Perkembangan teknologi dan informasi saat ini mengalami
kemajuan yang begitu pesat. Dalam bidang komunikasi misalnya, yang pada awalnya memerlukan waktu lama dalam menyampaikan pesan kini menjadi lebih mudah dengan adanya teknologi handphone. Kini handphone juga mengalami banyak perubahan dalam hal teknologi seperti munculnya Smartphone (Marpaung, 2018).
Berdasarkan hasil survei kominfo tercatat sebanyak 66,31%
masyarakat Indonesia sudah memiliki smartphone dan dari total masyarakat indonesia tercatat sebanyak 65.34% penggunaan smartphone merupakan anak remaja usia 9-19 tahun (Kominfo, 2017). Menurut data dari “Digital 2023”, sebanyak 98,3% penduduk Indonesia sering mengakses internet dengan menggunakan smartphone dan rata-rata penggunaannya ialah 7 jam 42 menit (Kompas, 2023). Smartphone dapat digunakan oleh siapapun tanpa mengenal usia dan anak remaja termasuk dalam pengguna smartphone (Lee & Lee, 2017). Smartphone banyak diminati oleh anak remaja karena selain untuk berkomunikasi, smartphone juga dapat digunakan sebagai media hiburan misalnya menonton video, mendengarkan musik dan dapat mengabadikan momen penting lewat kamera (Simamora, dkk. 2016). Salah satu faktor yang mendasari meningkatnya penggunaan smartphone ialah keunggulan yang dimiliki. Keunggulan yang dimiliki oleh smartphone membawa dampak positif, seperti membantu remaja dalam menyelesaikan tugas dalam waktu yang singkat, dapat mengakses informasi dengan mudah, belanja online, mencari literatur edukasi, bermain game, mendengarkan musik, menonton video dan mengakses media sosial (Novitasari & Khotimah, 2016). Selain memberikan dampak positif, smartphone juga dapat memberikan dampak negatif bagi pengguna, seperti menyebabkan
1 kecanduan yang berakibat pada permasalahan psikis, mental dan emosional serta sosial (Agusta, 2016).
Kecanduan smartphone berkaitan erat dengan tingginya
durasi screen time. Screen time adalah waktu yang dihabiskan untuk melihat layar gadget dalam hal ini smartphone (Madigan, et al., 2019). World Health Organization (2019) menyebutkan bahwa, untuk mencapai kesehatan mental dan fisik yang baik maka anak membutuhkan lebih banyak waktu untuk melakukan aktifitas fisik dibandingkan dengan menghabiskan waktu dengan gadget. Oleh karenanya, World Health Organization (2020) merekomendasikan durasi screen time pada anak yang perlu diketahui setiap orang tua. Anak usia 1 tahun tidak disarankan untuk melakukan screen time, sementara durasi kurang dari 1 jam bisa diberikan pada anak usia 2-4 tahun, dan durasi tidak lebih dari 2 jam bagi anak usia 5-17 tahun. Puspita (2020) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa waktu yang ideal dalam menggunakan smartphone adalah 1 jam per-hari pada anak usia 3-5 tahun dan usia 6-18 tahun sebanyak 2 jam per-hari. Seiring dengan perkembangan dan kemudahan dalam mengakses teknologi, durasi screen time pada anak mengalami peningkatan hingga melewati batas durasi yang direkomendasikan oleh WHO. Hal ini terjadi karena orang tua menjadikan smartphone sebagai solusi ketika mereka merasa kelelahan, sedang bekerja, membantu menenangkan anak yang sedang rewel atau gelisah dan sebagai pengantar tidur. Meningkatnya durasi screen time pada anak dapat menyebabkan interaksi anak dan orangtua berkurang sehingga dapat memicu beberapa masalah pada anak (Simanjuntak, 2023). Masalah yang dapat muncul pada anak seperti mudah marah, membangkang, menjauh dari lingkungan sosial dan mengurung diri jika dijauhkan dari smartphone (Fitriana et al., 2021).
Dampak dari penggunaan smartphone semakin beragam
dimulai dari aspek fisik, psikis sampai pada aspek emosional. Psikolog Rahmi dalam Hasanah (2017) mengatakan bahwa penggunaan smartphone dapat mempengaruhi fisik seseorang, 2 seperti mata kering akibat screen time yang tinggi, nyeri punggung karena terlalu lama duduk di depan komputer, dan gangguan pola tidur. Sedangkan untuk dampak psikologisnya, sulit berkonsentrasi, mudah bosan, memiliki relasi yang tidak baik dengan orangtua, sulit untuk menganalisa permasalahan dan otak kanan yang tidak berkembang, dimana hal ini dapat mempengaruhi faktor daya ingat dan perhatian. Anak juga akan merasa cemas, sedih, dan merasa kehilangan jika tidak membawa dan menggunakan smartphone. Pada anak remaja khusunya memiliki emosional yang tidak stabil sehingga menyebabkan remaja mudah marah, gelisah, dan bahkan sampai mengurung diri karena dijauhkan dari smartphone (Fitriana et al., 2021)
Tingginya penggunaan smartphone pada anak tidak
terlepas dari peran dan perhatian orang tua untuk selalu memperhatikan aktivitas penggunaannya pada anak. Upaya yang dilakukan oleh orang tua untuk menurunkan durasi screen time pada anak masih menjadi tantangan yang sulit, karena orang tua menjadikan smartphone sebagai alat bantu dalam melakukan pengasuhan pada anak dengan keyakinan bahwa pengasuhan lewat smartphone memiliki nilai edukasi dan manfaat (Tan et al., 2023). Penggunaan smartphone dianggap dapat membantu anak-anak untuk memperoleh keterampilan yang diperlukan, misalnya sebagai media hiburan, pendidikan dan komunikasi antar sesama, sehingga cukup sulit untuk mengikuti anjuran dari World Health Organization (2020) terkait durasi screen time (Genc, 2014; Hatzigiani, M., 2017).
Berdasarkan uraian di atas, hasil penelitian ini dimaksudkan
untuk memberikan gambaran umum screen time penggunaan smartphone pada remaja usia 10-18 tahun di kota salatiga Jawa Tengah. Hasil penelitan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan/kebijakan di sekolah maupun pola asuh orang tua di rumah terkait dampak dari penggunaan screen time smartphone secara berlebihan.