuran AKG, yaitu 30 - 38 gram vitamin D kurang dari anjuran AKG.
per hari Hanya 26 orang dari 134 responden yang
Proporsi ASN yang kurang mengkonsumsi vitamin D secara cukup.
mengkonsumsi vitamin D lebih sedikit Dari hasil wawancara didapatkan banyak
(79,1%) pada kelompok obesitas sentral responden yang tidak menyukai susu dan
dibandingkan dengan kelompok kontrol jarang mengkonsumsi makanan yang
(82,1%). Tidak terdapat hubungan antara mengandung sumber vitamin D lainnya
seperti hati, susu, keju, mentega, ikan kecukupan. Karena sebagian besar
sarden. Pemenuhan kebutuhan vitamin D responden banyak yang kurang menyukai
tidak hanya diperoleh dari asupan susu dan bahan makanan yang jarang
makanan saja tetapi vitamin D juga dapat dikonsumsi oleh responden padahal
diperoleh dari paparan sinar matahari. Hal mengandung kalsium yang tinggi yaitu
ini juga, didukung dengan pekerjaan yoghurt, keju, sarden dan kerang. Susu
responden yang tidak terlalu terpapar merupakan salah satu sumber bahan
dengan sinar matahari dikarenakan makanan yang mengandung kalsium
kebanyakan responden pergi kekantor tinggi, kalsium tidak hanya berperan
dengan menaiki mobil dan tidak adanya dalam pembentukan tulang tetapi juga
cukup waktu bagi responden untuk berperan dalam metabolisme lemak
terpapar dengan sinar matahari pagi sehingga konsumsi sumber kalsium
karena sesampainya dikantor responden dengan baik dapat mengurangi lemak
langsung masuk ke ruangan. viseral pada penderita obesitas sentral
(Zulferi dan Asriati, 2017).
Proporsi ASN yang kurang Proporsi ASN yang aktivitas
mengkonsumsi kalsium lebih sedikit fisiknya ringan lebih banyak ditemukan
(65,7%) pada kelompok obesitas sentral pada ASN yang mengalami obesitas
dibandingkan dengan kelompok kontrol sentral (55,2 %) dibandingkan PNS yang
(71,6%). Tidak terdapat hubungan antara tidak obesitas sentral yang memiliki
asupan kalsium dengan obesitas sentral aktivitas fisik ringan (25,4 %). Terdapat
(p= 0,576) hubungan antara aktivitas fisik dengan
Penelitian Zulferi dan Asriati obesitas sentral (p=0,001). Dengan
(2017), menyebutkan bahwa asupan OR=3,627 berarti ASN yang mempunyai
kalsium bukan merupakan faktor risiko aktivitas fisik ringan mempunyai risiko
kejadian obesitas sentral pada wanita 3,627 kali untuk mengalami obesitas
dewasa. Hasil penelitian ini juga sama sentral dibandingkan ASN yang
halnya dengan penelitin Pereira (2013) di mempunyai aktivitas fisik yang berat.
Brazili menyebutkan bahwa mengonsumsi Hasil ini didukung oleh hasil
kalsium tidak berhubungan dengan penelitian yang dilakukan Barning dan
obesitas sentral (OR=0,650). Baik Abarin (2016), dimana aktivitas fisik yang
kelompok kasus dan kelompok kontrol tinggi dapat mengurangi risiko obesitas
pada penelitian ini memiliki rata - rata sentral. Penelitian ini juga sama halnya
asupan kalsium dibawah angka dengan penelitian Sugimoto dkk (2016)
yang menyatakan bahwa adanya ASN di tiga instansi di Kota Padang yaitu
hubungan antara aktivitas fisik dengan Dinas Pendidikan, BPKA dan BAPPEDA.
lingkar perut. Aktivitas fisik / olahraga Sedangkan Asupan karbohidrat sederhana,
yang rutin dapat mendorong penurunan asupan protein, vitamin D dan kalsium
yang cukup besar pada jaringan lemak, tidak merupakan faktor resiko terhadap
bahkan tanpa adanya penurunan berat terjadinya obesitas sentral. Faktor resiko
badan (Tchernof dan Despres, 2013). Hal yang paling besar pengaruhnya adalah
ini dikarenakan olahraga dapat asupan lemak. Asupan lemak tinggi
meningkatkan masa jaringan bebas lemak. beresiko 8,6 kali untuk menimbulkan
Aktivitas fisik memiliki pengaruh yang obesitas sentral.
besar terhadap total energy expenditure
yang dapat menurunkan risiko obesitas DAFTAR PUSTAKA
sentral.
Olahraga aerobik minimal 30 menit Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar
setiap hari dapat menurunkan jaringan Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia
lemak. (Rahmandita dan Adriani, 2017). Pustaka Utama.
Aktivitas fisik berat seperti bersepeda
cepat, tennis tunggal, lari cepat, mendaki Barning, Frank dan Abarin, Taraneh.
gunung dan lari marathon sangat 2016. Assesing The Causality
dianjurkan dalam pencegahan dan Factors in The Association
penanganan obesitas sentral. Between (Abdominal) Obesity
ASN yang mengalami obesitas and Physical Activity Among The
sentral memiliki sifat pekerjaan yang Newfoundland Population-A
masuk kedalam kategori ringan dan Mendelian Randomization
mempunyai aktivitas fisik yang ringan Analysis. Genetic & Epigenetic,
karna lebih sering duduk dikantor, jarang 15-24.
melakukan olahraga dan bagi perempuan Bowen, et al. 2015. Associations between
jarang melakukan pekerjaan rumah seperti diet, physcial activity and body fat
memasak dan membersihkan rumah. dsitribution: a cross sectional
study in an India population. BMC
KESIMPULAN Public Health, 15:281.
Asupan lemak, asupan serat dan
aktifitas fisik merupakan faktor resiko Burhan, F. Z., Sirajuddin, S., dan
terhadap terjadinya obesitas sentral pada Indriasari, R. Pola Konsumsi
implications. International
Journal of Research in Medical
Sciences, Vol. 3 : 3264.