Anda di halaman 1dari 6

KEBUTUHAN ASUPAN GIZI PADA ORANG YANG TERJANGKIT

PENYAKIT DIABETES MELLITUS


(Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia)

Disusun oleh

Nama : Lif Ani Sapira

Kelas :1B

NIM : 212019010061

PRODI D3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN 2019
KEBUTUHAN ASUPAN GIZI PADA ORANG YANG TERJANGKIT PENYAKIT
DIABETES MELLITUS
Lif Ani Sapira

Universitas Muhammadiyah Kudus

Email : liphani1215@gmail.com

ABSTRAK
Diabetes melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat, tapi secara umum dapat dikatakan
sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor. Pada diabetes mellitus didapatkan defisiensi insulin
absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin. Diperkirakan masih banyak (sekitar 50%) penyandang diabetes yang belum terdiagnosis di Indonesia.
Selain itu hanya dua pertiga saja dari yang terdiagnosis yang menjalani pengobatan, baik non farmakologis maupun farmakologis. Dari yang menjalani
pengobatan tersebut hanya sepertiganya saja yang terkendali dengan baik. Vitamin C adalah salah satu zat gizi mikro yang berperan dalam mengontrol
kadar gula darah. Tujuan penelitian adalah mengetahui kebutuhan zat gizi pada orang yang terjangkit penyakit diabetes mellitus. Metode penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-
peristiwa penting yang terjadi pada masa kini. Berdasarkan hasil tersebut pemenuhan kebutuhan nutrisi pada setiap orang yang terjangkit penyakit diabetes
mellitus akan berhasil jika penderita memperhatikan kepatuhan yang baik dalam mengatasi penyakit diabetes mellitus. Pentingnya peran pengaturan
kebutuhan nutrisi pada penderita diabetes untuk mengatasi penyakit diabetes mellitus.

Kata kunci : Kebutuhan, Gizi, Diabetes Mellitus

PENDAHULUAN
Seiring dengan kemajuan di berbagai bidang dan peningkatan kemakmuran masyarakat, secara global terjadi transisi
epidemiologis di mana penyakit degeneratif telah menggeser posisi penyakit infeksi dan kelaparan yang pernah
mendominasi dalam beberapa dekade. Salah satu penyakit degeneratif yang prevalensinya terus meningkat adalah diabetes
mellitus (DM) (Suhaema, 2010).
Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes melitus sering menyebabkan komplikasi
makrovaskular dan mikrovaskular. Komplikasi makrovaskular terutama didasari oleh karena adanya resistensi insulin,
sedangkan komplikasi mikrovaskular lebih disebabkan oleh hiperglikemia kronik.
Diabetes mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat tubuh mengalami gangguan
dalam mengontrol kadar gula darah. Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh sekresi hormon insulin tidak adekuat atau
fungsi insulin terganggu (resistensi insulin) atau justru gabungan dari keduanya (Anani, 2012).
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolik menahun yang lebih dikenal sebagai pembunuh manusia
secara diam-diam atau “Silent killer”. Seringkali manusia tidak menyadari apabila orang tersebut telah menyandang
diabetes, dan seringkali mengalami keterlambatan dalam menanganinya sehingga banyak terjadi komplikasi. Diabetes juga
dikenal sebagai “Mother of Disease” karena merupakan induk atau ibu dari penyakit-penyakit lainnya seperti hipertensi,
penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke, gagal ginjal dan kebutaan. Penyakit Diabetes Melitus dapat menyerang
semua lapisan umur dan sosial ekonomi. Apabila dibiarkan tidak terkendali maka penyakit ini dapat menimbulkan
komplikasi lain yang membahayakan kesehatan (Anani, 2012).
Diabetes melitus memiliki dampak yang serius pada pasien dan keluarga pasien. Dampak lain yang timbul adalah
perubahan peran pada keluarga, gangguan psikologis, masalah ekonomi, perubahan kebiasaan sosial, produktivitas dan
perubahan gaya hidup (Lewis et al, 2011). Pengelolaan yang baik dalam penatalaksanaan DM akan meningkatkan kualitas
hidup pasien DM menurut konsensus PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2011).
Penyakit Diabetes Melitus merupakan penyakit degeneratif yang dapat dikendalikan dengan empat pilar
penatalaksaan. Diet menjadi salah satu hal penting dalam empat pilar penatalaksanaan DM dikarenakan pasien tidak
memperhatikan asupan makanan yang seimbang. Meningkatnya gula darah pada pasien DM berperan sebagai penyebab
dari ketidak seimbangan jumlah insulin, oleh karena itu diet menjadi salah satu pencegahan agar gula darah tidak
meningkat, dengan diet yang tepat dapat membantu mengontrol gula darah (Soegondo, (2015).
Kebutuhan nutrisi pada penderita Diabetes Mellitus merupakan kebutuhan fisiologis yang mendasar. Pola pemenuhan
nutrisi yang tidak baik menyebabkan kontrol gula darah yang tidak stabil (Endah,2017 ; Hermawati, 2017).
Berbagai teori dan penelitian-penelitianyang sudah dilakukan menemukan bahwa,kenaikan berat badan melebihi
normal atau obesitas akan meningkatkan resiko bahkan dikatakan sebagai faktor resiko utama terjadinya Diabetes Mellitus.
Selain faktor obesitas, faktor resiko lain yang berperan terhadap terjadinya Penyakit DM, antara lain; genetik, pertambahan
usia, kurangnya aktifitas fisik dan pola makan tidak seimbang yang memicu terjadinya obesitas. Pola makan berupa asupan
makanan tinggi energi dan tinggi lemak tanpa disertai dengan aktifitas fisik yang teratur akan mengubah keseimbangan
energi dengan disimpannya energi sebagai lemak simpanan yang jarang digunakan ( Azrimaidaliza, 2011).

HASIL
Karakteristik partisipan meliputi data demografi berupa usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, responden
berdasarkan kadar gula darah
Data Umum
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

No Umur n %
1 35-45 tahun 9 23
2 46-55 tahun 15 38
3 56-65 tahun 13 33
4 >65 tahun 3 8
Jumlah 40 100
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di Puskesmas Tembok Dukuh Surabaya yaitu berumur 46-55 tahun
berjumlah 15 (38%) (Susanti,2018 ; Nobel, 2018)

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin N %
1 Laki-laki 16 40
2 Perempuan 24 60
Jumlah 40 100
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan berjumlah 24 responden
(60%) di Puskesmas Tembok Dukuh Surabaya (Susanti,2018 ; Nobel, 2018)

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan


Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan n %
1 SD 20 50
2 SMP 13 33
3 SMA 3 8
4 D3/Sarjana 4 10
Jumlah 40 100
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian responden memiliki tingkat pendidikan SD berjumlah 20 responden (50%) di
Puskesmas Tembok Dukuh Surabaya (Susanti,2018 ; Nobel, 2018)

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan


Tabel 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan n %
1 IRT/Tidak bekerja 18 45
2 Pedagang 17 43
3 Swasta 2 5
4 PNS 3 8
Jumlah 40 100
Tabel 4 menunjukkan bahwa hampir sebagian besar responden tidak bekerja hanya sebagai IRT berjumlah 18 responden
(45%) (Susanti,2018 ; Nobel, 2018).

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus

No Kadar Gula n %
1 Hipoglikemia 9 23
2 Normal 13 33
3 Hiperglikemia 18 45
Jumlah 40 100
Tabel 5 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan variabel kadar gula darah di Puskesmas Tembok
Dukuh sebagian besar responden mengalami hiperglikemia dengan jumlah 18 responden (45%).(Susanti,2018 ; Nobel,
2018).

Tabel. 6 Asupan Zat Gigi Kelompok (Suhaema,2010)

Jenis Zat Gizi Perlakuan Kontrol F P


Mean (SD) Mean (SD)
Energi % -14,05 (±16,41) -3,24 (±14,43) 1,217 0,009
Protein % -3.37 (±25,63) -0,07 (±34,23) 5,011 0,539
Lemak % -35,64 (±40,41) -10,46 (±46,0) 2,031 0,019
Karbohidrat % -19,14 (±22,97) -0,07 (±25,49) 1,315 0,035
Natrium % -11,05 (±19,93) -6,51 (±14,88) 1,474 0,452

Asupan Zat Gizi bagi Penderita Penyakit Diabetes Mellitus


Pada masyarakat dianjurkan untuk menerapkan pola makan yang sehat supaya terhindar dari DM terutama DM tipe 2
dengan cara mengonsumsi makanan secara seimbang terutama mengonsumsi lemak dan karbohidrat cukup serta
meningkatkan konsumsi serat, selain melakukan aktifitas fisik atau olah raga secara teratur. Terkait dengan makananyang
dikonsumsi, sejumlah faktor mempengaruhi respon glikemia terhadap makanan. Faktor tersebut meliputi jumlah
karbohidrat, jenis gula, sifat pati, cara memasak dan mengolah makanan serta bentuk makanannya, disamping komponen
pangan lainnya ( Azrimaidaliza, 2011).
Melalui Indeks Glikemik (IG) dapat ditentukan kuantitas glikemik dalam makanan. Makanan dengan IG tinggi akan
menyebabkan kenaikan kadar glukosa darah lebih cepat. Oleh karena itu dianjurkan bagi pasien penderita DM agar
memilih makanan dengan IG rendah. Diet rendah IG akan memperbaiki kadar glukosa darah pada penderita Diabetes
Mellitus tipe 1 dan 2. Makanan dengan IG rendah adalah antara lain whole grain, buah-buahan, sayuran dan kacang-
kacangan yang juga termasuk dalam makanan kaya serat. Tujuan diet yang utama dalam kaitannya dengan lemak makanan
pada penyandang DM adalah membatasi asupan lemak jenuh dan kolesterol dari makanan. Lemak jenuh merupakan
determinan diet yang penting untuk menentukan kadar LDL-kolesterol di dalam plasma ( Azrimaidaliza, 2011).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Azrimaidaliza, Melva Diana dan Ramadani (2010) menunjukkan bahwa asupan
vitamin C berpengaruh pada penurunan kadar gula darah pada orang dewasa di Kota Padang Panjang. Pola yang
ditunjukkan adalah semakin meningkat asupan vitamin C (asupan makananyang mengandungvitamin C dari sumber alami)
maka semakin menurunkan kadar gula ( Azrimaidaliza, 2011).

PEMBAHASAN
Untuk mencapai tujuan tersebut ada beberapa syarat pernberian makanan yang harus mencakup kandungan gizinya
antra lain :
1. Energi,diberikan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan umur, jenis kelamin, aktifitas fisik dan proses pertumbuharq
2. Karbohidrat (60%-70%) penting untuk mempertahankan pemasukan kalori. Makanan dan minuman yang banyak
mengandung gula dibatasi, dan hendaknya digunakan jenis karbohidrat komplelc/makananyang bersera!
3. Protein ( 0% -20%) hendalmy acukup untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan mendorong pertumbuhan.
Sebaiknya digunakan protein yang bernilai biologi tinggi/nilai cernanlaa tinggi
4. Lemak (25%-37%) agar dibatasi, pemasukan kolestrol hendaknyakurang dari 300 mg/hari dan lemak jenuh
hendaknya diganti dengan lemaktakjenuh
5. Serat (25 gr/1000 kal) dalam diet dapat memperlama penyerapan gula sehingga dapat memperbaiki kenaikan kadar
glukosa daratr post prandial,
6. Pemanis buatantersedia sebagai suklosa dalarn minuman ringan dan dalam banyak jenis makanan. (Sunarto,2011)
Pola makan yang baik harus dipahami oleh para penderita DM dalam pengaturan pola makan sehari-hari. Pola ini
meliputi pengaturan jadwal bagi penderita DM yang biasanya adalah 6 kali makan per hari yang dibagi menjadi 3 kali
makan besar dan 3 kali makan selingan. Adapun jadwal waktunya adalah makan pagi pukul 06.00-07.00, selingan pagi
pukul 09.00-10.00, makan siang pukul 12.00-13.00, selingan siang pukul 15.00-16.00, makan malam pukul 18.00-19.00,
dan selingan malam pukul 21.00-22.00. Jumlah makan (kalori) yang dianjurkan bagi penderita DM adalah makan lebih
sering dengan porsi kecil sedangkan yang tidak dianjurkan adalah makan dalam porsi yang besar, seperti makan pagi
(20%), selingan pagi (10%), makan siang (25%), selingan siang (10%), makan malam (25%), selingan malam (10%). Jenis
makanan perlu diperhatikan karena menentukan kecepatan naiknya kadar gula darah. Penyusunan makanan bagi penderita
DM mencakup karbohidrat, lemak, protein, buah-buahan, dan sayuran (Tjokroprawiro, 2012; Dewi, 2013).
Penalatalaksanaan diabetes mellitus tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor, yaitu 1) aktivitas fisik. Pasien
diabetes mellitus dianjurkan latihan fisik ringan, teratur setiap hari satu atau setengah jam sesudah makan, termasuk klien
yang dirawat di RS; 2) diet; 3) intervensi farmakologi dengan preparat hipoglikemis oral atau insulin (Endah,2017 ;
Hermawati, 2017).
Banyak penderita DM dan keluarga mengira bahwa sumber kenaikan kadar gula karena pengaruh konsumsi yang
manis-manis, padahal dilaporkan bahwa sebanyak 90% penderita DM dipengaruhi oleh pola hidup yang tidak sehat
terutama karena mengkonsumsi karbohidarat berlebih. Hasil wawancara menyatakan bahwa hampir seluruh partisipan
menyatakan mereka takut mengkonsumsi gula dan cenderung menghindari makanan manis karena takut kadar gula akan
naik (Endah,2017 ; Hermawati, 2017).
Carbohydrate Counting adalah salah satu alternatif untuk perencanaan makan para penderita Diabetes Mellitus
ini.Carbohydarate counting merupakan suatu cara alternatif untuk perencanaan makanan penderita DM ini. Carbohydrate
counting merupakan suatu cara perencanaan makan penderita Diabetes Mellitus dengan terapi insulin agar memperoleh
jumlah asupan makan optimal sesuai kebutuhan (Hartono, 2012).
Hal yang sangat penting ditekankan adalah pola makan yang disiplin dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah
makanan atau terkenal dengan istilah 3 J (Endah,2017 ; Hermawati, 2017).
Penderita DM biasanya cenderung memiliki kandungan gula darah yang tidak terkontrol (Susanto, 2013). Kadar gula
darah akan meningkat dratis setelah mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan/atau gula
(Nurrahmani, 2012). Oleh karena itu, penderita DM perlu menjaga pengaturan pola makan dalam rangka pengendalian
kadar gula darah sehingga kadar gula darahnya tetap terkontrol (Susanti,2018 ; Nobel, 2018).

KESIMPULAN
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh banyak faktor. Kebutuhan zat gizi bagi penderita diabetes lebih intensif
dan lebih diperhatikkan lagi jika dibandingkan dengan orang normal. Pengaturan pola makan, terutama konsumsi lemak,
karbohidrat dan serat cukup akan membantu dalam mengontrol glukosa darah. Selain itu, melakukan olah raga secara
teratur juga dapat membantu mengontrol glukosa darah.

SARAN
Penderita diabetes dianjurkan agar tetap mempertahankan kestabilan kadar gula darahnya dengan pengaturan pola
makan yang tepat. Dan juga lebih mengatur makannya dengan cara mengurangi konsumsi makanan yang berasal dari
karbohidrat dan memperbanyak mengkonsumsi makanan berserat.

DAFTAR PUSTAKA
Anani, S. 2012. Hubungan Antara Perilaku Pengendalian Diabetes dan Kadar Glukosa Darah Pasien Rawat Jalan
Diabwetes Mellitus (Studi Kasus di RSUD Arjawinangan Kabupaten Cirebon). Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1,
No 2, Tahun 2012, hlm 466-478
Azrimaidaliza. 2011. Asupan Zat Gizi Dan Penyakit Diabetes Mellitus. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 6, No.1,
September 2011.
Decroli, Eva. 2019. Diabetes Melitus Tipe 2. Padang : Pusat Penerbitan BagianIlmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas
Endah, Sri. Persepsi Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Desa Sawah Kuwung Karang Anyar.
Jurnal Care, Volume 5, No.2, Tahun 2017
Novida, Hermina. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta : PB. Perkeni
Suhaema . 2010. Pengendalian Status Gizi, Kadar Glukosa Darah, Dan Tekanan Darah Melalui Terapi Gizi Medis Pada
Pasien Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 Rawat Jalan di RSU Mataram NTB. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Volume 7, No. 2,
November 2010 : 48-57
Sunarto,Kadir.2011. Studi Asupan Gizi Dengan Tingkat Kesembuhan Penderita Diabetes Mellitus Tipe II.
Jurnal Health &Sport, Volume 3, No. 1, Agustus 2011
Susanti ; Difran, Nobel. Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal
Kesehatan Vokasional, Volume 3, No. 1, Mei 2018

Anda mungkin juga menyukai