Anda di halaman 1dari 8

DAMPAK PENGGUNAAN SMARTPHONE PADA REMAJA 15-24 TAHUN DI

WILAYAH JABODETABEK
Loveria Sekarrini 1
Program Studi STIKes Kesehatan Masyarakat Bhakti Pertiwi Indonesia
Puri Alam Kencana 2, Blok O No.1, Nanggewer Mekar, Cibinong Bogor
Alamat Korespondensi: Loveria Sekarrini
Email: loveria2012@gmail.com 1

ABSTRAK

Pemuda dan teknologi di era milenial tidak dapat dipisahkan. Kebutuhan akan teknologi menjadikan
smartphone sebagai kebutuhan utama yang tidak dapat dipisahkan dari keseharian anak muda.
Penggunaan smartphone memiliki banyak manfaat namun tidak sedikit penggunanya mengalami
kecanduan. Kecanduan pada smartphone memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan
jenis kecanduan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kecanduan
smartphone dan dampak kesehatan fisik, mental dan sosial pada remaja usia 10-24 tahun di wilayah
Jabodetabek. Metodologi penelitian menggunakan cross sectional study dengan survei online
terhadap 118 responden dan fokus pada karakteristik responden, rata-rata waktu penggunaan,
waktu yang dihabiskan untuk bermain smartphone saat bangun tidur, tujuan penggunaan
smartphone, aplikasi yang paling sering digunakan, dampak penggunaan smartphone . Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hampir separuh responden mengalami kecanduan smartphone pada
tingkat sedang (40,7%) dan ada 16,9% yang mengalami kecanduan berat. Dampak kecanduan
smartphone meliputi masalah kecemasan ringan (45,8%) dan keluhan tangan, leher dan mata.
Keluhan terbanyak pada gangguan kesehatan mata seperti mata berair (73,7%), gatal-gatal (70,3%)
dan pandangan kabur (66,1%). Selain itu, keluhan lain yang banyak dirasakan adalah pada tangan
seperti kesemutan (67,8%) dan nyeri pergelangan tangan (31,4%). Penggunaan smartphone secara
berlebihan terbukti berdampak pada kesehatan fisik. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui dampak kesehatan lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.

Kata kunci: Kecanduan Smartphone, Kecanduan, Musculosceletal Disorder

PENGANTAR

Percepatan pembangunan suatu negara tidak lepas dari hadirnya teknologi digital yang saat
ini berkembang pesat. Digital Report 2016 mencatat bahwa Indonesia merupakan urutan ke-30 dari
232 negara yang selalu menggunakan internet. Rata-rata penggunaan internet yang diakses melalui
laptop atau desktop di Indonesia adalah 4,7 jam per hari, sedangkan akses melalui perangkat mobile
sebanyak 3,5 jam per hari. Penggunaan media sosial di Indonesia juga menempati urutan yang cukup
tinggi yaitu 27 dari 232 negara yang selalu menggunakan media sosial dengan rata-rata 2,9 jam per
hari. Indonesia saat ini memiliki 88,1 juta atau 34% pengguna internet aktif dengan penggunaan
utama media sosial sebanyak 79%. (Martinez, 2016).

Penggunaan internet khususnya melalui perangkat mobile atau smartphone pada dasarnya
dapat membantu masyarakat untuk dapat memanfaatkan teknologi dengan lebih baik. Maraknya
penggunaan internet ini membuat masyarakat bergantung pada teknologi dalam kehidupan sehari-
harinya mencari referensi, inspirasi, hiburan untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti
memesan transportasi umum, berbelanja, makan dan banyak aktivitas lainnya hadir untuk
melengkapi kebutuhan masing-masing. masyarakat. Penggunaan internet ini menjadi kebutuhan
pokok sehingga pada akhirnya akan berdampak positif dan negatif. Salah satu dampak negatif yang
tidak disadari secara langsung adalah kecanduan smartphone dan tidak hanya pada kehidupan
sosial, tetapi juga dampak kesehatan.

Kecanduan didefinisikan sebagai suatu kondisi bagi seseorang untuk memberikan dampak
tenaga kerja pada kesehatan fisik dan psikologis atau kehidupan sosial dan keinginan yang tak
tertahankan untuk melakukan sesuatu berulang kali. Kecanduan dapat diartikan sebagai keadaan
yang dianggap memulai keinginan konstan untuk mendapatkan objek tertentu dan berlanjut terus-
menerus melalui objek itu serta keadaan konstan menginginkan sesuatu (Karagün, E., Ekiz, ZD,
Sarper Kahveci, M, 2018).

Menurut A. Gurcan, S. Ozhan, R. Uslu dalam (Karagün, E., Ekiz, ZD, Sarper Kahveci, M, 2018),
kecanduan teknologi digital ditujukan pada hilangnya kendali atas penggunaan teknologi yang
berlebihan dan penggunaan teknologi yang tidak terbatas dapat menimbulkan dampak buruk yang
serius bagi seseorang. Kecanduan internet dan teknologi didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
seseorang tidak dapat menghilangkannya ketika seseorang tidak dapat menjangkau suatu produk
teknologi yang menyebabkan seseorang menjadi kecanduan. Sebagai konsekuensi dari kecanduan
teknologi harus benar-benar dipertimbangkan dan dipertimbangkan sebagai penyebab kecanduan
seperti gangguan perhatian, hiperaktif, obesitas, depresi, dan kesepian (Karagün, E., Ekiz, Z.D.,
Sarper Kahveci, M, 2018).

Keadaan ini banyak terjadi pada anak-anak dan remaja dimana remaja mengalami masalah
fisik dan psikis ketika tidak menggunakan teknologi. Menurut Hanafi, Siste, Wiguna, DKK (2019),
dalam penelitiannya yang dilakukan pada 185 mahasiswa kedokteran menyatakan bahwa perilaku
kerja seperti sikap temperamental memiliki hubungan dengan penggunaan smartphone (OR 2.035,
95% CI 1.119-3.701). Penelitian ini menunjukkan bahwa kecanduan teknologi melalui smartphone
memiliki kesamaan dengan jenis kecanduan perilaku lainnya (Hanafi Enjeline, Siste Kristiana, Wiguna
Tjhin, Kusumadewi Irmia, 2019).

Keadaan ini membuat para pemuda yang merupakan generasi penerus bangsa menjadi
rentan terhadap kesehatan baik lingkungan fisik, psikis maupun sosial. Percepatan pembangunan
suatu negara tidak lepas dari peran usia produktif khususnya remaja. Saat ini Indonesia sedang
mengalami bonus demografi yang menjadikan generasi muda sebagai kelompok potensial dalam
memajukan suatu negara. Percepatan pembangunan suatu negara dapat ditingkatkan melalui
sumber daya dan teknologi yang baik. Berinvestasi pada kelompok usia produktif khususnya remaja
sangat menjanjikan. Sensus penduduk tahun 2010 mencatat terdapat 65 juta remaja di Indonesia,
yang berarti 28% dari total 238 juta penduduk Indonesia adalah remaja. Remaja lebih banyak tinggal
di perkotaan (28%) dibandingkan dengan di pedesaan (24%). (UNFPA, 2014). Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menganalisis kecanduan smartphone yang berdampak pada kesehatan fisik, mental
dan sosial pada remaja usia 15-24 tahun di wilayah Jabodetabek.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua umur 1524 tahun yang berada di wilayah
Jabodetabek, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah semua umur 15-24 tahun yang mengisi
kuesioner survey online terkait adiksi dan memenuhi kriteria inklusi. dan eksklusi dengan jumlah
responden sebanyak 118 responden. Waktu penelitian dan pengambilan data dilakukan pada bulan
April-Mei 2019.
Variabel yang digunakan meliputi karakteristik responden seperti umur, tingkat pendidikan,
jenis kelamin, waktu tidur), tetapi juga terdapat variabel pendukung lainnya seperti pembelian uang
bulanan, biaya pembelian kuota internet dan jumlah kuota yang dihabiskan selama 1 bulan, tempat
tinggal. , rata-rata waktu penggunaan, waktu yang dihabiskan untuk bermain smartphone saat
bangun tidur, tujuan penggunaan smartphone, aplikasi yang paling sering digunakan, dampak
penggunaan smartphone.

Data dan informasi yang telah diperoleh melalui survei online selanjutnya akan dianalisis
menggunakan analisis menggunakan analisis univariat dengan menggunakan aplikasi komputer.
Analisis univariat dilakukan pada penelitian ini untuk menghitung distribusi frekuensi dari masing-
masing variabel yang diteliti. Data yang telah dianalisis akan disajikan dalam bentuk tabel atau
gambar dan dinarasikan untuk memudahkan penyampaian informasi tentang hasil penelitian.

HASIL

Hasil analisis univariat mayoritas responden adalah 83,9% dengan rentang usia responden
berkisar antara 15-24 tahun dan rata-rata usia responden adalah 20 tahun dan kelompok usia
terbanyak adalah 20-24 tahun. Itu adalah angka 82,2%. Latar belakang pendidikan terbanyak adalah
latar belakang pendidikan DIV/S1 sebanyak 50,8%. Gambaran karakteristik responden dapat dilihat
pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Gambaran Umum Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel pendukung lain yang menggambarkan
karakteristik responden yang berhubungan dengan penggunaan smartphone yaitu apakah
penggunaan smartphone mempengaruhi waktu tidur responden, kemudian uang bulanan, belanja
pulsa dan pembelian internet, kuota yang dihabiskan untuk internet, provider yang sering digunakan
oleh remaja, dan rata-rata waktu penggunaan smartphone Tabel 1.

Tabel 2. Ikhtisar Variabel Pendukung

Pada Tabel 2 terlihat bahwa rata-rata responden memiliki waktu tidur yang cukup. Selain itu,
tabel juga rata-rata pengeluaran uang bulanan sebesar Rp. 997.881 yang berarti rata-rata uang
harian remaja usia 15-24 tahun berkisar antara 30.000-40.000,-. Tunjangan bulanan ini juga
mencerminkan kuota yang digunakan dalam 1 bulan. Rata-rata pemakaian kuota internet adalah
16,67GB dengan rata-rata lama pemakaian smartphone dalam sehari 10,22 jam dan lama pemakaian
segera setelah bangun tidur selama 19,40 menit.

Pada gambar 1 terkait penggunaan provider menunjukkan bahwa provider banyak


digunakan untuk remaja usia 15-24 tahun di wilayah Jabodetabek. Provider yang paling banyak
digunakan adalah Tri (36%) XL 20% dan Simpati sebanyak 19%. Provider Tri dan XL dinilai lebih
murah oleh kalangan remaja dan Simpati dinilai lebih baik dari segi kekuatan sinyal.

Penelitian ini juga merupakan gambaran bahwa setiap remaja memiliki kebiasaan yang
berbeda-beda dalam menggunakan smartphone. Penggunaan terbanyak digunakan untuk
menggunakan WhatsApps (93,2%), penggunaan tertinggi kedua adalah untuk bermain game online
yaitu sebanyak 76,3% dan penggunaan tertinggi ketiga adalah Instagram (71,2%). Gambar dari
aplikasi smartphone digambar pada gambar berikut 2:

Setelah melihat kebiasaan penggunaan smartphone, peneliti mempelajari lebih jauh tentang
kecanduan smartphone yang ada pada remaja usia 1524 tahun. Gambar smartphone terdaftar
sebagai berikut:

Tabel 3. Kecanduan smartphone pada remaja usia 15-24 tahun

Pada Tabel 3 terlihat bahwa hampir separuh responden mengalami kecanduan smartphone
pada tingkat sedang (40,7%) dan terdapat 16,9% kecanduan berat. Dari 118 responden terdapat
26,3% yang tidak mengalami kecanduan smartphone. Kecanduan smartphone ini berdampak pada
beberapa masalah baik secara mental, sosial maupun kesehatan. Masalah yang muncul antara lain
sebagai berikut:

Tabel 4. Kategori kecemasan pada remaja usia 15-24 tahun


Tabel 5. Kecemasan pada remaja usia 15-24 tahun

Salah satu masalah kesehatan mental yang muncul pada penelitian ini berfokus pada
kecemasan, ketakutan, kekhawatiran dan kecemasan. Banyak remaja mengalami rasa cemas akibat
penggunaan smartphone. Setengah dari responden memiliki masalah kecemasan ringan (45,8%).

Rasa khawatir (cemas) dari penggunaan smartphone ini berdampak pada kesehatan mental
atau psikologis remaja. Tidak sedikit remaja yang kesal/kesal jika ada yang mengganggu
menggunakan smartphone (33,1%), kemudian panik jika kuota habis (31,4%), kesal jika tidak dapat
mengakses informasi (33,9%), cemas tidak dapat menghubungi keluarga dan teman (54,2%),
kemudian merasa canggung karena tidak bisa mengecek notifikasi di ponsel (47,5%) hingga rasa
tidak bisa bertahan tanpa smartphone dan keluhan lainnya.

Hal ini dapat berdampak pada masalah kepercayaan diri dan perkembangan sosial remaja di
masa depan. Takut tidak bisa mengikuti perkembangan terkini di media sosial dan kecemasan takut
kehilangan identitas sosial di dunia maya akan mempengaruhi kehidupan sosial remaja. Gambaran
berbagai jenis kecemasan yang dialami remaja dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 6. Kehidupan sosial pada remaja usia 15-24 tahun

Banyak remaja yang tidak menyadari bahwa kecanduan smartphone berdampak pada
kehidupan sosial. Pada Tabel 6 terdapat 48% responden yang tidak memiliki dampak penggunaan
smartphone dalam kehidupan sosialnya, namun terdapat 11,9% dan 0,8% yang mengalami masalah
dalam kehidupan sosialnya. Dampak kehidupan sosial yang muncul pada setiap remaja tentunya
akan berbeda-beda tergantung penggunaan smartphone dari masing-masing individu. Dampak
terhadap kehidupan sosial remaja ini memiliki dampak ringan hingga berat seperti merasa lebih
dekat dengan teman di dunia maya, selalu mengecek smartphone untuk tidak meninggalkan
informasi dan lebih memilih untuk berbicara dengan teman di media sosial. Selain itu banyak remaja
juga mengandalkan smartphone untuk berbagai hal mulai dari berbagi apa yang mereka rasakan,
mencari jalan, media untuk menghilangkan stres sehingga smartphone menjadi sarana bagi remaja
untuk bergantung dalam menjalankan semua Termasuk menggunakan smartphone saat berkendara
ditembak di Tabel 7 di bawah ini:

Tabel 7. Dampak sosial pada remaja usia 15-24 tahun

Tabel 8. Dampak kesehatan pada remaja usia 15-24 tahun

Selain kecemasan dan dampak sosial yang muncul pada remaja, terdapat pula sejumlah
gejala kecanduan yang mempengaruhi kesehatan fisik. Tabel 8 menunjukkan bahwa banyak remaja
yang mengalami berbagai keluhan mulai dari keluhan pada tangan, leher, dan mata. Keluhan
terbanyak adalah pada masalah kesehatan mata seperti mata berair (73,7%), gatal-gatal (70,3%) dan
pandangan kabur (66,1%). Selain itu, keluhan lain yang banyak dirasakan pada tangan seperti
kesemutan (67,8%) dan nyeri pada pergelangan tangan (31,4%).

DISKUSI
Penggunaan smartphone memiliki dampak positif dan negatif. Menurut WHO, kesehatan
diartikan sebagai masalah kesehatan fisik, mental dan sosial sehingga jika dilihat dari definisi
tersebut gambaran bahwa penggunaan smartphone secara berlebihan dapat mempengaruhi
kesehatan mental, sosial dan kesehatan.

Untuk mengetahui lebih jauh dampak penggunaan smartphone, peneliti memfokuskan pada
jenis-jenis aplikasi yang biasa digunakan oleh remaja usia 15-24 tahun. Hasil penelitian ini
menggambarkan bahwa aplikasi chatting seperti WhatsApp (91,2%) menjadi aplikasi unggulan yang
menjadi kebutuhan utama semua smartphone. Selain aplikasi chatting, aplikasi game online (76,3%)
dan media sosial (71,2%) Like Instagram juga menjadi kebutuhan aplikasi utama.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Pakistan pada anak usia 5-16 tahun
dimana aplikasi yang paling sering digunakan adalah aplikasi chatting yaitu WhatsApp dan disusul
dengan aplikasi game online, musik, video dan film serta kamera (Tariq, Tariq, Hussain). , & Shahid,
2018).

Selain dampak kecemasan, masih ada dampak lain seperti harga diri dan kesehatan mental
lainnya yang berdampak pada interaksi sosial atau kesehatan sosial pada remaja. Salah satu
permasalahan yang sering muncul adalah lebih suka berbicara dengan teman di media sosial
dibandingkan dengan lingkungan (41,5%), kemudian kedekatan teman di media sosial lebih baik
dibandingkan dengan lingkungan sekitar (21,2%) bahkan sampai sebatas merasa cemas dan khawatir
ketika tidak memiliki eksistensi di dunia maya. Adanya dunia maya ini dapat berdampak pada harga
diri remaja dimana remaja seharusnya secara tidak langsung mengikuti perkembangan di media
sosial.

Hal yang muncul kemudian adalah masalah kekerasan verbal dimana jenis kekerasan
emosional ini dapat menimbulkan rasa takut dihina atau direndahkan. Hal ini akan berdampak pada
interaksi sosial dan penggunaan smartphone secara terus menerus meningkatkan stres terutama
pada kesehatan mental dan interaksi sosial remaja (Yun, Shim, & Jeong, 2019).

Smartphone saat ini sudah dilengkapi dengan layar sentuh yang memberikan kemudahan
bagi penggunanya. Penggunaan layar sentuh secara terus menerus dan aktivitas yang berulang
karena kecanduan dapat berdampak negatif pada tangan dan menyebabkan gangguan
muskuloskeletal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa gejala gangguan
muskuloskeletal dimana terdapat 31,4% remaja yang mengalami nyeri pada pergelangan tangan saat
menggunakan HP bahkan sudah terbangun dari tidur karena sakit pada pergelangan tangan
sebanyak 16,9%. Selain itu ada 67,8% yang merasa kesemutan saat atau setelah HP bahkan pernah
mengalami mati rasa sebanyak 17,8%. Selain tangan bagian atas atau ekstremitas, terdapat remaja
yang pernah mengalami nyeri leher sebesar 26,3%.

Hasil tinjauan sistematis terkait gejala muskuloskeletal tersebut menunjukkan bahwa


penggunaan layar sentuh pada smartphone atau perangkat portabel lain berpotensi berpengaruh
terhadap kesehatan fisik termasuk gejala gangguan muskuloskeletal. Sistematis Ulasan ini juga
menunjukkan bahwa penggunaan smartphone dapat meningkatkan stres muskuloskeletal pada
leher dibandingkan dengan menggunakan komputer desktop dan meningkatkan stres pada
pergelangan tangan saat menggunakan smartphone Dibandingkan dengan menggunakan keypad
ponsel (Toh, Coenen, Howie, & Straker, 2017) .

Penggunaan aktivitas smartphone yang dilakukan dalam waktu lama atau aktivitas yang
terus menerus akan menimbulkan masalah pada otot, sendi dan ligamen. Selain itu, gangguan
kesehatan mata serta gangguan kesehatan lainnya seperti mental dan sosial juga dapat
mempengaruhi kehidupan remaja.

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa kecanduan smartphone merupakan kecanduan baru yang dapat
berdampak pada kesehatan fisik, mental dan sosial. Masalah kesehatan jiwa menjadi masalah yang
paling menonjol untuk diselesaikan. Disarankan kepada pemerintah dan semua lintas sektor terkait
untuk lebih memperhatikan masalah kecanduan smartphone sebagai salah satu bentuk kecanduan
yang perlu diwaspadai.

Peran serta keluarga, masyarakat dan pemerintah harus lebih memperhatikan remaja yang
mengalami kecanduan smartphone. Mereka harus meningkatkan ruang publik dan kesempatan bagi
remaja untuk lebih banyak berinteraksi di dunia nyata. Cara lainnya, adalah dengan
mengembangkan berbagai program untuk meminimalisir kecanduan smartphone. Untuk
mengetahui sejauh mana dampak kecanduan smartphone terhadap kesehatan, diperlukan
penelitian lebih lanjut untuk mendeskripsikan secara rinci variabel-variabel apa saja yang berdampak
langsung terhadap kecanduan smartphone.

Anda mungkin juga menyukai