Anda di halaman 1dari 5

Riview

GADGET ADDICTION AND THE EFFECT OF SLEEP HABIT, STRESS, PHYSICAL


ACTIVITY TO OBESITY
( Kecanduan gadget dan pengaruh kebiasaan tidur, stress, fisik aktivitas untuk obesitas )

Oktia Woro Kasmini Handayani1, Ari Yuniastuti2, Komaria Ode Abudu3 dan Efa Nugroho1

Abstrak
Obesitas menjadi masalah yang cukup serius di kalangan remaja yang berpeluang 80% terkena
obesitas dan memiliki resiko lebih tinggi terkena penyakit serius seperti penyakit kardiovaskular,
stroke, diabetes, asma, dan beberapa jenis kanker. Tujuan utama artikel ini adalah untuk
menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung penggunaan gadget, kebiasaan tidur, stres,
dan aktivitas fisik terhadap obesitas pada Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2017 yang
melibatkan remaja SMP dan SMA obesitas yang berjumlah 150 orang berusia sekitar 11-18
tahun. Penentuan sampel diambil secara simple random sampling menggunakan variable bebas
terdiri dari penggunaan gadget, tingkat stress, kebiasaan tidur dan aktivitas fisik, sedangkan
variabel terikatnya adalah obesitas. Analisis bivariat dengan uji chi-square diterapkan untuk data
kategoris dan uji T independen untuk data numerik. Analisis multivariat dilakukan dengan
analisis jalur, menggunakan program perangkat lunak Amos versi 22.0. Hasil penelitian ini
menemukan bahwa kesimpulan dari diagram jalur yang dihasilkan dari
1. Nilai koefisien jalur variabel penggunaan gadget berpengaruh positif terhadap aktivitas
fisik.
2. Nilai koefisien jalur variabel aktivitas fisik berpengaruh positif terhadap obesitas.
3. Nilai koefisien jalur variabel kebiasaan tidur dan stres berpengaruh positif terhadap
penggunaan gadget.
Dapat disimpulkan bahwa kecanduan gadget berhubungan langsung dengan kebiasaan tidur,
stres, aktivitas fisik, dan secara tidak langsung dengan obesitas.

Introduction ( Pengantar )
Obesitas berkaitan dengan mortalitas dan resiko penyakit metabolik dan kardiovaskular
serta menyebabkan kerugian pembiayaan untuk pengobatan seumur hidup yang tinggi, remaja
yang mengalami obesitas 80% kemungkinan akan mengalami obesitas pada saat dewasa.
Data WHO menunjukkan bahwa obesitas diperkirakan menyebabkan 2,8 juta kematian
atau 5,2% dari total kematian tahunan di dunia2. Obesitas, diukur melalui indeks massa tubuh
(BMI), dapat menyebabkan gangguan metabolisme pada tekanan darah, kolesterol, trigliserida,
dan resistensi insulin. Risiko penyakit jantung koroner, stroke iskemik, dan diabetes melitus tipe
2 meningkat seiring dengan meningkatnya indeks massa tubuh (IMT). Prevalensi obesitas pada
remaja usia 16-18 tahun di Indonesia dari tahun 2009 hingga 2013 mengalami peningkatan, dari
2,8% menjadi 7,3.
Faktor yang mempengaruh obesitas yaitu
1. Bermain gadget 1-3 jam sehari meningkat risiko obesitas sekitar 30%.
2. Terlalu sering berinteraksi dengan perangkat elektronik menyebabkan seseorang menjadi
pasif.
3. waktu tidur kurang dari 7 jam per hari menunjukkan indeks massa tubuh (IMT) yang
lebih tinggi, di satu sisi waktu tidur yang lebih lama yang tidak dibarengi dengan aktivitas
fisik dan berkurangnya asupan energi
4. Stress yang berlebihan menyebabkan remaja makan berelebihan untuk membantu
mengalihkan prehatian mereka dari penyebab stress
Metode ( Metods )
Kota Yogyakarta merupakan daerah yang memiliki banyak penderita obesitas
dibandingkan kabupaten lain dengan prevalensi 4,81%. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan desain cross sectional. Variabel bebas terdiri dari penggunaan gadget, tingkat
stres, kebiasaan tidur, dan aktivitas fisik, sedangkan variabel terikatnya adalah Obesitas.
Peserta ( Participants )
Remaja SMP dan SMA yang mengalami obesitas dengan rentang usia antara 12-18 tahun
yang berjumlah 150 orang dan berada di kota Yogyakarta. Ditentukan dengan simple random
sampling, sedangkan ukuran sampel ditentukan dengan rumus Yamane/Slovin.

Instrumen
Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari kuesioner terstruktur sendiri, formulir recall
aktivitas fisik, formulir food recall, dan timbangan berat badan. Instrumen tersebut telah diuji
validitas dan reliabilitasnya.

Prosedur
Berupa angket diukur dengan uji validitas menggunakan rumus korelasi Product Moment
dan reliabilitas dengan uji statistik Alpha Cronbach. Analisis bivariat dengan uji chi-kuadrat
diterapkan untuk data kategorikal dan uji-T independen diterapkan untuk data numerik. Analisis
multivariat dilakukan dengan analisis jalur untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak
langsung sekumpulan variabel eksogen terhadap variabel endogen, dengan menggunakan
program perangkat lunak Amos versi 22.0.
Hasil
Berdasarkan hasil penelitian, 63,3% responden berjenis kelamin laki-laki, dengan usia terbanyak
16 dan 17 tahun, yaitu masing-masing 18,3%. Penggunaan gadget terbanyak pada tingkat sedang
(70,5%), dengan stres terbanyak pada tingkat rendah (93,6%), kebiasaan tidur terbanyak pada
tingkat rendah (83,5%), aktivitas fisik terbanyak pada tingkat sedang. (46,8%).

Diskusi
Pengaruh Gadget, Aktivitas Fisik dan Obesitas
Penggunaan gadget berpengaruh langsung terhadap aktivitas fisik sebesar 8,1%,
sedangkan sisanya 91,9% dipengaruhi oleh faktor lain seperti usia, lingkungan, pekerjaan, dan
status kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar remaja yang menjadi
responden (63%) memiliki lebih dari satu gadget yang digunakan 3 jam/hari dan membuat
remaja menjadi malas untuk beraktivitas, hal ini dikarenakan remaja memiliki banyak konten
game dan program komunikasi melalui media sosial, membuat mereka ketagihan
mengoperasikan gadget. Padahal sebagian besar responden menggunakan gadget dalam kategori
sedang (72,5%). Penurunan dan rendahnya tingkat aktivitas fisik diyakini menjadi salah satu
penyebab obesitas.
Seiring dengan menonton televisi dan bermain video game dapat menyebabkan seseorang
mengkonsumsi makanan ringan dalam jumlah yang lebih banyak dan ditambah dengan
berkurangnya aktivitas fisik sehingga terjadi ketidakseimbangan energi yang kemudian dikaitkan
dengan peningkatan BMI (Body mass index) atau obesitas.
Brasil Selatan membuktikan bahwa remaja melakukan lebih banyak waktu di depan layar
daripada anak-anak23. Remaja obesitas sering bermain smartphone sambil mengkonsumsi snack,
dan snack yang dikonsumsi biasanya tinggi lemak, gula, dan garam seperti coklat, cookies, dan
chips. Tanpa disadari mereka mengkonsumsi jajanan tersebut dalam jumlah banyak dan dengan
frekuensi yang tinggi. Screen time yang berlebihan berkaitan dengan konsumsi makanan ringan
dan minuman ringan pada remaja pria dan wanita.
Kenny dan Gortmaker menemukan bahwa tingginya penggunaan smartphone, tablet,
komputer, dan video game terkait dengan risiko obesitas oleh 20% peserta yang menggunakan
perangkat layar lain selama 5 jam penggunaan setiap hari. Siswa yang melakukan screen time 5
jam sehari hampir 3 kali lebih mungkin untuk mengkonsumsi minuman manis setiap hari, dan
hampir dua kali lebih mungkin untuk mengalami obesitas. Siswa yang menggunakan perangkat
layar lain 5 jam sehari hampir dua kali lebih mungkin untuk mengonsumsi minuman manis,
kurang aktivitas fisik, dan durasi tidur yang tidak memadai.

Pengaruh tidak langsung kebiasaan tidur terhadap obesitas (Indirect Effect of Sleep habit
on obesity)
Dalam penelitian ini dapat dikatakan bahwa kebiasaan tidur remaja yang menjadi
responden menyatakan bahwa jam tidurnya kurang dengan persentase 83,5% disebabkan oleh
jadwal tidur yang tidak teratur dan harus mengerjakan tugas sekolah pada malam hari disertai
dengan bermain game/gadget sebelum tidur sehingga membuat remaja susah untuk mulai tidur.
Durasi tidur malam pada responden yang tidur antara 5-7 jam. Berbagai studi pendukung
menunjukkan bahwa durasi tidur yang berkurang dikaitkan dengan peningkatan BMI (Body mass
index) dan prevalensi obesitas, meskipun tidak menjelaskan secara rinci apakah itu penyebab
langsung atau tidak langsung.

Efek tidak langsung stress pada obesitas


Dalam penelitian ini stres merupakan penyebab langsung dari penggunaan gadget, selain
itu stres akan mempengaruhi kebiasaan tidur yang juga dapat mempengaruhi penggunaan gadget.
Saat mengalami stres, otak akan merangsang sekresi adrenalin. Zat kimia ini akan sampai ke
ginjal dan memicu proses pengubahan glikogen menjadi glukosa, sehingga dapat memperlancar
peredaran darah, tekanan darah akan meningkat, pernapasan lebih cepat, menyebabkan seseorang
tidak dapat tidur.
Stres dapat mendukung terjadinya obesitas yang disebabkan oleh perilaku dan metabolisme.
Sebuah penelitian di Kanada, menemukan hubungan yang signifikan antara obesitas dan
pekerjaan yang memiliki tekanan atau stres yang tinggi. Hal ini merupakan akibat dari kondisi
biologis dan perilaku individu yang mengalami stres. Dalam penelitian ini dapat dikatakan
bahwa stres dapat berdampak pada perilaku yang berhubungan dengan kebiasaan tidur orang
yang mengalami stres

Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa kecanduan gadget berhubungan langsung dengan kebiasaan
tidur, stres, aktivitas fisik, dan secara tidak langsung dengan obesitas. Semakin tinggi intensitas
penggunaan gadget akan berdampak pada kebiasaan tidur yang buruk, tingkat stres yang tinggi,
dan aktivitas fisik yang semakin rendah. Hal ini dapat menempatkan remaja pada risiko obesitas.

Jurnal pendukung

Amanda Dianky. (2022). Peran Nutrigenomik pada Tata Laksana Obesitas.Cermin Dunia
Kedokteran Journal. 49, 17-22. Doi:10.55175. Retrieved from
https://cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/1965. Menurut Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas), prevalensi obesitas di Indonesia meningkat sebesar 7,4% dari rata-rata
22,6% pada tahun 2013 menjadi 33,5% di tahun 2018. Retrieved from
https://cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/1965/1150

Nutrigenomik [Proyek Genom Manusia (human genome project)] merupakan sebuah


proyek kolaborasi internasional untuk mengurutkan seluruh untai DNA manusia hingga tingkat
basa nukleotidanya. Pandangan baru mengenai kaitan nutrisi dan susunan gen pada manusia
berkembang pesat sejak proyek tersebut dipostulatkan; studi nutrigenomik yang berfokus pada
pengaruh nutrisi pada tingkat genom, proteom, dan metabolom pada bidang nutrisi telah
berkembang pesat sejak diselesaikannya studi tersebut, karena pemahaman proses interaksi
antara gen dan nutrisi dapat mengarah pada preskripsi diet yang personal.

Secara sederhana, ilmu nutrigenomik mempelajari mengapa makanan dan minuman yang
sama dapat memberi dampak yang berbeda pada orang dengan tipe gen berbeda.

Gen yang memiliki pengaruh pada resiko obesitas


1. Keseimbangan energi / energi balance terdapat Gen UCP 1 atau uncoupling protein 1
ditemukan pada mitokondria jaringan adiposa coklat. Gen tersebut merupakan keluarga
protein pembawa anion mitokondria yang terlibat dalam proses metabolisme yang
menghasilkan energi dan melepaskannya dalam bentuk panas tubuh. Gen UCP1 berperan
penting dalam termogenesis (proses mengatur suhu tubuh normal), sehingga
memengaruhi RMR.
2. Aktivitas fisik terdapat
 Gen alpha-ketoglutarate-dependent dioxygenase FTO Terlibat dalam aktivitas
fisik telah terbukti mengurangi risiko obesitas di antara individu yang memiliki
varian gen FTO hingga 75%
 Gen ADRB2 berperan pada risiko obesitas untuk memengaruhi jumlah jaringan
adiposa yang hilang sebagai respons terhadap olahraga kardiovaskular/ aerobik.
Makin banyak terlibat dalam aktivitas fisik, individu yang memiliki varian gen
ADRB2 makin dapat menurunkan risiko overweight dan obesitas.
3. Protein
 Gen alpha-ketoglutarate-dependent dioxygenase FTO menunjukkan bahwa
individu yang memiliki varian AA pada gen FTO, berat badan dan massa
lemaknya turun lebih banyak saat mengonsumsi diet protein sedang hingga tinggi
(setara 25% - 35% total kalori harian), dibandingkan jika mengonsumsi diet
rendah protein
4. Total FAT, SATURATED FAT, UNSATURATED FAT (MUFA DAN PUFA)
Secara umum, lemak tak jenuh lebih sehat bagi jantung dibanding lemak jenuh.
 Gen TCF7L2 terlibat dalam pengaturan berat badan dan komposisi tubuh,
individu yang memiliki varian TT dari TCF7L2 memiliki kemungkinan lebih
besar menurunkan berat badan dengan diet rendah lemak hingga sedang (setara
15%-25% total kebutuhan kalori harian),
 Gen APOA2 berfungsi mengkode sintesis apolipoprotein A-II, yang berperan
penting dalam kemampuan tubuh untuk memanfaatkan berbagai jenis lemak.

5. Eating habit / kebiasaan makan


Asupan makanan sangat ditentukan oleh persepsi rasa dan preferensi kita terhadap
makanan dan minuman.
 Gen CD36/Persepsi terhadap lemak Riset menunjukkan bahwa preferensi kita
terhadap makanan berlemak ditentukan oleh variasi pada gen CD36 yang kita
miliki.
 Gen GLUT2/Persepsi rasa manis Transporter glukosa tipe 2 (GLUT2) terlibat
dalam pengaturan glukosa di dalam tubuh. Ekspresi gen ini telah ditemukan di
area otak yang terlibat dalam mengontrol asupan makanan.

Anda mungkin juga menyukai