Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Puskesmas
1. Geografi dan lingkungan

Gambar 4. 1 Gambar Puskesmas Teluk Dalam


Puskesmas Teluk Dalam Banjarmasin terletak di jalan Mayjend.
Sutoyo. S. No. 06, RT.12, Teluk Dalam, Kecamatan Banjarmasin Tengah,
Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Puskesmas Teluk Dalam memiliki
wilayah kerja meliputi satu kelurahan yaitu Kelurahan Teluk Dalam. Luas
wilayah kerja Puskesmas Teluk Dalam adalah 2,36 km2 dari 15,25 km2
luas Keseluruhan wilayah kecamatan Banjarmasin Tengah serta luas kota
Banjarmasin 72 km2. Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Teluk
Dalam adalah :

a. Sebelah Utara : Kelurahan Belitung Selatan


b. Sebelah Selatan : Kelurahan Mawar
c. Sebelah Barat : Kelurahan Antasan Besar
d. Sebelah Timur : Keurahan Pelambuan dan Telaga Biru

2. Keadaan Tanah dan Iklim


Kondisi geografis wilayah Puskesmas Teluk Dalam adalah terletak
pada dataran rendah dengan curah hujan yang banyak dengan suhu udara
rata-rata. Secara administrasi, wilayah kerja Puskesmas Teluk Dalam
terdiri dari satu kelurahan terbagi dalam 68 RT dan 31 RW dengan kondisi
daerah nya terdiri dari dataran rendah, sungai atau rawa.

3. Sarana dan Prasarana


Sarana dan Prasarana Kesehatan di Puskesmas Teluk Dalam terdapat 1
buah gedung puskesmas induk, 1 buah gedung puskesmas pembantu
(Pustu), 1 buah Pusat Kesehatan Desa (Poskesdes), 14 buah Posyandu
Balita, 3 buah Posyandu Lansia dan 2 buah UPOK. Sarana Unit Pelayanan
di Puskesmas Teluk Dalam ada 17 ruangan terdiri dari :

1. Gedung Puskesmas
2. Rumah Dinas
3. Pustu
4. Ruang Kepala Puskesmas
5. Ruang Pendaftaran
6. Poli Gigi
7. Poli Umum
8. Polo Anak
9. Poli Lansia
10. Klinik Sanitasi
11. Apotek-Gedung Obat
12. Laboratorium
13. Aula
14. Ruang tindakan dan UGD
15. WC karyawan
16. Wc pasoen
17. Ruang kesehatan Ibu, Anak, KB dan Imunisasi
18. Sarana Transportasi Puskesmas ada 4 buah Kendaraan roda dua 3
buah Mobil Ambulance 1 buah.
B. Katakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah lansia penderita Kolesterol di wilayah
kerja Puskesmas Teluk Dalam Banjarmasin yang berjumlah 80 responden. Berikut
ini data tentang karakteristik responden yang ditunjukan dalam tabel sebagai
berikutt :

1. Distribusi Frekuensi berdasarkan Jenis Kelamin


Tabel 4. 1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di
Puskesmas Teluk Dalam Banjarmasin.

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentas


i
1 Laki-laki 50 62,5%
2 Perempuan 30 37,5%
Total 80 100%
Berdasarkan tabel 4.1 diatas secara keseluruhan responden
penelitian mayoritas bejenis kelamin laki-laki berjumlah 50 orang
(62,5%), sedangkan berjenis kelamin perempuan berjumlah 30 orang
(37,5%). Responden lansia Puskesmas Teluk Dalam mayoritas laki-laki
dan sebagian kecil berjenis kelamin perempuan. Jenis kelamin dapat
mempengaruhi kadar kolesterol yang tinggi hal tersebut selarat menurut
penelitian yang dilakukan oleh (Hasina & Hariyani, 2021) jenis kelamin
laki-laki lebih beresiko mengalami kadar kolesterol yang tinggi yang dapat
dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, konsumsi
alcohol, stress dan beban kerja yang tinggi, selain pada laki-laki terdapat
beberapa factor pada perempuan yang dapat mempengaruhi tingginya
koleterol salah satunya, wanita yang mengalami menopause mempunyai
kadar kolesterol yang tinggi yang disebabkan oleh hormone esterogen
yang terdapat pada tubuh wanita hal tersebut selaras dengan penelitian
oleh Desi, I Made dan I Gusti (2021) menyatakan pada wanita yang
berumur pralansia dan lansia yang mengalami menopause dapat
mempengaruhi tingginya kadar kolesterol karena pada wanita yang
mengalami menopause mengalami penurunan hormone esterogen dan
progesterone.
2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4. 2 Distribusi responden berdasarkan usia di Puskesmas Teluk
Dalam Banjarmasin.

No. Usia Frekuensi Persentase


1 45-59 Tahun (pralansia) 30 37,5%
2 60-69 Tahun (lansia) 50 62,5%
Total 80 100%

Berdasarkan pada table 4.2 diatas menunjukan responden dengan


kelompok usia 55-59 tahun sebanyak 30 orang (37,5%), sedangkan
kelompok usia 60-69 tahun sebanyak 50 orang (62,5%). Menurut WHO
terdapat beberapa klasifikasi usia pada lansia, usia pertengahan (Middle
Age) usia 45-59 tahun, lanjut usia (erderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua
(Old) 75-90 tahun dan usia sangat tua (Very Old) > 90 tahun. Sedangkan
menurut Departemen Kesehatan RI (Depkes RI) tahun 2013
mengkategorikan lansia. Pralansia berumur antara 45-59 tahun, lansia
berumur 60-69 tahun, dan lansia beresiko tinggi berusia lebih dari atau
sama dengan 70 tahun.
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi responden, usia responden
Puskesmas Teluk Dalam mayoritas masuk dalam kategori Lansia (60-69
tahun) sebanyak 50 orang dan sebagian kecil kategori usia responden
masuk dalam kategori pra lansia (45-59 Tahun) sebanyak 30 orang. Pada
usia pra lansia sampai dengan lansia sangat rentan sekali mengalami
berbagai penyakit salah satunya adalah kolesterol menurut penelitian
(Widioyon, Aryani, & Herawati, 2021) proses degenerasi yang dialami
oleh pre lansia dan lansia membuat kondisi kesehatan semakin menurun
dikarenakan perubahan fungsi organ seperti elastisitas pembuluh darah
kardiovaskules yang mengakibatkan penumpukan plak dan pengendapan
yang mengakibatkan arteroklesrosis sehingga usia sangat mempengaruhi
terhadap terjadinya kadar kolesterol yang tinggi. Bertambahnya usia juga
membuat penurunan metabolisme pada pra lansia dan lansia yang
disebabkan berkurangnya masa otot pada pra lansia dan lansia sehingga
membuat endapan lemak dan terbentuka arterosklerosis dalam pembuluh
darah jantung.
C. Hasil Analisa Dan Pembahasan
1. Hasil uji univariat
Tabel 4. 3 Distribusi responden berdasarkan Aktivitas Fisik di Puskesmas
Teluk Dalam Banjarmasin.

No. Usia Frekuensi Persentase


1 Rendah 31 38,8%
2 Sedang 20 26,0%
3 Tinggi 29 36,3%
Total 80 100%
Berdasarkan table 4.3 diatas menunjukan sebagian besar responden
mempunyai kebiasaan aktifitas fisik Rendah 31 orang (38,8%), aktivitas
fisik Sedang 20 orang (38,8%), dan Sedangkan Aktivitas fisik Tinggi 29
orang (36,3%). Aktivitas fisik adalah salah satu kegiatan yang berguna dan
baik untuk mempertahankan kesehatan, rendahnya aktifitas fisik dapat
menyebabkan berbagai macam penyakit salah satunya kolesterol,
hipertensi dan resiko penyakit kronis lainnya. Menurut penelitian
(Fatmawati, 2020) menunjukan aktifitas fisik yang kurang berdampak
besar terhadap terjadinya kadar kolesterol yang tinggi dikarenakan
kurangnya aktifitas fisik meningkatkan kolesterol LDL dan menurunkan
kolester HDL, aktivitas fisik yang kurang membuat lemak menumpuk
sehingga dapat meningbulkan plak pada pembuluh darah jantung dan
dapat menimbulkan arterosklerosis yang menimbulkan efek penyakit
kronis lainnya seperti stroke, jantung dan hipertensi.
Aktivitas fisik yang teratur dapat mencegah dan mengurangi resiko
terjadinya berbagai macam penyakit kronis tersebut karena aktivitas fisik
dapat mendorong pada keseimbangan energi kearah positif yang
berpengaruh terhadap kadar kolesterol.
Tabel 4. 4 Distribusi Konsumsi Gorengan Pada Responden Puskesmas Teluk
Dalam

No. Kategori Frekuensi Persentase


1 Selalu 0 0%
2 Sering 50 62.5%
3 Kadang-kadang 30 37.5%
4 Tidak Pernah 0 0
Total 80 100%
Berdasarkan 4.4 hasil diatas menunjukan sebagian responden
memiliki kebiasaan sering mengkonsumsi gorengan, terdapat 0 responden
selalu mengkonsumsi gorengan (0%), 50 responden (62.5%) sering
mengkonsumsi gorengan, 30 responden (37.5%) kadang-kadang dan 0
responden (0%) tidak pernah. Pola makan yang kurang sehat seperti
makanan berlemak dan berminyak dapat mempengaruhi pola kesehatan
dan dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, penyakit yang sering
timbul akibat mengkonsumsi gorengan berlebihan salah satunya adalah
kolesterol. Menurut penelitian (Budianto & Akbar, 2022) mengkonsumsi
gorengan berlebih beresiko besar menimbulkan hiperkolesterolemia yaitu
dimana kadar kolesterol tinggi diatas rentang normal, gorengan
mengandung asam lemak trans yang dapat memicu terjadinya penyakit
jantung coroner. Minyak goreng yang dipanaskan dengan suhu yang
terlalu tinggi menimbulkan kerusakan karena terdapat proses oksidasi
yang menghasilkan aldehida, keton dan senyawa yang mempunyai bau tak
sedap. Minyak yang digunakan berulang-ulang mengakibatkan asam
lemak bebas yang tinggi, peningkatan asam lemak bebas didalam tubuh
meningkatkan inflamasi sistemik dan munculnya interleukin 6 dan protein
C reaktif yang dapat menimbulkan Heart Failure (gagal jantung) dan
kematian mendadak Selain itu juga peningkatan asam lemak di dalam
minyak meningkatkan kolesterol LDL dan kolesterol HDL serta
meningkatkan kolesterol total.
Tabel 4. 5 Hasil Kadar Kolesterol Pada Lansia Di Puskesmas Teluk Dalam

No. Kategori Frekuensi Persentase %


1 Normal (<200 mg/dl) 30 37.5%
2 Sedang (200-239 45 56.3%
mg/dl)
3 Tinggi (>240 mg/dl) 5 6.3%
Total 80 100

Berdasarkan tabel hasil penelitian menunjukan secara umum


bahwa kadar kolestrol pada lansia yang mengonsumsi gorengan diwilayah
kerja Puskesmas Teluk Dalam Banjarmasin yang terbanyak 45 orang
(56.3%) dengan kadar kolestrol yang sedang (200-239 mg/dl), diikuti oleh
30 orang (37.5%) dengan kadar kolestrol yang normal (<200 mg/dl) dan 5
orang (6.3%) dengan kadar kolestrol yang tinggi. Meningkatnya kadar
kolestrol dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu gaya hidup yang tidak
sehat seperti merokok, mengonsumsi alkohol kurang olahraga,
mengansumsi makanan seperti susu, telur, ikan, daging dan berat badan
yang berlebih dapat meningkat trigliserida dan dapan menurunkan kadar
HDL. Selain itu factor internal seperti usia tidak dapat dihindari, kategori
usia pra lansia dan lansia mengalami degenerasi yang membuat kondisi
kesehatan semakin menurun dikarenakan perubahan fungsi organ seperti
elastisitas pembuluh darah kardiovaskuler Bertambahnya usia juga
membuat penurunan metabolisme pada pra lansia dan lansia yang
disebabkan berkurangnya masa otot pada pra lansia dan lansia sehingga
membuat endapan lemak dan terbentuka arterosklerosis dalam pembuluh
darah jantung.
Hasil peneilitian didapatkan responden lansia puskesmas
didapatkan mayoritas berjenis kelamin laki-laki dengan kategori usia
lansia, dari aktivitas fisik didapatkan sebagian besar rendah dan konsumsi
gorengan masuk kategori sering sehingga didapatkan hasil kadar kolesterol
sebagian besar masuk dalam kategori ambang batas, kadar kolesterol yang
masuk kategori ambang batas dapat beresiko tinggi jika tidak terkontrol
dan dapat menimbulkan resiko berbagai penyakit.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh oleh
(Hasina & Hariyani, 2021) jenis kelamin laki-laki lebih beresiko
mengalami kadar kolesterol yang tinggi yang dapat dipengaruhi oleh gaya
hidup yang tidak sehat seperti merokok, konsumsi alcohol, stress dan
beban kerja yang tinggi. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh penelitian (Widioyon, Aryani, & Herawati, 2021)
Bertambahnya usia juga membuat penurunan metabolisme pada pra lansia
dan lansia yang disebabkan berkurangnya masa otot pada pra lansia dan
lansia sehingga membuat endapan lemak dan terbentuka arterosklerosis
dalam pembuluh darah jantung. Penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh penelitian (Fatmawati, 2020) menunjukan
aktifitas fisik yang kurang berdampak besar terhadap terjadinya kadar
kolesterol yang tinggi dikarenakan kurangnya aktifitas fisik meningkatkan
kolesterol LDL dan menurunkan kolester HDL, aktivitas fisik yang kurang
membuat lemak menumpuk sehingga dapat meningbulkan plak pada
pembuluh darah. Peneltian ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Budianto & Akbar, 2022) mengkonsumsi gorengan
berlebih beresiko besar menimbulkan hiperkolesterolemia yaitu dimana
kadar kolesterol tinggi diatas rentang normal, gorengan mengandung asam
lemak trans yang dapat memicu terjadinya penyakit jantung coroner.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan “Gambaran Kadar Kolesterol Lansia yang
Sering Mengkonsumsi Gorengan di Wilayah Puskesmas Teluk Dalam
Banjarmasin” dapat disimpulkan bahwa lansia sering mengkonsumsi gorengan
sehingga sebgaian besar kadar kolesterol masuk dalam kategori sedang atau
ambang batas.

B. Saran
Berdasarkan penelitian ini, dapat memberi saran kepada :
1. Bagi Pasien
Diharapkan bagi pasien terkhusus lansia dapat menambah pengetahuan
mengenai gorengan yang merupakan makanan yang dapat meningkatkan
kadar kolesterol sehingga lansia dapat membatasi gorengan dan
meningkatkan aktivitas fisik serta rutin berobat agar kadar kolesterol
dalam rentang normal.
2. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi
Pendidikan dan menjadi dasar untuk institusi membantu meningkatkan
pengetahuan lansia mengenai penatalaksanaan kolesterol
3. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat sebagai indicator dan referensi untuk
meningkatkan Pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat khususnya lansia tentang pantangan makanan bagi penderita
kolesterol serta edukasi pentingnya pengobatan kolesterol sehingga kadar
kolesterol tetap dalam rentang normal untuk menghindarkan dari resiko
penyakit kronis yang timbul.
DAFTAR PUSTAKA

Budianto, Y., & Akbar, M. A. (2022). Kenaikan Kadar Kolesterol Ditinjau Dari
Konsumsi Gorengan. Jurnal Kesehatan Abdurahman Palembang.

Fatmawati, E. (2020). Skripsi Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan
Kadar Kolesterol Pada Pra Lansia Di Desa Kimaharjo Kecamatan
Tegalombo, Kabupaten Pacitan. Pacitan.

Hasina, S. N., & Hariyani, E. C. (2021). TERAPI BEKAM BERPENGARUH


TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL. Jurnal
Keperawatan .

Widioyon, Aryani, A., & Herawati, V. D. (2021). KONDISI LANJUT USIA


YANG MENGALAMI HIPERKOLESTEROLEMIADIPOS
PELAYANAN TERPADU (POSYANDU) LANJUT USIA DESA
BETENGSARI, KARTASURA : PILOT STUDY. Jurnal Perawat
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai