1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gejala klinis yang sering dirasakan balita atau anak adalah batuk. batuk
dapat terjadi sepanjang hari dan mengganggu kenyamanan anak dalam
beraktivitas. batuk pada malam hari dapat menyebabkan kualitas tidur anak
terganggu. Perawat sebagai pemberi asuhan utama dapat memberikan intervensi
keperawatan yang aman dan efektif untuk membantu anak pneumoni yang
mengalami batuk. madu adalah salah satu terapi komplementer yang dapat
digunakan untuk membantu meredakan batuk pada malam hari, sehingga dapat
meningkatkan kualitas tidur anak
Dalam hal ini akan dilakukan analisa jurnal yang berjudul “ Madu
Menurunkan Frekuensi Batuk pada Malam Hari dan Meningkatkan Kualitas
Tidur balita Pneumonia”.
2
2. Perawat dapat mengaplikasikan hasil penelitian dalam memberikan
asuhan keperawatan dengan terapi komplementer pada pasien anak
dengan pneumoni
3. Mengidentifikasi solusi dari pemecahan masalah dalam perawatan
pasien anak dengan pneumoni berdasarkan Evidance Based Practice
(EBP)
3
BAB II
RINGKASAN ARTIKEL
A. Identifikasi Artikel
1. Judul
Judul penelitian “Madu Menurunkan Frekuensi Batuk pada Malam Hari dan
Meningkatkan Kualitas Tidur balita Pneumonia”.
2. Peneliti
Penelitian ini dilakukan oleh Rokhaidah, Nani Nurhaeni, Nur Agustini
3. Tempat penelitian
Lokasi penelitian adalah di Jakarta
4. Tahun terbit
Penelitian ini diterbitkan pada tahun 2015
5. Nama Jurnal
Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 18 No. 3
B. Isi artikel
1. Metode penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan
pendekatan nonequivalent control group before after design, responden
dipilih dengan teknik consecutive sampling, dengan jumlah responden adalah
36 responden. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah anak yang di rawat
di ruang rawat inap, anak usia 1-5 th yang didiagnosis pneumoni/BRPN,
anak mendapat terapi medis berupa antibiotik, mukolitik dan inhalasi, anak
dirawat pada hari pertama saat penetapan sebagai responden, dan orang tua
atau wali yang dapat diajak kerjasama dan menyetujui anaknya menjadi
responden penelitian.
2. Pembahasan Penelitian
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Cohen, et al., (2012) yang
menemukan skor frekuensi batuk dan skor kulaitas tidur anak yang
mengalami infeksi saluran pernafasan akut pada kelompok yang diberikan
madu menunjukkan penurunan yang bermakna pada saat post test
4
dibandingkan kelompok kontrol. Rerata penurunan skor frekuensi batuk dan
skor kualitas tidur pada kelompok yang diberikan madu lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok dextromethorphan dan kelompok tanpa
intervensi.
Hasil penelitian ini dan penelitian serupa tentang efek madu terhadap
batuk pada malam hari dan kualitas tidur anak telah membuktikan bahwa
madu efektif mampu mengurangi frekuensi batuk dan memperbaiki kualitas
tidur. Penurunan skor frekuensi batuk pada anak setelah diberikan madu
terjadi karena madu mempunyai kandungan antibiotik alami, antioksidan dan
kombinasi zat-zat lain. Ada interaksi antara saraf sensori lokal dengan sistem
saraf pusat yang terlibat dalam regulasi mekanisme batuk sehingga mampu
meredakan batuk (McCoy dan Chang, 2013). Peningkatan kualitas tidur yang
signifikan pada saat postest kelompok yang diberikan madu sebelum tidur
diseabkan oleh madu dapat merangsang pengeluaran hormon melatonin yang
berfungsi memicu pelepasan hormon pertumbuhan yang mengatur fungsi
pemulihan fisiologis tubuh, serta otot dan jaringan tubuh lainnya. Bersamaan
dengan itu fruktosa dalam madu diserap oleh hati dan diubah menjadi
glukosa, kemudian glikogen. Fruktosa memastikan pasokan glikogen hati
selama semalam dan mencegah lonjakan glukosa, insulin dan pelepasan
hormon stres (Mclnnis, 2008).
3. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna
antara rerata selisih skor frekuensi batuk dan skor kualitas tidur kelompok
intervensi dengan kelompok kontrol. Selisih skor frekuensi batuk dan skor
kualitas tidur kelompok intervensi lebih tinggi secara bermakna
dibandingkan dengan kelompok kontrol (p< 0,001). Hal ini menunjukkan
bahwa ada peningkatan kualitas tidur yang bermakna saat postest pada
kelompok yang mendapatkan madu dibandingkan dengan kelompok kontrol
5
BAB III
A. Gap of Knowledge
B. Justifikasi Intervensi.
Pada pasien pasien pneumoni/BRPN yang terjadi pada anak balita masalah
yang sering muncul adalah bersihan jalan nafas dan adanya gangguan pola tidur
yang disebabkan adanya infeksi pada saluran pernafasan. Intervensi tersebut
adalah adanya dukungan tidur dengan edukasi non farmakologik agar siklus
tidur terjaga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian madu sebelum
tidur dapat menurunkan frekuensi batuk dan meningkatkan kualitas tidur pada
anak balita dengan pneumoni/BRPN, sehingga pemberian madu bisa dilakukan
6
sebagai salah satu intervesi non farmakologis/terapi komplementer untuk
mengatasi masalah yang muncul.
7
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa pemberian madu terbukti efektif
menurunkan skor frekuensi batuk malam hari dan meningkatkan kulaitas tidur
anak balita dengan pneumoni/BRPN. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi
bahan masukan atau pertimbangan bagi perawat anak untuk dijadikan sebagai
bagian intervensi keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan bagi nak
dengan pneumoni/BRPN.
B. Saran
1. Keluarga
Intervensi non farmakologis/terapi komplementer dapat dilakukan oleh
keluarga yaitu dengan pemberian madu untuk mengurangi batuk dan
meningkatkan kualitasn pneumoni/BRPN.
2. Petugas Kesehatan
Sebagai petugas intervensi non farmakologis atau terapi komplementer
dengan pemberian madu dapat diajarkan atau diinformasikan kepada keluarga
agar memberikan madu sebelum tidur pada anak balita dengan
pneumoni/BRPN.
8
Daftar Pustaka
Alimul, Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Cohen, H.A, Rozen., J., Kristal, H., Laks. Y., Berkovitch, M., Uziel., et al. (2012).
Effect of honey on nocturnal cough and sleep quality : A doubleblind, randomized
placebocontrolled study. pediatrics, 130 (3), 1-9