Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH PIJAT TUINA UNTUK MENAMBAH NAFSU MAKAN

PADA BALITA DI RASHI EKA BABY SPA BEKASI TAHUN 2021

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar
Sarjana Kebidanan

Oleh :

ENENG RAHAYU KOMALA


030620116

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


Universitas Medika Suherman (UMS)
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun ( batita ) dan anak
prasekolah ( 3-5 tahun ). Saat usia battita, anak masih tergantung kepada orang
tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.
Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik, namun kemampuan
lain masih terbatas ( Sutomo, 2010 ).
Usia balita adalah masa-masa emas pertumbuhan seorang anak. Oleh karena
itu, kebutuhan nutrisinya benar benar harus terpenuhi dengan baik, gizi yang baik
merupakan salah satu unsur penting dalam mewujudkan manusia yang
berkualitas. Usia balita merupakan usia yang rawan, karena pertumbuhan pada
masa ini sangat menentukan perkembangan fisik dan mental selanjutnya. Oleh
karena itu, asupan makan yang bergizi sangat penting bagi pertumbuhan sel otak
dan fisiknya ( Annif Munjinah,2015 ).
Status gizi pada masa balita perlu mendapatkan perhatian yang serius dari
para orang tua, karena kekurangan gizi pada masa ini akan menyebabkan
kerusakan yang irreversibel (Tidak dapat dipulihkan). Ukuran tubuh yang pendek
merupakan salah satu indikator kekurangan gizi yang berkepanjangan pada
balita. Kekurangan gizi yang lebih fatal akan berdampak pada perkembangan
otak. Fase perkembangan otak pesat pada usia 30 minggu - 18 bulan. Status gizi
balita dapat diketahui dengan cara mencocokkan umur anak dengan berat badan
standar dengan menggunakan pedoman WHO-NCHS. (Atikah Proverawati, 2010
). Anak usia dibawah lima ( balita ) merupakan kelompok usia yang yang rentan
terhadap status gizi dan kesehatan, pada masa ini daya tahan tubuh anak masih
belum kuat sehingga mudah terkena penyakit infeksi.selain itu, anak juga sering
balum kuat, sehingga mudah terkena penyakit infeksi. Selain itu anak juga sering
tidak mempunyai nafsu makan yang baik
Menurut data World Health Organization (WHO) menentukan batas
besaran masalah stunting secara global sebesar 20%, hal tersebut menjadikan
hampir seluruh negara di dunia mengalami masalah kesehatan masyarakat berupa
stunting.. (Kemenkes. 2018)
Benua Asia memiliki prevalensi balita stunting sebesar 30,6 %. Prevalensi
balita stunting di Asia tenggara adalah 29,4 %, lebih tinggi dibandingkan dengan
Asia Timur (14,4 %) dan Asia Barat (20,9 %). Tingginya prevalensi stunting di
dunia menyebabkan stunting menjadi penyebab kematian pada anak sekitar 14-
17% (Prendergast et al, 2014). Indonesia dengan angka stunting 36,4% berada

2
diurutan ke 2 negara tertinggi di Asia Tenggara setelah Laos dengan persentase
stunting sebesar 43,8%. Di Indonesia dari 23 juta balita, sekitar 7,6 juta anak
balita tergolong gagal tumbuh atau stunting (35,6%) yang terdiri dari 18,5%
balita sangat pendek dan 17,1% balita pendek. Angka prevalensi ini diatas
ambang batas yang disepakati secara universal, batas non public health problem
yang ditolerir oleh badan kesehatan dunia (WHO) hanya 20% atau seperlima dari
jumlah total balita di suatu negara. Lebih dari sepertiga (36.1%) anak Indonesia
tergolong pendek ketika memasuki usia sekolah, Prevalensi anak pendek ini
semakin meningkat dengan bertambahnya usia, baik pada anak laki- laki maupun
perempuan ( Kemenkes,2020). Anak dengan stunting beresiko memiliki IQ 5-10
poin lebih rendah dibanding dengan anak yang normal (Yenni Puspita, 2015).
Jumlah balita di Provinsi Jawa Barat tahun 2020 sebanyak 2.294.230, yang
mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 1.907.700 (83,15%). Presentase
balita dengan gizi kurang provinsi Jawa Barat tahun 2020 sebesar 4,88%.
Sedangkan balita dengan gizi buruk tahun 2020 berjumlah 1,131 (0,06%)
menurun apabila dibanding tahun 2019 sejumlah 3,187 (0,10). Sementara
presentase balita gizi buruk tahun 2020 sebesar 100% menurut Dinas Kesehatan
(Dinkes, 2020).
Hasil penelitian Annif Munjidah (2015) yang berjudul efektifitas pijat Tui
Nadalam mengatasi kesulitan makan pada balita di rw 02 kelurahan Wonokromo
Surabaya bulan Agustus 2015 menyebutkan bahwa pijat Tui Naberpengaruh
positif terhadap kesulitan makan pada balita.
Upaya untuk mengatasi kesulitan makan dapat dilakukan dengan cara
farmakologi maupun non farmakologi. Upaya dengan farmakologi antara lain
dengan pemberian miltivitamin dan micronutrien lainnya. Sedangkan non
farmakologi antara lain melalui minuman herbal atau jamu, pijat, akupresur, dan
akupunktur (Wong, 2011). Saat ini kebanyakan orang tua mengatasi kesulitan
makan anak sebatas pemberian multivitamin tanpa memperhatikan penyebabnya.
Dewasa ini telah dipopulerkan kembali dari tehnik pijat bayi, yakni pijat Tui Na.
Hasil penelitian Berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon di dapatkan p-
Value 0,000. Dari nilai p-Value yaitu 0,000 (<0,005) menunjukkan ada pengaruh
pijat Tui Na terhadap peningkatan nafsu makan pada balita usia 1 s.d 5 tahun,
jika dilihat dari hasil penelitian tekhnik pijat ini adalat terapi non farmakologi
yang meningkatkan nafsu makan pada balita
Pijat ini dilakukan dengan tehnik pemijatan meluncur (Effleurageatau Tui),
memijat (Petrissageatau Nie), mengetuk (Tapotement atau Da), gesekan,
menarik, memutar, menggoyang, dan menggetarkan titik tertentu sehingga akan
mempengaruhi aliran energi tubuh dengan memegang dan menekan tubuh pada
bagian tubuh tertentu. Pijat Tui Naini merupakan tehnik pijat yang lebih spesifik

3
untuk mengatasi kesulitan makan pada balita dengan cara memperlancar
peredaran darah pada limpa dan pencernaan, melalui modifikasi dari akupunktur
tanpa jarum, teknik ini menggunakan penekanan pada titik meridian tubuh atau
garis aliran energi sehingga relatif lebih mudah dilakukan dibandingkan
akupuntur (Sukanta, 2010).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dimana di
Rasty Eka baby spa Dari 10 orang ibu yang memiliki anak balita diketahui bahwa
hanya terdapat 3 orang ibu yang mengatakan nafsu makan anaknya baik selain itu
7 orang ibu mengeluhkan anaknya susah makan, rewel dan makanannya tidak
dihabiskan, selain itu pada umumnya ibu belum melakukan pijat sebagai usaha
meningkatkan nafsu makan anaknya. Dari hasil wawancara 7 orang ibu yang
memiliki balita konsistensi kunjungan tidak sesering dengan 3 orang ibu yang
memiliki balita melakukan treatment Pijat Tui Na lebih sering hadir dalam
jangka waktu 1 bulan 2 kali kunjungan. Sehingga bisa terlihat dari seberaa sering
terapi pijat Tui Na ini dilakukan pada balita untuk meningkatkan nafsu makan,
Sedangkan yang 3 ibu yang mengatakan nafsu makan baik ibu mengatkan
anaknya sering dipijat tuina.
Jika dilihat dari latar belakang diatas peneliti tertarik mengambil judul
penelitian dengan Pengaruh pijat tuina untuk menambah nafsu makan pada balita
di Rashi Eka Baby SPA Bekasi Tahun 2021.

B. Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan masalah Rasty Eka baby spa Dari 10 orang ibu yang
memiliki anak balita diketahui bahwa hanya terdapat 3 orang ibu yang
mengatakan nafsu makan anaknya baik selain itu 7 orang ibu mengeluhkan
anaknya susah makan, rewel dan makanannya tidak dihabiskan, selain itu pada
umumnya ibu belum melakukan pijat sebagai usaha meningkatkan nafsu makan
anaknya. Dari hasil wawancara 7 orang ibu yang memiliki balita konsistensi
kunjungan tidak sesering dengan 3 orang ibu yang memiliki balita melakukan
treatment Pijat Tui Na lebih sering hadir dalam jangka waktu 1 bulan 2 kali
kunjungan. Sehingga bisa terlihat dari seberaa sering terapi pijat Tui Na ini
dilakukan pada balita untuk meningkatkan nafsu makan, Sedangkan yang 3 ibu
yang mengatakan nafsu makan baik ibu mengatkan anaknya sering dipijat tuina.
Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pijat tuina
untuk menambah nafsu makan pada balita pada balita di Rashi Eka Baby SPA
Bekasi Tahun 2021

4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh pijat tuina untuk menambah nafsu makan
pada balita di Rashi Eka Baby SPA Bekasi Tahun 2021
2. Tujujan Khusus
a. Ingin mengetahui distribusi frekuensi sebelum dilakukan pijat tuina
dalam menambah nafsu makan pada balita di Rashi Eka Baby SPA
Bekasi
b. Ingin mengetahui distribusi frekuensi sesudah dilakukan pijat tuina
dalam menambah nafsu makan pada balita di Rashi Eka Baby SPA
Bekasi
c. Ingin mengetahui pengaruh sebelum dan sesudah dilakukan pijat
Tuina dalam menambah nafsu makan pada balita di Rashu Eka Baby
SPA Bekasi
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk masukan dalam
rangka meningkatkan upaya nafsu makan pada balita melalui tekhnik pijat
Tuina khususnya di Rashu Eka Baby SPA Bekasi
2. Manfaat Praktis
1. Bagi Rashu Eka Baby SPA Bekasi
Sebagai bahan masukan memakai tekhnik pijat Tuina untuk
meningkatkan nafsu makan pada Balita
2. Bagi Petugas Kesehatan
Sebagai bahan masukan khususnya bagi tenaga kesehatan bidan
dalam menjalankan terapi non farmakologi dengan cara metoda pijat
Tuina
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan referensi
untuk melakukan penelitian dengan variabel yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai