Dosen Pembimbing
Ns. Sofia Rhosma Dewi., S. Kep., M. Kep
Oleh:
Diajeng Lenggah Panuntun., S. Kep
2101032010
Mengetahui,
(Ns. Sofia Rhosma Dewi., S. Kep., M. Kep) (Ns. Sofia Rhosma Dewi., S. Kep., M. Kep)
NPK. 19841224 1 1103586 NPK. 19841224 1 1103586
PENDAHULUAN
Kesehatan lansia tidak terlepas dari upaya pemenuhan nutrisi yang sehat. Semua pihak
telah sepakat bahwasanya nutrisi memegang peranan penting dalam hal pencegahan
dan penyembuhan suatu penyakit pada setiap manusia di semua kelompok umur. Di
satu sisi proses menua dapat berpengaruh terhadap pola kebiasaan makan sehat. Sejalan
dengan pertambahan usia, terjadi penurunan status fungsional pada lansia yang juga
berdampak pada intake kebutuhan makanan pada lansia, termasuk meningkatkan
resiko malnutrisi. Lansia selalu beresiko terhadap malnutrisi karena adanya proses
penurunan asupan makanan akibat perubahan fungsi usus, inefektifitas metabolisme,
kegagalan homeostasis dan defek nutrien[10]. Semakin tua usia seseorang maka resiko
seorang individu untuk mengalami malnutrisi akan semakin tinggi. Apabila hal ini
tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan defisiensi energi protein dan nutrisi
lainnya. Status gizi adalah suatu kondisi yang muncul sebagai respon atas konsumsi
makanan dan penggunaan zat gizi. Pertambahan usia seperti yang terjadi pada lansia
seharusnya tidak menjadi penghalang dalam upaya pemenuhan gizi yang cukup dan
berkualitas. Namun perubahan akibat proses menua baik secara biologis, psikologis
dan sosial akan berpengaruh terhadap penurunan intake makanan. Masalah gizi pada
lansia muncul sebagai salah satu akibat dari perilaku makan yang salah, yaitu
ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan.
Karakteristik pola makan ini yang terdiri dari pengetahuan tentang sikap dan praktik
terhadap makanan dan faktor gizi (Fitriana et al., 2015). Lansia yang tinggal sendiri
atau ditinggalkan oleh kerabat tanpa mendapatkan dukungan teman atau keluarga
mempengaruhi perubahan kondisi gizinya, oleh karena itu untuk memenuhi
kebutuhannya perlu adanya dukungan keluarga (Nurhayati et al., 2019). Keluarga
lansia mempengaruhi mutu hidup lansia dimulai dari perawatan dan pemeliharaan
kesehatan dan kesejahteraan lansia. Komposisi gizi makanan yang dikonsumsi lansia
mempengaruhi kesehatannya (Faizah & Muniroh, 2018).
METODE
Jenis penelitian ini bersifat Kuantitatif dengan menggunakan desain quasy
eksperimental, desain suatu kelompok tanpa kelompok kontrol dengan metode (one
group pretest and posttest design). Penelitian akan dilakukan di Penelitian dilakukan
Puskesmas Hamparan Perak Penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan April 2019
sampai dengan bulan Mei 2019. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang
akan di teliti, populasi dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu populasi target
(seluruh unit populasi) dan populasi survey (sub unit dari populasi target). Jadi populasi
penelitian ini berjumlah 65 orang. Sampel dalam penelitian adalah teknik total
sampling yaitu seluruh populasi dijadikan samel yaitu sebanyak 65 orang. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dalam bentuk kuisioner yang
dikembangkan berdasarkan kerangka penelitian yang telah disusun mengacu kepada
tinjauan pustaka. Lembar kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu data demografi dan
lembar format berupa pertanyaan.
RINGKASAN STUDI
Hasil telaah terhadap jurnal didapatkan jika intervensi pendidikan kesehatan tentang
pengetahuan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan tentang gizi lansia terhadap
berat Badan tingkat pengetahuan sebelumnya Kurang 44 orang (67.7 %) meningkat
setelah pendidikan kesehatan menjadi Baik 54 orang (83,1%). Untuk pengaruh
didapatkan p value sebesar 0.000 (α 0.05). Hasil tersebut diterima ada pengaruh
pengetahuan sebelum dan sesudah terhadap pengetahuan tentang gizi pada lansia di
Puskesmas Hamparan Perak. Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan tentang gizi
pada lansia mayoritas sebelum pendidikan kesehatan dalam kategori Kurang, setelah
diadakan pendidikan kesehatan pengetahuan lansia menjadi mayoritas kategori baik.
SARAN
Bagi Puskesmas dapat membuat program penyuluhan secara rutin di puskesmas
tentang gizi pada lansia. Membuat program penyuluhan tentang gizi pada lansia dan
melaksanakan kegiatan penyuluhan tentang gizi pada lansia sebagai kegiatan
pengabdian masyarakat. Sebagai bahan penelitian bagi perawat tentang gizi pada lansia
serta menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti tentang gizi pada lansia
Hasil
No Penulis, tahun Perlakuan Kontrol Sampel Metode Random
Yang Diukur Temuan
1 (Pakpahan & Pendidikan - 65 orang One Total Pengetahuan Pengetahuan
Pujiati, 2019) Kesehatan group sampling meningkat
tentang pretest setelah dilakukan
Gizi pada and Pendidikan
Lansia posttest kesehatan
design menggunakan
poster
2 (Dewi, CBT penyuluhan 70 orang One Purposive 1. Emotional CBT efektif
Komarudin, & (cognitive (35 group sampling eating dalam merubah
Fajriyah, 2020) behavioral perlakuan, pretest 2. External perilaku makan
theraphy) 35 kontrol) and eating lansia. CBT
posttest 3. Restrained membantu lansia
design eating mengintegrasikan
informasi baru
dalam perilaku
sehari hari
3 (Novianty, Penyuluhan - 20 orang One Total Pengetahuan Pengetahuan
Syarah, & group sampling meningkat
Angela, 2022) pretest setelah dilakukan
and Pendidikan
posttest kesehatan
design menggunakan
kuesioner
Jurnal Keperawatan Flora
Volume 12 No 1 Tahun 2019
Published by LPPM STIKes Flora
E-ISSN: 2089-4260
P-ISSN: 2828-3651
Homepages: https://jurnal.stikesflora-medan.ac.id/index.php/jkpf
ABSTRACT
Monitoring of nutritional status is related to regular body weight weighing at least once a week, be aware of
weight gain or weight loss of more than 0.5 kg/week. Weight gain of more than 0.5 Kg in 1 week is at risk of
being overweight and weight loss of more than 0.5 Kg / week indicates underweight. The general objective of
the study is to analyze the Effect of Health Education on Nutrition in the Elderly on Body Weight at the
Hamparan Perak Health Center in 2019 This type of research is quantitative using a quasi-experimental design,
the design of a group without a control group using the method (one group pre test and post test design). The
total sampling technique was 65 people. The results of the study obtained that knowledge before Health
Education Using Posters about nutrition at the Hamparan Perak Health Center was found to be less than 44
people (67.79%) and after Health Education Using Posters about nutrition at the Hamparan Perak Health Center
was found to be in the good category 54 people (83.1%). Health Using Posters about nutrition at the Hamparan
Perak Health Center found that there was an effect with p value 0.000 and t –test 20.121 and the Effect of Health
Education Using Posters about nutrition on body weight at Hamparan Perak Health Center found that there was
an effect with p value 0.000 and t –test 10.732. For the elderly, they can apply the information that has been
obtained in order to consume food according to nutritional standards. For the Puskesmas to carry out regular
outreach programs at the Puskesmas in the counseling program on nutrition for the elderly at the Puskesmas.
ABSTRAK
Pemantauan Status Nutrisi berhubungan dengan Penimbangan Berat Bada secara teratur minimal 1 minggu
sekali, waspadai peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0.5
Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat badan lebih dari 0.5 Kg
/minggu menunjukkan kekurangan berat badan Tujuan umum penelitian menganalisa Pengaruh Pendidikan
Kesehatan tentang Gizi Pada Lansia Terhadap Berat Badan di Puskesmas Hamparan Perak Tahun 2019 Jenis
penelitian ini bersifat Kuantitatif dengan menggunakan desain quasy eksperimental, desain suatu kelompok
tanpa kelompok kontrol dengan metode (one group pre test and post test design). Tehnik pengambilan sampel
secara total sebanyak 65 orang. Hasil penelitian didapat Gambaran pengetahuan sebelum Pendidikan Kesehatan
Menggunakan Poster tentang gizi di Puskesmas Hamparan Perak didapatkan Kurang 44 orang (67.79%) dan
sesudah Pendidikan Kesehatan Menggunakan Poster tentang gizi di Puskesmas Hamparan Perak didapatkan
naik menjadi kategori baik 54 orang (83.1%).Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Menggunakan
Poster tentang gizi di Puskesmas Hamparan Perak didapatkan ada pengaruh dengan p value 0.000 dan t –test
20.121 dan Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Menggunakan Poster tentang gizi terhadap berat
badan di Puskesmas Hamparan Perak didapatkan ada pengaruh dengan p value 0.000 dan t –test 10.732 Bagi
Lansia dapat menerapkan informasi yang telah di peroleh agar menkonsumsi makanan sesuai standar gizi. Bagi
Puskesmas melaksankan program penyuluhan secara rutin di Puskesmas dalam program penyuluhan tentang
gizi pada lansia di Puskesmas.
1
Jurnal Keperawatan Flora
Volume 12 No 1 Tahun 2019
Published by LPPM STIKes Flora
E-ISSN: 2089-4260
P-ISSN: 2828-3651
Homepages: https://jurnal.stikesflora-medan.ac.id/index.php/jkpf
2
Jurnal Keperawatan Flora
Volume 12 No 1 Tahun 2019
Published by LPPM STIKes Flora
E-ISSN: 2089-4260
P-ISSN: 2828-3651
Homepages: https://jurnal.stikesflora-medan.ac.id/index.php/jkpf
Proses menua dapat terlihat secara unit dari populasi target). Jadi populasi
fisik dengan perubahan yang terjadi pada penelitian ini berjumlah 65 orang.
tubuh dan berbagai organ serta penurunan Sampel dalam penelitian adalah teknik
fungsi tubuh serta organ tersebut. total sampling yaitu seluruh populasi
Perubahan secara biologis ini dapat dijadikan samel yaitu sebanyak 65 orang.
mempengaruhi status gizi pada masa tua Instrumen yang digunakan dalam
Data dari Puskesmas Hamparan Perak penelitian ini berupa tes dalam bentuk
didapatkan jumlah Lansia 65 orang. Hasil kuisioner yang dikembangkan berdasarkan
penimbangan berat badan didapatkan 5 kerangka penelitian yang telah disusun
orang kurus, 9 orang gemuk dan 14 orang mengacu kepada tinjauan pustaka. Lembar
normal. Untuk meningkatkan kesehatan kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu data
Lansia di Puskesmas ini perlu dilakukan demografi dan lembar format berupa
penyuluhan tentang gizi sehingga berat pertanyaan.
badan lansia tetap stabil dan kesehatan
tetap terjaga sehingga dapat meningkatkan HASIL PENELITIAN DAN
kesehatan . PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil wawancara pada Distribusi Frekuensi Berdasarkan
lansia 10 orang di Puskesmas Hamparan Umur, Agama, Pendidikan, Pekerjaan,
Perak didapatkan 5 orang lansia kurus Berat Badan Responden di Puskesmas
karena sulit makan disebabkan gigi sudah Hamparan Perak
tanggal (ompong), 4 orang gemuk No Karakteristik Jumlah (%)
mengatakan pada malam hari terbangun 1 Umur
lapar sehingga makan makanan agar 45 – 59 Tahun 10 15,4
kenyang dapat tidur kembali dan 1 orang 60 – 74 Tahun 38 58,5
berat badan normal menjaga makanan dan 75 – 90 Tahun 17 26,2
berolah raga jalan santai pada pagi hari. Total 65 100
Berdasarkan uraian di atas, penulis 2 Agama
tertarik melakukan penelitian tentang” 1. Islam 31 47,7
Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang 2. Kristen 34 52,3
Gizi Pada Lansia Terhadap Berat Badan di
Total 65 100
Puskesmas Hamparan Perak”
3 Pendidikan
METODE PENELITIAN 1. SD 32 49,2
Jenis penelitian ini bersifat Kuantitatif 2. SMP 28 43,1
dengan menggunakan desain quasy 3. SMA 5 7,7
eksperimental, desain suatu kelompok 4. Sarjana 0 0
tanpa kelompok kontrol dengan metode Total 65 100
(one group pre test and post test design). 4 Pekerjaan
Penelitian akan dilakukan di 1. IRT 8 12,3
Penelitian dilakukan Puskesmas Hamparan 2. Petani 48 73,8
Perak Penelitian ini dilaksanakan mulai 3. Wiraswasta 5 7,7
pada bulan April 2019 sampai dengan 4. Buruh 4 6,2
bulan Mei 2019. Populasi adalah Total 65 100
keseluruhan subjek penelitian yang akan di 5. Berat Badan
teliti, populasi dapat dibedakan menjadi 1. Tetap 52 80
dua kategori yaitu populasi target (seluruh 2. Turun 11 16,9
unit populasi) dan populasi survey (sub 3. Naik 2 3,1
Total 30 100
3
Jurnal Keperawatan Flora
Volume 12 No 1 Tahun 2019
Published by LPPM STIKes Flora
E-ISSN: 2089-4260
P-ISSN: 2828-3651
Homepages: https://jurnal.stikesflora-medan.ac.id/index.php/jkpf
Analisa Bivariat
Gizi Lansia Sesudah Pendidikan Kesehatan Di Puskesmas Hamparan Perak
No Tingkat Sebelum Setelah p-value
Pengetahuan Pendidikan Pendidikan
Kesehatan Kesehatan
n % n %
1 Baik 1 1.5 54 83.1 0.000
2 Cukup 20 30.8 10 15.4
3 Kurang 44 67.7 1 1.5
Total 65 100.0 100.0 65
orang (83,1%) . Untuk pengaruh
Berdasarkan tabeltentang pengetahuan didapatkan p value sebesar 0.000 (α 0.05).
sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan Hasil tersebut diterima ada pengaruh
tentang gizi lansia terhadap berat Badan pengetahuan sebelum dan sesudah
tingkat pengetahuan sebelumnya Kurang terhadap pengetahuan tentang gizi pada
44 orang (67.7 %) meningkat setelah lansia di Puskesmas Hamparan Perak
pendidikan kesehatan menjadi Baik 54
4
Jurnal Keperawatan Flora
Volume 12 No 1 Tahun 2019
Published by LPPM STIKes Flora
E-ISSN: 2089-4260
P-ISSN: 2828-3651
Homepages: https://jurnal.stikesflora-medan.ac.id/index.php/jkpf
5
Jurnal Keperawatan Flora
Volume 12 No 1 Tahun 2019
Published by LPPM STIKes Flora
E-ISSN: 2089-4260
P-ISSN: 2828-3651
Homepages: https://jurnal.stikesflora-medan.ac.id/index.php/jkpf
Berat Badan Lansia setelah dillakukan Hamparan Perak didapatkan naik menjadi
penyuluhan didapatkan penurunan berat kategori baik 54 orang (83,1%)
badan hal ini sesuai dengan hasil uji t Pengaruh Pendidikan Kesehatan
dimana ada pengaruh pengetahuan Menggunakan Menggunakan Poster
terhadap berat badan lansia tentang gizi di Puskesmas Hamparan Perak
Keadaan badan yang amat gemuk dan didapatkan ada pengaruh dengan p value
berat akibat timbunan lemak yang 0.000 dan t –test 20.121
berlebihan, dimana kelebihan lemak tubuh Pengaruh Pendidikan Kesehatan
melebihi dari 20% dari jumlah yang di Menggunakan Menggunakan Poster
anjurkan untuk tinggi dan usia seseorang. tentang gizi terhadap berat badan di
Pola konsumsi yang berlebihan terutama Puskesmas Hamparan Perak didapatkan
yang mengandung lemak, protein dan ada pengaruh dengan p value 0.000 dan t –
karbohidrat yang tidak sesuai dengan test 10.732.
kebutuhan tubuh. Pencetus berbagai seperti
Hipertensi, Penyakit jantung koroner, Saran
Strok, seta Diabetes Melitus. Bagi Puskesmas dapat membuat
Menurut asumsi peneliti penuaan program penyuluhan secara rutin di
dicirikan dengan kehilangan banyak sel puskesmas tentang gizi pada lansia.
tubuh dan penurunan metabolisme di sel Membuat program penyuluhan tentang gizi
lainnya. Proses ini menyebabkan pada lansia dan melaksanakan kegiatan
penurunan fungsi tubuh dan perubahan penyuluhan tentang gizi pada lansia
komposisi tubuh. Perubahan pada sistem sebagai kegiatan pengabdian masyarakat.
pencernaan yaitu: kehilangan gigi, Sebagai bahan penelitian bagi perawat
penyebab utama adanya periodontal tentang gizi pada lansia serta menambah
desease yang biasa terjadi setelah umur 30 pengetahuan dan pengalaman peneliti
tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan tentang gizi pada lansia
gigi yang buruk dan gizi yang buruk,
indera pengecap menurun akibat adanya DAFTAR PUSTAKA
iritasi yang kronis dari selaput lendir, Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian
atropi indera pengecap (±80%) akibat suatu pendekatan praktik. Edisi revisi
hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap 6. Cetakan ke-13. Jakarta: PT. Rineka
di lidah terutama rasa manis, asin, asam, Cipta.
pahit. Sekresi air ludah berkurang sampai Darmojo, B. (2009). Buku Ajar Geriatri:
kira-kira 75% sehingga mengakibatkan Ilmu Kesehatan Lanjut Usia, Edisi 3,
rongga mulut menjadi kering dan bisa Jakarta: Bala Penerbit FKUI.
menurunkan cita rasa. Departemen Kesehatan. (2006).
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit
SIMPULAN DAN SARAN Hipertensi.
Simpulan Departemen Kesehatan. (2007). Pedoman
Gambaran pengetahuan sebelum Pengobatan Dasar Di Puskesmas
Pendidikan Kesehatan Menggunakan 2007.
Poster tentang gizi di Puskesmas Fildzania, Y. 2011. Tekanan Darah Arteri
Hamparan Perak didapatkan Kurang 44 Rata-Rata. Available from
orang (67,79%) repository.usu.ac.id/bitstream/23287/c
Gambaran pengetahuan sesudah hapter52011.pdf. (cited 2013 Nov 30).
Pendidikan Kesehatan Menggunakan Hastono, S.P. (2007). Basic data analysis
Poster tentang gizi di Puskesmas for health research. Depok: FKM-UI.
Hidayat, A.A. (2007). Riset Keperawatan
6
Jurnal Keperawatan Flora
Volume 12 No 1 Tahun 2019
Published by LPPM STIKes Flora
E-ISSN: 2089-4260
P-ISSN: 2828-3651
Homepages: https://jurnal.stikesflora-medan.ac.id/index.php/jkpf
7
Jurnal
VOLUME 11 NOMOR 2 DESEMBER 2020
ILKES
Ketua Penyunting
Dr. Ns. Ratna Hidayati, M.Kep., Sp. Mat
(STIKES Karya Husada Kediri, SINTA ID : 6092090)
Dewan Penyunting :
1. Retno Ardanari A., S.Kep., Ns., M.Ked.Trop (SINTA ID : 6058020) STIKES Karya
Husada Kediri
2. Didit Damayanti, M.Kep (SINTA ID : 6110624) STIKES Karya Husada Kediri
3. Wahyu Wijayanti, SSiT., M.Keb (SINTA ID : 6112421) STIKES Karya Husada Kediri
4. Linda Andri Mustofa, SSiT., M.Keb STIKES Karya Husada Kediri
5. Fitri Yuniarti, SST., M.Kes (SINTA ID : 6109259) STIKES Karya Husada Kediri
6. Linda Ishariani, M.Kep (SINTA ID : 6111368) STIKES Karya Husada Kediri
IT Support :
1. Pria Wahyu R.G., S.Kep., Ns., M.Kep (STIKES Karya Husada Kediri)
Reviewer :
1. DR. Ns. Ratna Hidayati, M.Kep., Sp.Mat (SINTA ID : 6092090) STIKES Karya
Husada Kediri
2. Nian Afrian Nuari, M.Kep (Scopus ID : 57200987092, SINTA ID : 173184) STIKES
Karya Husada Kediri
3. Dhina Widayati, M.Kep (Scopus ID : 57203413583, SINTA ID : 6095606) STIKES
Karya Husada Kediri
4. Ita Eko Suparni, SSiT., M.Keb (SINTA ID : 6111368) STIKES Karya Husada Kediri
5. Linda Ishariani, M.Kep (SINTA ID : 6111368) STIKES Karya Husada Kediri
6. Melani Kartikasari, M.Kep (SINTA ID : 6098884) STIKES Karya Husada Kediri
7. Neny Triana, M.Pd., M.Kep (SINTA ID : 5998035) STIKES Karya Husada Kediri
8. Nurul Laili, M.Kep (SINTA ID : 6107741) STIKES Karya Husada Kediri
9. Dwi Ertiana, S.Keb., MPH (SINTA ID : 6125894) STIKES Karya Husada Kediri
10. Mirthasari Palupi, SST., M.Kes (SINTA ID : 6060396) Akademi Gizi Karya Husada
Kediri
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan Rahmat-Nya
kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan “Jurnal Ilmu Kesehatan STIKES
Karya Husada Kediri” Volume 11 Nomor 2 Desember 2020.
Penerbitan jurnal ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan dan mewujudkan Tri
Dharma Perguruan Tinggi, sebagai salah satu sarana penyampaian informasi di
bidang kesehatan yang diakses oleh segenap lapisan masyarakat sebagai amanat
mewujudkan cita-cita bangsa mencerdaskan kehidupan bangsa adalah tanggung
jawab keluarga, masyarakat, dan pemerintah, sedangkan STIKES Karya Husada
Kediri yang merupakan bagian dari komunitas terpanggil untuk ikut serta menangani
dan merampungkan amanat ini, bersama keluarga dan pemerintah.
Di dalam penyelesaian Jurnal Ilmu Kesehatan ini, bimbingan serta dukungan dari
banyak pihak telah sangat membantu, untuk itu kami ucapkan rasa hormat dan
terima kasih pada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril, spiritual,
dan materiil dalam membantu penyelesaian Jurnal Ilmu Kesehatan STIKES Karya
Husada Kediri.
Kami menyadari bahwa dalam Jurnla Ilmu Kesehatan ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Semoga jurnal ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tim Redaksi
Jurnal
VOLUME 11 NOMOR 2 DESEMBER 2020
ILKES
Daftar Isi
Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Ni Kadek Yuni Lestari1*, I Gusti Ayu Putu Satya Laksmi2..............................................266-274
Faktor Maternal Yang Berhubungan Dengan Bayi Berat Lahir Rendah di RS Amelia
Pare Kediri Tahun 2018
Endah Luqmanasari1, Muliana2.....................................................................................306-315
Pengaruh Penambahan Kitosan Dan Kuersetin Terhadap Kadar Free Fatty Acid (FFA)
Soto Daging
Frenky Arif Budiman1*, Tutut Pujianto2......................................................................... 331-337
Abstrak
Proses menua dapat berpengaruh terhadap pola kebiasaan makan sehat. Cognitive behavioral therapy (CBT)
diketahui sebagai terapi psikologis yang terbukti efektif untuk mengatasi permasalah seperti depresi, ganggauan
ansietas, penyalahgunaan makan, dan beberapa gangguan psikologis lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui keefektifan CBT dalam memperbaiki perilaku makan lansia. Penelitian ini merupakan penelitian quasi
eksperimental dengan pendekatan pre and post test design. Kelompok perlakuan akan diberikan terapi berupa
CBT sebanyak 5 sesi sedangkan kelompok kontrol diberikan penyuluhan. Populasi dalam penelitian ini adalah
1402 dengan populasi target sebesar 70 lansia yang terbagi menjadi 2 kelompok. Pengukuran perilaku makan
dilakukan dengan kuisioner Dutch Eating Behavior Questionaire. Analisis keefektifan CBT menggunakan uji Mann
Whitney dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan rerata skor perilaku
makan. Pada kelompok kontrol rerata skor emotional eating berubah dari 44,3143 menjadi 45,200; skor external
eating 29,3714 menjadi 32,400; skor restrained eating berubah dari 36,8857 menjadi 30,1429. Pada kelompok
perlakuan skor emotional eating sebelum tindakan adalah 44,8286 menjadi 40,2571; rerata skor external eating
berubah dari 32,4857 menjadi 30, 1429; dan skor restrained eating berubah dari 26,7143 menjadi 23,9143. Hasil
uji Mann Whitney menunjukkan p value 0,000 untuk emotional eating, p value 0,000 untuk external eating, dan p
value 0,000 untuk restrained eating. Sehingga dapat disimpulkan CBT efektif dalam merubah perilaku makan
lansia. CBT membantu lansia mengintegrasikan informasi baru dalam perilaku sehari hari.
Abstract
Aging proccess affecting healthy eating habits. Cognitive Behavioral Therapy (CBT) is known as a psychological
therapy that has proven effective in overcoming problems such as eating abuse, and other psychological disorders.
The purpose of this study was to determine the effectiveness of CBT in improving elderly’s eating behavior. This is
a quasy experimental study with a pre and post test design approach. The treatment group will be given CBT in 5
session while the control group will be given health education. The population was 1402 elderly with a target
population of 70 elderly divided into 2 groups. The Dutch Eating Behavior was used as the questionnaire. To
analyze the effectiveness of CBT, Mann Whitney test was used with a significance level of 0,05. The results shows
there were changes in score of eating behavior in both groups. The control group show the changes in eating
behavior parameter. The score for the pre test were 44.3143 for emotional eating, 29.3714 for external eating and
36.8857 while the post test score were shifted to 45,200; 32.400 and 30.1429. While the treatment group show
declining score for each parameters. Emotional eating score was 44.8286 changed to 40.2571; the external eating
changed from 32.4857 to 30.1429 and restrained eating change from 26.7143 to 23.9143. Statisticalanalysis using
Mann Whitney test shows p value of 0.00 for emational eating; external eating and for restrained behavior. It can
concluded that CBT is effective in improving elderly’s eating behavior. CBT helps the elderly integrated new
information into daily behavior.
____________________________________
Alamat KorespondensiPenulis:
Sofia Rhosma Dewi
Email : sofiarhosma84@gmail.com
Alamat : Universitas Muhammadiyah Jember
Jl. Karimata 49 Jember
kesehatan fisiknya. Oleh karenanya lansia banyak juga berpengaruh terhadap prevalensi
perlu memiliki bekal pengetahuan, sikap, dan penyakit degeneratif pada lansia. salah satu
tindakan dalam mengkonsumsi makanan. faktor eksternal tersebut adalah perilaku
Perilaku makan akan berpengaruh terhadap makan.
zat gizi dan nutrisi yang masuk ke dalam Terapi perilaku kognitif atau cognitive
tubuh untuk proses peningkatan kualitas behavioral therapy (CBT) merupakan salah
hidup yang akan berpengaruh terhadap satu bentuk terapi psikologis yang terbukti
kondisi status gizi serta proses penuaan yang efektif untuk mengatasi permasalah seperti
sehat. depresi, ganggauan ansietas,
Dalam penelitian ini perilaku makan penyalahgunaan makan, dan beberapa
diukur dalam 3 parameter yang meliputi (1) gangguan psikologis lainnya. Berbagai
emotional eating , (2) external eating dan (3) penelitian telah membuktikan bahwa CBT
restrained eating. Emotional eating adalah mampu meningkatkan kualitas hidup secara
suatu kondisi dimana terjadi kondisi makan signifikan. Salah satunya adalah penelitian
berlebih akibat perasaan takut, cemas dan yang dilakukan oleh Putri yang menyebutkan
tidak tenang. Ansietas yang tinggi membuat bahwa CBT efektif memperbaiki perilaku
individu makan lebih intens dan banyak. makan pada wanita [8]). Hal yang sama juga
Emotional eating juga dapat disebabkan oleh diungkap oleh Grave et al yang juga
rutinitas yang menimbulkan rasa bosan pada menyatakan CBT adalah salah satu terapi
individu. External eating merupakan yang dapat digunakan untuk menangani
rangsangan yang terkait dengan makanan anorexia dan bulimia [5]). Pendekatan dengan
seperti penglihatan, penciuman dan indera menggunakan CBT membantu klien untuk
perasa yang memberikan pemicu rasa ingin menjadi terapis bagi dirinya sendiri.
tahu yang lebih kuat daripada keadaan Selanjutnya klien akan dibantu untuk
internal (rasa lapar). Individu dengan mengembangkan koping, merubah pola pikir,
sensitivitas yang tinggi akan mengkonsumsi emosi dan perilaku klien. Lartner dan Wilson
makanan dengan lebih intens dan banyak. telah membuktikan melalui penelitiannya
Sedangkan restrained eating merupakan bahwa CBT terbukti efektif untuk digunakan
upaya pembatasan makanansecara sadar sebagai bentuk intervensi dalam mengatasi
untuk menurunkan atau mempertahankan bulimia pada wanita [6]. Belum ada penelitian
berat badan. yang secara khusus menarik kesimpulan
Lansia merupakan salah satu kelompok bahwa CBT menjadi salah satu terapi untuk
yang rentan dalam komunitas. Oleh mengatasi gangguan makan pada lansia.
karenanya kesehatan lansia perlu mendapat CBT terbukti menjadi salah satu terapi yang
perhatian khusus. Penyakit degeneratif yang menjanjikan untuk mengatasi depresi dan
selama ini banyak diderita oleh lansia tidak ansietas yang dialami oleh lansia [10]). Gejala
sepenuhnya benar – benar dipengaruhi oleh depresi dan ansietas ini banyak ditemukan
proses menua. Faktor eksternal sedikit pada lansia dengan gangguan makan [11].
Berangkat dari hal ini peneliti tertarik untuk menggunakan purposive sampling dengan
melakukan pemberian terapi CBT untuk kriteria inklusi meliputi: (a) usia lebih dari 60
memperbaiki perilaku makan pada lansia. tahun, (b) aktif datang ke posyandu lansia
Dalam penelitian ini peneliti akan dibuktikan dengan bukti kehadiran psoyandu
menggunakan CBT sebagai upaya untuk lansia 6 bulan terakhir, (c) fungsi kognitif utuh
memperbaiki perilaku makan lansia sehingga atau mengalami gangguan ringan, dan (d)
lansia dapat memperbaiki asupan dapat berkomunikasi dengan baik.
makanannya dan diharapkan prevalensi Sedangkan kriteria ekslusi adalah lansia tidak
penyakit degeneratif lansia akan menurun dan mengikuti sesi penelitian secara lengkap.
kualitas hidup lansia akan meningkat. Perilaku makan yang diukur meliputi
Tujuan penelitian ini adalah untuk emotional eating, external eating dan
membuktikan keefektifan CBT dalam restrained eating. Perilaku makan sebelum
memperbaiki perilaku makan lanisa. dan setelah perlakuan dikaji dengan
menggunakan kuisioner Dutch Eating
Behavior Questionnaire.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi HASIL DAN PEMBAHASAN
eksperimental dengan pendekatan pre and Pengambilan data dilakukan pada Bulan
post test design. Lansia dibagimenjadi dua Februari - Maret 2020 dengan melibatkan 70
kelompok, kelompok perlakuan dan kelompok reponden yang terbagi menjadi dua
kontrol. Kelompok perlakuan yang diberi kelompok. Kelompok perlakuan terdiri dari 35
tindakan berupa Cognitive Behavior Therapy responden di Posyandu Lansia Desa Karang
(CBT) sebanyak 5 sesi. CBT dilakukan Pring Kecamatan Sukorambi sedang
dengan mengunjungi rumah responden kelompok kontrol berjumlah 35 responden di
sebanyak 2 kali seminggu selama 30 menit Posyandu Lansia Kelurahan Jember Lor
untuk setiap pertemuan. Sedangkan diberikan Kecamatan Patrang.
memiliki pasangan dan tinggal bersama setiap komponen perilaku makan pada kedua
pasangannya, lulusan SMP, beragama Islam, kelompok. Pada kelompok kontrol rerata
memiliki riwayat hipertensi dan IMT berada emotional eating sebelum perlakuan adalah
perlakuan tergambar pada tabel 2. Terlihat eating kelompok kontrol sebelum perlakuan
tahun, perempuan, bekerja sebagai petani, meningkat menjadi 32,4000. Rerata skor
bercerai mati dari pasangannya, tinggal restrained eating sebelum perlakuan adalah
bersama pasangannya, lulusan SD, memiliki 36,8857 dan menurun setelah perlakuan
Tabel 3. Rerata Skor Perilaku Makan Sebelum dan Setelah Treatment pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Parameter Pengukuran Min Max Mean Sdt. Deviasi
Emotional pre 20 60 44,3143 ±10,62398
eating post 21 60 45,2000 ±10,06391
Kontrol External pre 14 35 29,3714 ±5,87660
eating post 22 35 32,4000 ± 2,91245
Restrained pre 20 35 36,8857 ±5,30134
eating post 20 35 30,1429 ±3,83592
Emotional pre 12 60 44,8286 ±12,64326
eating post 12 60 40,2571 ±11,51302
External pre 20 35 32,4857 ±3,70510
Perlakuan eating
post 20 35 30,1429 ± 3,00140
Restrained pre 21 35 26,7143 ±3,33935
eating post 18 30 23,9143 ±2,73723
Sumber : Data Primer Penelitian, 2020
Pada penelitian ini responden pada masyarakat lebih mudah menerima dan lebih
kelompok kontrol mendapat perlakuan berupa mudah mengaplikasikan dalam kehidupan
pendidikan kesehatan tentang nutrisi lansia. sehari hari. Hal ini sejalan dengan penelitian
Responden diberikan penyuluhan tentang yang menyebutkan bahwa lansia dengan
kebutuhan nutrisi lansia, cara menjaga income dan tingkat pendidikan yang lebih
kesehatan lansia dan bagaimana memilih tinggi cenderung memilih makanan dengan
makanan yang tepat bagi tubuh saat lansia pertimbangan kesehatan[14].
mengalami penyakit degeneratif. Pendidikan Kelompok perlakuan mendapatkan
kesehatan diberikan melalui penyuluhan dan treatment berupa CBT sebanyak 5 kali terapi.
booklet. Pendidikan kesehatan dapat CBT merupakan terapi yang didasarkan pada
meningkatkan pengetahuan pendudukan di model hubungan antara kognisi, emosi dan
daerah urban tentang nutrisi yang baik secara perilaku. Mood dan perilaku dipandang
signifikan [9]. Peningkatan pengetahuan akan sebagai determinan persepsi dan interpretasi
diadopsi ke dalam perilaku sehari hari seseorang yang dimanifestasikan dalam
sehingga diharapkan mampu merubah bentuk pikiran. Proses terapeutik yang terjadi
perilaku makan yang kurang baik menjadi adalah terapis membantu responden
perilaku makan yang lebih baik. Hal ini sejalan mengenali pikiran sadar dan bawah sadarnya
dengan penelitian yang menyebutkan bahwa saat mengalami kondisi distress dan
domain penting terbentuknya perilaku adalah diharapkan responden mampu
pengetahuan [1]. mengidentifikasi dan memodifikasi pikiran
Tabel 3 menunjukkan adanya perubahan negatifyang muncul. Sedangkan teknik
rerata perilaku makan responden pada behavioral digunakan untuk mengubah
kelompok kontrol. Latar belakang tingkat perilaku, mengatur emosi dan membantu
pendidikan dan status sosial ekonomi restrukturisasi kognitif responden [3].
menyebabkan resistensi yang rendah Terapi yang diberikan pada kelompok
terhadap adanya informasi baru sehingga perlakuan terdiri dari 5 sesi. Jumlah sesi
ditentukan berdasarkan tujuan yang ingin alasan mengapa harus makan. Teknik ini
dicapai oleh peneliti dalam upaya merubah bertujuan menekan external eating, dimana
perilaku makan responden. Tujuan yang ingin responden diajarkan untuk tidak
dicapai peneliti adalah (1) menertibkan waktu mengkonsumsi makanan hanya karena
makan responden, (2) mengidentifikasi makanan terlihat menarik. Responden
kebiasaan makan yang baik, (3) menentukan mengungkapkan bahwa lapar menjadi alasan
alasan utama mengapa harus makan, (4) utama mereka. Namun beberapa juga
mengidentifikasi makanan sehat dan (5) menyatakan makan karena tampilan dari
memahami isi dari makanan yang dikonsumsi. makanan atau tertarik untuk makan setelah
Sesi pertama terapi adalah makan tepat melihat orang lain makan dengan lahap. Pada
waktu yang bertujuan menertibkan waktu sesi ini responden diberi pemahaman bahwa
makan responden. Tujuan dari terapi pada alasan makan selain lapar adalah untuk
sesi pertama ini adalah membiasakan memenuhi kebutuhan energi tubuh yang
responden untuk makan tepat waktu dan dibutuhkan untuk proses metabolisme.
menurunkan gangguan seperti gastritis yang Pada sesi keempat responden diajarkan
bisa saja muncul saat lansia tidak makan tepat untuk memilah mana makanan yang sehat
waktu. Selain itu juga untuk menurunkan dan tidak. Sesi ini bertujuan memahamkan
kejadian peningkatan berat badan akibat lansia terkait makanan yang baik tubuh.
metabolisme lansia yang melambat dan Mayoritas jawaban responden menyebutkan
penurunan aktifitas fisik dengan makan di bahwa makanan yang terbaik bagi tubuh
waktu yang tepat. Pada sesi pertama adalah sayur. Dalam hal ini terapis pun
responden mampu mengidentifikasi kapan menjelaskan bahwa sayur adalah makanan
waktu makan yang tepat dan tidak tepat. Sesi yang baik bagi tubuh selama makanan
kedua adalah mengajarkan responden dimasak dengan benar. Dalam artian sayuran
tentang teknik “jangan makan jika”. Melalui yang dimasak terlalu lama atau sayur
teknik ini responden diajarkan untuk memiliki “blendrang” (sayur yang telah dihangatkan
kebiasaan makan yang lebih baik. Responden berkali – kali) adalah makanan yang tidak
diminta mengidentifikasi kebiasaan makan sehat meski berbahan dasar sayur karena
yang sering dilakukan saat makan. Beberapa pemanasan berulang dapt menurunkan
hal yang dilakukan responden adalah kandungan gizi dan vitamin dalam santan.
mengobrol saat makan, memakan, tidak Selain itu pemanasan berulang pada santan
mencuci tangan dengan benar dan ada pula dapat menyebabkan perubahan komposisi
yang merokok. Selanjutnya responden diberi lemak dimana akan terjadi penumpukan LDL
pemahaman bahwa kebiasaan tersebut (Low Density Lipoprotein) yang akan
tidaklah baik dan harus diperbaiki dan menyumbat dan menurunkan elastisitas
responden nampak melakukan apa yang telah pembuluh darah [5].
diajarkan terapis. Dan pada sesi terakhir responden
Sesi ketiga responden diajarkan tentang diajarkan tentang memahami isi dari makanan
yang dikonsumsi. Responden diajarkan untuk Dari pemaparan setiap sesi yang
memahami bahwa makan yang baik bukan dilakukan saat CBT menunjukkan bahwa
mengkonsumsi makanan dalam jumlah besar, selain diberikan pemahaman untuk
namun lebih memperhatikan kalori dan isinya. meningkatkan kognitif, responden memiliki
Terapis mengajarkan pada reponden untuk waktu berjumpa dengan terapis lebih banyak
mengaplikasikan prinsip “piring makanku” dibandingkan pada kelompok kontrol.
untuk menjamin masukan kalori dari makanan Sehingga memungkinkan terapis untuk
tidak berlebih dan sesuai kebutuhan lansia. mengajarkan implementasi dari aspek kognitif
Hal ini mencegah responden makan berlebih. ke perilaku.
Tabel 5. Uji Mann-Whitney Perilaku Makan Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan
Parameter Kelompok Mean Std. Deviasi p value
Emotional Eating Kontrol 0,8857 ± 4,35060
p value 0,000
Perlakuan 3,0286 ± 6,63983
External Eating Kontrol 3,2571 ±4,76101
p value 0,000
Perlakuan -4,5714 ±3,30139
Restrained Kontrol -2,3429 ±1,81404
p value 0,000
Eating
Sumber : Data Primer Penelitian, 2020
on Food Habits of the Elderly. 92(Icessms Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo.
2016), 214–219. UNY Journal, 1, 13–20.
https://doi.org/10.2991/icessms-16.2017.44 https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.0
[9] Palazzolo, J. 2015. Cognitive-Behavioral 04
Therapy for Depression and Anxiety in the [13]Rohmawati, N. 2013. Anxiety, Asupan Makan,
Elderly. Annals of Depression and Anxiety, 2(6). Dan Status Gizi Pada Lansia Di Kabupaten
[10] Putri, SP. 2015. Pengaruh pelatihan kognitif Jember. Skripsi Universitas Jember, 1–21.
perilakuan dan pola makan rasulullah dalam [14]Shahrin, F. I. M., Omar, N., Daud, Z. A. M., &
meningkatkan pengendalian perilaku makan Zakaria, N. F. 2019. Factors associated with
pada wanita obesitas. Universitas food choices among elderly: A scoping review.
MUhammadiyah Surakarta. Malaysian Journal of Nutrition, 25(2), 185–198.
[11] Podfigurna-Stopa, A., Czyzyk, A., Katulski, K., https://doi.org/10.31246/mjn-2018-0133
Smolarczyk, R., Grymowicz, M., MacIejewska- [15]Yuniarti, A., Said, S., & Saleh, A. 2013.
Jeske, M., & Meczekalski, B. 2015. Eating Nutritional status related to quality of life of
disorders in older women. Maturitas, 82(2), elderly people in Rappokalling Makassar.
146–152. Universitas Hasanuddin, 4.
https://doi.org/10.1016/j.maturitas.2015.06.036 http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/1
[12]Qurniawati, D. 2018. Hubungan Perilaku 23456789/6590/Quality of life.pdf?sequence=1
Makan Dan Status Gizi Pada Lansia Di
kiki.novianty82@gmail.com
Abstrak
PENDAHULUAN
Kemajuan suatu bangsa acapkali dicermati berdasarkan harapan hidup penduduknya.
Taraf pembangunan, tertama dibidang kesehatan secara langsung telah mengurangi
morbiditas dan mortalitas penduduk dan meningkatkan harapan hidup (Nurhidayati et al.,
2021). Naiknya mutu kehidupan mengakibatkan perubahan kondisi penduduk dan menambah
jumlah penduduk yang berusia lanjut (Sjahriani & Yulianti, 2018). Lanjut usia merupakan
seorang yang sudah mencapai usia 60 tahun(Wijaya, 2012). Dimana lansia adalah tahapan
lanjut proses kehidupan menggunakan adanya penurunan kemampuan fisik & kognitif (Nina,
| 75
JURNAL PEMBERDAYAAN DAN PENDIDIKAN Ciptaan disebarluaskan di bawah
KESEHATAN Lisensi Creative Commons
VOL. 1 NO. 2, JUNI 2022 Atribusi-NonKomersial-
DOI: 10.34305/JPPK.V1I02.424 BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
2015). Jumlah lansia semakin meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2015, proporsi lansia
dunia mencapai 12,3%, di Asia 11,6% dan di Indonesia 8,1%. Departemen Sosial, di
Indonesia pada tahun 2020 jumlah lansia yang tercatat adalah 16.522.311 dan 3.092.910 atau
sekitar 20 lansia terlantar (Nurhidayati et al., 2021).
Banyaknya lansia terlantar dan peningkatan pesat jumlah lansia, ini akan menjadi
masalah jika tidak dipersiapkan dari sekarang (Nurdianto et al., 2021). Setiap orang akan
melalui proses penuaan dan usia tua merupakan masa akhir kehidupan manusia. Pada titik
ini, seseorang mengalami gangguan fisik, mental, dan sosial hingga tidak mampu
menjalankan tugas sehari-hari dan bagi kebanyakan orang usia tua tidak lagi menyenangkan
(Nursilmi et al., 2017). Karakteristik lansia adalah orang yang berusia 60 tahun ke atas, yang
karakteristik fisiknya tidak sinkron dengan kelompok usia lainnya (Faizah & Muniroh, 2018).
Kementerian Kesehatan RI, menerangkan laju pertumbuhan lansia di dunia
dibandingkan dengan kelompok usia lainnya cukup cepat, khususnya dari tahun 2013
menjadi 13. Di Indonesia pada tahun 2013, jumlah lansia mencapai 22.250 juta jiwa atau
8,9% (Akbar & Eatall, 2020). Tahap akhir dari kehidupan manusia adalah fase lansia, pasti
setiap orang lanjut usia akan melalui tahap ini. Seiring bertambahnya usia, semua fungsi
organ sudah mencapai puncaknya, sehingga yang terjadi selanjutnya adalah malfungsi dari
organ (Anggreini, 2018). Sama halnya dengan negara lain, Indonesia juga mengalami
peningkatan angka harapan hidup. Sejak tahun 200 -2015, angka harapan hidup penduduk
Indonesia telah meningkat dari 68,6 tahun pada tahun 2030-2035 menjadi 70,8 tahun, dan
diperkirakan akan membawa Indonesia pada tahun 2020 ke dalam periode menua, dimana
penduduk berusia 60 tahun ke atas berjumlah 2 sampai 10 persen (Hatta et al., 2018).
Mutu hidup lansia dapat ditingkatkan dari beberapa program yang ada seperti
posyandu lansia, puskesmas keliling, kebugaran lansia, penyuluhan dan perlunya penyediaan
asuransi kesehatan, kesehatan lansia (Faizah & Muniroh, 2018). Dengan terlaksananya semua
bagian tersebut maka mutu hidup lansia yang baik dapat tercapai. Masalah terbesar yang
kerap dialami oleh lansia adalah gangguan degeneratif disebabkan oleh obesitas (Chirsty,
2020). Obesitas adalah kasus kesehatan global dan terus menanjak naik dan mempengaruhi
status kesehatan di berbagai negara. Obesitas secara umum sangat terkait dengan pola makan
yang buruk dan kecenderungan kelebihan energi. Obesitas dapat diartikan sebagai keadaan
| 76
JURNAL PEMBERDAYAAN DAN PENDIDIKAN Ciptaan disebarluaskan di bawah
KESEHATAN Lisensi Creative Commons
VOL. 1 NO. 2, JUNI 2022 Atribusi-NonKomersial-
DOI: 10.34305/JPPK.V1I02.424 BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
patologis berupa penimbunan lemak tubuh, yang secara klinis bermanifestasi sebagai indeks
massa tubuh (IMT) sebesar 27 kg/m2 (Nurdianto et al., 2021).
Karakteristik pola makan ini yang terdiri dari pengetahuan tentang sikap dan praktik
terhadap makanan dan faktor gizi (Fitriana et al., 2015). Lansia yang tinggal sendiri atau
ditinggalkan oleh kerabat tanpa mendapatkan dukungan teman atau keluarga mempengaruhi
perubahan kondisi gizinya, oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhannya perlu adanya
dukungan keluarga (Nurhayati et al., 2019). Keluarga lansia mempengaruhi mutu hidup
lansia dimulai dari perawatan dan pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan lansia..
Komposisi gizi makanan yang dikonsumsi lansia mempengaruhi kesehatannya (Faizah &
Muniroh, 2018).
Kondisi gizi lansia yang tinggal bersama keluarganya biasanya lebih baik (Riyadi et
al., 2007). Satu dari faktor yang mempengaruhi adalah faktor psikologis yaitu motivasi diri,
afeksi dan emosi serta dukungan (Nina, 2015). Untuk orang dewasa yang lebih tua,
pemenuhan kebutuhan nutrisi yang tepat dapat membantu dalam kondisi adaptasi dan
penyesuaian diri dengan perubahan yang mereka alami selain menjaga kelangsungan proses,
pembaruan sel, sel-sel dalam tubuh untuk memperpanjang hidup (Riyadi et al., 2007).
Penyakit terjadi karena faktor luar yaitu, salah satunya perilaku makan lansia. Di Kav. Hj.
Edi Rt 02 Rw 02 Desa Semplak, Kecamatan Bogor Barat mencapai 20 orang yang terdata.
Masalah Kesehatan lansia di Kav. Hj. Edi Rt 02 Rw 02 Desa Semplak, Kecamatan
Bogor Barat yakni masalah gizi atau status gizi. Kurang gizi adalah permasalahan yang
sering dihadapi oleh lansia. Status gizi berkaitan erat dengan kesehatan dan pola makan.
Dimana kesehatan dan gizi adalah hak asasi manusia serta merupakan penentu besar kualitas
sumber daya manusia, khususnya lanjut usia (Astiti, 2019).
IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan paparan analisis situasi dapat diidentifikasi masalah yang dihadapi lansia
adalah ketidaktahuan mereka didalam mengkonsumsi makanan yang bergizi dan baik bagi
kesehatan mereka. Status gizi yang baik ditentukan dari pengetahuan mengkonsumsi nutrisi
yang bagik guna meningkatkan mutu hidup lansia. Ketidaktahuan ini tentunya ditentukan
dari berbagai faktor pendukung yang mempengaruhinya antara lain dari jumlahnya informasi
| 77
JURNAL PEMBERDAYAAN DAN PENDIDIKAN Ciptaan disebarluaskan di bawah
KESEHATAN Lisensi Creative Commons
VOL. 1 NO. 2, JUNI 2022 Atribusi-NonKomersial-
DOI: 10.34305/JPPK.V1I02.424 BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
yang didapat serta dukungan dari lingkungan sekitar lansia yang mendukung kehidupan
lansia itu sendiri. Berdasarkan pada penjelasan diatas maka diketahui jumlah Lansia yang ada
di Kav. Hj. Edi Rt 02 Rw 02 Desa Semplak, Kecamatan Bogor Barat sebanyak 20 Lansia,
dimana dari kesemua Lansia yang ada belum memiliki pengetahuan yang baik mengenai Gizi
yang baik khususnya bagi usia mereka. Kebutuhan akan pentingnya Gizi ini juga perlu
adanya dukungan dari berbagai faktor terutama dukungan keluarga, serta perlunya
pendidikan kesehatan yang diperoleh guna meningkatkan pengetahuan gizi bagi Lansia di
Kav. Hj. Edi Rt 02 Rw 02 Desa Semplak, Kecamatan Bogor Barat.
METODE
Metode pelaksanan yang dilaksakan guna meningkatkan pengetahuan lansia
mengenai status gizi mereka adalah dengan dilaksakanannya pendidikan masyarakat dengan
diadakannya penyuluhan kepada lansia mengenai gizi pada lansia guna meningktakan
pengetahuan mengenai jenis-jenis makanan yang bergizi dan baik untuk lansia, serta
pentingnya peranan dan dukungan lingkungan sekitar khususnya dukungan keluarga didalam
meningkatkan status gisi lansia.
Penelitian dilakukan selama satu hari pada tanggal 7 Januari 2022, dimana sampel
pada penelitian ini adalah 20 orang dari populasi sebanyak 223 lansia dari jumlah
RT yang dilakukan pendataan, dengan pengambilan sampel adalah total sampling.
Instrumen yang digunakan adalah kuisioner dengan 10 pertanyaan pengetahuan.
Responden diberikan pretest dan posttest tentang pengetahuan gizi pada lansia. Pertama kali
adalah menganalisis data menggunakan univariat untuk menghasilkan distribusi
frekuensi dari hasil pretest dan post test yang diperoleh, serta analisis bivariat menggunakan
uji paired t-test sampel correlation dengan uji prasyarat yang harus dipenuhi yaitu diperoleh
signifikasi 0,000 (p<0,05) untuk melihat pengaruh pendidikan kesehatan tentang gizi
pada lansia terhadap peningkatan pentahuan mengenai Gizi pada lansia di Kav. Hj. Edi Rt 02
Rw 02 Desa Semplak, Kecamatan Bogor Barat.
| 78
JURNAL PEMBERDAYAAN DAN PENDIDIKAN Ciptaan disebarluaskan di bawah
KESEHATAN Lisensi Creative Commons
VOL. 1 NO. 2, JUNI 2022 Atribusi-NonKomersial-
DOI: 10.34305/JPPK.V1I02.424 BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
yaitu sebagian besar (85%) berpengetahuan kurang dan hanya sebesar 2 % lansia yang
memiliki pengetahuan baik mengenai gizi lansia. Sedangkan hasil post test menunjukkan
bahwa pengetahuan lansia yaitu mayoritas (80%) berpengetahuan baik dan tidak ada
satupun lansia yang mempunyai pengetahuan kurang.
Tabel 1. Pretest dan Post Test
Pretest Posttest
Pengetahuan
N (%) N (%)
Kurang 17 85 0
Cukup 1 5 4 20
Baik 2 10 16 80
Total 20 100 20 100
Dari hasi pretest dan post test dilakukan kemudian dilakukan pemeriksaan data hasil
peneliti dengan uji persyaratan analisis Paired Sample t Test
Tabel 2. Paired Sample Corelation
N Correlation Sig.
Bagian kedua output dari hasil kolerasi atau hubungan antara kedua data atau variabel
yakni pretest dan post test. Hal ini berarti antra pretest dan post test memiliki hubungan atau
ada hubungan yang signifikan.
| 79
JURNAL PEMBERDAYAAN DAN PENDIDIKAN Ciptaan disebarluaskan di bawah
KESEHATAN Lisensi Creative Commons
VOL. 1 NO. 2, JUNI 2022 Atribusi-NonKomersial-
DOI: 10.34305/JPPK.V1I02.424 BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Hasil uji t 0,000 < nilai signifikansi 0,05 jadi dapat disimpulkan bahwa hasil pre test
dan post test terdapat perbedaan yang cukup signifikan yang artinya penyuluhan yang
diberikan berpengaruh terhadap hasil test yang diberikan.
Hasil menunjukkan bahwa dari sebagian 20 lansia masih memiliki masalah pada
gizinya. Kemungkinan hal ini terjadi pada metabolisme tubuhnya sehingga mempengaruhi
status gizi lansia yang terjadi dengan sendirinya. Selain itu, melihat masalah status gizi pada
lansia, juga dapat dilihat masalah kesehatan pada lansia dengan pengukuran dan perhitungan
seperti pengukuran tekanan darah.
Pada kegiatan penyuluhan ini telah dilaksanakan di Kav. Hj. Edi Rt 02 Rw 02 Desa
Semplak, Kecamatan Bogor Barat. Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 07 Januari 2022
kegiatan ini berjalan dengan lancar, selama kegiatan berlangsung diadakan pengukuran
tekanan darah, pre test, dan post test dan dilanjutkan dengan penyampaian materi
menggunakan metode ceramah melalui media power point dan diakhiri dengan sesi tanya
jawab. Kegiatan penyuluhan ini disambut dengan antusias oleh para lansia dengan adanya
konsumsi yang disediakan serta doorprize yang menambah suasana menjadi meriah.
Pelaksanaan acara pengabdian kepada masyarakat ini para lansia dapat mengetahui
tentang pentingnya Gizi Pada Lansia karena lansia adalah kelompok umur yang sangat rentan
mengalami berbagai gangguan kesehatan terutama pada gizi nya (Nurhidayati et al., 2021).
Meskipun rangkaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini berjalan lancar, akan
tetapi terdapat beberapa hambatan seperti kehadiran para lansia yang tidak tepat waktu dan
juga kehadiran kader yang lebih dari seharusnuya pada saat acara berlangsung.
| 80
JURNAL PEMBERDAYAAN DAN PENDIDIKAN Ciptaan disebarluaskan di bawah
KESEHATAN Lisensi Creative Commons
VOL. 1 NO. 2, JUNI 2022 Atribusi-NonKomersial-
DOI: 10.34305/JPPK.V1I02.424 BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
memberikan penyuluhan tentang gizi pada lansia agar dapat mencegah terjadinya kekurangan
gizi pada lansia serta menjadi patokan awal bagi peneliti selanjutnya untuk menghubungkan
ke variabel-variabel lainnya yang dapat mempengaruhi kejadian kekurangan gizi pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, F., & Eatall, K. (2020). Elderly Nutrition in Banua Baru Village. Jiksh, 11(1), 1–7.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.193
Anggreini, D. (2018). Pendampingan Cara Menjaga Asupan Gizi Yang Baik dan Kesehatan
Pada Lansia di Posyandu Jepun Kabupaten Tulungagung. Aplikasia: Jurnal Aplikasi
Ilmu-Ilmu Agama, 18(2), 93. https://doi.org/10.14421/aplikasia.v18i2.1841
Chirsty, J. (2020). Status Gizi Lansia (A. Yuda Wati (ed.); Pertama). Deeppublish Publisher.
https: / / www.shutterstock.com
Faizah, I., & Muniroh, L. (2018). Analisis Perubahan Berat Badan, Indeks Massa Tubuh dan
Persentase Lemak Tubuh Klien Pasca Pemberian Diet South Beach pada My Meal
Catering Surabaya. Amerta Nutrition, 2(1), 52.
https://doi.org/10.20473/amnt.v2i1.2018.52-58
Fitriana, R., Rohmawati, N., & Sulistiyani. (2015). Hubungan Antara Konsumsi Makanan
dan Status Gizi dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia (Studi di Posyandu Lansia
Wilayah Kerja Puskesmas Wuluhan Kabupaten Jember). Artikel Ilmiah Hasil
Mahasiswa 2015, 27. http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/70986
Hatta, H., Pakaya, R., & Laiya, M. (2018). Analisis Hubungan Status Gizi Lansia Di
Puskesmas Limboto Barat. Gorontalo Journal of Public Health, 1(1), 024.
https://doi.org/10.32662/gjph.v1i1.146
Nina, R. (2015). Tingkat kecemasan, asupan makan, dan status gizi pada lansia di Kota
Yogyakarta. Tingkat Kecemasan Asupan Makanan Dan Status Gizi Pada Lansia Di
| 81
JURNAL PEMBERDAYAAN DAN PENDIDIKAN Ciptaan disebarluaskan di bawah
KESEHATAN Lisensi Creative Commons
VOL. 1 NO. 2, JUNI 2022 Atribusi-NonKomersial-
DOI: 10.34305/JPPK.V1I02.424 BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Nurdianto, R., Hanim, D., & Pamungkasari, E. P. (2021). Korelasi Tingkat Asupan Lemak
Dan Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Hidup Lansia Correlation between Fat Intake and
Physical Activity with Quality of Life in Elderly. Media Gizi Indonesia, 16(3), 280.
https://doi.org/10.20473/mgi.v16i3.280-286
Nurhayati, I., Yuniarti, T., & Putri, A. P. (2019). Tingkat Pengetahuan Keluarga Dalam
Pemberian Gizi Pada Lansia Cepogo, Boyolali. Jurnal Riset Gizi, 7(2), 125–130.
https://doi.org/10.31983/jrg.v7i2.4380
Nurhidayati, I., Suciana, F., & Septiana, N. A. (2021). Status Gizi Berhubungan Dengan
Kualitas Hidup Lansia Di Puskesmas Jogonalan I. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan
Masyarakat Cendekia Utama, 10(2), 180. https://doi.org/10.31596/jcu.v10i2.764
Nursilmi, N., Kusharto, C. M., & Dwiriani, C. M. (2017). Hubungan Status Gizi Dan
Kesehatan Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Dua Lokasi Berbeda. Media Kesehatan
Masyarakat Indonesia, 13(4), 369. https://doi.org/10.30597/mkmi.v13i4.3159
Riyadi, A., Wiyono, P., & Budiningsari, R. D. (2007). Asupan gizi dan status gizi sebagai
faktor risiko hipertensi esensial pada lansia di Puskesmas Curup dan Perumnas
Kabupaten Rejang Lebong Propinsi Bengkulu. In Jurnal Gizi Klinik Indonesia (Vol. 4,
Issue 1, p. 43). https://doi.org/10.22146/ijcn.17464
Santoso, I. (2021). Metodologi Kuantitatif (A. Rahmatulah (ed.); Pertama). Pustaka Indigo.
Sjahriani, T., & Yulianti, T. (2018). Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi pada Lansia
di UPTD Pelayanan Sosial Tresna Werdha Natar Lampung Selatan Tahun 2018. Jurnal
Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, 5(2), 154–164. https://doi.org/10.33024/.v5i2.797
Wijaya, A. M. (2012). Status kesehatan oral dan asupan zat gizi berhubungan dengan status
gizi lansia. Status Kesehatan Oral Dan Asupan Zat Gizi Berhubungan Dengan Status
Gizi Lanzi, 8(3), 151. https://doi.org/10.22146/ijcn.18211
| 82