Anda di halaman 1dari 12

SCIENTIA J. Far.

Kes
VOL. 9 NO. 1, Februari 2019

SCIENTIA Jurnal Farmasi dan Kesehatan


SCIENTIA Diterbitkan oleh STIFI Perintis Padang setiap bulan Februari dan Agustus

Website : http://www.jurnalscientia.org/index.php/scientia

9 (1) ; 53-64, 2019

FAKTOR RISIKO OBESITAS SENTRAL PADA APARATUR


SIPIL NEGARA (ASN) DI KOTA PADANG

Erina Masri, Ratna Kumala Sari


STIKes Perintis Padang
Email : erina.masri@yahoo.com

ABSTRAK

Pengukuran lingkar perut pada 60 Aparatur Sipil Negara (ASN) tahun 2017 di kota
Padang menunjukkan hampir sebagian besar (75%) mengalami obesitas sentral. Obesitas
sentral meningkatkan risiko kematian akibat penyakit degeneratif. Penyebab mendasar
obesitas sentral adalah ketidakseimbangan energi antara kalori yang dikonsumsi dan kalori
yang dikeluarkan. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor risiko kejadian obesitas sentral
pada ASN di Kota Padang. Penelitian bersifat analitik dengan desain case control. Populasi
adalah semua ASN di Dinas Pendidikan Kota Padang, Dinas Pengelola Keuangan dan Aset
(DPKA) dan Badan Perencana Pembangunan Daerah (BAPPEDA). Jumlah sampel kelompok
kasus dan kontrol 134, ditentukan dengan teknik accidental sampling. Pengumpulan data
dengan pengukuran lingkar perut dan wawancara menggunakan Semi Quantitative Food
Frequency Questionaire. Analisa data secara bivariat menggunakan uji Chi-Square dan nilai
Odds Ratio (p < 0,05 dan OR > 1 ). Hasil penelitian menunjukkan faktor risiko kejadian
obesitas sentral pada ASN di Kota Padang adalah asupan lemak (p=0,033 ; OR=8,949),
asupan serat (p=0,002 ; OR=3,716), dan aktivitas fisik (p=0,001 ; OR=3,627). Sementara
asupan karbohidrat sederhana (p=0,286), asupan protein (p=1,000), asupan vitamin D
(p=0,827), asupan kalsium (p=0,576) tidak berhubungan dengan faktor risiko kejadian
obesitas sentral. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa asupan lemak, serat dan
aktivitas fisik merupakan faktor resiko obesitas sentral, sementara asupan karbohidrat

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 53


SCIENTIA J. Far. Kes
VOL. 9 NO. 1, Februari 2019

sederhana, protein, vitamin D dan kalsium bukan faktor resiko obesitas sentral pada ASN di
kota Padang.
Kata kunci: Obesitas sentra,asupan makanan, aktivitas fisik

ABSTRACT

Measurement of abdominal circumference in 60 State Civil Apparatus (ASN) in 2017


in Padang showed that most (75%) had central obesity. Central obesity increases the risk of
death resulted from degenerative diseases. The underlying cause of central obesity is the
energy imbalance between calories consumed and calories spent. The purpose of the study
was to determine the risk factors for central obesity in ASN in Padang City. The research was
analytic research with a case control design. The population was all ASNs in the Padang
City Education Office, BPKA and BAPPEDA. The number of sample cases and control
groups were 134, determined by accidental sampling technique. Data collection was done by
using abdominal circumference measurement and interview using Semi Quantitative Food
Frequency Questionnaire method. The data were analysed according to Bivariate using Chi-
Square test and Odds Ratio value (p <0.05 and OR> 1). The results showed that the risk
factors for central obesity in ASN in Padang City were fat intake (p = 0.033; OR = 8.949),
fiber intake (p = 0.002; OR = 3.716) and physical activity (p = 0.001; OR = 3.627), whilw
simple carbohydrate intake (p = 0.286), protein intake (p = 1,000), vitamin D intake (p =
0.827), calcium intake (p = 0.576) were not associated with risk factors for central obesity. It
can be concluded that fat intake, fiber and physical activity are the central risk factors for
obesity, while simple carbohydrate intake, protein, vitamin D and calcium are not central the
obesity risk factors.

Keywords : Central Obesity, food intake, physical activity

PENDAHULUAN laki dengan Lingkar Perut > 90 cm dan


Obesitas sentral merupakan perempuan dengan lingkar perut > 80 cm
timbunan lemak di dalam rongga perut dinyatakan sebagai obesitas sentral
yang meliputi dinding luar usus dan bukan (Riskesdas, 2013). Konsekuensi obesitas
berupa timbunan lemak di bawah kulit sentral adalah meningkatnya risiko
perut (Cahyono, Suhardjo, 2012). Laki - kematian akibat dari penyakit degeneratif

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 54


SCIENTIA J. Far. Kes
VOL. 9 NO. 1, Februari 2019

seperti diabetes melitus tipe 2, Penyebab mendasar obesitas sentral


dislipidemia, penyakit kardiovaskular, adalah ketidakseimbangan energi antara
hipertensi, kanker usus besar dan rektum, kalori yang dikonsumsi dan kalori yang
batu empedu dan sindrom metabolik dikeluarkan. Akibatnya, kelebihan kalori
(Tchernof dan Despres, 2013). itu disimpan sebagai timbunan lemak,
Masalah obesitas saat ini sedang khususnya lemak sentral (perut) (Cahyono
meningkat di seluruh dunia sejalan dengan Suhardjo, 2012). Banyak faktor yang
kebiasaan makan yang berlebihan, diduga berhubungan dengan kejadian
makanan yang dimakan lebih banyak obesitas sentral antara lain, asupan
mengandung kalori daripada yang dapat karbohidrat sederhana, asupan serat
digunakan oleh tubuh. WHO (World asupan protein (Bowen dkk, 2015), asupan
Health Organization) melaporkan bahwa lemak (Burhan dkk, 2013), asupan vitamin
pada tahun 2014, lebih dari 1,9 milyar D dan asupan kalsium . Faktor lain yang
orang dewasa berumur 18 tahun keatas dapat menyebabkan terjadinya obesitas
mempunyai berat badan yang berlebih dan sentral yaitu, aktivitas fisik (Tchernof dan
lebih dari 600 juta orang dewasa yang Despres, 2013).
gemuk. Secara keseluruhan, sekitar 13 % Hasil penelitian Nisa dan Fikawati
dari populasi orang dewasa di dunia (11 % (2013), Bowen dkk (2015) menunjukkan
dari laki - laki dan 15 % perempuan) yang bahwa terdapat hubungan antara asupan
obesitas. Prevalensi di seluruh dunia protein, asupan lemak, asupan karbohidrat
obesitas lebih dari dua kali lipat antara sederhana, asupan serat dan asupan
tahun 1980 - 2014 (WHO, 2014). kalsium dengan kejadian obesitas sentral.
Prevalensi obesitas sentral dalam skala Penelitian lainnya menunjukkan bahwa
nasional pada tahun 2013 adalah 26,6 %, vitamin D berhubungan dengan distribusi
lebih tinggi dari prevalensi pada tahun lemak tubuh seseorang (Lenders dkk,
2007 (18,8 %). Prevalensi obesitas sentral 2009 . Hasil penelitian Sugianti dkk
tertinggi di DKI Jakarta (39,7 %). (2009) menunjukkan bahwa terdapat
Sumatera Barat memiliki prevalensi hubungan positif antara gangguan mental
obesitas sentral di atas angka nasional emosional dan kejadian obesitas sentral.
(Riskesdas, 2013). Berdasarkan Riskesdas Hasil penelitian Sudikno dkk (2013)
Provinsi Sumatera Barat tahun 2013, menunjukkan bahwa adanya hubungan
prevalensi obesitas sentral di Kota Padang positif antara aktivitas fisik dengan
mencapai 33,7%. kejadian obesitas sentral pada orang
dewasa umur 25 - 26 tahun.

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 55


SCIENTIA J. Far. Kes
VOL. 9 NO. 1, Februari 2019

Penduduk di wilayah perkotaan Penelitian dilaksanakan di Dinas


(31,2 %) lebih banyak mengalami obesitas Pendidikan Kota Padang, Badan
sentral dibandingkan dengan penduduk di Pengelolaan Keuangan dan Aset (BPKA)
wilayah perdesaan (21,9 %). Menurut dan Badan Perencanaan Pembangunan
karakteristik pekerjaan, pegawai Daerah (BAPPEDA), mulai bulan Agustus
menempati urutan ketiga dengan 2017 sampai dengan bulan Juni 2018.
prevalensi obesitas sentral yaitu (27,7 %) Populasi pada peneitian ini adalah seluruh
(Riskesdas, 2013). Berdasarkan ASN Dinas Pendidikan Kota Padang,
Pengukuran lingkar yang dilakukan pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
60 orang ASN dari tiga instansi (BPKA) dan Badan Perencanaan
pemerintahan di kota Padang (Dinas Pembangunan Daerah (BAPPEDA) yang
Pendidikan, BPKA, BAPPEDA) berjumlah sekitar 301 orang. Pengambilan
ditemukan hampir sebagian besar (75%) sampel secara accidental sampling,
mengalami obesitas sentral. Melihat jumlah sampel kelompok kasus (obesitas
tingginya angka obesitas pada ASN dan sentral) 67 orang dan kelompok kontrol
dampak bahaya dari obesitas maka perlu (lingkar perut normal) 67 orang dengan
diketahui faktor-faktor resiko yang matching jenis kelamin. Data lingkar perut
berhubungan dengan obesitas sentral diperoleh dengan cara antropometri yaitu
sehingga dapat dijadikan acuan untuk mengukur lingkar perut ASN dengan
penanggulangan obesitas sentral pada menggunakan pita ukur. Data jumlah
ASN. Penelitian ini dilakukan untuk asupan zat gizi (karbohidrat sederhana,
mengetahui faktor resiko yang serat, protein, lemak, vitamin D dan
berhubungan dengan obesitas sentral pada kalsium) diperoleh dengan wawancara
Aparatur Sipil Negara di lingkungan menggunakan formulir Semi quantitative
pemerintahan Kota Padang. food frequency questionnaire (SQFFQ).
Data aktivitas fisik diperoleh dengan
METODE wawancara. Analisa data menggunakan uji
Jenis penelitian deskripstif analitik, Chi Square dengan batas kemaknaan α=
desain case control dengan menggunakan 0,05, untuk mengetahui faktor resiko
pendekatan retrospective yaitu efek yang berhubungan dengan obesitas
(penyakit atau status kesehatan) sentral. Dilanjutkan dengan Odds Ratio
diidentifikasi pada saat ini, kemudian (OR) untuk mengetahui besarnya resiko
faktor risiko diidentifikasi ada atau relatif masing-masing faktor resiko
terjadinya pada waktu yang lalu. terhadap terjadinya obesitas sentral antara

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 56


SCIENTIA J. Far. Kes
VOL. 9 NO. 1, Februari 2019

kelompok kasus dan kontrol. Jika analisa Obesitas sentral. Hasil penelitian ini sama
bivariat menghasilkan OR > 1 dan p < halnya dengan penelitian Sugianti dkk
0,05 merupakan faktor risiko terjadinya (2009), menunjukkan hubungan nyata
obesitas sentral. negatif antara konsumsi makanan manis
dengan kejadian obesitas sentral. Hasil
HASILDAN PEMBAHASAN penelitian ini menunjukkan asupan
Berdasarkan penelitian yang telah karbohidrat sederhana tidak memiliki
dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut: hubungan yang bermakna dengan obesitas
Tabel 1 menunjukkan bahwa ASN sentral. Hal ini terjadi karena hampir
yang tidak mengalami obesitas sentral seluruh responden mengkonsumsi asupan
lebih banyak (43,3%) engkonsumsi karbohidrat sederhana yang cukup dari
karbohidrat sederhana dibandingkan anjuran AKG. Hanya 51 orang dari 134
dengan ASN obesitas sentral (32,8%). responden yang mengkonsumsi
Tidak terdapat hubungan bermakna antara karbohidrat sederhana secara berlebih.
asupan karbohidrat sederhana dengan Maka dari itu, uji statistik tidak mampu
obesitas sentral (p=0,286). Asupan menunjukkan adanya perbedaan proporsi
karbohidrat sederhana bukan faktor resiko kejadian obesitas sentral pada golongan
obesitas sentral. responden yang mengkonsumsi
Asupan karbohidrat sederhana, karbohidrat sederhana secara lebih.
asupan protein, vitamin D dan kalsium
tidak merupakan faktor resiko terhadap

Tabel 1 .Asupan Zat Gizi Makro, Asupan Zat Gizi Mikro dan Aktivitas Fisik Sebagai Faktor
Resiko Obesitas pada Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Pemerintahan Kota Padang
Tahun 2017

Kejadian Obesitas Sentral


P OR 95 %
Obesitas Total
Variabel value CI
Sentral Tidak Obesitas Sentral
n % n % n %
Asupan KH
Sederhana
Lebih 22 32,8 29 43,3 51 38,1 0,286
0,641 (0,317 - 1,293)
Cukup 45 67,2 38 56,7 83 61,9
Asupan Protein
Lebih 65 97,0 64 95,5 129 96,3 1,000
0,656 (0,106 - 4,060)
Cukup 2 3,0 3 4,5 5 3,7
Asupan Lemak
Lebih 66 98,5 59 88,1 125 93,3 0,033 8,949 (1,087 -
Cukup 1 1,5 8 11,9 9 6,7 73,690)
Asupan Serat 0,002

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 57


SCIENTIA J. Far. Kes
VOL. 9 NO. 1, Februari 2019

Kurang 55 82,1 37 55,2 92 68,7


3,716 (1,689 - 3,473)
Cukup 12 17,9 30 44,8 42 31,3
Asupan
Vitamin D
0,827
Kurang 53 79,1 55 82,1 108 80,6
0,826 (0,350 - 1,949)
Cukup 14 20,9 12 17,9 26 19,4
Asupan
Kalsium
0,576
Kurang 44 65,7 48 71,6 92 68,7
0,757 (0,364 - 1,575)
Cukup 23 34,3 19 28,4 42 31,3
Aktivitas Fisik
Ringan 37 55,2 17 25,4 54 40,3 0,001
3,627 (1,746 - 7,536)
Berat 30 44,8 50 74,6 80 59,7

penelitian Fridawati (2016), dimana tidak


Karena kelompok obesitas sentral ada hubungan yang bermakna antara
dan tidak obesitas sentral sama - sama asupan protein dengan obesitas sentral
memiliki asupan karbohidrat sederhana dengan nilai p value 0,084. Penelitian ini
yang cukup. Pada penelitian ini tidak juga sama halnya dengan penelitian
menemukan seberapa besar risikonya Savitri (2017), yang mengatakan bahwa
terhadap kejadian obesitas sentral. Hal ini tidak adanya hubungan antara asupan
dikarenakan, sebagian responden tidak protein dengan obesitas sentral dengan
terlalu suka mengkonsumsi makan dan nilai p value 0,176.
minuman yang manis serta adanya faktor Hampir seluruh responden
lain yang menyebabkan orang mengalami mengkonsumsi protein lebih dari anjuran.
obesitas sentral diantaranya asupan zat Hampir seluruh responden suka makan
gizi lain seperti asupan lemak, serat, ikan, daging ayam, telur, tahu dan tempe
aktivitas fisik, merokok dan status setiap hari dan terkadang banyak kegiatan
ekonomi keluarga. rapat ataupun pertemuan sehingga
ASN obesitas sentral dan yang tidak responden sering makan nasi kotak yang
obesitas sentral hampir sama banyak (97% berisi 2 potong lauk serta tiap bulannya
dan 95,5%) mengkonsumsi protein dalam ada makan sambal rendang. Hanya 5
jumlah berlebih. Tidak terdapat hubungan orang dari 134 responden yang
antara asupan protein dengan obesitas mengkonsumsi protein secara cukup.
sentral (1>α). Asupan protein bukan Maka dari itu, uji statistik tidak mampu
faktor risiko terjadinya obesitas sentral. menunjukkan adanya perbedaan proporsi
Penelitian ini tidak menemukan kejadian obesitas sentral pada golongan
asupan protein sebagai faktor resiko responden yang mengkonsumsi protein
obesitas sentral pada ASN di Lingkungan kurang dan cukup. Karena kelompok
pemerintahan kota Padang. Hasil obesitas sentral dan tidak obesitas sentral
penelitian ini sama halnya dengan

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 58


SCIENTIA J. Far. Kes
VOL. 9 NO. 1, Februari 2019

sama - sama memiliki asupan protein yang yang tidak terbatas, tidak seperti
tinggi. karbohidrat dan protein. Dalam tubuh
ASN yang tidak mengalami obesitas sekitar 45 % lemak disimpan di sekeliling
sentral lebih banyak (98,5%) organ dalam rongga perut. Konsumsi
mengkonsumsi lemak dalam jumlah lebih makanan yang mengandung tinggi lemak
dibandingkan dengan kelompok kontrol merupakan faktor risiko dari obesitas
(88,1%). Asupan lemak berhubungan sentral (Almatsier, 2009; Nisa dan
dengan kejadian obesitas sentral Fikawati, 2013). Pada pnelitian ini
(p=0,033). Asupan lemak merupakan ditemukan bahwa sumber lemak yang
faktor resiko obesitas sentral. Dengan paling sering dikonsumsi yaitu berasal
OR=8,949, berarti ASN yang mempunyai dari makanan yang digoreng seperti tahu,
asupan lemak berlebih mempunyai risiko tempe, bakwan dan bersantan. Hal ini,
8,949 kali untuk mengalami obesitas juga didukung dengan lokasi kantor yang
sentral dibandingkan ASN yang dekat dengan pasar dan juga didekat
mempunyai asupan lemak cukup. kantor terdapat kantin atau warung yang
Asupan Lemak, serat dan aktivitas menjual goreng - gorengan setiap harinya..
fisik merupakan faktor resiko kejadian Proporsi ASN yang kurang
obesitas sentral pada ASN di mengkonsumsi serat lebih banyak (82,5%)
pemerintahan Kota Padang. Sama halnya pada kelompok obesitas sentral
dengan penelitian Burhan dkk (2013) dibandingkan dengan kelompok kontrol
diketahui bahwa responden dengan asupan (55,2%). Asupan serat berhubungan
lemak yang tinggi 9,3 kali lebih beresiko dengan obesitas sentral (p=0,02). Dengan
mengalami obesitas sentral dari pada OR=3,716 berarti ASN yang mempunyai
responden dengan asupan lemak yang asupan serat yang kurang mempunyai
rendah dan cukup. Hasil penelitian Newby risiko 3,716 kali untuk mengalami
et al (2009) menunjukkan bahwa diet obesitas sentral dibandingkan ASN yang
rendah lemak akan menurunkan indeks mempunyai asupan serat cukup.
masa tubuh dan lingkar perut. Asupan Asupan serat juga berkontribusi
lemak yang tinggi menyebabkan lemak terhadap terjadinta obesitas sentral.
disimpan dalam tubuh. Lemak merupakan Penelitian Duh et al (2010), menemukan
zat gizi yang paling mudah disimpan adanya hubungan asupan serat dengan
dalam tubuh dibandingkan dengan kejadian obesitas sentral yang mana
karbohidrat maupun protein. Lemak juga semakin banyak asupan serat dikonsumsi
dapat disimpan dalam tubuh dalam jumlah maka resiko mengalami obesitas sentral

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 59


SCIENTIA J. Far. Kes
VOL. 9 NO. 1, Februari 2019

rendah. Penelitian Burhan dkk (2013) asupan vitamin D dengan obesitas sentral
menunjukkan bahwa resiko kejadian (0,827%).
obesitas sentral pada pegawai dengan Asupan mikronutrien yaitu vitamin
konsumsi sayur dan buah yang rendah D dan kalsium tidak merupakan faktor
adalah 1,4 kali lebih besar dibandingkan resiko terhadap terjadinya obesitas sentral.
dengan pegawai dengan konsumsi sayur Sama halnya dengan penelitian Oommen
dan buah yang cukup. dan Al-Zahrani (2015), dimana tidak ada
Serat memperlambat gerak makanan hubungan yang signifikan antara
di dalam pencernaan sehingga akan kekurangan asupan vitamin D dengan
menunda kembalinya rasa lapar. obesitas sentral. Hasil penelitian ini
Konsumsi tinggi serta dapat bertolak belakang dengan penelitian yang
mengendalikan berat badan dan lingkar didapatkan dari Gonzalez, et al (2015),
perut karena serat dapat menyebabkan yang mana semakin tinggi lemak tubuh
asupan energi berkurang dengan cara seseorang maka memiliki status vitamin D
membatasi penyerapan zat-zat gizi jauh lebih rendah.
(karbohidrat, protein dan lemak) Kekurangan vitamin D dapat
(Rahmandita dan Adriani, 2017). menyebabkan peningkatan konsentrasi
Lembaga Kanker Amerika menganjurkan hormone paratiroid sehingga
untuk mengkonsumsi serta setiap hari meningkatkan laju lipogenesis atau
sebanyak 20 - 30 gram (Almatsier, 2009). pembentukan lemak (Rosenblum dkk,
Buah adalah serat makanan yang 2012). Jika konsentrasi hormon paratiroid
paling jarang sekali dikonsumsi oleh meningkat, akan merangsang pusat lapar,
responden hanya dikonsumsi 1xseminggu sehingga individu akan lebih cepat merasa
dan terkadang setelah makan merasa lapar dan meningkatkan asupan makan
kenyang sehingga membuat responden (Vanlint, 2013).
malas makan buah. Hampir seluruh PNS Hasil penelitian ini menunjukkan
kelompok kasus mengkonsumsi serat hampir seluruh responden mengkonsumsi
kurang anjuran AKG, yaitu 30 - 38 gram vitamin D kurang dari anjuran AKG.
per hari Hanya 26 orang dari 134 responden yang
Proporsi ASN yang kurang mengkonsumsi vitamin D secara cukup.
mengkonsumsi vitamin D lebih sedikit Dari hasil wawancara didapatkan banyak
(79,1%) pada kelompok obesitas sentral responden yang tidak menyukai susu dan
dibandingkan dengan kelompok kontrol jarang mengkonsumsi makanan yang
(82,1%). Tidak terdapat hubungan antara mengandung sumber vitamin D lainnya

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 60


SCIENTIA J. Far. Kes
VOL. 9 NO. 1, Februari 2019

seperti hati, susu, keju, mentega, ikan kecukupan. Karena sebagian besar
sarden. Pemenuhan kebutuhan vitamin D responden banyak yang kurang menyukai
tidak hanya diperoleh dari asupan susu dan bahan makanan yang jarang
makanan saja tetapi vitamin D juga dapat dikonsumsi oleh responden padahal
diperoleh dari paparan sinar matahari. Hal mengandung kalsium yang tinggi yaitu
ini juga, didukung dengan pekerjaan yoghurt, keju, sarden dan kerang. Susu
responden yang tidak terlalu terpapar merupakan salah satu sumber bahan
dengan sinar matahari dikarenakan makanan yang mengandung kalsium
kebanyakan responden pergi kekantor tinggi, kalsium tidak hanya berperan
dengan menaiki mobil dan tidak adanya dalam pembentukan tulang tetapi juga
cukup waktu bagi responden untuk berperan dalam metabolisme lemak
terpapar dengan sinar matahari pagi sehingga konsumsi sumber kalsium
karena sesampainya dikantor responden dengan baik dapat mengurangi lemak
langsung masuk ke ruangan. viseral pada penderita obesitas sentral
(Zulferi dan Asriati, 2017).
Proporsi ASN yang kurang Proporsi ASN yang aktivitas
mengkonsumsi kalsium lebih sedikit fisiknya ringan lebih banyak ditemukan
(65,7%) pada kelompok obesitas sentral pada ASN yang mengalami obesitas
dibandingkan dengan kelompok kontrol sentral (55,2 %) dibandingkan PNS yang
(71,6%). Tidak terdapat hubungan antara tidak obesitas sentral yang memiliki
asupan kalsium dengan obesitas sentral aktivitas fisik ringan (25,4 %). Terdapat
(p= 0,576) hubungan antara aktivitas fisik dengan
Penelitian Zulferi dan Asriati obesitas sentral (p=0,001). Dengan
(2017), menyebutkan bahwa asupan OR=3,627 berarti ASN yang mempunyai
kalsium bukan merupakan faktor risiko aktivitas fisik ringan mempunyai risiko
kejadian obesitas sentral pada wanita 3,627 kali untuk mengalami obesitas
dewasa. Hasil penelitian ini juga sama sentral dibandingkan ASN yang
halnya dengan penelitin Pereira (2013) di mempunyai aktivitas fisik yang berat.
Brazili menyebutkan bahwa mengonsumsi Hasil ini didukung oleh hasil
kalsium tidak berhubungan dengan penelitian yang dilakukan Barning dan
obesitas sentral (OR=0,650). Baik Abarin (2016), dimana aktivitas fisik yang
kelompok kasus dan kelompok kontrol tinggi dapat mengurangi risiko obesitas
pada penelitian ini memiliki rata - rata sentral. Penelitian ini juga sama halnya
asupan kalsium dibawah angka dengan penelitian Sugimoto dkk (2016)

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 61


SCIENTIA J. Far. Kes
VOL. 9 NO. 1, Februari 2019

yang menyatakan bahwa adanya ASN di tiga instansi di Kota Padang yaitu
hubungan antara aktivitas fisik dengan Dinas Pendidikan, BPKA dan BAPPEDA.
lingkar perut. Aktivitas fisik / olahraga Sedangkan Asupan karbohidrat sederhana,
yang rutin dapat mendorong penurunan asupan protein, vitamin D dan kalsium
yang cukup besar pada jaringan lemak, tidak merupakan faktor resiko terhadap
bahkan tanpa adanya penurunan berat terjadinya obesitas sentral. Faktor resiko
badan (Tchernof dan Despres, 2013). Hal yang paling besar pengaruhnya adalah
ini dikarenakan olahraga dapat asupan lemak. Asupan lemak tinggi
meningkatkan masa jaringan bebas lemak. beresiko 8,6 kali untuk menimbulkan
Aktivitas fisik memiliki pengaruh yang obesitas sentral.
besar terhadap total energy expenditure
yang dapat menurunkan risiko obesitas DAFTAR PUSTAKA
sentral.
Olahraga aerobik minimal 30 menit Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar
setiap hari dapat menurunkan jaringan Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia
lemak. (Rahmandita dan Adriani, 2017). Pustaka Utama.
Aktivitas fisik berat seperti bersepeda
cepat, tennis tunggal, lari cepat, mendaki Barning, Frank dan Abarin, Taraneh.
gunung dan lari marathon sangat 2016. Assesing The Causality
dianjurkan dalam pencegahan dan Factors in The Association
penanganan obesitas sentral. Between (Abdominal) Obesity
ASN yang mengalami obesitas and Physical Activity Among The
sentral memiliki sifat pekerjaan yang Newfoundland Population-A
masuk kedalam kategori ringan dan Mendelian Randomization
mempunyai aktivitas fisik yang ringan Analysis. Genetic & Epigenetic,
karna lebih sering duduk dikantor, jarang 15-24.
melakukan olahraga dan bagi perempuan Bowen, et al. 2015. Associations between
jarang melakukan pekerjaan rumah seperti diet, physcial activity and body fat
memasak dan membersihkan rumah. dsitribution: a cross sectional
study in an India population. BMC
KESIMPULAN Public Health, 15:281.
Asupan lemak, asupan serat dan
aktifitas fisik merupakan faktor resiko Burhan, F. Z., Sirajuddin, S., dan
terhadap terjadinya obesitas sentral pada Indriasari, R. Pola Konsumsi

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 62


SCIENTIA J. Far. Kes
VOL. 9 NO. 1, Februari 2019

Terhadap Kejadian Obesitas Lenders, Carine M, dkk. 2009. Relation of


Sentral pada Pegawai body fat indexes to vitamin D
Pemerintahan di Kantor Bupati status and deficiency among
Kabupaten Jeneponto [ARTIKEL obese adolescents. The American
PENELITIAN]. Makassar : Journal of Clinical Nutrition,
Universitas Hasanudin Makaasar, Vol. 90 : 459 - 67.
2013.
Cahyono, Suharjo B. 2012. Gaya Hidup Luong, Khan Vinh Quoc dan Nguyen, Lan
dan Penyakit Modern. Yogyakarta Thi Hoang. 2013. The Beneficial
: Penerbit KANISIUS (Anggota Role of Vitamin D in Obesity :
IKAPI). Possible Genetic And Cell
Duh H, et al.2010. Dietary Fiber and Signaling Mechanisms. Nutrition
Subsequent Changes in Body Journal, 12-89.
Weight and Waist Circumference
in European Men and Women. Newby, PK, et al. 2009. Dietary patterns
91: 329-36. and changes in body mass index
and waist circumference in
Fridawanti, Angela Priskalina. Hubungan adults. Am J Clin Nutr. 77:1417-
Antara Asupan Energi, 1425.
Karbohidrat, Protein, dan Lemak
Terhadap Obesitas Sentral pada Nisa, Khiyarotun dan Fikawati, Sandra.
Orang Dewasa di Desa Faktor Dominan yang
Kepuharjo, Kecamatan Berhubungan dengan Obesitas
Cangkringan, Yogyakarta Sentral pada Kader Kesehatan di
[SKRIPSI]. Yogyakarta : Wilayah UPT Puskesmas
Universitas Sanata Dharma Kecamatan Sawangan Kota
Yogyakarta, 2016. Depok [ARTIKEL
PENELITIAN]. Jakarta :
Gonzalez, et al. 2015. Vitamin D Status is Universitas Indonesia, 2013.
Inversely Associated With
Obesity in a Clinic Based Sample Oommen, Anitha dan Al-Zahrani, Ibrahim
in Puerto Rico. Nutrition Hassan. 2015.Assocition of
Research: 35(4):287-293. obesity with vitamin D
deficiency and the clinical

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 63


SCIENTIA J. Far. Kes
VOL. 9 NO. 1, Februari 2019

implications. International
Journal of Research in Medical
Sciences, Vol. 3 : 3264.

Rahmandita, Ajeng Putri dan Adriani,


Merryana. Perbedaan Tingkat
Konsumsi dan Aktivitas Fisik
pada Wanita (20-54 Tahun)
Obesitas Sentral dan Non Sentral
Surabaya : Universitas
Airlangga, 2017.

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 64

Anda mungkin juga menyukai