Anda di halaman 1dari 3

Jurusan Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional;

bunga.tiara@civitas.unas.ac.id (Penulis Koresponden)

Penelitian yang dilakukan oleh Irianto (2014) tentang terapi inhalasi uap dengan minyak
kayu putih terhadap bersihan jalan napas pada anak ISPA di wilayah Puskesmas Kota
Bambu Selatan, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bersihan jalan napas sebelum dan
sesudah terapi inhalasi uap panas menggunakan minyak kayu putih. 5 tetes dimasukkan ke
dalam air hangat yang sudah ada di baskom, dihirup selama 5 menit pada jarak 50 cm dari
balita selama 7 hari.
Hasil survei pendahuluan yang peneliti lakukan di Puskesmas Cikeudal pada tahun 2021,
berdasarkan data April-Juli didapatkan data 175 pasien ISPA. Yaitu 92 ISPA pada balita
dan 44 pada anak-anak dan 39 pada orang dewasa. Dengan pengalaman rata-rata ISPA
dengan tanda dan gejala sedang (Puskesmas Cikeudal, 2021). Berdasarkan penelitian
sebelumnya bahwa terapi inhalasi minyak kayu putih efektif mengatasi ISPA pada balita,
oleh karena itu peneliti mengambil penelitian yang berjudul “Pengaruh Kayu Putih
(Eucalyptus) pada Balita”.

METODE

Penelitian ini menggunakan eksperimen semu dengan two groups pretest dan posttest with
control design. Populasi dalam penelitian ini adalah balita penderita ISPA usia 3 – 5 tahun,
dengan lokasi penelitian di Puskesmas Cikeudal Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten
tahun 2021. Populasi yang diambil adalah 92 penderita ISPA pada balita. Metode
pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah sampel 30
orang yang terbagi menjadi dua yaitu 15 orang sebagai kelompok intervensi dan 15 orang
sebagai kelompok kontrol. Terapi inhalasi uap minyak kayu putih pada kelompok
intervensi adalah dengan memberikan air hangat yang telah dimasukkan 5 tetes teh minyak
kayu putih murni ke dalam baskom, selama 15 menit dengan jarak 50 cm dari balita selama
7 hari berturut-turut. Instrumen penelitian untuk kategori ISPA menggunakan kuesioner.
Hasil uji normalitas data dari Skewness adalah -1.639 dan hasil dari Kurtosis adalah -1.274
yang artinya data berada diantara rentang -2 sampai dengan +2, oleh karena itu data
dinyatakan berdistribusi normal, jadi uji statistik yang digunakan adalah uji Paired Sample
T-test dan Independent T-test

Rata-rata skor ISPA sebelum dan sesudah terapi inhalasi uap minyak kayu putih pada
kelompok intervensi
Hal ini menunjukkan bahwa terapi inhalasi uap minyak kayu putih baik untuk balita karena
dapat mengurangi masalah ISPA. Hal ini sesuai dengan Danusantoso, (2012). ISPA
(Infeksi Saluran Pernafasan Atas) adalah infeksi saluran pernafasan atas dan saluran
pernafasan bawah dengan kondisi akut. Infeksi saluran pernafasan disebabkan oleh virus,
bakteri dan jamur. Infeksi saluran pernapasan akut ini biasanya akan menyerang pejamu,
jika imunologi (daya tahan tubuh) menurun atau tidak baik. Penyakit ini sering terjadi pada
anak-anak, terutama pada anak di bawah usia lima tahun yang daya tahan tubuhnya masih
rentan terhadap penyakit.
Saat ini salah satu penyakit ISPA yang perlu mendapat perhatian adalah influenza karena
dapat menimbulkan KLB sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya Pengendaliannya. Penyulingan daun kayu putih
(Melaleuca leucadendra Linn) merupakan mata pencaharian umum masyarakat di Pulau
Buru. Hasil pemurnian minyak kayu putih sebanyak 215,5 ton pada tahun 2014 menjadikan
Pulau Buru salah satu penghasil utama minyak kayu putih di Indonesia. Minyak atsiri
Eucalyptus sp. Salah satu upaya mengatasi hidung tersumbat dapat dilakukan dengan
pemberian obat secara inhalasi, obat dapat dihirup untuk menghasilkan efek lokal atau
sistemik melalui saluran pernapasan dengan menghirup menggunakan uap, nebulizer, atau
semprotan aerosol.
Hasil penelitian sebelumnya minyak kayu putih memiliki manfaat dan kandungan utama
tanaman ini memiliki khasiat sebagai pengencer dahak, melegakan saluran pernafasan, anti
inflamasi dan penekan batuk. Maka peneliti melakukan penelitian pemberian terapi inhalasi
minyak kayu putih pada balita ISPA, dengan cara memberikan air hangat dan minyak kayu
purih yang diteteskan ke dalam air hangat sebanyak 5 tetes selama 15 menit dalam waktu 7
hari pada kelompok eksperimen dan tidak menjelaskan apapun. ke kelompok kontrol. .
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nadjib, dkk (2014) dalam penelitiannya
terdapat bukti yang menunjukkan bahwa uap minyak atsiri dari Eucalyptus globulus yang
diberikan selama 7 hari sebanyak 5 tetes minyak kayu putih dicampur dengan air panas.
efektif sebagai antibakteri dan perlu dipertimbangkan penggunaannya dalam pengobatan
atau pengobatan. pencegahan pasien infeksi saluran pernapasan di rumah sakit.
Berdasarkan hasil penelitian hasil kuisioner pada balita ISPA sebelum diberikan terapi
inhalasi minyak kayu putih didapatkan bahwa balita mengalami ISPA sedang dan ringan
yang ditandai dengan gejala batuk-batuk, suara serak yaitu anak mengalami suara serak.
suara saat berbicara atau menangis, pilek (lendir dari hidung), panas atau dingin. demam
370C sampai 390C dan nafas cepat. Setelah dilihat dari hasil observasi melalui kuisioner
pada balita penderita ISPA. Setelah diberikan terapi inhalasi minyak kayu putih, responden
mengalami perubahan yang signifikan yaitu penurunan gejala ISPA setelah diberikan terapi
inhalasi minyak kayu putih.
Peneliti berasumsi bahwa pemberian terapi inhalasi uap minyak kayu putih dapat
mengurangi masalah ISPA. Hal ini karena kandungan minyak kayu putih terbesar adalah
kayu putih (cineole). Hasil penelitian tentang khasiat cineole menjelaskan bahwa cineole
memiliki efek mukolitik (mengencerkan dahak) dan bronkodilatasi (pelega pernapasan).

Rata-rata skor ISPA pada kelompok kontrol di wilayah Puskesmas Cikedal Kabupaten
Pandeglang Banten tahun 2021. Berdasarkan hasil penelitian balita pada kelompok kontrol
(tidak diberikan terapi inhalasi uap minyak kayu putih) terjadi perubahan penurunan
masalah ISPA. Namun penurunannya sedikit berbeda, berbeda dengan penurunan masalah
ISPA pada kelompok eksperimen yang diberikan terapi inhalasi uap minyak. Hal ini
sejalan dengan Mubarak, dkk (2015) bahwa inhalasi uap adalah menghirup uap dengan
atau tanpa obat melalui saluran pernapasan bagian atas, dalam hal ini tindakan untuk
mempermudah pernapasan, sekret lebih encer dan mudah dikeluarkan, lendir membran di
saluran pernafasan. tetap lembab.
Menurut Misnadiarly (2015), gejala umum ISPA biasanya demam, sesak napas, batu
kering, sakit kepala, nyeri di sekujur tubuh, kelelahan, lesu, sesak napas, batuk parah yang
menghasilkan lendir dalam jumlah banyak, demam tinggi. . Penggunaan aromaterapi
minyak kayu putih juga memberikan rasa nyaman dan segar sehingga dapat menjadi pusat
perhatian dimana otak di kelenjar pituitari akan melepaskan endorfin atau serotonin
sehingga tubuh menjadi rileks, tidak cemas, dan terasa mengantuk. Kondisi tubuh yang
rileks juga dapat mempengaruhi perubahan hemodinamik dimana tekanan darah dan nadi
akan cenderung menurun (Suryono et al., 2020).
Berdasarkan hasil penelitian dari hasil kuisioner pada balita ISPA pada kelompok kontrol
(tidak diberikan terapi inhalasi uap minyak kayu putih) didapatkan bahwa balita mengalami
ISPA sedang dan ringan yang ditandai dengan gejala batuk-batuk, suara serak yaitu anak
memiliki suara serak saat berbicara atau menangis, pilek (mengeluarkan lendir dari hidung)
demam atau demam 370C sampai 390C dan nafas cepat.
Peneliti berasumsi bahwa setelah dilihat dari hasil observasi melalui kuisioner pada balita
ISPA pada kelompok kontrol terjadi perubahan yang signifikan yaitu penurunan gejala
ISPA, namun terapi inhalasi uap minyak kayu putih lebih berpengaruh dalam menurunkan
ISPA pada anak. balita.

Terapi Inhalasi Uap Kayu Putih terhadap Kejadian ISPA Pada Balita
Kelompok intervensi (diberikan terapi inhalasi uap minyak kayu putih) memiliki selisih
pretest dan posttest sebesar 8,34 dan selisih antara pretest dan posttest kelompok kontrol
adalah 5,61. Hasil pengukuran kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menyatakan
bahwa setelah diberikan terapi inhalasi uap minyak kayu putih, kelompok eksperimen
mengalami peningkatan yang lebih baik dibandingkan kelompok kontrol yang tidak
diberikan terapi inhalasi uap minyak kayu putih.
Berdasarkan hasil kelompok intervensi dan kelompok kontrol, uji perubahan ISPA pada
balita dengan menggunakan uji paired sample T-test nilai signifikansi 0,000 (<0,005).
Hasil tersebut berarti ada pengaruh terapi inhalasi uap minyak kayu putih sebelum dan
sesudah diberikan terapi inhalasi uap minyak kayu putih pada balita ISPA di wilayah kerja
Puskesmas Cikedal Kabupaten Pandeglang.
Berdasarkan hasil uji T sampel berpasangan, hal ini sejalan dengan penelitian Nadjib, dkk
(2014) dalam penelitiannya bahwa terdapat bukti yang menunjukkan bahwa uap minyak
atsiri dari Eucalyptus globulus efektif sebagai antibakteri dan patut dipertimbangkan.
penggunaannya dalam pengobatan atau pencegahan pasien infeksi saluran pernapasan di
Indonesia. RSUD. Menurut Ashley (2013), terapi inhalasi uap adalah pengobatan yang
efektif untuk hidung tersumbat, metode alami yang baik dengan uap dan panas.
Menurut Dornish dalam Zulnely & Kusmiati (2015) menyebutkan bahwa minyak atsiri
kayu putih dapat digunakan sebagai obat herbal, antara lain untuk mengurangi sesak napas
akibat flu atau asma dengan cara mengoleskannya pada dada, mengobati sinus dengan
menghirup uap air hangat yang telah telah ditetesi minyak kayu putih dan menenangkan
hidung. tersumbat dengan menghirup aroma kayu putih. Penggunaan minyak atsiri salah
satunya eucalyptus dengan metode inhalasi juga dilakukan dalam uji klinis menggunakan
metode randomized double-blind, placebo-controlled spray menggunakan lima minyak
atsiri (Eucalyptus citriodora, Eucalyptus globulus, Mentha piperita, Origanum syriacum). ,
dan Rosmarinus officinalis) dilakukan pada pasien dengan infeksi saluran pernapasan atas
di enam klinik di Israel. Semprotan aromatik atau plasebo digunakan lima kali sehari
selama tiga hari dengan dosis empat semprotan sekaligus diarahkan ke bagian belakang
tenggorokan. Evaluasi gejala menunjukkan bahwa semprotan aromatik lebih efektif dalam
mengurangi gejala dibandingkan dengan plasebo (Julia & Buckle, 2016).
Menurut Nadjib, (2014) kandungan minyak kayu putih terbesar adalah kayu putih
(cineole). Hasil penelitian tentang khasiat cineole menjelaskan bahwa cineole memiliki
sifat (mengencerkan dahak), bronkodilatasi (pelega pernapasan), anti inflamasi dan
menurunkan tingkat eksaserbasi penyakit paru obstruktif kronik serta pada kasus penderita
asma dan rinosinusitis. . Uap minyak atsiri Eucalyptus globulus efektif sebagai antibakteri
dan patut dipertimbangkan penggunaannya dalam pengobatan atau pencegahan pasien
dengan infeksi saluran pernapasan.
Berdasarkan hasil pengolahan data dan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa terapi
inhalasi uap minyak kayu putih berpengaruh terhadap ISPA pada balita. Karena minyak
kayu putih mengandung cineol, melaleucin, minyak atsiri yang terdiri dari terpineol, cineol,
dan lignin. Dimana kandungan sineol berpengaruh pada pengenceran dahak. Kemudian
terapi inhalasi uap minyak kayu putih adalah tindakan untuk mempermudah pernafasan,
sekret lebih encer dan mudah dikeluarkan, selaput lendir pada saluran pernafasan tetap
lembab. Sehingga masalah ISPA pada balita lebih mudah diatasi.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh kayu putih (Euvalyptus) pada balita
penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Cikeudal Kabupaten Pandeglang dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terapi inhalasi uap minyak kayu putih terhadap ISPA
di balita dengan nilai rata-rata (mean) sebelum pemberian sebesar 5,33. Diharapkan
perawat klinik dapat memberikan edukasi kepada masyarakat untuk dapat menerapkan
pemberian terapi inhalasi minyak kayu putih dalam menurunkan ISPA pada balita.

Kata kunci: ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas); minyak kayu putih; balita

Anda mungkin juga menyukai