Anda di halaman 1dari 23

LITERATURE REVIEW

DAMPAK GADGET TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL PADA


ANAK USIA SEKOLAH

OLEH

Mardaeni

B0217012

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa proposal dengan judul
“Dampak Gadget Terhadap Perkembangan Psikososial Pada Anak Usia Sekolah”
telah mendapat persetujuan untuk diuji dalam Seminar Proposal Program Studi S1
Keperawatan Universitas Sulawesi Barat.

Majene, Mei 2021

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Muhammad Irwan,S.Kep.,Ns,M.Kes Eva Yuliani,M.Kep.,Sp.Kep.An

Ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sulawesi Barat

Ns. Indrawati,S.Kep,M.Kes
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam istilah Bahasa Inggris gadget diartikan sebagai sebuah perangkat atau
instrumen elektronik yang bertujuan dan memiliki fungsi yang khusus seperti
membantu manusia dalam menjalankan aktivitas. Gadget merupakan sebuah
perangkat elektronik kecil yang memiliki fungsi khusus. Diantaranya Smartphone
seperti iphone dan juga blackberry serta notebook atau perpaduan antara computer
dan portable seperti notebook dan internet (Pebriana, 2017). Gadget adalah suatu
teknologi yang sangat populer saat ini, gadget tidak hanya dimiliki oleh orang dewasa
namun juga dimiliki oleh anak-anak. Saat ini gadget sudah sangat modern dan mudah
untuk digunakan, salah satu penggunanya adalah anak-anak, bahkan banyak
ditemukan anak-anak yang telah pandai menggunakan gadget. Terdapat dampak
positif dan dampak negatif pada gadget yang dapat memunculkan kecemasan
terhadap orang tua (Arfianto,2017).
Perkembangan anak usia sekolah dasar adalah suatu tahap perkembangan
anak, pada masa ini anak-anak telah mempersiapkan dirinya guna kelangsungan
hidup yang akan dihadapi dimasa mendatang. Anak usia sekolah dasar merupakan
pribadi yang tumbuh dan berkembang menuju kedewasaannya (Ridwan,2017).
Indonesia berada diurutan keenam dalam penggunaan telepon genggam terbanyak.
Diketahui saat ini jumlah penduduk Indonesia diperkirakan sebanyak 261 juta jiwa
dan yang telah menggunakan telepon genggam yaitu sebanyak 235 juta unit.
Diperkirakan jumlah pengguna gadget akan terus mengalami peningkatan mengingat
tidak adanya pembatasan usia maupun jumlah kepemilikan yang mengatur tentang
kepemilikan dan pengguna telepon genggam di Indonesia (Idntimes, 2018)
Anak – anak yang sering menggunakan gadget sering kali lupa dengan
lingkungan sekitarnya, mereka akan lebih memilih bermain dengan gadget
dibandingkan bermain dengan teman-teman di lingkungan sekitar tempat tinggalnya,
Iswanto dan Onibala (Warisyah, 2018). Penggunaan teknologi gadget saat ini
memiliki dampak positif dan negatif bagi anak, diantaranya seperti pembentukan pola
pikir anak, yaitu dapat membantu anak dalam mengatur kecepatan bermainnya,
mengolah strategi dan analisa dalam bermain serta ke arah negatif membantu anak
dalam meningkatkan kemampuan otak kanan selama dalam pengawasan yang baik
oleh orang tua. Dari beberapa dampak positif yang disebut jika diteliti lebih lanjut
maka faktor lebih dominan kearah dampak negatif yang dapat mempengaruhi
perkembangan anak (Wulandari, 2019).
Berdasarkan hasil penelitian Masthura, Iqbal dan Renila (2018). Pada jurnal
Hubungan Penggunaan Gadget dengan Perkembangan Psikososial Anak Usia
Sekolah di SD Negeri 1 Kota Banda Aceh menjelaskan bahwa gadget dapat
menimbulkan dampak negatif pada perkembangan anak yaitu seperti mengganggu
kesehatan, mengganggu perkembangan anak, rawan terhadap tindak kejahatan dan
mempengaruhi perilaku anak. Peneliti juga mengatakan bahwa ada hubungan antara
penggunaan gadget terhadap perkembangan psikososial anak usia sekolah di SD
Negeri 1 Kota Banda Aceh.
Berdasarkan hasil penelitian Damayanti, Ahmad dan Bara (2020) Dampak
Negatif Penggunaan Gadget Berdasarkan Aspek Perkembangan Anak. Menyatakan
bahwa adanya gejala dampak negatif yang tidak aman dialami oleh anak di Sorowaku
ditinjau dari aspek perkembangan fisik dan psikomotorik, agama dan moral, kognitif,
sosial dan emosi, bahasa dan seni anak. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan
berharga bagi orang tua, pihak sekolah, dan pemerintah untuk mencegah dampak
negatif yang semakin meluas.
Berdasarkan penelitian Agung, Iskandar dan Ferdi (2019) The Effect Of The
Use Of Gadget On Psychosocial, Socio-Emotional, Self-Reliance, Responsibility And
Students Learning Results In Elementary School. Menyatakan bahwa penggunaan
gadget berpengaruh terhadap psikosocial, sosio-emosional, kemandirian dan
tanggung jawab siswa. Keempat variabel tersebut juga memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap hasil belajar siswa ditentukan oleh definisi gadget apa yang di
gunakan oleh siswa. Jika semakin banyak gadget yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan bermain game sepanjang hari oleh siswa misalnya, waktu belajar juga
akan tersita dan berujung pada pencapaiannya hasil belajar yang kurang memuaskan.
Apabila penggunaan gadget lebih bertanggung jawab, memunculkan inisiatif
kemandirian dan kreativitas, mendorong penyesuaian diri dan sikap kolaboratif,
memanfaatkan mencari materi/referensi, menambah wawasan pengetahuan akan
mendukung pencapaian hasil belajar siswa.
Dari uraian diatas peneliti melihat banyaknya penelitian tentang dampak
gadget terhadap perkembangan anak, akan tetapi hasil tersebut bervariasi. Hal ini
membuat peneliti tertarik untuk melakukan literature review mengenai Dampak
Gadget Terhadap Perkembangan Psikososial Pada Anak Usia Sekolah

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah “Apakah ada
dampak penggunaan gadget terhadap perkembangan psikososial pada anak usia
sekolah ”
1.3. Tujuan Literature Review
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum literature review ini adalah untuk mengetahui apakah
perkembangan psikososial anak usia sekolah dipengaruhi oleh penggunaan
gadget.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1.Untuk mengetahui kesamaan dari beberapa jurnal yang di dapatkan
1.3.2.2.Untuk mengetahui hubungan dari beberapa jurnal penelitian
Dampak Gadget Terhadap Perkembangan Psikososial Pada Anak Usia
Sekolah
1.3.2.3.Untuk menganalisis perbandingan dari beberapa jurnal
Dampak Gadget Terhadap Perkembangan Psikososial Pada Anak Usia
Sekolah
1.4. Manfaat Literature Review
1.4.1. Bagi penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti
terkait pengaruh penggunaan gadget terhadap perkembangan psikososial anak
usia sekolah, sehingga bisa digunakan sebagai acuan dalam pengembangan
keilmuan khususnya ilmu keperawatan anak
1.4.2. Bagi pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi
mahasiswa keperawatan dan institusi pendidikan keperawatan tentang
pengaruh penggunaan gadget terhadap perkembangan psikososial anak usia
sekolah
1.4.3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini di harapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan atau
dikembangkan lebih lanjut serta menjadi bahan referensi terhadap peneliti
yang selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Gadget

2.1.1. Definisi Gadget

Gadget merupakan suatu istilah yang di gunakan dalam menyebut beberapa


macam jenis alat teknologi yang sifatnya semakin berkembang pesat dan memiliki
fungsi khusus. Contoh dari gadget yaitu smartphone, computer, laptop dan tab.
Pengenalan anak terhadap gadget biasanya berawal dari cara pengalihan yang salah
satu dari orang tua ataupun keluarga dengan cara memperlihatkan game atau video
yang ada di gadget dengan harapan agar anak tidak rewel atau berhenti menangis.
Berawal dari pengalihan yang salah tersebut, secara tidak langsung telah
mengenalkan anak dengan gadget yang nantinya dapat memicu rasa keingintahuan
anak yang lebih terhadap gadget (Novita, et al 2016)

Pada era revolusi 4.0 semua aspek kegiatan sehari-hari tidak terlepas dari
teknologi. Perkembangan penggunaan gadget maupun media sosial sangat cepat.
Penggunaan gadget pada usia sekolah atau pada anak-anak sangat umum kita
dapatkan saat ini. Pengguna internet pada saat ini sangat tinggi. Asosiasi Pengguna
Jasa Internet (APJI) pada tahun 2018 mengatakan bahwa pengguna internet di
Indonesia mencapai 64,8 persen atau sebanyak 171,17 jiwa dari total penduduk
Indonesia (APJI, 2019). Saat ini pengguna gadget sangat beragam, bukan hanya pada
dewasa namun juga pada anak. Kegiatan yang dilakukan anak pada gadget tersebut
seperti bermain game maupun menonton video. Hampir setengah anak yang memakai
gadget sangat kurang berinteraksi dengan sekitarnya dan suka menyendiri (Sucipto
dan Huda, 2016).
2.2.2. Fungsi Dan Manfaat Gadget

Secara umum fungsi dan manfaat yang di miliki oleh gadget yang
relatif sesuai dengan kegunaannya seperti menurut Puji Asmaul Chusna (2017
: 318-319) sebagai berikut :

2.1.2.1. Komunikasi

Pengetahuan manusia yang semakin luas dan maju. Pada


zaman dahulu manusia berkomunikasi melalui batin. Kemudian
mengalami perkembangan seperti berkomunikasi telah melalui
tulisan yang di kirim lewat kantor pos dan sekarang zaman era
globalisasi manusia telah berkomunikasi dengan sangat mudah,
cepat, praktis, maupun lebih efisien dengan menggunakan
handphone.

2.1.2.2. Sosial

Fitur ataupun aplikasi yang dimiliki oleh gadget sangat mudah


dan tepat untuk digunakan dalam berbagai berita, saling berkabar dan
saling tukar cerita. Sehingga memudahkan kita dalam menambah
teman dan menjalin hubungan dengan kerabat jauh tanpa harus
menggunakan waktu yang lama untuk saling berbagi.

2.1.2.3. Pendidikan

Saat ini belajar tidak hanya terfokus dengan menggunakan


buku. Namun dengan menggunakan gadget kita juga dapat
mengakses berbagai ilmu pengetahuan yang di perlukan, baik itu
ilmu pengetahuan umum maupun pengetahuan agama tanpa harus ke
perpustakaan yang mungkin jaraknya jauh untuk di tempuh.
2.1.3. Dampak Gadget Terhadap Perkembangan Anak

2.1.3.1. Dampak Negatif

Penggunaan gadget secara kontinu akan berdampak buruk bagi


pola perilaku anak dalam kesehariannya, anak-anak yang cenderung
terus-menerus menggunakan gadget akan sangat tergantung dan
menjadi kegiatan yang harus dan rutin dilakukan oleh anak dalam
efektifitas sehari-hari, tidak di pungkiri saat ini anak lebih sering
bermain gadget daripada belajar berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya. Beberapa kasus mengenai dampak negatif dari
smartphone ini sering sekali menimpah anak-anak, mulai dari
kecanduan internet, game dan juga konten-konten yang berisi
pornografi ,(Imron,2017)

2.1.3.2. Dampak Positif

Dampak positif dari penggunaan gadget yaitu untuk


memudahkan seorang anak dalam mengasuh kreativitas dan
kecerdasan anak dan dampak negatifnya dengan kemudahan dalam
mengakses berbagai media informasi dan teknologi dapat
menyebabkan anak-anak menjadi malas bergerak dan beraktivitas.
Hal ini tentu berdampak buruk terhadap kesehatan maupun
perkembangan anak (Novitasari,2016)

2.2. Tinjauan Umum Terhadap Perkembangan Psikososial Anak Usia Sekolah

2.2.1. Defenisi Perkembangan Psikososial

Perkembangan psikososial adalah perubahan yang terjadi pada


kepribadian, emosi serta hubungan sosial (Wong, 2008). Pada tahapan ini
anak lebih mudah memahami dari segi internal dibanding eksternal sehingga
dapat memilih apa yang baik baginya. Anak mulai memecahkan masalahnya
sendiri. Dan mulai mengidentifikasi terhadap hal baik yang menarik
perhatiannya (Potter dan Harry, 2009). Perkembangan psikososial yang
normal yaitu anak memiliki personality yang baik, memiliki keberanian,
kooperatif, mampu menerima pendapat dan kepercayaan pada diri sendiri dan
orang lain. Sebaliknya jika anak memiliki perkembangan psikososial yang
kurang baik atau menyimpang, anak akan memiliki sifat negatif seperti tidak
percaya diri, mengasingkan diri dan merasa rendah diri (Riyadi, 2009). Faktor
yang dapat mempengaruhi perkembangan psikososial yaitu seperti : stimulasi,
komunikasi Ibu dan anak, status kesehatan, lingkungan dan kelompok teman
sebaya (Soetjiningsih , 2014)

Anak usia sekolah (6-12 tahun) berada dalam industry vs inferior


dimana perkembangan psikososial anak akan mampu menghasilkan
keterampilan atau karya, berinteraksi dan berprestasi . Prestasi diartikan
sebagai suatu tindakan keberhasilan belajar (Wong, 2008). Prestasi ini
diperoleh dengan mengevaluasi hasil belajar siswa. Prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran lazimnya ditujukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh
Guru. Gangguan perkembangan di Sulawesi Tengah yaitu sebesar 11,6 %
sedangkan di Jawa Tengah sebesar 4,7 % (Kemenkes,2016)

Perkembangan manusia memiliki tujuan untuk memahami tentang


bagaimana proses berkembang pada usia 6-12 tahun atau sering disebut
dengan masa anak usia sekolah. Usia sekolah membuat anak mendapatkan
dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri, dimana anak
akan memiliki sifat santun untuk mencapai tujuan ke depannya yang berujung
pada kemandirian, bertanggung jawab dan berhubung baik dengan teman
sebaya dan juga orang lain (Allen,2010). Dasar perkembangan secara teoritik
untuk anak yaitu perkembangan mental diantaranya seperti perkembangan
kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan konsep diri serta
perkembangan kepribadian mencakup di dalamnya perkembangan psikososial.
2.2.2. Tahapan Perkembangan Psikososial

Berikut adalah delapan tahapan perkembangan psikososial menurut Erik


Erikson :

2.2.2.1. Tahap I : Trust Versus Mistrust (0-1 tahun)

Dalam tahap ini, bayi berusaha keras untuk mendapatkan


pengasuhan dan kehangatan, jika Ibu berhasil memenuhi kebutuhan
anaknya, maka anak akan mengembangkan kemampuannya untuk
mempercayai dan mengembangkan asa (hope). Jika krisis ego ini
tidak pernah terselesaikan, individu tersebut akan mengalami
kesulitan dalam membentuk rasa percaya dengan orang lain
sepanjang hidupnya, selalu meyakinkan dirinya bahwa orang lain
berusaha mengambil keuntungan dari dirinya.

2.2.2.2. Tahap II : Autonomy Versus Shame And Doubt (1-3 tahun)

Pada tahap ini, anak akan belajar bahwa dirinya memiliki


kontrol atas tubuhnya. Orang tua seharusnya menuntun anaknya,
mengajarkan untuk mengontrol keinginan atau impuls - impulsnya
namun tidak dengan perlakuan yang kasar. Mereka melatih kehendak
mereka, tepatnya otonomi,. Harapannya anak bisa belajar
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan sosial tanpa banyak
kehilangan pemahaman awal mereka mengenai otonomi, inilah
resolusi yang diharapkan.

2.2.2.3. Tahap III : Initiative Versus Guilt (3-6 tahun)

Pada tahap inilah anak akan belajar bagaimana merencanakan


dan melaksanakan tindakannya. Resolusi yang tidak berhasil dari
tahapan ini akan membuat sang anak akan takut berbuat salah. Anak
memiliki rasa percaya diri yang rendah dan tidak mau
mengembangkan harapan-harapan ketika ia dewasa. Bila anak
berhasil melewati masa ini dengan baik, maka keterampilan ego yang
diperoleh adalah memiliki tujuan dalam hidupnya.

2.2.2.4. Tahap IV : Insutry Versus Inferiority (6-12 tahun)

Pada tahap ini anak-anak belajar untuk memperoleh


kesenangan dan kepuasan dari menyelesaikan tugas khususnya tugas-
tugas akademik. Penyelesaian yang sukses pada tahapan ini akan
menciptakan anak yang dapat memecahkan masalah dan bangga akan
prestasi yang di peroleh. Keterampilan ego yang diperoleh adalah
kompetensi. Disisi lain, anak yang tidak mampu menemukan solusi
positif dan tidak mampu mencapai apa yang diraih teman-teman
sebaya akan merasa inferior (rendah diri).

2.2.2.5. Tahap V : Identity Versus Role Confusion (12-18 tahun)

Pada tahap ini, terjadi perubahan pada fisik dan jiwa di masa
biologis seperti orang dewasa sehingga tampak adanya kontra
indikasi bahwa di lain pihak anak dianggap dewasa tetapi di sisi lain
anak dianggap belum dewasa. Tahap ini merupakan masa standarisasi
diri yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur dan
kegiatan. Peran orang tua sebagai sumber perlindungan dan nilai
utama mulai menurun.

2.2.2.6. Tahap VI : Intimacy Versus Isolation (masa dewasa muda)

Pada tahap ini, orang dewasa muda mempelajari cara


berinteraksi dengan orang lain secara lebih mendalam.
Ketidakmampuan untuk membentuk ikatan sosial yang kuat akan
menciptakan rasa kesepian. Bila individu berhasil mengatasi krisis
ini, maka keterampilan ego yang diperoleh adalah cinta.
2.2.2.7. Tahap VII : Generativity Versus Stagnation (masa dewasa akhir)

Pada tahap ini, individu memberikan sesuatu kepada dunia


sebagai balasan dari apa yang telah dunia berikan untuk dirinya, juga
melakukan sesuatu yang dapat memastikan kelangsungan generasi
penerus di masa depan. Ketidakmampuan untuk memiliki pandangan
generatif akan menciptakan perasaan bahwa hidup ini tidak berharga
dan membosankan. Bila individu berhasil mengatasi krisis pada masa
ini maka keterampilan ego yang dimiliki adalah perhatian

2.2.2.8. Tahap VIII : Ego Integrity Versus Despair (masa dewasa akhir)

Pada tahap usia lanjut ini, mereka juga dapat mengingat


kembali masa lalu dan melihat makna, ketentraman dan integritas.
Refleksi ke masa lalu itu terasa menyenangkan dan pencarian saat ini
adalah untuk mengintegrasikan tujuan hidup yang telah dikejar
selama bertahun-tahun. Kegagalan dalam melewati tahapan ini akan
timbul rasa putus asa.

2.2.3. Definisi Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah merupakan masa anak-anak memperoleh dasar-


dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan
dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu (Wong, 2009). Perkembangan
psikososial anak akan berfokus dalam mempelajari keterampilan yang
bermanfaat dan mengembangkan harga diri yang positif (Taylor, et al,2011).
Perkembangan seseorang dapat dilihat melalui fase-fase perkembangan dari
lahir sampai akhir hayat. Fase perkembangan tersebut yaitu usia prasekolah,
masa usia sekolah dasar, masa usia sekolah menengah, dan masa usia
mahasiswa ( Yusuf, 2011). Penggunaan gadget dikalangan anak-anak semakin
memprihatinkan dan tentu memiliki dampak negatif terhadap tumbuh
kembang. Terlihat jelas anak-anak lebih cepat beradaptasi dengan
kecanggihan gadget dengan fitur-fitur yang tersedia di dalamnya. Anak-anak
yang sering menggunakan gadget, seringkali lupa dengan lingkungan
sekitarnya. Mereka lebih memilih bermain menggunakan gadget daripada
bermain bersama dengan teman-teman di lingkungan sekitar tempat
tinggalnya. Sehingga interaksi sosial antara anak dengan masyarakat,
lingkungan sekitar berkurang, bahkan semakin luntur ( Ismanto dan Onibala,
2015)

2.2.4. Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah

Havigurst mengatakan bahwa tugas perkembangan individu adalah


tugas yang tampak pada suatu periode tertentu dalam kehidupan individu.
Keberhasilan akan dapat memberikan kebahagiaan serta memberi kemudahan
dalam menjalani tugas-tugas berikutnya, dan apabila gagal akan menimbulkan
kekecewaan bagi individu tersebut dan mengalami kesulitan untuk tugas
perkembangan berikutnya (Syaodih). Anak yang berada dalam rentang 6-12
tahun pada hakikatnya menjalani tugas perkembangan berupa kemampuan-
kemampuan yang harus dikuasai anak sekolah dasar.

Havigusrt menjabarkan delapan tugas perkembangan anak pada


periode usia 6-12 tahun. Delapan tugas perkembangan tersebut adalah sebagai
berikut :

2.2.4.1. Belajar keterampilan fisik yang dibutuhkan dalam permainan Selama


waktu ini anak belajar menggunakan otot-ototnya untuk mempelajari
berbagai keterampilan. Oleh karena itu , pertumbuhan otot dan tulang anak
berlangsung dengan cepat. Mereka memiliki kebutuhan yang sangat tinggi
untuk beraktivitas dan bermain. Mereka dapat melakukan permainan
dengan aturan tertentu. Makin tinggi tingkat kelas anak di sekolah, makin
jelas ciri khas aturan permainan yang harus mereka patuhi.
2.2.4.2. Pengembangan sikap terhadap diri sendiri sebagai individu yang
sedang berkembang. Tugas perkembangan ini anak sudah paham dan
mampu mengembangkan kebiasaan hidup sehat dengan membiasakan diri
memelihara kebersihan, kesehatan, dan keselamatan diri serta
lingkungannya atau mengetahui akibat yang akan didapatnya, jika mereka
bertingkah laku yang dapat membahayakan diri dan lingkungannya.
2.2.4.3. Berkawan dengan teman sebaya. Dengan masuknya anak kesekolah,
akan menuntut anak untuk melakukan interaksi sosial dengan teman
sebaya. Anak usia SD hendaknya sudah mampu berteman dengan orang
lain di luar lingkungan keluarganya, khususnya teman sebaya sebagai
bentuk interaksi sosial.
2.2.4.4. Belajar melakukan peranan sosial sebagai laki-laki dan wanita. Pada
usia 9-10 tahun anak mulai menyadari peran sesuai dengan jenis
kelaminnya. Anak perempuan menunjukkan tingkah laku sebagai
perempuan, demikian pula dengan anak laki-laki. Pada masa ini anak sudah
menunjukkan ketertarikan terhadap sesuatu sesuai dengan jenis kelamin
mereka. Misalnya, anak perempuan senang bermain boneka dengan anak
perempuan lainnya, dan anak laki-laki senang bermain bola dengan teman
laki-lakinya
2.2.4.5. Belajar menguasai keterampilan dasar membaca, menulis, dan
berhitung. Masa ini anak SD sudah mampu untuk membaca dasar, menulis,
dan berhitung. Karena perkembangan kognitif dan biologis anak sudah
matang untuk bersekolah, maka anak telah mampu belajar di sekolah dan
anak sudah mampu mengenali simbol-simbol sederhana
2.2.4.6. Pengembangan konsep yang dibutuhkan dalam kehidupan anak. Pada
masa ini anak hendaknya mempunyai berbagai konsep yang diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari. Seperti konsep warna, konsep jumlah, konsep
perbandingan dan lainnya
2.2.4.7. Pengembangan moral, nilai dan kata hati. Pada usia sekolah dasar anak
hendaknya diajar mengontrol tingkah laku sesuai nilai dan moral yang
berlaku. Anak hendaknya dapat menaati peraturan, menerima tanggung
jawab dan mengakui adanya perbedaan antara dirinya dan orang lain.
2.2.4.8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga
sosial. Anak telah mampu belajar untuk menyadari keanggotaannya dalam
keluarga dan masyarakat sekolah. Anak harus belajar menaati peraturan-
peraturan yang ada dalam keluarga dan sekolah(Prayitno,2006)
2.2.5. Kerangka Teori

Gadget Fungsi Dan Manfaat


Gadget

Dampak gadget

Dampak negatif : Dampak positif :


- Kecanduan internet - Memudahkan anak dalam
- Kecanduan game mengasah kreativitas
- Kecanduan konten- - Memudahkan anak dalam
konten pornografi mengasah kecerdasannya.

Perkembangan Psikososial :

Tahapan Perkembangan Psikososial :

- Tahap I : 0-1 tahun => berusaha keras untuk mendapatkan pengasuhan dan kehangatan
- Tahap II : 1-3 tahun => belajar bahwa dirinya memiliki kontrol atas tubuhnya
- Tahap III : 3-6 tahun => bagaimana merencanakan dan melaksanakan tindakannya.
- Tahap IV : 6-12 tahun=>belajar untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan
- Tahap V : 12 – 18 tahun => terjadi perubahan pada fisik dan jiwa di masa biologis seperti
orang dewasa
- Tahap VI : masa dewasa muda => mempelajari cara berinteraksi dengan orang lain secara
lebih mendalam
- Tahap VII : masa dewasa menengah => melakukan sesuatu yang dapat memastikan
kelangsungan generasi penerus di masa depan.
- Tahap VIII : masa dewasa akhir => mengingat kembali masa lalu dan melihat makna,
ketentraman dan integritas
Tugas Perkembangan Anak :

- Belajar keterampilan fisik


- Pengembangan sikap terhadap diri sendiri
- Bermain dengan teman sebaya
- Belajar melakukan peranan sosial sebagai laki-laki dan
perempuan
- Belajar menguasai keterampilan dasar seperti membaca, menulis
dan berhitung
- Pengembangan konsep yang dibutuhkan dalam kehidupan anak
- Pengembangan moral, nilai dan kata hati
- Mengembang sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga
sosial

Dampak Gadget Terhadap


Perkembangan Psikososial Pada
Anak Usia Sekolah

Diagram 1. Kerang2ka Teori


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode literature review. Literature review adalah


salah satu jenis pencarian dan penelitian kepustakaan, yaitu membaca berbagai buku,
jurnal dan publikasi lain yang berkaitan dengan topik penelitian untuk menghasilkan
satu artikel tentang topik atau masalah tertentu. Kajian literature dilakukan dengan
cara mengeksplorasi kajian-kajian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya
tentang satu topik atau isu tertentu. Dalam kajian literatur bertujuan untuk
kepentingan menghasilkan sebuah karya ilmiah, seperti skripsi, tesis dan disertasi.
Penulis menjelajahi literatur yang berkaitan suatu topik dan masalah penelitiannya
tentang masyarakat serta daerah penelitian, mengenai tentang teori-teori yang pernah
di gunakan dan dihasilkan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan topik
peneliti (Marzali,2016)

3.2. Strategi Pencarian Literature/Tahapan Metode Pencarian Data

3.2.1. Framework Yang Di Gunakan

Menggunakan metode PICO atau PICO(T) framework dalam strategi


mencari jurnal dengan penjelasan sebagai berikut (Ramdhani,dkk., 2014) :

3.2.1.1. P : Problem Of Interest (masalah atau fenomena)

3.2.1.2. I : Intervention (intervensi atau tindakan)

3.2.1.3. C : Comparison (perbandingan atau alternatif tindakan)

3.2.1.4. O : Outcome (hasil atau target akhir)


3.2.2. Kata Kunci Yang Digunakan

Penelusuran dari artikel publikasi pada google scholar dan pubmed


menggunakan kata kunci yang dipilih yakni : “Dampak Gadget Terhadap
Perkembangan Psikososial Anak Usia Sekolah”. Sedangkan penelusuran
artikel publikasi pada pubmed menggunakan kata kunci (and, or not dan of).
Kata kunci yang digunakan pada penelitian ini yaitu “The Impact Of The
Gadget Psychosocial Development School Age Children”
DAFTAR PUSTAKA

Allen, K.E & Marotz, Lynn R. (2010). Profil Perkembangan Anak : Pra Kelahiran
hingga Usia 12 Tahun. Jakarta: PT. Indeks.

Anggrahini,S.A.(2013).Dinamika Komunikasi Keluarga Pengguna Gadget.


Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.Fakultas Ilmu Sosial dan
Humaniora.Yogyakarta.h. 120.)

Arfianto. (2017). Kepatuhan Perawat dalam Menerapkan Sasaran Keselamatan Pasien


dengan Pengurangan Resiko Infeksi dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri di RS.
Roesmani Muhammadiyah Semarang. Semarang: Universitas Diponogoro.

Breving, R. M. D., Ismanto, A. Y., & Onibala, F. (2015). Pengaruh penerapan


traumatic care terhadap respon kecemasan anak yang mengalami hospitalisasi di RSU
Pancaran Kasih GMIM Manado dan RSUP Prof dr R. D. Kandou Manado. E-journal
keperawatan 3(2), Mei 2015. Diunduh pada 9 Oktober 2015 dari
http://ejournal.unsrat.ac.id/

Diah Saputri, Adek, dkk. (2018). Dampak Penggunaan Gadget Terhadap Kemampuan
Intraksi Sosial Anak Usia Dini. Online ISSN (e-ISSN): 2548-4516 Volume 3.

Donna L. Wong.et all. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pedriatik. Cetakan pertama.
Jakarta : EGC.

Frahasini dkk. (2018). The Impact of The use of Gadgets in School of School Age
Towards Children’s Social Behavior in Semata Village. Journal of Educational Social
Studies 7 (2). 161-168

Imron. R. (2017). Hubungan Penggunaan Gadget Dengan Perkembangan Sosial Dan


Emosional Anak Pra Sekolah Di Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Keperawatan.
(13) 2, 148-154.
Ismanto,S.B. dan Daryanto. 2015. Panduan Praktis Penelitian Ilmiah. Yogyakarta :
Gava media.

Juherna.E.dan Primawistri.N.(2016) Pengaruh Penggunaan Gadget Terhadap


Perkembangan Psikologi Anak Usia 4-5, 132–42.

Jonathan, dkk. (2015). Perancangan Board Game Mengenai Bahaya Radiasi Gadget
Terhadap Anak.Surabaya: Universitas Kristen Pertra Surabaya. h. 45.

Kusuma dan Kelana. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta : CV Trans


Info Media.

Kusuma,Yuliandi dan Artanto.D.A. (2018). Internet untuk Anak Tercinta. Jakarta: PT


Gramedia Widiasarana Indonesia, h. 88

Marliani. (2016). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: CV Pusaka


Setia

Marzali,A.(2016). Menulis kajian literatur. Jurnal Etnografi Indonesia.1(2), 27.


https ://doi.org/1016/j.ctcp.2020.101132.

Mitra, M. & Wulandari. (2019). Factors affecting uncontrolled blood pressure among
elderly hypertensive patients in Pekanbaru City. Indonesia. Journal of Medical
Sciences, 7(7):1209 – 1213.

Novita, D., Wardani, D.W.S.R., & Kurniawaty, E. (2019). Hubungan Penggunaan


Gadget (Smartphone) Dengan Suspek Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas di SD Al-Kautsar Bandar Lampung. Majority, 8(1), 108-114.

Novitasari, W. (2016). Dampak Penggunaan Gadget Terhadap Interaksi Sosial Anak


Usia 5-6 Tahun. Surabaya: UNS

Pebriana.H dan Putri. (2017) Analisis Penggunaan Gadget Terhadap Kemampuan


Interaksi Sosial Pada Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini 1 (1). 1- 11.
Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika

Qardhawi dan Yusuf.(2011).Halal Haram Dalam Islam.Diterjemahkan oleh Wahid


Ahmadi. Dari Al-Halal Wa Al-Haram Fi Al-Islam.Surakarta: Era Adicitra Intermedia

Ridwan M. Jantung (2007). Yogyakarta: Romawi Press

Riyadi, Sujono & Sukarmin. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Anak, Yogyakarta-.
Graha Ilmu

Soetjiningsih. 2014. Tumbuh Kembang Anak. Ed. 2. Penerbit Buku kedokteran EGC,
Jakarta.

Setianingsih, dkk. (2018). Dampak Penggunaan Gadget Pada Anak Usia Prasekolah
Dapat Meningkatkan Resiko Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktivitas.
Gaster: Jurnal Kesehatan 16 (2). 191-205.

Warisyah dan Yusmi.(2015). Pentingnya Pendampingan Dialogis Orang Tua Dalam


Penggunaan Gadget Pada Anak Usia Dini. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan.
FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Widiawati.Pengaruh Penggunaan Gadget Terhadap Daya Kembang Anak, h. 90 )

Wulandari.D dan Hermiati.D (2011).Deteksi Dini Gangguan Mental dan Emosional


Pada Anak yang Mengalami Kecanduan Gadget.Jurnal Keperawatan
Silampari.3(1).382-392.

Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume I.Alih bahasa
Agus Sutarna dkk. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai