Anda di halaman 1dari 11

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DYSMENORRHEA TERHADAP

AKTOVITAS FISIK
Henny Widyawati Nurjanah
P10223001

(E-mail: Hennywidyawatinurjanah31@gmail.com )

Latar Belakang: Gaya hidup seseorang seperti aktivitas fisik, stres, dan konsumsi makanan cepat saji
(fast food) merupakan faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya dismenore primer yang merupakan
nyeri saat menstruasi dengan tidak adanya kelainan patologik pada pelvis dan biasa muncul pada
umur 15-25 tahun.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara gaya hidup (tingkat stres, tingkat aktivitas fisik, dan konsumsi
fast food) dengan kejadian dismenore primer.
Metode: Penelitian analitik observasional dengan pendekatan rancangan penelitian jenis cross-
sectional. Jumlah sampel sebanyak 48 orang. Variabel pada penelitian ini adalah dismenore primer,
tingkat stres, tingkat aktivitas fisik, dan konsumsi fast food. Pengumpulan data menggunakan
Numering Rating Scale, Kessler Psychological Distress Scale Questionnaire, Global Physical Activity
Questionnaire, and Food Frequency Questionnaire.
Hasil: responden dengan dismenore primer sebesar 70,8%. Responden dengan tingkat stres ringan
sebesar 31,3%. Responden dengan tingkat aktivitas fisik ringan sebesar 66,7%. Responden yang
sering mengonsumsi fast food sebesar 60,4%. Hasil statistik antara dismenore primer dengan tingkat
stres (p=0,025), tingkat aktivitas fisik (p=0,000), dan konsumsi fast food (p=0,000). Terdapat
hubungan antara tingkat stres, tingkat aktivitas fisik dan konsumsi fast food dengan kejadian
dismenore primer pada Mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura.
Keywords: dismenore primer, gaya hidup, stres, aktivitas fisik, konsumsi fast food
PENDAHULUAN Asia Tenggara juga berbeda, angka
Dismenore atau nyeri haid kejadian di Malaysia mencapai 69,4%,
merupakan salah satu keluhan yang dapat Thailand 84,2% dan di Indonesia angka
dialami wanita saat menstruasi. Dismenore kejadian dismenore 64,25% terdiri dari 54,
adalah nyeri perut bawah saat menstruasi 89% dismenore primer dan 9,36%
yang biasanya didampingi oleh gejala dismenore sekunder.5 Menurut penelitian
lainnya seperti berkeringat, sakit kepala, oleh Sari (2015) didapatkan angka 68,7%
diare, dan muntah. Dismenore dibagi kejadian dismenore primer pada siswi
menjadi dismenore primer dan dismenore SMA Negeri 2 Pontianak.6
sekunder. Dismenore primer adalah nyeri Dismenore primer bukan
haid tanpa adanya kelainan pada organ merupakan suatu gangguan yang
genital dan hampir selalu muncul pertama mengancam jiwa, tetapi dapat berdampak
kali pada wanita berumur 20 tahun atau negatif ke dalam kualitas kehidupan
lebih muda setelah siklus ovulasi mereka wanita. Dismenore dapat menyebabkan
tetap. Puncak kejadian dismenore primer terganggunya aktivitas dan produktivitas
adalah pada rentang usia remaja akhir seseorang. Kebanyakan wanita yang
menuju dewasa muda yaitu rentang usia menderita dismenore tidak masuk sekolah
15-25 tahun. Dismenore sekunder adalah atau kerja untuk satu atau dua hari.7
nyeri haid dengan adanya kelainan pada Gaya hidup seseorang seperti
organ genital yang seringnya terjadi pada aktivitas fisik, merokok, dan diet (pola
1,2
wanita berusia lebih dari 30 tahun. makan) merupakan faktor-faktor yang
Angka kejadian dismenore di dunia dapat memicu terjadinya dismenore
sangat besar, rata-rata lebih dari 50% primer.8,9 Berdasarkan penelitian oleh
3
perempuan mengalami dismenore primer. Bavil et al (2016) terdapat perbedaan gaya
Prevalensi dismenore di setiap negara hidup yang meliputi aktivitas fisik, stres,
berbeda-beda. Prevalensi di Amerika dan konsumsi makanan cepat saji pada
Serikat kurang lebih sekitar 85%, di Italia wanita yang mengalami dan tidak
sebesar 84,1% dan di Australia sebesra mengalami dismenore. Wanita yang
4
80%. Prevalensi rata-rata di Asia kurang mengalami dismenore cenderung memiliki
lebih sekitar 84,2% dengan spesifikasi tingkat aktivitas fisik yang rendah, tingkat
68,7% terjadi di Asia Timur laut, 74,8% di stres yang tinggi dan frekuensi
Asia Timur Tengah, dan 54,0% di Asia mengonsumsi fast food yang sering
Barat laut. Prevalensi di negara-negara daripada yang tidak mengalami
dismenore.10 Penelitian yang dilakukan Universitas Tanjungpura, sehingga peneliti
oleh Mahvash (2012) menunjukkan bahwa tertarik untuk meneliti hubungan antara
terdapat hubungan antara aktivitas fisik gaya hidup yang terdiri dari tingkat stres,
dengan dismenore primer pada mahasiswi tingkat aktivitas fisik dan konsumsi fast
7
Universitas Karaj-Branch. Penelitian oleh food dengan kejadian dismenore primer
Sari (2015) pada mahasiswi Fakultas pada mahasiswi PSPD Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas Kedokteran Universitas Tanjungpura.
didapatkan hasil bahwa 94% dari 132
sampel yang mengalami stres diikuti
METODE
dengan kejadian dismenore primer. Penelitian ini termasuk penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Ismalia analitik observasional dengan pendekatan
(2017) didapatkan hasil bahwa terdapat cross-sectional. Alokasi waktu penelitian
hubungan antara mengonsumsi fast food dimulai pada bulan Februari 2018 hingga
dengan dismenore primer pada mahasiswi Januari 2019. Penelitian dilaksanakan di
Fakultas Kedokteran Universitas Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung. Penelitian tersebut didapatkan Tanjungpura. Kriteria inklusi dalam
hasil bahwa 65,7% mahasiswi yang sering penelitian ini adalah mahasiswi Program
mengonsumsi fast food mengalami Studi Pendidikan Dokter Fakultas
dismenore primer.9 Kedokteran Universitas Tanjungpura
Berdasarkan studi pendahuluan angkatan 2016 yang telah mengalami
yang peneliti lakukan pada tiga prodi di menstruasi dan berusia 15-25 tahun.
Fakultas Kedokteran Universitas Kriteria eksklusi dalam penelitian ini
Tanjungpura yaitu PSPD, PSF (Program adalah mahasiswi yang menderita penyakit
Studi Farmasi) dan PSIK (Program Studi ginekologis tertentu, mengalami menarche
Ilmu Keperawatan) tentang intensitas nyeri lebih awal (<10 tahun), dan mengalami
haid didapatkan bahwa mahasiswi PSPD lama menstruasi lebih dari normal (>8
lebih banyak mengalami dismenore primer hari).
yaitu 2 orang mengalami nyeri sangat Jumlah sampel dalam penelitian
berat, 10 orang mengalami nyeri berat, dan adalah 49 orang, tetapi hanya 48 orang
3 orang mengalami nyeri sedang. yang memenuhi kriteria inklusi. Instrumen
Penelitian mengenai dismenore primer yang digunakan dalam penelitian ini
juga belum pernah dilakukan pada adalah lembar kuesioner Numeric Rating
mahasiswi PSPD Fakultas Kedokteran Scale, Kessler Psychological Distress
Scale, Global Physical Activity Pada penelitian ini didapatkan hasil
Questionnaire, dan Food Frequency karakteristik responden berupa usia
Questionnaire. menarke, lama mestruasi dan usia
responden.
HASIL

Tabel 1. Karakteristik Responden


Karakteristik Jumlah (orang) Persentase
Usia Menarke
10 tahun 8 16,7
11 tahun 11 22,9
12 tahun 12 25,0
13 tahun 10 20,8
14 tahun 4 8,3
15 tahun 3 6,3
Total 48 100
Lama Menstruasi
4 hari 3 6,3
5 hari 13 27,1
6 hari 10 20,8
7 hari 19 39,6
8 hari 3 6,3
Total 48 100
Usia Responden
18 tahun 1 2,1
19 tahun 11 22,9
20 tahun 30 62,5
21 tahun 5 10,4
22 tahun 1 2,1
Total 48 100

Data distribusi usia menarke pada selama 7 hari sebanyak 39,3%. Rentang
mahasiswi PSPD Fakultas Kedokteran usia dalam penelitian ini adalah 18 hingga
Universitas Tanjungpura angkatan 2016 22 tahun yang merupakan kisaran usia
yang paling banyak yaitu pada usia 12 umum pada mahasiswi PSPD Fakultas
tahun sebanyak 25%. Lama menstruasi Kedokteran Universitas Tanjungpura
yang dialami responden paling banyak angkatan 2016.
Tabel 2. Analisis Univariat
Variabel Jumlah (orang) Persentase
Dismenore Primer
Ya 34 70,8
Tidak 14 29,2
Total 48 100
Tingkat Nyeri
Nyeri ringan 8 23,5
Nyeri sedang 13 38,2
Nyeri berat 12 35,3
Nyeri sangat berat 1 2,9
Total 34 100
Tingkat Stres
Tidak stres 13 27,1
Stres ringan 15 31,3
Stres sedang 10 20,8
Stres berat 10 20,8
Total 48 100
Tingkat Aktivitas Fisik
Aktivitas Ringan 32 66,7
Aktivitas Sedang 5 10,4
Aktivitas Berat 11 22,9
Total 48 100
Frekuensi Konsumsi Fast
Food
Sering 29 60,4
Jarang 19 39,6
Total 48 100

Tabel 3. Hubungan antara Tingkat Stres dengan Dismenore Primer pada Mahasiswi
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
Dismenore Primer Total
Tingkat Stres Ya Tidak P-value
n % n % n %
Tidak Stres 4 30,8 9 69,2 13 100
Ringan 12 80,0 3 20,0 15 100
Sedang 8 80,0 2 20,0 10 100 0,025
Berat 10 100,0 0 0,0 10 100
Total 34 70,8 14 29,2 48 100
Berdasarkan hasil penelitian tingkat stres ringan sebesar 80,0% (12
menunjukkan bahwa responden yang orang) dan yang paling sedikit terjadi pada
mengalami dismenore paling banyak responden yang tidak stres sebesar 30,8%
terjadi pada responden yang memiliki (4 orang).

Tabel 4. Hubungan antara Tingkat Aktivitas Fisik dengan Dismenore Primer pada Mahasiswi
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
Tingkat Aktivitas Dismenore Primer Total
Fisik Ya Tidak P-value
n % n % n %
Ringan 22 68,8 10 31,3 32 100
Sedang 5 100,0 0 0,0 5 100 0,000
Berat 7 63,6 4 36,4 11 100
Total 34 70,8 14 29,2 48 100

Berdasarkan hasil penelitian (22 orang) dan yang paling sedikit terjadi
menunjukkan bahwa responden yang pada responden yang memiliki tingkat
mengalami dismenore paling banyak aktivitas fisik sedang sebesar 63,6% (5
terjadi pada responden yang memiliki orang).
tingkat aktivitas fisik ringan sebesar 68,8%

Tabel 5. Hubungan antara Frekuensi Konsumsi Fast Food dengan Dismenore Primer pada
Mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
Frekuensi Konsumsi Dismenore Primer Total
Fast Food Ya Tidak P-value
n % n % n %
Sering 26 89,7 3 10,3 29 100
Jarang 8 42,1 11 57,9 19 100 0,000
Total 34 70,8 14 29,2 48 100

Berdasarkan hasil penelitian PEMBAHASAN


menunjukkan bahwa kejadian dismenore Hubungan antara Tingkat Stres dengan
primer paling tinggi terjadi pada responden Dismenore Primer pada Mahasiswi
Program Studi Pendidikan Dokter
yang sering mengonsumsi fast food yaitu Fakultas Kedokteran Universitas
sebanyak 89,7% (26 orang) daripada Tanjungpura
Batasan remaja akhir yang
responden yang jarang mengonsumsi fast
ditetapkan Departemen Kesehatan RI
food yaitu sebanyak 42,1% (8 orang).
(2009) berdasarkan usia yaitu antara 17-25
tahun.15 Masa remaja akhir ini disebut membuat kontraksi berlebihan sehingga
sebagai periode ‘badai dan tekanan’ yang menimbulkan rasa nyeri.17
merupakan suatu periode dimana Berdasarkan hasil uji Chi square
ketegangan emosi meningkat akibat tabel 2xK terdapat 4 sel (50%) yang
perubahan fisik dan kelenjar yang mempunyai nilai expected kurang dari 5,
menyebabkan remaja sangat sensitif dan maka dilakukan uji alternatif yaitu uji
rawan terhadap stres.16 Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji
Respon terhadap stres yang Kolmogorov-Smirnov menunjukkan
diberikan setiap individu berbeda-beda. bahwa terdapat hubungan antara tingkat
Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor stres dengan dismenore primer pada
seperti kepribadian, karakteristik stresor, mahasiswi Program Studi Pendidikan
dan kemampuan adaptasi individu Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
terhadap stres atau strategi koping Tanjungpura Angkatan 2016 dengan p-
terhadap stres yang dihadapi. Faktor value sebesar 0,025 (p<0,05).
kepribadian sangat berpengaruh terhadap Hal ini sejalan dengan penelitian
bagaimana seseorang mengolah stresor yang dilakukan oleh Sari (2015) pada
sehigga menimbulkan dampak stres yang mahasiswi Pendidikan Dokter Fakultas
10
berbeda. Kedokteran Universitas Andalas yaitu
Stres dapat mengganggu kerja responden dengan tingkat stres ringan
sistem endokrin. Sistem endokrin (54,0%) mengalami dismenore primer
terganggu ketika endometrium dalam fase dengan tingkat ringan dengan p-value
sekresi memproduksi prostaglandin F2 0,6.11 Hasil penelitian ini juga sejalan
yang menyebabkan kontraksi otot-otot dengan hasil penelitian Bavil et al (2016)
polos sehingga menyebabkan rasa sakit yang menunjukkan bahwa terdapat
saat menstruasi atau dismenore. Selain perbedaan stres pada mahasiswi Fakultas
prostaglandin, tubuh juga memproduksi Kedokteran Universitas Sari di Iran
hormon adrenal dan estrogen yang dengan dismenore primer dengan
berlebihan. Meningkatnya hormon mahasiswi yang tidak dismenore primer
estrogen dapat menyebabkan terjadinya (p-value 0,041). Studi yang dilakukan
peningkatan kontraksi uterus yang Bavil et al (2016) membuktikan bahwa
berlebihan. Selain itu, peningkatan hormon mahasiswi yang mengalami dismenore
adrenalin dapat menyebabkan terjadinya dengan stres lebih tinggi prevalensinya
ketegangan otot rahim, kondisi ini
daripada mahasiswi yang tidak yang bermakna antara aktivitas fisik
6
dismenore. dengan dismenore primer dengan p-value

Hubungan antara Tingkat Aktivitas sebesar 0,001 menggunakan kuesioner Mc


Fisik dengan Dismenore Primer pada Gill Pain Questionnaire. Nyeri menstruasi
Mahasiswi Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran dapat disebabkan oleh peningkatan
Universitas Tanjungpura kontraksi otot uterus yang diinervasi oleh
Berdasarkan hasil uji Chi square
sistem saraf simpatetik. Aktivitas fisik
tabel 2xK dalam penelitian ini, terdapat 3
dapat menurunkan aktivitas simpatetik
sel (50%) yang mempunyai nilai expected
sehingga nyeri berkurang. Aktivitas fisik
kurang dari 5, maka dilakukan uji
juga meningkatkan aliran darah ke bagian
alternatif yaitu uji Kolmogorov-Smirnov.
pelvis serta dapat mengurangi stres yang
Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-
dapat terjadi pada dismenore primer.18
Smirnov yang telah dilakukan, terdapat
Hasil yang berbeda ditunjukkan
hubungan antara tingkat aktivitas fisik
oleh penelitian Anindita (2016) pada
dengan kejadian dismenore primer (p-
mahasiswi Fakultas Kedokteran
value sebesar 0,000) pada mahasiswi
Universitas Andalas bahwa tidak ada
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
hubungan antara aktivitas fisik dan
Universitas Tanjungpura.
dismenore dengan p-value sebesar 0,846.
Hasil uji statistik ini sejalan dengan
Penelitian tersebut meneliti tentang
penelitian Ismalia (2017) yang
hubungan aktivitas fisik harian dengan
menunjukkan adanya hubungan antara
gangguan menstruasi menggunakan
aktivitas fisik dengan kejadian dismenore
kuesioner Global Physical Activity
primer dengan p-value sebesar 0,012 pada
Questionnaire (GPAQ) untuk mengukur
mahasiswi Fakultas Kedokteran
aktivitas fisik dan kuesioner mengenai
Universitas Lampung. Hasil tersebut
riwayat menstruasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa responden dengan
tersebut menunjukkan bahwa mahasiswi
aktivitas fisik yang ringan beresiko untuk
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
mengalami dismenore primer daripada
paling sering mengalami gangguan
responden dengan tingkat aktivitas fisik
menstruasi berupa dismenore (63,3%).19
12
berat.
Pada Penelitian Amaza et al (2012)
Penelitian yang dilakukan oleh
dinyatakan bahwa tidak ada hubungan
Mahvash (2012) pada mahasiswi
antara aktivitas fisik dan dismenore pada
Universitas Karaj-Branch juga
mahasiswi kedokteran di Nigeria.
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
Penelitian tersebut menggunakan wanita yang mengalami nyeri haid atau
kuesioner yang bertujuan untuk dismenore terdapat penumpukan
mendapatkan data mengenai usia menarke, prostaglandin dalam jumlah yang terlalu
pola menstruasi, dismenore, status banuyak, sehingga menyebabkan
perkawinan, olahraga, BMI dan diet. Data terjadinya dismenore.21
tersebut hanya dismenore yang Hasil uji statistik penelitian ini
dihubungkan dengan aktivitas fisik dan menggunakan uji Chi-square dengan hasil
20
didapatkan nilai p-value sebesar 0,38. p-value sebesar 0,000 yang menunjukkan

Hubungan antara Frekuensi Konsumsi bahwa terdapat hubungan antara konsumsi


Fast Food dengan Dismenore Primer fast food dengan dismenore primer pada
pada Mahasiswi Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas mahasiswi Program Studi Pendidikan
Kedokteran Universitas Tanjungpura Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Konsumsi fast food merupakan
Tanjungpura.
salah satu faktor resiko dismenore primer
Hal ini sejalan dengan penelitian
karena kandungan asam lemak jenuh dan
yang dilakukan oleh Ismalia (2017) pada
asam lemak tak jenuh omega-6 yang
mahasiswi Fakultas Kedokteran
tinggi, asam lemak omega-3 yang rendah,
Universitas Lampung yang menunjukkan
dan teralu banyak natrium. Asam lemak
terdapat hubungan bermakna antara
omega-6 merupakan awal dari kaskade
kebiasaan mengonsumsi fast food dengan
pelepasan prostaglandin yang merupakan
dismenore primer dengan p-value sebesar
hormon terkait dismenore.21 Selain itu,
0,001. Penelitian ini juga sejalan dengan
makanan cepat saji juga mengandung
Indahwati (2017) pada Remaja Putri di
lemak trans yang merupakan radikal
SMPN 1 Ponorogo bahwa terdapat
bebas.14
hubungan bermakna antara mengonsumsi
Salah satu efek dari radikal bebas
fast food dengan kejadian dismenore
adalah kerusakan membran sel. Membran
dengan p-value sebesar 0,025.22
sel memiliki beberapa komponen, salah
KESIMPULAN DAN SARAN
satunya adalah fosfolipid. Salah satu
Terdapat hubungan antara tingkat
fungsi fosfolipid adalah sebagai penyedia
stres, tingkat aktivitas fisik dan konsumsi
asam arakidonat yang akan disintesis
fast food dengan kejadian dismenore
menjadi prostaglandin. Prostaglandin
primer pada mahasiswi Program Studi
berfungsi membantu rahim berkontraksi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
dan mengeluarkan lapisan rahim selama
Universitas Tanjungpura.
periode menstruasi. Oleh karena itu, pada
Saran bagi remaja putri untuk 2. Simanjuntak P. Gangguan Haid dan
melakukan upaya preventif terhadap Siklusnya. Dalam: Prawirohardjo,
kejadian dismenore primer berupa: (1) Sawrwono, Wiknjosastro, Hanifa. 3rd
ed. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Mengurangi stres dengan cara Prawirohardjo; 2014. 229-232 p.
memperbanyak berpikir terbuka dan 3. Berkley K. Primary dysmenrrhea: an
positif, berinteraksi dengan orang tua, urgent mandate. Int Assoc Study Pain.
2013;21(3):1–8.
teman, sahabat serta berlatih
4. Wong LP, Khoo EM. Dysmenorrhea
memanajemen waktu. (2) Mengurangi in A Multi Ethnic Population of An
konsumsi fast food dengan memperbanyak Adolescent Asian Girls. Int J Gynecol
Obstet. 2010;108(2):139–42.
mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi
5. Sari dewi purnama. Pengaruh Aroma
dan vitamin. Seperti sayuran, buah, ikan, Terapi Jasmine Terhadap Penurunan
dan madu. (3) Meningkatkan aktivitas fisik Skala Nyeri Pada Remaja Putri yang
Mengalami di SMAN 2 Pontianak
dengan berjalan kaki 30 menit per hari
Tahun 2015. Proners Univ
dalam 3 hari pertama menstruasi serta Tanjungpura. 2015;3(1).
memperbanyak olahraga. Selain itu bagi 6. Bavil D, Dolatian M, Mahmodi,
remaja putri dengan intensitas nyeri Zohreh, Baghban, Akbarzadeh A.
Comparison of lifestyles of young
menstruasi sangat berat dapat women with and without primary
berkonsultasi dengan dokter. Saran bagi dysmenorrhea. Electron J Physician.
peneliti selanjutnya untuk dapat 2016;8(3):2107–14.
7. Noerpranama NP. Wanita dalam
menjadikan penelitian ini sebagai data
berbagai masa kehidupan. 3rd ed. M
penelitian selanjutnya. Selain itu, A, A B, RP P, editors. Jakarta: Bina
diharapkan kepada peneliti selanjutnya Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2011. 92-109 p.
untuk menggunakan metode lain dan
8. Adriani M, Bambang W. Peranan Gizi
melakukan penelitian lebih lanjut dalam Siklus Kehidupan. Jakarta:
mengenai faktor resiko lain yang dapat kencana; 2012.
9. Walsh R. Lifestyle and Mental Health.
mempengaruhi kejadian dismenore primer,
Am Psychol Assoc. 2011;66(7):579–
seperti usia, lama siklus menstruasi, dan 92.
Indeks Massa Tubuh (IMT). 10. Sharif S, Kamil EA, Mansour A. Stres
and Coping Strategies Among
Medical Students in Basrah. Med J
DAFTAR PUSTAKA Basrah Univ. 2007;25:28–32.
1. Hong J, Mark J, Gita M. The 11. Sari D, Nurdin, Edwin A, Defrin.
Prevalence and Risk Factor of Hubungan Stres dengan Kejadian
Dysmenorrhea. Am J Epidemiol. Dismenore Primer pada Mahasiswi
2014;36(1):104–13. Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas. J 17. Anurogo D. Cara Jitu Mengatasi
Kesehat Andalas. 2015;4(2). Nyeri Haid. Yogyakarta: ANDI; 2011.
12. Ismalia N. Hubungan Gaya Hidup 18. Mahvash N, Eidy A, Mehdi K, Zahra
dengan Dismenore Primer pada MT, Mani M, Shahla H. The Effect of
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Physical Activity on Primary
Universitas Lampung Angkatan 2015. Dysmenorrhea of Female University
[skripsi]. lampung: Fakultas Students. World Appl Sci J.
Kedokteran Universitas Lampung; 2012;17(10):1246–52.
2017. 19. Anindita P, Darwin E. Artikel
13. Augesti G. Perbedaan Tingkat Stres Penelitian Hubungan Aktivitas Fisik
Antara Mahasiswa Tingkat Awal dan Harian dengan Gangguan Menstruasi
Tingkat Akhir Fakultas Kedokteran pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung. Lampung: Universitas Andalas. 2013;5(3):522–
Fakultas Kedokteran Universitas 7.
Lampung; 2015. 20. Amaza DS, Sambo N, Zirahei JV,
14. Anisa MV. Hubungan Status Gizi, Dalori MB, Japhet HT.. Menstrual
Menarche Dini dan Perilaku Pattern Among Female Medical
Mengonsumsi Makanan Cepat Saji Students in University of Maiduguri,
(fast food) dengan Kejadian Nigeria. Br J Med Med Res.
Dismenore Primer pada Remaja Putri 2012;2(3):327–37.
di SMAN 13 Bandar Lampung. 21. Satyanarayana U. Prostaglandins and
[skripsi]. Lampung: Fakultas Reated Compounds. Elsevier; 2014.
Kedokteran Lampung; 2015. 22. Indahwati AN, Muftiana E,
15. Departemen Kesehatan Republik Purwaningroom DL. Hubungan
Indonesia. Sistem Kesehatan Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (
Nasional. 2009. Fast Food ) dengan Kejadian
16. John W S. Perkembangan Anak. 11th Dismenore Pada Remaja Putri di SMP
ed. Jakarta: Erlangga; 2007. N 1 Ponorogo. 2017;01(02):7–13.

Anda mungkin juga menyukai