Abstrak : Gout artritis merupakan salah satu penyakit degenerative yang menyerang sistem
persendian dimana penyakit ini ditandai dengan peningkatan kadar asam urat dalam tubuh
secara berlebihan dan gout artritis yang terjadi berulang atau bertahun akan menyebabkan
timbulnya tophi. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gout artritis bepengaruh terhadap
terjadinya gout artritis, dimana salah satu faktor penyebab terjadinya gout artritis yaitu pola
makan. Pola makan terdiri dari frekuensi makanan, jenis makanan, tujuan, makan, fungsi
makanan, dan cara pengolahan makanan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan
pola makan dan tingkat pengetahuan dengan kadar asam urat dalam darah pada penderita gout
artritis di puskesmas ranotana weru. Metode penelitian menggunakan pendekatan cross
sectional. Responden terdiri dari 93 penderita gout artritis dengan teknik pengambilan sampel
dengan cara purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil Uji
penelitian dengan menggunakan uji chi-square pada tingkat kemaknaan 95%, didapat bahwa
nilai signifikan 0,000 < 0,05 untuk pola makan dan 0,001 < 0,05. Kesimpulan terdapat
hubungan antara pola makan dengan kadar asam urat dalam darah dan terdapat hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan kadar asam urat dalam.
Kata kunci : Kadar asam urat, tingkat pengetahuan, pola makan
1
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 7 Nomor 1, Mei 2019
berhubungan dengan gaya hidup. Kondisi asam urat (gout artritis) dapat disebabkan
tersebut mengubah pola penyakit yang pada oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu
awalnya hanya didominasi oleh penyakit pola makan yang tidak terkontrol dan sering
infeksi, namun sekarang bergeser pada mengkonsumsi makanan yang mengandung
penyakit degeneratif dan metabolik yang purin tinggi, yang mengakibatkan kadar
meningkat. (Tumenggung, 2015). Salah asam urat dalam darah meningkat
satu penyakit degenerative yang sering (Anies,2018). Berbagai upaya dilakukan
terjadi yaitu penyakit gout artritis dimana untuk mencegah penyakit gout artritis,
terjadi penumpukan asam urat dalam tubuh pencegahan dapat di lakukan dengan
secara berlebihan hiperurisemia (Anies, menjauhi makanan dan minuman yang
2018). Penyakit asam urat akan menacapai dapat memicu penyakit asam urat,
puncak pada usia 40 tahun ke atas. Pada menurunkan berat badan, dan cukup minum
wanita, resiko gout artritis akan meningkat air putih. Pencegahan terhadap suatu
setelah menopause. Purba dkk, 2015 penyakit akan lebih diperhatikan oleh
menjelaskan bahwa pada wanita terdapat seseorang yang mempunyai pengetahuan
hormone estrogen yang membantu dan pengetahuan dapat diperoleh dari
memperlancar proses pembuangan asam berbagai sumber informasi diantaranya
urat dalam ginjal. melalui penyuluhan atau pendidikan
Jaliana dkk (2018) menyatakan di kesehatan (Ulfiyah, 2013). Pengetahuan
dunia penderita gout artritis mengalami merupakan hasil dari tahu atau memperoleh
kenaikan jumlah penderita hingga dua kali informasi dan membentuk suatu tindakan
lipat antara tahun 1990- 2010. Pada orang (Notoatmodjo, 2012). Penelitian
dewasa di Amerika Serikat penyakit gout sebelumnya oleh Hambatara dkk, 2018
mengalami peningkatan dan mempengaruhi melaporkan bahwa mengkonsumsi
8.3 juta (4%) orang Amerika. Sedangkan makanan yang tinggi purin dapat
prevalensi hiperurisemia juga meningkat menyebabkan peningkatan kadar asam urat
dan mempengaruhi 43.300.000 (21%) dalam darah.
orang dewasa di Amerika Serikat. Penelitian sebelumnya oleh Oga,
Penelitian di Taiwan tahun 2013 prevalensi dkk (2017) melaporkan bahwa ada
penyakit gout artritis sebesar 41,4 % dan hubungan antara tingkat pengetahuan dan
meningkat sebesar 0,5 % setiap tahun. pola makan dengan kejadian gout artritis.
Penyakit gout artritis diperkirakan terjadi Berdasarkan studi pendahuluan yang
pada 840 orang dari setiap 100.000 orang. dilakukan pada tanggal 7 Oktober 2018 di
Prevalensi penyakit gout artritis di Puskesmas Ranotana Weru, dengan hasil
Indonesia terjadi pada usia di bawah 34 wawancara yang dilakukan pada 10 orang
tahun sebesar 32 % dan di atas 34 tahun diketahui, sebanyak 8 dari 10 orang
sebesar 68 %). Berdasarkan hasil memiliki pola makan yang tidak teratur
Kemenkes (2013) menunjukkan bahwa dengan frekuensi makanan yang banyak
penyakit sendi di Indonesia yang diagnosis dan sering mengkonsumsi makanan seperti
tenaga kesehatan (nakes) sebesar 11.9% tempe dan tahu, kangkung, daging, ikan
dan berdasarkan diagnosis dan gejala sarden dan alkohol. Sedangkan 2 yang
sebesar 24.7%, sedangkan berdasarkan lainnya diketahui memiliki pola makan
daerah di Nusa Tenggara Timur 33,1%, yang teratur. Hasil wawancara juga
diikuti Jawa barat 32,1% dan Bali 30%. didapatkan 10 orang tersebut pernah
Prevalensi penyakit sendi berdasarkan mengalami nyeri pada sendi jari kaki dan
provinsi, prevalensi untuk Sulawesi Utara tangan, lutut pergelangan kaki. Dimana
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan gejala tersebut merujuk pada tanda dan
sebesar 10,3% dan berdasarkan diagnosis gejala gout artritis.
tenaga kesehatan ditambah gejala klinik Berdasarkan hasil wawancara yang
sebesar 19,1%. Sesorang yang mengalami juga dilakukan pada 10 orang, diketahui 6
2
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 7 Nomor 1, Mei 2019
dari 10 orang memiliki pengetahuan yang dan jumlah makanan) terdiri dari 7
kurang tentang penyakit gout artritis. pertanyaan dan 1 topic (frekuensi makan)
Sedangkan 4 orang lainnya diketahui terdiri dari 8 pertanyaan, total ada 3 topik
memiliki pengetahuan yang cukup tentang dan dikategorikan 0=tidak baik 1=baik.
gout artritis. Hasil wawancara juga Pengukuran tingkat pengetahuan
didapatkan bahwa sebagian masyarakat menggunakan kuesioner yang telah
yang menderita gout artritis masih digunakan sebelumnya oleh Ulfiyah (2013)
berperilaku kurang dalam pencegahan yang telah diuji validitasnya. Terdiri dari 20
diantaranya mereka masih mengkonsumsi pernyataan mengenai gout artritis. 15
makanan tinggi purin dalam jumlah banyak. pernyataan positif dan 5 penataan negative
Berdasarkan fenomena diatas, maka dan di kategorikan 0=kurang, 1=cukup,
peneliti ingin melakukan penelitian dengan 2=baik. Variable kadar asam urat dalam
tentang hubungan pola makan dengan darah menggunakan Uric Acid Meter
tingkat kejadian gout artritis di Puskesmas dengan kriteria skor 0=tidak untuk tidak
Ranotana Weru. Dilihat dari fenomena normal laki-laki >7 mg/dL untuk
yang terjadi saat ini, pola makan dan tingkat perempuan >6 mg/dL, 1= normal untuk
pengetahuan sangat berdampak pada kadar laki-laki 3,4-7 mg/dL untuk perempuan 2,4-
asam urat. Sehingga, berdasarkan hal diatas 6 mg/dL.
saya tertarik untuk melakukan penelitian Pengolahan data yang diperoleh dari
mengenai “Hubungan Pola Makan Dan hasil penelitian ini diolah secara manual
Tingkat Pengetahuan Dengan Kadar Asam dengan mengelompokkan hasil wawancara
Urat Pada Penderita Gout Artritis Di dan observasi kemudian dilakukan
Puskesmas Ranotana Weru”. penghitungan skor dan dianalisis
menggunakan uji statistik melalui sistem
METODE PENELITIAN komuterisasi dengan beberapa tahap yaitu
Penelitian ini termasuk dalam jenis editing, coding, entering, cleaning
penelitian kuantitatif dengan menganalisis (Notoatmodjo, 2012). Analisa bivariat
gambaran hubungan antara kedua variabel dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui
yaitu variabel independen (Pola makan dan hubungan pola makan dan tingkat
tingkat pengetahuan) dan variabel pengetahuan dengan kadar asam urat pada
dependen (Kadar asam urat dalam darah). penderita gout artritis di Puskesmas
Penelitian ini menggunakan desain Ranotana Weru. Peneliti menggunakan uji
penelitian cross sectional. Penelitian ini statistic Pearson Chi Square dengan tingkat
dilaksanakan di Puskesmas Ranotana Weru kemaknaan 95% (α = 0,05).
pada tanggal 21 Januari 2019. Populasi
penelitian ini adalah seluruh penderita gout HASIL dan PEMBAHASAN
artritis 106. Pengambilan sampel 1. Karakteristik Responden
menggunakan teknik purposive sampling Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan
dengan rumus slovin maka didapatkan Usia
jumlah sampel minimal 84, untuk Usia n %
mengantisipasi hilangnya unit sampel maka Dewasa Akhir 5 5,4
digunakan rumus dropout sehingga sampel (36-45 tahun)
yang didapatkan berjumlah 93 penderita
gout artritis. Instrumen penelitian yang Lansia Awal 40 43,0
digunakan untuk mengukur variabel pola (46-55 tahun)
makan menggunakan kuesioner yang Lansia Akhir 48 51,6
digunakan sebelumnya oleh Tumenggung (56-65 tahun)
(2012) yang telah diuji validitasnya.
Total 93 100
Kuesioner ini terdiri dari 22 pertanyaan.
Pertanyaan dibagi per topic, 2 topik (jenis Sumber : Data Primer 2019
3
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 7 Nomor 1, Mei 2019
4
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 7 Nomor 1, Mei 2019
5
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 7 Nomor 1, Mei 2019
6
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 7 Nomor 1, Mei 2019
7
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 7 Nomor 1, Mei 2019