terhadap Indeks Massa Tubuh (IMT) Remaja Usia 13-17 tahun di Kota
Mataram (SMAN 2 Mataram)
Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
MATARAM
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi dan informasi saat ini berlangsung sangat cepat, ditandai
dengan kemajuan di bidang informasi dan teknologi. Salah satu teknologi yang paling
populer saat ini yaitu gadget. Secara keseluruhan, jumlah pengguna gadget Indonesia
sangat Pesat. Lembaga Riset Digital marketing Emarkter memperkirakan pada tahun 2018
jumlah penggunaan aktif gadget di Indonesia lebih dari 100 juta orang (KOMINFO, 2017)
Dalam penelitian (Hegde et al., 2020) mencatat bahwa hampir 67% anak
menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial atau game online daripada aktivitas di
luar ruangan, dan hampir 84% di antaranya memiliki akun di situs jejaring sosial. Hasil
survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (2017) menyatakan
bahwa pertumbuhan pengguna internet di Indonesia dari tahun ke tahun semakin
mengalami peningkatan. Tahun 2017 merupakan tahun dengan jumlah pengguna internet
tertinggi, yaitu sebanyak 143,26 juta jiwa dari total populasi penduduk Indonesia yaitu
sekitar 262 juta orang. Durasi penggunaan media sosial per hari yaitu 1-3 jam (43,89%), 4-
7 jam (29,63%) dan lebih dari 7 jam (26,48%). Konten media sosial yang sering
dikunjungi menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (2016) yaitu
facebook (54%), instagram (15%), youtube (11%), google (6%), twitter (5,5%) dan
linkedin (0,6%) (Sriati & Hendrawati, 2020).
Status gizi merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap individu agar
dapat mencegah terjadinya permasalahan gizi terutama pada remaja. Remaja rentan
mengalami masalah gizi karena merupakan masa peralihan yang ditandai dengan
pertumbuhan yang pesat (Growth Spurt) sehingga dibutuhkan zat gizi yang relatif lebih
besar (Kumala et al., 2019).
Pola makan pada dasarnya variabel yang secara langsung berhubungan dengan
status gizi. Pola makan diketahui dengan banyak cara antara lain dengan menilai frekuensi
penggunaan bahan makanan dan asupan gizi. Frekuensi penggunaan bahan makanan lebih
cenderung pada pemilihan bahan makanan untuk dikonsumsi setiap hari sedangkan asupan
gizi adalah akibat langsung dari sebuah aktifitas memilih makanan untuk dikonsumsi. Pola
makan remaja akan menentukan jumlah zat-zat gizi yang diperlukan oleh remaja untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Jumlah makanan yang cukup sesuai dengan
kebutuhan akan menyediakan zat-zat gizi yang cukup pula bagi remaja guna menjalankan
kegiatan fisik yang sangat meningkat. Pada kondisi normal diharuskan untuk makan 3 kali
dalam sehari dan keseimbangan zat gizi (Noviyanti & Marfuah, 2017).
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah alat untuk memantau status gizi seseorang
terutama pada orang dewasa, penilaian status gizi dari perhitungan IMT dapat digolongkan
menjadi kelebihan berat badan, normal atau kekurangan berat badan. Berdasarkan data
Riskedas RI (2018) diketahui bahwa banyak remaja di Indonesia khususnya di NTB yang
mengalami masalah gizi. Prevalensi gizi kurang di NTB sebanyak 2,5% di seluruh
Indonesia. Prevalensi kasus gizi kurang tertinggi ada pada kelompok usia 13-17 tahun
yaitu sebesar 12%. Lalu data di kota mataram sendiri pada kelompok usia remaja dengan
berat badan sangat kurus mengalami prevalensi 2,68%, berat badan kurus mengalami
prevalensi 5,10%, berat badan normal mengalami prevalensi 78,87%, berat badan lebih
mengalami prevalensi 9,22%, dan berat badan obesitas mengalami prevalensi 3,96%
(Riskesdas NTB, 2018).
Dengan rentang usia 13-18 tahun, pada masa ini remaja menginginkan atau
menandakan sesuatu dan mencari-cari sesuatu, merasa sunyi dan merasa tidak dapat
dimengerti oleh orang lain (Hurlock., 2003). Remaja membutuhkan asupan zat gizi yang
lebih besar dari pada masa anak-anak akan tetapi remaja cenderung melakukan pola
konsumsi yang salah, yaitu zat gizi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhan. Status
gizi remaja sangat penting untuk menunjang tumbuh kembang remaja. Status gizi baik
terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga
memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan
secara optimal (Widnatusifah et al., 2020).
Remaja usia 13-17 tahun masuk ke dalam kelompok golongan generasi Z karena
lahir pada kisaran tahun 1997-2013. Seorang ahli bernama Prensky (2001) mengatakan
bahwa generasi ini adalah generasi digital natives. Generasi Z begitu melekat pada
teknologi layaknya komputer maupun internet, hal ini seperti sudah mengalir dalam diri
mereka sejak lahir. Generasi ini memiliki karakteristik ingin selalu terhubung setiap saat
dengan internet (Felix Adrian Dimas Putra, 2019). Generasi Z sangat merasakan
bagaimana teknologi hadir dan berkembang, bahkan bisa dikatakan mereka hidur dengan
teknologi itu sendiri. Generasi ini hidup menatap layar mungkin hampir setiap jam di
keseharian mereka. Gen Z tidak ingin melewatkan satu pun notifikasi yang masuk ke
dalam ponsel mereka. Rasa ingin tahu yang luar biasa yang akhirnya seperti candu
membuat mereka gelisah jika jauh dengan teknologi (Felix Adrian Dimas Putra, 2019).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Siste et al., 2021) didapatkan data
61% siswa SMP dan SMA menggunakan internet selama 4 – 8 jam perhari dan sebanyak
81,8% penggunaan internet tersebut digunakan untuk bermain game online. Hasil
penelitian lainnya yang dilakukan oleh (Jap et al., 2013) didapatkan data sebanyak 45,3%
siswa SMP dan SMA bermain game online dalam sebulan terakhir. Dari data diatas
menunjukkan bahwa tingkat prevalensi bermain game online pada remaja cukup tinggi.
Kemudian ditemukan 69% anak-anak menghabiskan waktu mereka menggunakan ponsel
atau gadget lain pada malam hari sebelum tidur. Dalam Penelitian (Chusna, 2017)
mengatakam bahwa penggunaan gadget yang berlebihan akan berdampak buruk bagi
anak. Anak akan menghabiskan waktunya dengan gadget dan akan lebih emosional,
pemberontak karena merasa sedang diganggu saat asik bermain game. Malas
mengerjakan rutinitas sehari-hari. Bahkan untuk makanpun harus disuap, karena sedang
asyik menggunakan gadgetnya.
Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 2 Mataram yang merupakan SMA
Negeri favorit di Kota Mataram. SMA terakreditasi A serta memiliki sarana dan
prasarana yang cukup lengkap. Sebagai salah satu sekolah Negeri favorit di kota
Mataram rata – rata siswa yang bersekolah di SMP Negeri 2 Mataram ini memiliki latar
belakang sosial ekonomi yang baik. Hampir seluruh siswanya memiliki gadget
(smartphone) yang digunakan untuk menunjang proses belajar dan salah satunya juga
dimanfaatkan untuk bermain game online ataupun mengakses media social. Selain itu,
belum adanya penelitian yang pernah dilakukan pada siswa di SMA Negeri 2 Mataram
mengenai kecanduan gadget dan pola makan terhadapat Indeks Massa Tubuh Remaja
Usia 13-17 tahun membuat peneliti tertarik untuk menjadikan sekolah ini sebagai tempat
penelitian.