Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup

ISSN: 2528-4002 (media online)


ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/KesehatanMasyarakat

EFEKTIVITAS PIJAT TUINA TERHADAP PICKY EATER PADA BALITA


USIA 6-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG TIGA
KOTA PEKANBARU

Elmia Kursani1, Christine Vita Gloria Purba2, Hastuti Marlina3


1,2
Dosen Prodi Kesehatan Masyarakat STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Jl. Mustafa Sari No.5 Tangkerang Selatan Pekanbaru
christinevgp@gmail.com, elmiakursanihtp@gmail.com

ABSTRAK

Picky eater merupakan kondisi sulit makan yang terjadi pada anak dengan rentang usia 6-59 bulan. Di
Amerika Serikat kejadian picky eater dialami oleh hampir 50% anak, di Inggris sebanyak 20% nya
mengalami picky eater. Di Indonesia kejadian picky eater dialami oleh 45,5% balita tahun 2014. Salah
satu upaya non farmakologi dalam mengatasi kejadian picky eater adalah dengan terapi pijat Tuina.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas pijat Tuina terhadap picky eater pada balita usia 6-59
bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga Kota Pekanbaru. Jenis penelitian Quasi Eksperimen
dengan desain two group pre test postest. Teknik sampling consecutive sampling dengan jumlah 50:50
balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga Pekanbaru. Picky eater diukur menggunakan
kuesioner. Analisis data menggunakan uji T Paired Test dan T Independent Test. Dari hasil analisis data
diperoleh rata-rata picky eater sebelum pijat Tuina adalah 21,30 sedangkan rata-rata picky eater
sesudah pijat Tuina adalah 12,92. Berdasarkan analisis statistik menggunakan t paired test diperoleh
nilai P sebesar 0,000 ≤ 0,05 artinya ada perbedaan picky eater sebelum dan sesudah pijat Tuina. Rata-
rata picky eater sebelum pemberian multivitamin adalah 22,96 sedangkan rata-rata picky eater sesudah
pemberian multivitamin adalah 12,74. Berdasarkan analisis statistik menggunakan t paired test diperoleh
nilai P sebesar 0,000 ≤ 0,05 artinya ada perbedaan picky eater sebelum dan sesudah pemberian
multivitamin. Selanjutnya berdasarkan analisis menggunakan T Independent test diperoleh nilai P
sebesar 0,840 > 0,05 artinya tidak ada perbedaan picky eater sesudah pijat Tuina dan pemberian
multivitamin pada Balita Usia 6-59 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga Pekanbaru.
Disarankan kepada ibu yang memiliki balita dengan keluhan picky eater sebaiknya menerapkan pijat
Tuina untuk menurunkan picky eater sebagai upaya non farmakologi bagi balita dan dapat meningkatkan
kedekatan emosional ibu dengan balita.

Kata Kunci : Efektivitas, Pijat Tuina, Picky Eater, Balita

PENDAHULUAN
Picky Eater merupakan salah satu digambarkan memiliki nafsu makan yang
gangguan makan yang biasanya terjadi pada buruk dan 12% picky eater (Sukanta, 2010).
anak-anak dengan rentang usia 6-59 bulan Prevalensi masalah kesulitan makan
yang ditandai dengan nafsu makan anak menurut klinik perkembanganan anak dari
berkurang, menolak jika disuapi makan, Affiliated Program for Children
memilih makanan tertentu dan enggan Development di University George Town
mengkonsumsi menu yang bervariasi mengatakan 6 jenis kesulitan makan pada
(Rufaida, 2018). Sebuah studi populasi di anak yaitu hanya mau makan makanan cair
London, Inggris, anak berumur 3 tahun 17% atau lumat: 27,3%, kesulitan menghisap,

64
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
ISSN: 2528-4002 (media online)
ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/KesehatanMasyarakat

mengunyah atau menelan: 24,1%, kebiasaan memperhatikan penyebabnya. Dewasa ini


makan yang aneh dan ganjil: 23,4%, tidak telah dipopulerkan kembali tehnik pijat bayi,
menyukai variasi banyak makanan: 11,1%, yakni pijat Tuina. Pijat ini dilakukan dengan
keterlambatan makan sendiri: 8,0%, mealing tehnik pemijatan meluncur (Effleurage atau
time tantrum: 6,1% (Simanungkalit, 2019). Tui), memijat (Petrissage atau Nie),
Di Indonesia prevalensi anak yang mengetuk (Tapotement atau Da), gesekan,
mengalami picky eater sebesar 45,5% tahun menarik, memutar, menggoyang, dan
2014. Di Indonesia pada tahun 2017 terdapat menggetarkan titik tertentu sehingga akan
17,8 % balita yang mengalami masalah gizi, mempengaruhi aliran energi tubuh dengan
dimana 9,8 % termasuk kategori kurus memegang dan menekan tubuh pada bagian
dilihat dari BB/U4. Penelitian yang tubuh tertentu. Pijat Tuina ini merupakan
dilakukan Sudibyo tahun 2015 merupakan tehnik pijat yang lebih spesifik untuk
peneliti di National Institute of Health mengatasi kesulitan makan pada balita
Research and Development terhadap anak dengan cara memperlancar peredaran darah
prasekolah di Jakarta menunjukkan hasil pada limpa dan pencernaan, melalui
prevalensi kesulitan makan sebesar 33,6 % modifikasi dari akupunktur tanpa jarum,
(Kemenkes RI, 2016). teknik ini menggunakan penekanan pada
titik meridian tubuh atau garis aliran energi
Picky eater menyebabkan kurangnya sehingga relatif lebih mudah dilakukan
intake zat gizi ke dalam tubuh yang (Utami, 2012). Hasil penelitian Zhen Huan
diperlukan untuk proses pertumbuhan dan Liu dan Li ting Cen di Guangzhou tahun
perkembangan. Misalnya kurang nutrisi 2009 menyebutkan bahwa pijat Tuina
makro dan mikro untuk pertumbuhan dan berpengaruh positif terhadap perkembangan
perkembangan otak pada 1000 hari pertama syaraf dan peredaran darah pada bayi.
kehidupan, kurangnya nutrisi pembentuk Penelitian serupa juga dilakukan oleh Mehta
sistem imunitas tubuh sehingga (2012) didapatkan bahwa akupresur pada
menyebabkan sering sakit pada balita. titik meridian tertentu dapat memperlancar
Kondisi di atas berdampak terhadap kurang aliran darah ke pencernaan.
optimalnya pertumbuhan badan balita dan
berisiko terhadap kejadian stunting (Murage, Tujuan Penelitian ini adalah untuk
2012). melihat bagaimana efektifitas pijat Tuina
dalam upaya mengatasi masalah picky eater
Upaya untuk mengatasi kesulitan pada balita usia 6-59 bulan di Wilayah Kerja
makan dapat dilakukan dengan cara Puskesmas Simpang Tiga Pekanbaru.
farmakologi maupun non farmakologi. Urgensi penelitian ini perlu dilakukan untuk
Upaya dengan farmakologi antara lain mengurangi kejadian malnutrisi dan stunting
dengan pemberian miltivitamin dan pada balita yang merupakan akibat dari
micronutrien lainnya. Sedangkan non picky eater.
farmakologi antara lain melalui minuman
herbal atau jamu, akupunktur, akupresur, METODE PENELITIAN
dan pijat (Wong, 2011).
Penelitian ini menggunakan desain
Saat ini kebanyakan orang tua quasi experiment dengan rancangan pre test
mengatasi kesulitan makan anak sebatas dan post test design untuk membandingkan
pemberian multivitamin tanpa objek penelitian dan mengukur tingkat

65
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
ISSN: 2528-4002 (media online)
ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/KesehatanMasyarakat

kesulitan makan (picky eater) pada Tabel 1. Rata-Rata Picky Eater Sebelum
kelompok intervensi (diberikan perlakuan dan Sesudah Pijat Tuina
pijat Tuina) dan kelompok kedua diberikan
multivitamin. Populasi penelitian ini adalah Picky Eater Mean SD SE Mean P Value
semua anak balita usia 6-59 bulan di Sebelum 21,30 6,293 0,890
0,000
Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga Sesudah 12,92 4,467 0,632
berjumlah 1325 balita. Sampel diambil
dengan metode consecutive sampling dan
diperoleh jumlah sampel sebanyak 100 Dari tabel di atas dapat diketahui
responden dengan perbandingan 1:1 dimana rata-rata picky eater sebelum pijat Tuina
kelompok pijat Tuina sejumlah 50 orang, adalah 21,30 dengan standar deviasi 6,293
dan kelompok yang diberikan multivitamin dan standar eror mean sebesar 0,890
sejumlah 50 orang. Adapun kriteria sampel sedangkan rata-rata picky eater sesudah pijat
adalah tidak menerima pengobatan tertentu, Tuina adalah 12,92 dengan standar deviasi
tidak mengalami kelainan neurologis yang 4,467 dan standar eror mean sebesar 0,632.
mempengaruhi kemampuan makan, tidak Berdasarkan analisis statistik menggunakan
terdiagnosis menderita penyakit kronik, uji t paired test diperoleh nilai P sebesar
tidak mengalami kelainan struktural/anatomi 0,000 ≤ 0,05 artinya ada perbedaan picky
tubuh di bagian naso-orofaring, laring dan eater sebelum dan sesudah pijat Tuina pada
trakea dan esophagus. Selanjutnya data Balita Usia 6-59 bulan di Wilayah Kerja
penelitian picky eater dikumpulkan dengan Puskesmas Simpang Tiga Pekanbaru.
menggunakan kuesioner baku pengukuran
picky eater oleh Nutri Club sebelum dan B. Rata-Rata Picky Eater Sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan langsung Sesudah Pemberian Multivitamin
menggunakan job sheet, baik pada
kelompok perlakuan maupun kelompok Distribusi rata-rata picky eater
kontrol. Pada kelompok perlakuan pemijatan sebelum dan sesudah pemberian
Tuina dilakukan selama 40 hari dengan 8 multivitamin pada balita usia 6-59 bulan di
langkah set terapi, selanjutnya dilakukan wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga
penilaian dengan kuesioner pada hari ke-40. dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :
Data yang terkumpul selanjutnya diproses
dan dianalisis dengan Uji T. Tabel 2. Rata-Rata Picky Eater Sebelum
dan Sesudah Pemberian
HASIL Multivitamin
A. Distribusi Rata-Rata Picky Eater Picky Eater Mean SD SE Mean P Value
Sebelum dan Sesudah Pijat Tuina Sebelum 22,96 5,938 0,840
0,000
Sesudah 12,74 4,398 0,622
Distribusi rata-rata picky eater Dari tabel di atas dapat diketahui
sebelum dan sesudah pijat Tuina pada balita rata-rata picky eater sebelum pemberian
usia 6-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas multivitamin adalah 22,96 dengan standar
Simpang Tiga dapat dilihat pada tabel 1 deviasi 5,938 dan standar eror mean sebesar
berikut ini : 0,840 sedangkan rata-rata picky eater
sesudah pemberian multivitamin adalah
12,74 dengan standar deviasi 4,398 dan

66
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
ISSN: 2528-4002 (media online)
ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/KesehatanMasyarakat

standar eror mean sebesar 0,622. PEMBAHASAN


Berdasarkan analisis statistik menggunakan
uji t paired test diperoleh nilai P sebesar A. Rata-Rata Picky Eater Sebelum dan
0,000 ≤ 0,05 artinya ada perbedaan picky Sesudah Pijat Tuina
eater sebelum dan sesudah pemberian
Dari tabel di atas dapat diketahui
multivitamin pada Balita Usia 6-59 bulan di
rata-rata picky eater sebelum pijat Tuina
Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga
adalah 21,30 dengan standar deviasi 6,293
Pekanbaru.
dan standar eror mean sebesar 0,890
sedangkan rata-rata picky eater sesudah pijat
C. Perbedaan Rata-Rata Picky Eater Tuina adalah 12,92 dengan standar deviasi
Sesudah Pijat Tuina dan Pemberian 4,467 dan standar eror mean sebesar 0,632.
Multivitamin Berdasarkan analisis statistik menggunakan
uji t paired test diperoleh nilai P sebesar
Perbedaan rata-rata picky eater 0,000 ≤ 0,05 artinya ada perbedaan picky
multivitamin pada balita usia 6-59 bulan di eater sebelum dan sesudah pijat Tuina pada
wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga Balita Usia 6-59 bulan di Wilayah Kerja
Pekanbaru dapat dilihat pada tabel 3 berikut Puskesmas Simpang Tiga Pekanbaru.
ini :
Anak yang dikatakan picky eater jika
Tabel 3. Perbedaan Rata-Rata Picky mempunyai kriteria seperti menolak makan
Eater Sesudah Pijat Tuina dan yang konsisten terhadap makan dengan rasa,
Pemberian Multivitamin tekstur, suhu, atau bau tertentu, penolakan
terhadap makanan yang pernah dikenal
Perlakuan Mean SD SE Mean P Value
tetapi dengan tipe lain namun anak tidak
Pijat Tuina 12,92 4,467 0,632
0,840 menolak jenis makanan yang disukai, reaksi
Multivitamin 12,74 4,398 0,622 penolakan yang ditunjukkan dengan raut
Dari tabel di atas dapat diketahui muka yang tidak menyenangkan, menutup
rata-rata picky eater sesudah pijat Tuina mulut hingga memuntahkan makanan,
adalah 12,92 dengan standar deviasi 4,467 terdapat riwayat traumatic pada saluran
dan standar eror mean sebesar 0,632 pencernaan, dan ditemukan riwayat alergi
sedangkan rata-rata picky eater sesudah terhadap makanan atau penyakit fisik
pemberian multivitamin adalah 12,74 (Rufaida, 2018).
dengan standar deviasi 4,398 dan standar
eror mean sebesar 0,622. Berdasarkan Pijat Tuina adalah terapi dengan
analisis statistik menggunakan uji t tehnik pemijatan meluncur (Effleurage atau
independent test diperoleh nilai P sebesar Tui), memijat (Petrissage atau Nie),
0,840 > 0,05 artinya tidak ada perbedaan mengetuk (tapotement atau Da), gesekan,
picky eater sesudah Pijat Tuina dan menarik, memutar, menggoyang, dan
pemberian multivitamin pada Balita Usia 6- menggetarkan titik tertentu sehingga akan
59 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas mempengaruhi aliran energi tubuh dengan
Simpang Tiga Pekanbaru. memegang dan menekan tubuh pada bagian
tubuh tertentu. Pijat Tuina ini merupakan
tehnik pijat yang lebih spesifik untuk
mengatasi kesulitan makan pada anak balita

67
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
ISSN: 2528-4002 (media online)
ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/KesehatanMasyarakat

dengan cara memperlancar peredaran darah disuapi, dan perut terasa penuh sehingga
pada limpa dan pencernaan, melalui mengurangi nafsu makan atau bahkan tidak
modifikasi dari akupunktur tanpa jarum, nafsu makan sama sekali. Pijat ini akan
teknik ini menggunakan tenik penekanan memperlancar peredaran darah ke limpa dan
pada titik meridian tubuh atau garis aliran pencernaan sehingga dapat meningkatkan
energi sehingga relatif lebih mudah nafsu makan balita.
dilakukan dibandingkan akupuntur (Sukanta,
2010). B. Rata-Rata Picky Eater Sebelum dan
Sesudah Pemberian Multivitamin
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Simanungkalit (2019) Setelah Dari tabel di atas dapat diketahui
dilakukan analisa bivariat dengan statistik rata-rata picky eater sebelum pemberian
uji Wilcoxon didapatkan nilai p-value= multivitamin adalah 22,96 dengan standar
0,000< 0,05, disimpulkan bahwa ada deviasi 5,938 dan standar eror mean sebesar
pengaruh yang signifikan pada tingkat 0,840 sedangkan rata-rata picky
kesulitan makan balita sebelum dan sesudah eatersesudah pemberian multivitamin adalah
dilakukan pemijatan, dimana nafsu makan 12,74 dengan standar deviasi 4,398 dan
balita sebanyak 15 responden (100%) standar eror mean sebesar 0,622.
sebelum dilakukan pemijatan mengalami Berdasarkan analisis statistik menggunakan
kesulitan makan. Setelah dilakukan uji t paired test diperoleh nilai P sebesar
pemijatan yang tidak sulit makan sebanyak 0,000 ≤ 0,05 artinya ada perbedaan picky
13 responden (86,7%) dan yang tetap sulit eater sebelum dan sesudah pemberian
makan sebanyak 2 responden (13,3%). Hal multivitamin pada Balita Usia 6-59 bulan di
ini menunjukkan ada pengaruh pijat Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga
terhadap peningkatan nafsu makan balita Pekanbaru.
usia 1 tahun.
Status gizi baduta dipengaruhi oleh
Menurut analisis peneliti, pijat Tuina beberapa faktor, salah satunya adalah
efektif dalam menurunkan picky eater pada pemberian vitamin. Multivitamin dapat
balita usia 6-59 bulan, hal ini dibuktikan melengkapi nutrisi baduta untuk memenuhi
oleh hasil analisis data yang menunjukkan Angka Kecukupan Gizi. Vitamin diperlukan
adanya perbedaan rata-rata picky eater pada jika tubuh tidak mendapatkan vitamin
balita. Sebelum dilakukan pijat Tuina 100% tersebut dari makanan yang dikonsumsi
responden mengalami picky eater namun seharihari. Sudah ada upaya dari Kemenkes
dengan kegiatan pijat Tuina yang disiplin untuk menanggulangi masalah gizi di
dilakukan oleh ibu maka nafsu makan balita Indonesia yaitu pemberian pendidikan
usia 6-59 bulan semakin baik. Penyebab tentang gizi baduta dan program pemberian
tersering pada kasus kesulitan makan pada makanan tambahan (PMT) pada baduta.
anak balita dikarenakan gangguan fungsi Selain itu juga terdapat program pemberian
limpa dan pencernaan. Sehingga makanan suplemen makanan, tetapi masih banyak
yang masuk kedalam perut tidak segera baduta mengalami berat badan tidak
dicerna, yang berakibat pada stagnasi meningkat(Kemenkes RI, 2016).
makanan dalam saluran cerna, keluhan yang
disampaikna orang tua pada masalah ini Penyebab baduta mengalami gizi
adalah anak sering muntah, mual jika kurang karena baduta mengalami tumbuh

68
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
ISSN: 2528-4002 (media online)
ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/KesehatanMasyarakat

kembang sangat cepat, selain itu, baduta eror mean sebesar 0,622. Berdasarkan
juga biasanya mengalami gangguan nafsu analisis statistik menggunakan uji t
majan serta mendapatkan asupan gizi yang independent test diperoleh nilai P sebesar
tidak sesuai dengan kebutuhannya, baik 0,840 > 0,05 artinya tidak ada perbedaan
secara kualitas maupun kuantitas. Baduta picky eater sesudah Pijat Tuina dan
yang mengalami gizi buruk biasanya juga pemberian multivitamin pada Balita Usia 6-
menderita kekurangan vitamin, salah 59 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
satunya vitamin A. Penelitian di Kenya Simpang Tiga Pekanbaru.
menunjukkan bahwa anak yang tidak
diberikan vitamin A memiliki risiko 75% Upaya untuk mengatasi kesulitan
mengalami underweight dibanding yang makan dapat dilakukan dengan cara
diberi vitamin A (Murage, 2015). farmakologi maupun non farmakologi.
Upaya dengan farmakologi antara lain
Hasil penelitian ini sejalan dengan dengan pemberian multivitamin, dan
penelitian Ardiani (2017) terdapat hubungan mikronutrien lainnya. Sedangkan non
antara pemberian vitamin dengan status gizi farmakologi antara lain melalui minuman
baduta (p=0,015) di Rejomulyo, Madiun. herbal atau jamu, pijat, akupresur, dan
Baduta yang tidak diberikan vitamin akupuntur(Wong, 2011).
memiliki risiko 5,1 kali menderita gizi
kurang dibanding baduta yang diberikan Pijat balita menyebabkan balita menjadi
vitamin (95%CI=1,40-18,23). lebih rileks dan dapat beristirahat dengan
efektif sehingga ketika bayi terbangun akan
Berdasarkan analisis peneliti membawa energi cukup untuk beraktivitas.
pemberian multivitamin telah terbukti dapat Dengan aktivitas yang optimal, balita
menurunkan picky eater karena mengandung menjadi cepat lapar sehingga nafsu
berbagai jenis suplemen makanan yang makannya meningkat peningkatan nafsu
dibutuhkan oleh balita. Pemberian makan ini juga ditambahkan dengan
multivitamin juga kerap dilakukan oleh ibu peningkatan aktivitas nervus vagus (system
jika anak mengalami picky eater. Hal ini syaraf otak yang bekerja untuk daerah leher
adalah upaya farmakologi yang jika ke bawah sampai dada dan rongga perut)
diterapkan dalam jangka waktu lama dapat dalam menggerakan sel peristaltik untuk
memberikan efek yang kurang baik bagi mendorong makanan ke saluran pencernaan.
anak. Dengan demikian, balita lebih cepat lapar
atau ingin makan karena pencernaannya
C. Perbedaan Rata-Rata Picky Eater semakin lancer(Utami, 2012).
Sesudah Pijat Tuina dan Pemberian
Multivitamin Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian Asih (2018) yang berjudul
Dari tabel di atas dapat diketahui pijat Tuina efektif dalam mengatasi
rata-rata picky eater sesudah pijat Tuina kesulitan makan pada anak balita. Rata-rata
adalah 12,92 dengan standar deviasi 4,467 selisih kesulitan makan sebelum dan sesudah
dan standar eror mean sebesar 0,632 pada anak yang dilakukan pijat Tuina adalah
sedangkan rata-rata picky eater sesudah 3.360 dengan standar deviasi 0,921
pemberian multivitamin adalah 12,74 sedangkan untuk anak balita yang diberi
dengan standar deviasi 4,398 dan standar multivitamin rata-rata adalah 2.260 dengan

69
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
ISSN: 2528-4002 (media online)
ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/KesehatanMasyarakat

standar deviasi 1.337. Hal ini berarti 3. Bagi Peneliti Selanjutnya


menunjukkan bahwa selisih rata-rata
kesulitan makan pada anak yang dilakukan Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat
pijat Tuina lebih besar dari anak yang melakukan penelitian dengan metode
diberikan multivitamin. Berdasarkan hasil penelitian pretest-posttest with control
uji uji statistik didapatkan nilai P=0,000, group design untuk melihat perbedaan
dengan alpha 5% berarti ada perbedaan rata- pengaruh pijat Tuina terhadap picky eater
rata kesulitan makan pada anak balita yang dengan kelompok yang tidak diberikan pijat
dilakukan pijat Tuina dengan anak balita Tuina.
yang diberikan multivitamin. Perbedaan ini
menunjukkan bahwa melakukan pijat Tuina DAFTAR PUSTAKA
lebih efektif dalam mengatasi kesulitan
makan pada anak balita dibandingkan 1. Rufaida, 2018. Pola Asuh Dengan
dengan pemberian multivitamin. Terjadinya Picky Eater (Pilih-Pilih
Makanan) Pada Anak Usia 3-6 Tahun
Berdasarkan analisis peneliti pijat Di Dusun Sumberaji Desa Karangjeruk
Tuina efektif menurunkan picky eater Kecamatan Jatirejo Kabupaten
namun jika dibandingkan dengan pemberian Mojokerto. Journal of Issues in
multivitamin, maka tidak terdapat perbedaan Midwifery Vol.2 No.1
yang signifikan. Namun demikian pijat 2. Sukanta, P. Okta. 2010. Akupressur &
Tuina ini sangat baik diterapkan sebagai Minuman untuk Mengatasi Gangguan
upaya non farmakologi. Kegiatan ini juga Kesehatan. PT Elex Media
dapat lebih mendekatkan balita dengan ibu Komputindo. Jakarta
secara psikologi, dapat meningkatkan 3. Simanungkalit, Happy. 2019. Pengaruh
kualitas tidur dan nafsu makan sehingga Pijat Terhadap Tingkat Kesulitan
balita lebih sehat dan segar. Makan Balita Usia 1 Tahun. Media
SARAN Informasi Volume 15 Nomor 2 Tahun
20
1.Bagi Ibu 4. Kemenkes RI. 2016. Pedoman Umum
Pengelolaan Posyandu. Jakarta,
Diharapkan ibu dapat melakukan pijat Tuina Indonesia
kepada balita sebagai upaya non 5. Murage, E., Crispin, N., Katherine R.,
farmakologis untuk menurunkan picky eater & Peninah, M. 2012. Vitamin A
sekaligus meningkatkan kedekatan ibu Supplementation And Stunting Levels
dengan balita. Among Two Year Olds In Kenya:
Evidence From The 2008-09 Kenya
2.Bagi Petugas Puskesmas Demographic And Health Survey.
International Journal of Child Health
Diharapkan petugas dapat and Nutrition, 1, 135-47.
mengidentifikasi balita dengan keluhan 6. Ardiani, S. 2019. Efektifitas Pijat Tui
picky eater dan memberikan bimbingan Na Terhadap Kenaikan Berat Badan
untuk melakukan pijat Tuina serta Balita Usia 1 – 2 Tahun. Jurnal
melakukan pemantauan terhadap intervensi Kebidanan Indonesia. Vol 10 No 2. Juli
yang diberikan. 2019 (60 – 65)

70
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
ISSN: 2528-4002 (media online)
ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/KesehatanMasyarakat

7. Wong, M.Fery. 2011. Panduan Kesulitan Makan pada Anak Balita.


Lengkap Pijat. Jakarta. Penebar Plus Jurnal Keperawatan; 14 (1) : 98-103.
8. Utami, Roesli. 2012. Pedoman Pijat 10. Mehta, H. 2012. Benefit of Tui Na
Bayi Edisi II. Yogyakarta. Puspa Swara massage.http://www.pacificcollege.
9. Asih, Yusari & Mugiati. 2018. Pijat
Tuina Efektif dalam Mengatasi

71

Anda mungkin juga menyukai