ABSTRAK
Picky eater merupakan kondisi sulit makan yang terjadi pada anak dengan rentang usia 6-59 bulan. Di
Amerika Serikat kejadian picky eater dialami oleh hampir 50% anak, di Inggris sebanyak 20% nya
mengalami picky eater. Di Indonesia kejadian picky eater dialami oleh 45,5% balita tahun 2014. Salah
satu upaya non farmakologi dalam mengatasi kejadian picky eater adalah dengan terapi pijat Tuina.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas pijat Tuina terhadap picky eater pada balita usia 6-59
bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga Kota Pekanbaru. Jenis penelitian Quasi Eksperimen
dengan desain two group pre test postest. Teknik sampling consecutive sampling dengan jumlah 50:50
balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga Pekanbaru. Picky eater diukur menggunakan
kuesioner. Analisis data menggunakan uji T Paired Test dan T Independent Test. Dari hasil analisis data
diperoleh rata-rata picky eater sebelum pijat Tuina adalah 21,30 sedangkan rata-rata picky eater
sesudah pijat Tuina adalah 12,92. Berdasarkan analisis statistik menggunakan t paired test diperoleh
nilai P sebesar 0,000 ≤ 0,05 artinya ada perbedaan picky eater sebelum dan sesudah pijat Tuina. Rata-
rata picky eater sebelum pemberian multivitamin adalah 22,96 sedangkan rata-rata picky eater sesudah
pemberian multivitamin adalah 12,74. Berdasarkan analisis statistik menggunakan t paired test diperoleh
nilai P sebesar 0,000 ≤ 0,05 artinya ada perbedaan picky eater sebelum dan sesudah pemberian
multivitamin. Selanjutnya berdasarkan analisis menggunakan T Independent test diperoleh nilai P
sebesar 0,840 > 0,05 artinya tidak ada perbedaan picky eater sesudah pijat Tuina dan pemberian
multivitamin pada Balita Usia 6-59 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga Pekanbaru.
Disarankan kepada ibu yang memiliki balita dengan keluhan picky eater sebaiknya menerapkan pijat
Tuina untuk menurunkan picky eater sebagai upaya non farmakologi bagi balita dan dapat meningkatkan
kedekatan emosional ibu dengan balita.
PENDAHULUAN
Picky Eater merupakan salah satu digambarkan memiliki nafsu makan yang
gangguan makan yang biasanya terjadi pada buruk dan 12% picky eater (Sukanta, 2010).
anak-anak dengan rentang usia 6-59 bulan Prevalensi masalah kesulitan makan
yang ditandai dengan nafsu makan anak menurut klinik perkembanganan anak dari
berkurang, menolak jika disuapi makan, Affiliated Program for Children
memilih makanan tertentu dan enggan Development di University George Town
mengkonsumsi menu yang bervariasi mengatakan 6 jenis kesulitan makan pada
(Rufaida, 2018). Sebuah studi populasi di anak yaitu hanya mau makan makanan cair
London, Inggris, anak berumur 3 tahun 17% atau lumat: 27,3%, kesulitan menghisap,
64
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
ISSN: 2528-4002 (media online)
ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/KesehatanMasyarakat
65
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
ISSN: 2528-4002 (media online)
ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/KesehatanMasyarakat
kesulitan makan (picky eater) pada Tabel 1. Rata-Rata Picky Eater Sebelum
kelompok intervensi (diberikan perlakuan dan Sesudah Pijat Tuina
pijat Tuina) dan kelompok kedua diberikan
multivitamin. Populasi penelitian ini adalah Picky Eater Mean SD SE Mean P Value
semua anak balita usia 6-59 bulan di Sebelum 21,30 6,293 0,890
0,000
Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga Sesudah 12,92 4,467 0,632
berjumlah 1325 balita. Sampel diambil
dengan metode consecutive sampling dan
diperoleh jumlah sampel sebanyak 100 Dari tabel di atas dapat diketahui
responden dengan perbandingan 1:1 dimana rata-rata picky eater sebelum pijat Tuina
kelompok pijat Tuina sejumlah 50 orang, adalah 21,30 dengan standar deviasi 6,293
dan kelompok yang diberikan multivitamin dan standar eror mean sebesar 0,890
sejumlah 50 orang. Adapun kriteria sampel sedangkan rata-rata picky eater sesudah pijat
adalah tidak menerima pengobatan tertentu, Tuina adalah 12,92 dengan standar deviasi
tidak mengalami kelainan neurologis yang 4,467 dan standar eror mean sebesar 0,632.
mempengaruhi kemampuan makan, tidak Berdasarkan analisis statistik menggunakan
terdiagnosis menderita penyakit kronik, uji t paired test diperoleh nilai P sebesar
tidak mengalami kelainan struktural/anatomi 0,000 ≤ 0,05 artinya ada perbedaan picky
tubuh di bagian naso-orofaring, laring dan eater sebelum dan sesudah pijat Tuina pada
trakea dan esophagus. Selanjutnya data Balita Usia 6-59 bulan di Wilayah Kerja
penelitian picky eater dikumpulkan dengan Puskesmas Simpang Tiga Pekanbaru.
menggunakan kuesioner baku pengukuran
picky eater oleh Nutri Club sebelum dan B. Rata-Rata Picky Eater Sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan langsung Sesudah Pemberian Multivitamin
menggunakan job sheet, baik pada
kelompok perlakuan maupun kelompok Distribusi rata-rata picky eater
kontrol. Pada kelompok perlakuan pemijatan sebelum dan sesudah pemberian
Tuina dilakukan selama 40 hari dengan 8 multivitamin pada balita usia 6-59 bulan di
langkah set terapi, selanjutnya dilakukan wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga
penilaian dengan kuesioner pada hari ke-40. dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :
Data yang terkumpul selanjutnya diproses
dan dianalisis dengan Uji T. Tabel 2. Rata-Rata Picky Eater Sebelum
dan Sesudah Pemberian
HASIL Multivitamin
A. Distribusi Rata-Rata Picky Eater Picky Eater Mean SD SE Mean P Value
Sebelum dan Sesudah Pijat Tuina Sebelum 22,96 5,938 0,840
0,000
Sesudah 12,74 4,398 0,622
Distribusi rata-rata picky eater Dari tabel di atas dapat diketahui
sebelum dan sesudah pijat Tuina pada balita rata-rata picky eater sebelum pemberian
usia 6-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas multivitamin adalah 22,96 dengan standar
Simpang Tiga dapat dilihat pada tabel 1 deviasi 5,938 dan standar eror mean sebesar
berikut ini : 0,840 sedangkan rata-rata picky eater
sesudah pemberian multivitamin adalah
12,74 dengan standar deviasi 4,398 dan
66
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
ISSN: 2528-4002 (media online)
ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/KesehatanMasyarakat
67
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
ISSN: 2528-4002 (media online)
ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/KesehatanMasyarakat
dengan cara memperlancar peredaran darah disuapi, dan perut terasa penuh sehingga
pada limpa dan pencernaan, melalui mengurangi nafsu makan atau bahkan tidak
modifikasi dari akupunktur tanpa jarum, nafsu makan sama sekali. Pijat ini akan
teknik ini menggunakan tenik penekanan memperlancar peredaran darah ke limpa dan
pada titik meridian tubuh atau garis aliran pencernaan sehingga dapat meningkatkan
energi sehingga relatif lebih mudah nafsu makan balita.
dilakukan dibandingkan akupuntur (Sukanta,
2010). B. Rata-Rata Picky Eater Sebelum dan
Sesudah Pemberian Multivitamin
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Simanungkalit (2019) Setelah Dari tabel di atas dapat diketahui
dilakukan analisa bivariat dengan statistik rata-rata picky eater sebelum pemberian
uji Wilcoxon didapatkan nilai p-value= multivitamin adalah 22,96 dengan standar
0,000< 0,05, disimpulkan bahwa ada deviasi 5,938 dan standar eror mean sebesar
pengaruh yang signifikan pada tingkat 0,840 sedangkan rata-rata picky
kesulitan makan balita sebelum dan sesudah eatersesudah pemberian multivitamin adalah
dilakukan pemijatan, dimana nafsu makan 12,74 dengan standar deviasi 4,398 dan
balita sebanyak 15 responden (100%) standar eror mean sebesar 0,622.
sebelum dilakukan pemijatan mengalami Berdasarkan analisis statistik menggunakan
kesulitan makan. Setelah dilakukan uji t paired test diperoleh nilai P sebesar
pemijatan yang tidak sulit makan sebanyak 0,000 ≤ 0,05 artinya ada perbedaan picky
13 responden (86,7%) dan yang tetap sulit eater sebelum dan sesudah pemberian
makan sebanyak 2 responden (13,3%). Hal multivitamin pada Balita Usia 6-59 bulan di
ini menunjukkan ada pengaruh pijat Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga
terhadap peningkatan nafsu makan balita Pekanbaru.
usia 1 tahun.
Status gizi baduta dipengaruhi oleh
Menurut analisis peneliti, pijat Tuina beberapa faktor, salah satunya adalah
efektif dalam menurunkan picky eater pada pemberian vitamin. Multivitamin dapat
balita usia 6-59 bulan, hal ini dibuktikan melengkapi nutrisi baduta untuk memenuhi
oleh hasil analisis data yang menunjukkan Angka Kecukupan Gizi. Vitamin diperlukan
adanya perbedaan rata-rata picky eater pada jika tubuh tidak mendapatkan vitamin
balita. Sebelum dilakukan pijat Tuina 100% tersebut dari makanan yang dikonsumsi
responden mengalami picky eater namun seharihari. Sudah ada upaya dari Kemenkes
dengan kegiatan pijat Tuina yang disiplin untuk menanggulangi masalah gizi di
dilakukan oleh ibu maka nafsu makan balita Indonesia yaitu pemberian pendidikan
usia 6-59 bulan semakin baik. Penyebab tentang gizi baduta dan program pemberian
tersering pada kasus kesulitan makan pada makanan tambahan (PMT) pada baduta.
anak balita dikarenakan gangguan fungsi Selain itu juga terdapat program pemberian
limpa dan pencernaan. Sehingga makanan suplemen makanan, tetapi masih banyak
yang masuk kedalam perut tidak segera baduta mengalami berat badan tidak
dicerna, yang berakibat pada stagnasi meningkat(Kemenkes RI, 2016).
makanan dalam saluran cerna, keluhan yang
disampaikna orang tua pada masalah ini Penyebab baduta mengalami gizi
adalah anak sering muntah, mual jika kurang karena baduta mengalami tumbuh
68
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
ISSN: 2528-4002 (media online)
ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/KesehatanMasyarakat
kembang sangat cepat, selain itu, baduta eror mean sebesar 0,622. Berdasarkan
juga biasanya mengalami gangguan nafsu analisis statistik menggunakan uji t
majan serta mendapatkan asupan gizi yang independent test diperoleh nilai P sebesar
tidak sesuai dengan kebutuhannya, baik 0,840 > 0,05 artinya tidak ada perbedaan
secara kualitas maupun kuantitas. Baduta picky eater sesudah Pijat Tuina dan
yang mengalami gizi buruk biasanya juga pemberian multivitamin pada Balita Usia 6-
menderita kekurangan vitamin, salah 59 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
satunya vitamin A. Penelitian di Kenya Simpang Tiga Pekanbaru.
menunjukkan bahwa anak yang tidak
diberikan vitamin A memiliki risiko 75% Upaya untuk mengatasi kesulitan
mengalami underweight dibanding yang makan dapat dilakukan dengan cara
diberi vitamin A (Murage, 2015). farmakologi maupun non farmakologi.
Upaya dengan farmakologi antara lain
Hasil penelitian ini sejalan dengan dengan pemberian multivitamin, dan
penelitian Ardiani (2017) terdapat hubungan mikronutrien lainnya. Sedangkan non
antara pemberian vitamin dengan status gizi farmakologi antara lain melalui minuman
baduta (p=0,015) di Rejomulyo, Madiun. herbal atau jamu, pijat, akupresur, dan
Baduta yang tidak diberikan vitamin akupuntur(Wong, 2011).
memiliki risiko 5,1 kali menderita gizi
kurang dibanding baduta yang diberikan Pijat balita menyebabkan balita menjadi
vitamin (95%CI=1,40-18,23). lebih rileks dan dapat beristirahat dengan
efektif sehingga ketika bayi terbangun akan
Berdasarkan analisis peneliti membawa energi cukup untuk beraktivitas.
pemberian multivitamin telah terbukti dapat Dengan aktivitas yang optimal, balita
menurunkan picky eater karena mengandung menjadi cepat lapar sehingga nafsu
berbagai jenis suplemen makanan yang makannya meningkat peningkatan nafsu
dibutuhkan oleh balita. Pemberian makan ini juga ditambahkan dengan
multivitamin juga kerap dilakukan oleh ibu peningkatan aktivitas nervus vagus (system
jika anak mengalami picky eater. Hal ini syaraf otak yang bekerja untuk daerah leher
adalah upaya farmakologi yang jika ke bawah sampai dada dan rongga perut)
diterapkan dalam jangka waktu lama dapat dalam menggerakan sel peristaltik untuk
memberikan efek yang kurang baik bagi mendorong makanan ke saluran pencernaan.
anak. Dengan demikian, balita lebih cepat lapar
atau ingin makan karena pencernaannya
C. Perbedaan Rata-Rata Picky Eater semakin lancer(Utami, 2012).
Sesudah Pijat Tuina dan Pemberian
Multivitamin Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian Asih (2018) yang berjudul
Dari tabel di atas dapat diketahui pijat Tuina efektif dalam mengatasi
rata-rata picky eater sesudah pijat Tuina kesulitan makan pada anak balita. Rata-rata
adalah 12,92 dengan standar deviasi 4,467 selisih kesulitan makan sebelum dan sesudah
dan standar eror mean sebesar 0,632 pada anak yang dilakukan pijat Tuina adalah
sedangkan rata-rata picky eater sesudah 3.360 dengan standar deviasi 0,921
pemberian multivitamin adalah 12,74 sedangkan untuk anak balita yang diberi
dengan standar deviasi 4,398 dan standar multivitamin rata-rata adalah 2.260 dengan
69
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
ISSN: 2528-4002 (media online)
ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/KesehatanMasyarakat
70
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
ISSN: 2528-4002 (media online)
ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/KesehatanMasyarakat
71