0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
11 tayangan6 halaman
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas hubungan antara pola makan dengan keteraturan siklus menstruasi pada remaja perempuan.
2) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pola makan dan keteraturan siklus menstruasi pada remaja perempuan.
3) Dokumen ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian tentang hubungan
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas hubungan antara pola makan dengan keteraturan siklus menstruasi pada remaja perempuan.
2) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pola makan dan keteraturan siklus menstruasi pada remaja perempuan.
3) Dokumen ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian tentang hubungan
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas hubungan antara pola makan dengan keteraturan siklus menstruasi pada remaja perempuan.
2) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pola makan dan keteraturan siklus menstruasi pada remaja perempuan.
3) Dokumen ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian tentang hubungan
HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN KETERATURAN SIKLUS
MENSTRUASI PADA REMAJA PEREMPUAN
Dosen pengampu : Dr. Finta Isti Kundarti, M. Keb
Disusun oleh :
Alvi Nur Puspita Putri
NIM :
P17321211011
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pola makan telah menjadi salah satu isu paling hangat yang dibicarakan terkait hubungannya dengan keteraturan menstruasi seseorang. Pola makan adalah kunci dari berbagai faktor risiko yang menyebabkan terjadi gangguan pada siklus menstruasi. Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus haid normal yang terjadi secara siklik. Seorang perempuan yang pertama kali mendapat haid adalah pertanda bahwa ia siap bereproduksi atau menghasilkan keturunan . Umumnya datang haid pertama kali sekitar 10-12 tahun. Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Pada masing-masing wanita mempunyai variasi dalam siklus haidnya, yang masih dalam batas normal (Prawiharjo,2006) . Menurut Data Riset Kesehatan Dasar dilaporkan bahwa perempuan di Indonesia yang berusia 10-59 tahun sebesar 68% mengalami menstruasi yang teratur dan sebanyak 13,7% mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur. Panjang siklus haid yang normal atau dianggap siklus menstruasi yang khas adalah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Siklus menstruasi tersebut bervariasi, hampir 90% wanita memiliki siklus menstruasi 25-35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari (Nantoro, 2009) Kejadian menstruasi dipengaruhi beberapa faktor yang mempunyai sistem saraf pusat dengan panca inderanya, sistem hormonal, perubahan pada ovarium dan uterus, serta rangsangan esterogen dan progesteron pada panca indra langsung pada hipotalamus dan melalui perubahan emosi. Semakin dewasa umur wanita semakin besar pengaruh rangsangan emosi terhadap hipotalamus (Yuxie,2008). Telah dilakukan penelitian terhadap 4000 wanita, ternyata hanya 3% diantaranya yang mempunyai siklus menstruasi yang teratur dari bulan yang satu kebulan yang lainnya (Sheldon, 2000). Wanita akan merasa terganggu bila hidupnya mengalami perubahan, terutama bila haid menjadi lebih lama dan atau banyak,tidak teratur, lebih sering atau tidak sama sekali (amenorea). Penyebab gangguan haid dapat karena kelainan biologik (organik dan disfungsional) atau dapat pula karena spikologik seperti keadaan – keadaan stres dan gangguan emosi atau gangguan biologik dan psikologik . Siklus menstruasi mempunyai hubungan tertentu terhadap keadaan fisik dan psikologik wanita (Yuxie, 2008). Serangan amenore pertama terjadi pada BMI normal untuk 38,5% peserta. BMI premorbid tertinggi berkorelasi positif dengan BMI saat onset amenore, dan BMI yang lebih tinggi saat onset amenore dikaitkan dengan BMI yang lebih tinggi saat dimulainya kembali menstruasi. Asupan makanan delapan manusia perempuan diperoleh dengan wawancara setiap hari selama 60 hari untuk menentukan apakah siklus menstruasi mempengaruhi pola asupan makanan. Penelitian bersifat double blind dalam arti subjek tidak mengetahui tujuannya, sedangkan pewawancara tidak mengetahui waktu siklusnya. Rata-rata perbedaan asupan kalori antara 10 hari praovulasi dan 10 hari pascaovulasi dihitung. Untuk siklus satu perbedaannya adalah 504 (SD = 219) dan untuk siklus dua, 496 (SD = 378) kal/hari, dengan asupan makanan pascaovulasi lebih tinggi kalori. Uji dependen dilakukan dan perbedaan ini ditemukan signifikan pada p kurang dari 0,0004 untuk siklus satu dan p kurang dari 0,008 untuk siklus dua. Bukti menunjukkan bahwa wanita makan lebih banyak makanan per hari selama 10 hari setelah mereka berovulasi dibandingkan selama 10 hari sebelumnya. Temuan ini menunjukkan bahwa penelitian di masa depan harus meneliti peran potensial fluktuasi terkait siklus menstruasi dalam variabel makan pada perkembangan gangguan pola makan. Potensi otak yang ditimbulkan oleh isyarat makanan berubah sepanjang siklus menstruasi: Modulasi oleh gaya makan, pengaruh negatif, dan keluhan pramenstruasi. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa fluktuasi hormon ovarium (yaitu estradiol dan progesteron) memprediksi perubahan makan berlebihan dan makan emosional sepanjang siklus menstruasi. Namun, sejauh mana gejala gangguan makan lainnya berfluktuasi sepanjang siklus menstruasi dan dipengaruhi oleh hormon ovarium sebagian besar masih belum diketahui. Studi ini berusaha untuk menguji apakah tingkat keasyikan berat bervariasi di seluruh siklus menstruasi dan apakah perubahan hormon ovarium dan / atau faktor lain (yaitu, makan emosional dan pengaruh negatif) menyebabkan fluktuasi siklus menstruasi pada fenotipe gangguan makan ini. Ada banyak bukti bahwa makanan yang berbeda memang memiliki mana sosial, budaya, dan individu yang berbeda, dan bahwa faktor penerimaan sosial memang memengaruhi apa yang kita makan kapan, dan apa yang kita akui untuk dimakan. Namun belum ada tes langsung dari hipotesis bahwa laporan mengidam dan asupan premenstru- ally dihasilkan dari disinhibisi kendala sosial baik pada makan atau pada deskripsi makan. Kemungkinan bahwa asupan makanan diubah untuk mengatasi perubahan perimenstruasi lainnya juga mendapat sedikit perhatian, meskipun dalam penelitian ole Choi and Salmon (1995a) 40 persen wanita makan lebih banyak dari biasanya dan 16 persen menghindari makanan tertentu sebagai cara mengatasi perubahan siklus menstruasi. Meskipun ada bukti peningkatan asupan makanan dan keinginan selama fase luteal, mekanisme yang mendasarinya belum sepenuhnya dipahami. Penelitian ini menyelidiki respon elektrofisiologi terhadap gambar makanan sebagai fungsi dari fase siklus menstruasi. Selain itu, efek moderat dari progesteron, perilaku makan (menahan diri, emosional, ortoreksia), pengaruh negatif, dan keluhan pramenstruasi juga dieksplorasi.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan antara pola makan dengan keteraturan siklus menstruasi pada remaja perempuan ?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum - Mengetahui hubungan antara pola makan dengan keteraturan siklus menstruasi pada remaja perempuan. 2. Tujuan Khusus - Mengetahui tingkat pola makan pada remaja perempuan. - Mengetahui tingkat keteraturan siklus menstruasi remaja perempuan.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis - Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai hubungan antara pola makan dengan keteraturan siklus menstruasi pada remaja perempuan. - Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif di ilmu kebidanan. 2. Manfaat Praktis - Bagi penulis, penelitian ini diharapkan menjadi sarana yang bermanfaat dalam mengimplementasikan pengetahuan penulis. - Bagi peneliti, Mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang hubungan antara pola makan dengan keteraturan siklus menstruasi pada remaja perempuan. DAFTAR PUSTAKA
DI, K. H. P. R. P. (2017). HUBUNGAN POLA MAKAN (JUMLAH, JENIS DAN
FREKUENSI) STATUS GIZI (ANTROPOMETRI DAN SURVEI KONSUMSI) DENGAN KETERATURAN HAID PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 51 JAKARTA TIMUR TAHUN 2015. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 9(1). Walker, A. E. (1997). The Menstrual Cycle. Britania Raya: Routledge. S P Dalvit, The effect of the menstrual cycle on patterns of food intake, The American Journal of Clinical Nutrition, Volume 34, Issue 9, September 1981, Pages 1811– 1815, Wanggy, D. M., Ulfiana, E., & Suparmi, S. (2022). Hubungan Antara Status Gizi, Pola Makan, Aktivitas Fisik dan Stres dengan Gangguan Siklus Menstruasi. Indonesian Journal of Midwifery (IJM), 5(2), 90-101. ISO 690 Hildebrandt BA, Racine SE, Keel PK, Burt SA, Neale M, Boker S, Sisk CL, Klump KL. The effects of ovarian hormones and emotional eating on changes in weight preoccupation across the menstrual cycle. Int J Eat Disord. 2015 Jul;48(5):477-86. doi: 10.1002/eat.22326. Epub 2014 Jun 26. PMID: 24965609; PMCID: PMC4277499. J. Strahler, A. Hermann, N.M. Schmidt, R. Stark, J. Hennig, A.J. Munk, Food cue-elicited brain potentials change throughout menstrual cycle: Modulation by eating styles, negative affect, and premenstrual complaints, Hormones and Behavior, Volume 124, 2020,104811, ISSN 0018-506X,https://doi.org/10.1016/j.yhbeh.2020.104811. (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0018506X20301379) Ariel B. Handy, Shelly F. Greenfield, Kimberly A. Yonkers, Laura A. Payne, Psychiatric Symptoms Across the Menstrual Cycle in Adult Women: A Comprehensive Review, Harvard Review of Psychiatry, 10.1097/HRP.0000000000000329, 30, 2, (100-117), (2022). Jean M. Lamont, Trait Body Shame Predicts Menstrual-Related Symptoms: Evidence for Extending the Menstrual Reactivity Hypothesis, Women's Reproductive Health, 10.1080/23293691.2022.2034275, (1-19), (2022). Agnieszka Drosdzol-Cop, Monika Bąk-Sosnowska, Dominika Sajdak, Agnieszka Białka, Agnieszka Kobiołka, Grzegorz Franik & Violetta Skrzypulec- Plinta (2017) Assessment of the menstrual cycle, eating disorders and self-esteem of Polish adolescents, Journal of Psychosomatic Obstetrics & Gynecology, 38:1, 30- 36, DOI: 10.1080/0167482X.2016.1216959 Stephanie P. Dalvit-McPhillips, The effect of the human menstrual cycle on nutrient intake, Physiology & Behavior, Volume 31, Issue 2,1983,