Anda di halaman 1dari 5

Analisis Faktor-Faktor Terjadinya Osteoarthritis Lansia

Di Posyandu Lansia Kelurahan Bareng Kota Malang


Wildanny Nur Maulinda; AAG Anom Aswin; I Dewa Nyoman Supariasa
DIV Gizi Poltekkes Kemenkes Malang

ABSTRAK
Osteoarthritis adalah penyakit yang paling banyak ditemukan pada lansia. Penyakit ini
menyebabkan nyeri pada penderita sehingga mengganggu aktivitas fisik sehari-hari. Faktor-faktor risiko
yang meningkatkan kejadian osteoarthritis yaitu usia, jenis kelamin, IMT, aktivitas fisik, tingkat konsumsi
vitamin D, riwayat genetik dll. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan usia, jenis
kelamin, IMT, aktivitas fisik, tingkat konsumsi vitamin D, dan riwayat genetik sebagai faktor risiko terjadinya
osteoarthritis.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling kepada sampel yang memenuhi kriteria. Besar sampel yang
digunakan pada penelitian ini adalah 60 lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Bareng Kota Malang. Untuk
menguji hipotesis digunakan uji Chi Square dan Fisher Exact jika tidak memenuhi syarat.
Hasil penelitian ditemukan 40 responden (66,7%) menderita osteoarthritis dan 20 responden
(33,7%) tidak menderita osteoarthritis. Berdasarkan hasil uji statistik terdapat hubungan yang signifikan
antara riwayat genetik (p=0,001), tingkat konsumsi vitamin D (p=0,025) dan IMT (p=0,038). Sedangkan
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia, jenis kelamin, dan aktivitas fisik dengan kejadian
osteoarthritis.
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan lansia lebih mewaspadai dan memperhatikan gejala
osteoarthritis sehingga tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
Kata Kunci: Osteoarthritis, Lansia, Faktor Risiko
ABSTRACT
Osteoarthritis represent disease at most found in elderly peoples. This disease cause pain at patient
so disturb daily activity. Risk factors that causes osteoarthritis is sex, gender, BMI, physical activity, the
level of vitamin D cinsumption, genetic history etc. The aim of this study was to identify and explain the age,
sex, BMI, physical activity, the level of vitamin D consumption, and genetic history as a ris factors for
osteoarthritis.
This research is a cross sectional design. The sampling technique was purposive sampling. The
sample consisted of 60 elderly people in Posyandu of Bareng village, Malang city. Chi Square and Fisher
Exact test were used to test the hipotesis.
There were 40 respondents (66,7%) with osteoarthritis anda 20 respondents (33,7%) without
osteoarthritis. Based on the statistics results, showed a significant correlation with genetic history
(p=0,001), the level of vitamin D consumption (p=0,025) dan BMI (p=0,038). Age, sex, and physical activity
did not show significant correlation with osteoarthritis.
Based on the research result, we expected to be more alert and pay attention to the elderly people
of osteoarthritis symptomps so it does not interfere tehir daily activity.
Keywords: Osteoarthritis, Elderly People, Risk Factors

1
PENDAHULUAN osteoarthritis pada lansia di Kelurahan Bareng
Peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) Kabupaten Malang.
merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan bidang kesehatan. Sasaran METODE PENELITIAN
rencana strategi Kementrian Kesehatan tahun Tempat dan Waktu Penelitian
2010-2014 adalah meningkatkan UHH dari 70,7 Penelitian ini dilakukan di Posyandu
menjadi 72 tahun. Menurut hasil Susenas tahun Lansia Kelurahan Bareng Kota Malang pada
2000, jumlah lansia 14,4 juta jiwa atau 7,18% dari bulan Desember 2016.
total jumlah penduduk, sedangkan pada tahun Rancangan Penelitian
2010 jumlah lansia sudah mencapai 19 juta jiwa Jenis penelitian yang dilakukan bersifat
atau sekitr 8,5% jumlah penduduk. Pertambahan observasional dengan desain penelitian Cross
jumlah lanjut usia akan menimbulkan berbagai Sectional. Desain ini dipilih karena dapat
permasalahan kompleks bagi lansia, keluarga digunakan untuk mencari besarnya pengaruh
maupun masyarakat meliputi aspek fisik, biologis, faktor-faktor terjadinya penyakit.
mental maupun maupun sosial ekonomi. Populasi dan Sampel
Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar Populasi dalam penelitian ini adalah lansia
(Riskesdas) 2007 dalam Buku Pedoman yang menjadi anggota Posyandu dan datang
Pelayanan Gizi Lanjut Usia (Kemenkes RI, 2012) pada saat penelitian. Peneliti mengumpulkan
menyatakan bahwa prevalensi penyakit pada sampel sebanyak 60 lansia yang diambil secara
lanjut usia 55-64 tahun adalah Penyakit Sendi acak dan merata di beberapa Posyandu Lansia
56,4%, Hipertensi 53,7%, Stroke 20,2%, Penyakit Kelurahan Bareng yang memenuhi kriteria inklusi
Asma 7,3%, Jantung 16,1%, Diabetes 3,7%, dan eksklusi.
Tumor 8,8%. Meningkatnya penyakit degeneratif Kriteria Inklusi dan Eksklusi
pada lanjut usia ini akan meningkatkan beban Kriteria inklusi sampel adalah anggota
ekonomi keluarga, masyarakat dan negara. Posyandu Lansia yang berusia 45 tahun,
Hasil Riskesdas tahun 2007-2008 untuk mampu makan menggunakan mulut, tidak ada
penyakit sendi secara nasional prevalensinya bagian tubuh yang diamputasi, dapat
berdasarkan wawancara sebesar 30,2% dan berkomunikasi dengan baik, tidak mempunyai
prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga gangguan ingatan, tidak memiliki riwayat trauma,
kesehatan adalah 14%. Angka ini menempatkan dan bersedia menjadi sampel. Kriteria ekslusi
Indonesia sebagai negara yang paling tinggi yaitu yang mempunyai penyakit bawaan atau
menderita gangguan sendi jika dibandingkan komplikasi dan mengalami komplikasi dan harus
dengan negara di Asia lainnya seperti Hongkong, dirujuk ke rumah sakit.
Malaysia, Singapura dan Taiwan. Variabel Penelitian
Penyakit atau keluhan sendi yang diderita Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
oleh lansia dapat disebabkan oleh beberapa usia, jenis kelamin, riwayat genetik, tingkat
faktor. Salah satunya adalah berat badan. konsumsi vitamin D, Indeks Massa Tubh (IMT)
Asokan et al. (2011) menyatakan bahwa 50% dan aktivitas fisik. Sedangkan variabel terikat
lansia wanita di Bahrain dengan status gizi adalah kejadian osteoarthritis pada lansia.
obesitas dan 30% dengan status gizi overweight Metode Pengumpulan dan Analisis Data
menderita osteoarthritis. Kejadian penyakit atau Kejadian osteoarthritis, usia, jenis kelamin
keluhan sendi dari segi gizi dikaitkan dengan dan riwayat genetik diperoleh dengan wawancara
kebiasaan konsumsi kalsium yang berhubungan langsung dengan responden kemudian dianalisis
dengan diet sesorang. Menurut Duncan (2004), secara deskriptif. Tingkat konsumsi vitamin D
penderita osteoarthritis kurang mengkonsumsi diperoleh dengan wawancara menggunakan form
makanan sumber vitamin D. food recall 2x24 jam kemudian diambil rata-rata
Meningkatnya prevalensi penyakit dibandingkan dengan % AKG 2013. Tingkat
osteoarthritis pada lansia membuat peneliti konsumsi vitamin D dikategorikan menjadi dua
tertarik untuk membuktikan faktor risiko terjadinya

2
yaitu kurang ( 77 % AKG) dan cukup (>77% Riwayat Genetik
AKG) berdasarkan Gibson (2005). Berdasarkan hasil wawancara, jumlah
Aktivitas fisik diperoleh melalui wawancara responden yang mempunyai riwayat genetik
menggunakan Kuesioner Baecke mengenai sama jumlah nya dengan responden yang tidak
aktifitas yang dikerjakan kemudian diolah mempunyai riwayat genetik menderita
berdasarkan hasil penjumlahan Physical Activity osteoarthritis yaitu 30 responden (50%).
Ratio (PAR) dan dikategorikan menjadi tiga, yaitu
ringan, sedang dan berat menurut Indeks Massa Tubuh (IMT)
FAO/WHO/UNU (2001). Tabel 2. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks Massa Tubuh (IMT) diperoleh IMT n %
dengan cara mengukur langsung tinggi dan berat Underweight
8 13,3
badan responden dan dikorelasikan untuk (<17 kg/m2)
menentukan status gizi. Normal
(17-18,5 23 38,3
Pada penelitian ini, analisis bivariat
kg/m2)
menggunakan uji statistik non parametri k Overweight
menggunakan uji Chi Square dengan = 0,05. 29 48,4
(>18,5 kg/m2)
Jika tidak memenuhi syarat menggunakan Uji Chi Jumlah 60 100
Square maka akan menggunakan Uji Fisher Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa
Exact sebagai alternatifnya. sebanyak 29 responden (48,4%) memiliki status
HASIL DAN PEMBAHASAN gizi overweight, 23 responden (38,3%) memiliki
Gambaran Umum Lokasi Penelitian status gizi normal dan 8 responden (13,3%)
Kelurahan Bareng merupakan kelurahan memliki status gizi underweight.
yang terletak di wilayah Kecamatan Klojen, Kota Aktifitas Fisik
Malang yang terdiri dari 8 RW dan 74 RT. Karang Tabel 3. Aktifitas Fisik
Werda Ismoyo merupakan wadah pembinaan dan Aktivitas
n %
pemberdayaan lansia yang membawahi Fisik
Posyandu Lansia di Kelurahan Bareng. Terdapat Ringan 17 28,3
12 Posyandu Lansia yang tersebar di 8 RW di Sedang 32 53,3
Kelurahan Bareng dengan jumlah 989 lansia Berat 12 20
Jumlah 60 100
yang terdaftar aktif san produktif.
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel
Karakteristik Responden
3, sebanyak 53,3% lansia beraktivitas sedang,
Berdasarkan Tabel 1, sebagian
28,3% aktivitas ringan dan 20% aktivitas berat.
responden tergolong lansia yaitu usia 60-69
Tingkat Konsumsi Vitamin D
tahun yaitu sebanyak 50%. Jumlah terbesar
Berdasarkan hasil penelitian sebanyak
kedua adalah pra lansia dengan usia 45-59 tahun
40% lansia dengan tingkat konsumsi cukup, dan
(30%) dan terdapat 12 responden (20%) dengan
28,3% dengan tingkat konsumsi kurang.
lanjut usia resiko tinggi.
Berdasarkan hasil wawancara makanan sumber
Jumlah responden perempuan sebanyak
vitamin D yang sering dikonsumsi responden
53 responden (83%) lebih banyak dibandingkan
adalah tahu, tempe dan telur ayam.
responden laki-laki (11,7%).
Kejadian Osteoarthritis
Tabel 1. Katakteristik Responden
Sebanyak 40 responden (66,7%)
Variabel Kategori n %
mengalami keluhan sendi atau osteoarthritis, dan
Usia Pra Lansia
18 30 20 responden (33,7%) tidak menderita keluhan
(45-59 tahun)
Lanjut Usia sendi.
30 50 Hubungan Usia dengan Kejadian
(60-69 tahun)
Lanjut Usia risiko Osteoarthritis
12 20
tinggi (70 tahun) Usia tidak terbukti berhubungan secara
Jumlah 60 100 signifikan dengan kejadian osteoarthritis (nilai p
Jenis Laki-Laki 8 13,3 value=0,350) Hal ini tidak sejalan dengan
Kelamin Perempuan 52 86,7
penelitian Anggraeni, N.E., dkk (2014) di Rumah
Jumlah 60 100
3
Sakit Islam Surabaya yang menyatakan bahwa Panti Werdha Mojopahit Kabupaten Mojokerto
usia >55 tahun beresiko 3,67 kali untuk terjadi yang menyatakan bahwa sebagian besar lansia
osteoarthritis dibandingkan usia >55 tahun. memiliki aktivitas berat dan hampir separuhnya
Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian mengalami keluhan sendi atau osteoarthritis. Hal
Osteoarthritis tersebut terjadi karena tingkat aktivitas fisik yang
Tidak terdapat hubungan yang signifikan diukur hanya yang dilakukan saat ini saja dan
secara statistik antara jenis kelamin dan tidak mengukur riwayat aktivitas fisik ditahun-
osteoarthritis (p>0,05). Hal ini tidak sesuai tahun sebelumnya.
dengan teori Silverwood, et al yang menyatakan Hubungan Tingkat Konsumsi Vitamin D
bahwa jenis kelamin perempuan merupakan dengan Kejadian Osteoarthritis
faktor potensial osteoarthritis. Hal ini dikarenakan Nilai p value=0,025 dari hasil uji chi
tingkat kehadiran lansia yang berjenis kelamin square yang berarti ada hubungan yang
laki-laki pada kegiatan posyandu sangat rendah signifikan secara statistik antara tingkat konsumsi
dibandingkan lansia berjenis kelamin laki-laki vitamin D dengan osteoarthritis (p<0,05). Hasil
sehingga responden. analisis menunjukkan nilai OR=0,286 yang
Hubungan Riwayat Genetik dengan Kejadian artinya terdapat hubungan yang antagonististis
Osteoarthritis (OR<1) atau faktor tingkat konsumsi vitamin D
Hasil uji statistik menggunakan uji Fisher mempunyai pengaruh besar terhadap
Exact menunjukkan nilai p value=0,001 yang pencegahan osteoarthritis. Hal ini sejalan dengan
artinya ada hubungan yang signifikan secara penelitian Framingham (1988) dalam Maharani
statistik riwayat genetik dan osteoarthritis (2007) di Inggris yang menyatakan bahwa orang
(p<0,05). Hasil analisis menunjukkan nilai yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang
OR=7,429 yang artinya adanya riwayat genetik mengandung vitamin D memiliki peningkatan
akan 7,429 kali lebih beresiko menderita risiko 3 kali lipat menderita osteoarthritis.
osteoarthritis dibanding tidak ada riwayat genetik
yang menderita osteoarthritis. Hal ini sejalan KESMPULAN DAN SARAN
dengan teori yang mengatakan bahwa risiko Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
terjadinya osteoarthritis menjadi dua kali lipat dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
apabila orang tuanya memiliki riwayat 1. Usia tidak terbukti signifikan sebagai faktor
osteoarhtitis (Dipiro et al., 2008). risiko terjadinya osteoarthritis pada lansia.
Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan 2. Tidak ada hubungan yang signifikan
Kejadian Osteoathritis terhadap kejadian osteoarthritis pada lansia
Indeks Massa Tubuh dan Kejadian dengan jenis kelamin lansia.
Osteoarthritis terbukti berhubungan secara 3. Lansia yang mempunyai riwayat genetik atau
signifikan dengan nilai p value=0,038. Penelitian keluarga yang menderita osteoarthritis akan
ini sesuai dengan teori bahwa dengan berat berisiko 7,429 kali dibandingkan orang yang
badan berlebih maka kerja sendi pun akan tidak mempunyai riwayat genetik
bertambah, terutama pada sendi-sendi penopang osteoarthritis. (p=0,001 ; OR=7,429; 95%
badan seperti sendi lutut. Hal ini dapat CI=2,078-26,553).
menyebabkan ausnya tulang rawan karena 4. Lansia dengan tingkat konsumsi vitamin D
bergesernya titik tumpu badan, yang pada kurang akan berisiko 0,286 kali dibandingkan
akhirnya akan menimbulkan osteoarthritis dengan lansia dengan tingkat konsumsi vitamin D
gejala klinis nyeri sendi (Bambang, 2003). cukup. (p=0,025 ; OR=0,286; 95% CI=0,093-
Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kejadian 0,877).
Osteoarthritis 5. Indeks Masa Tubuh (IMT) mempunyai
Hasil statistik menggunakan uji Chi hubungan yang signifikan terhadap kejadian
Square menunjukkan nilai p value=0,087 yang osteoarthritis pada lansia yang ditunjukkan
artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan pada hasil uji Chi Square dengan p
secara statistik antara aktivitas fisik dan value=0,038 (p<0,05).
osteoarthritis (p<0,05). Hal ini tidak sejalan
dengan penelitian Nahariani, P dkk (2012) di
4
6. Tingkat aktivitas fisik pada lansia tidak 4. Dipiro, J.T., et al. 2008. Pharmacotherapy:
berhubungan secara signifikan dengan A Pathophysiologic Approach. Seventh
kejadian osteoarthritis. Edition. Mc-Graw Hill. Hal 268.
5. Duncan. 2004. Medical Nutrition Therapy
Berdasarkan kesimpulan tersebut peneliti for Rheumatic Disease. Di dalam: Mahan
menyimpulkan saran sebagai berikut: LK dan Escott Stump S, editor. Food,
1. Lansia diharapkan lebih mewaspadai faktor Nutrition and Diet Therapy hlm 1042-1061.
risiko terjadinya osteoarthritis dengan USA.
memperhatikan tanda dan gejalanya seperti 6. Kementerian Kesehatan RI. 2011. Buku
nyeri sendi, kaku sendi, hambatan gerak Pedoman Pelayanan Gizi Lanjut Usia.
sendi, bunyi gemeretak pada sendi, Jakarta.
pembengkakan sendi, hingga kesulitan untuk 7. Maharani, E.P. 2007. Faktor-faktor Risiko
melakukan aktivitas sehari-hari. Osteoarthritis Lutut. Tesis: Program Studi
2. Semua anggota Posyandu khususnya lansia Magister Epidemiologi. Program
diharapkan untuk mencapai dan Pascasarjana. Universitas.
mempertahankan berat badan ideal supaya 8. Nahariani, P., Lismawati, P., Wibowo, H.
tidak mengalami obesitas dengan cara 2012. Hubungan antara Aktivitas Fisik
menerapkan prinsip gizi seimbang yaitu dengan Intensitas Nyeri Sendi pada
mengonsumsi makanan yang beragam dan Lansia di Panti Werdha Mojopahit
sesuai porsi yang dibutuhkan. Hal ini Kabupaten Mojokerto. Dinas Kesehatan
dilakukan sebagai antisipasi terjadinya Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
penyakit infeksi ataupun penyakit degeneratif 9. SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional).
lainnya khususnya osteoarthritis. 2000. BPS. Jakarta
3. Lansia diharapkan mampu menambah
aktivitas fisik dengan intensitas sedang
seperti kegiatan berjalan cepat, bersepeda
santai atau senam kesehatan yang
setidaknya dilakukan 30 menit dan minimal 3
hari dalam seminggu sebagai antisipasi
terjadinya penyakit degeneratif khususnya
osteoarthritis.
4. Petugas pelayanan kesehatan diharapkan
memberikan penyuluhan kesehatan kepada
anggota Posyandu supaya menghindari
faktor-faktor risiko penyakit khusus
osteoarthritis.

DAFTAR PUSTAKA
1. Anggraini, N. E., Hendrati, L. Y. 2014.
Hubungan Obesitas dan Faktor-Faktor
pada Individu dengan Kejadian
Osteoarthritis Genu. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya.
2. Asokan et al. 2011. Osteoarthritis among
women in Bahrain: a public health audit.
Oman Medical Journal, 26(6), 426-430.
3. Bambang, Setiyohadi. 2003. Osteoartritis
Selayang Pandang. Jakarta: Dalam Temu
Ilmiah Reumatologi. pp. 27 31.

Anda mungkin juga menyukai