Nim : 616080620017
Jurnal yang saya dapat mengenai presepsi bidan terhadap konsep asuhan persalinan
kala III di RS Tadjudding Chalid Makasar
Adapun Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengaruh persepsi bidan
terhadap sikap dan perilaku dalam pertolongan persalinan kala III.
Dengan metode:
Penelitian deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif dilakukan di RS
Dr. Tadjuddin Chalid Makassar. Subjek purposive dari 5 bidan yang mewakili
karakter berbeda-beda berpartisipasi dalam penelitian ini. Pengumpulan data
menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi. Data dianalisis
dengan menggunakan metode analisis tematik.
Hasil:
1) Bidan meyakini kala III merupakan fase persalinan yang paling berisiko
bagi semua ibu bersalin, 2) Upaya bidan meminimalisir risiko perdarahan post
partum dengan menerapkan manajemen aktif kala III, 3) Persepsi bidan
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memberikan asuhan yakni
dengan menggunakan pendekatan manajemen risiko.
Kesimpulan:
Persepsi bidan memiliki peran penting terhadap sikap dan perilaku dalam
memberikan asuhan persalinan. Persepsi tersebut berpengaruh dalam
penerapan medical model dalam pertolongan persalinan kala III. Bidan harus
memahami filosofi asuhan kebidanan untuk menghindari intervensi medis
yang tidak perlu pada semua persalinan normal.
https://www.e-journal.unair.ac.id/IMHSJ/article/view/28884
Contoh kasus:
Nn.S umur 18 tahun datang ke Puskesmas Lingsar tanggal 9 mei 2014,
diantarkan oleh seorang Laki-laki muda yang dikatakannya sebagai kakaknya,
Sejak awal datang Nn. S sudah tampak cemas dan ragu-ragu untuk di lakukan
pemeriksaan,
Saat Nn. S masuk ke ruang Konseling bidan T menyambut dengan sopan dan
ramah. Nn.S segera dipersilahkan untuk duduk didampingi bersama dengan
kakak laki-lakinya tersebut . Bidan pun mulai melakukan anamnesa.
Dari hasil anamnesa diketahui bahwa Nn.S belum menikah, umur 18
Th, Pendidikan SMA, mengeluh telat haid selama 1 bulan dan Menstruasinya
tidak teratur Nn. S meminta diberikan obat pelancar menstruas, Nn.S
mengatakan tidak pernah mengidap penyakit kronis apapun. setelah
melakukan anamnesa bidan kemudian melakukan pemeriksaan selanjutnya.
Dari hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil bahwa tanda-
tanda vital normal. Bidan kemudian melanjutkan dengan pemeriksaan fisik.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan bahwa TFU sepusat (24 minggu).
Bidan kemudian menjelaskan pada Nn. S hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan bahwa bidan telah menemukan tanda mungkin kehamilan tapi untuk
lebih pastinya harus dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan
PP-test. Dari hasil PP test ditemukan bahwa Nn. S positif (+) hamil. Nn. S
tampak syok dan meminta kepada bidan untuk menggugurkan kandungannya,
bidan melakukan pendekatan kepada Nn. S dari hati ke hati untuk
menceritakan kejadian yang sebenarnya, informasi yang didapatkan dari Nn.
S, bahwa laki-laki yang mendampinginya saat ini adalah kekasihnya mereka
sering melakukan hubungan sexsual, dia mengaku terakhir kali berhubungan 2
bulan yang lalu, Bidan melakukan konseling mengenai bahaya aborsi,
keesokan harinya Nn. S datang lagi didampingi ibunya, sang ibu masih tidak
bisa menerima keadaan putrinya dan ingin berkonsultasi dengan bidan, bidan
melakukan konseling kepada keluarga dan kedua pasangan muda mudi
tersebut. Bidan menyerahkan keputusan akhir pada Nn.S Sang Kekasih dan
keluarga.
Dari kasus tersebut bidan sudah mampu memandang bahwa kehamilan dan
persalinan adalah peristiwa normal dan alami yang terjadi pada wanita dewasa
sesuai dengan falsafah kebidanan Normal and Natural Childbirth. Hal ini terlihat
dari sikap bidan T mencerminkan kepedulian terhadap kasus pada Nn.S dan
memberikan pengarahan bahwa kehamilan perlu di jaga dan lindungi.
Bidan sudah mampu memahami bahwa wanita itu unik dan patut dihormati hal ini
sesuai dengan falasafah kebidanan Women centre care yang tercermin dari sikap
bidan yang tetap memberikan semangat,dukungan dan pemahaman kepada ibu
bahwa semuanya telah terjadi dan cobalah untuk menerima kehamilannya sehinga
kehamilan harus di pertahankan demi keselamatan ibu dan janin, dengan
menggugurkan kandungan ibu tidak bisa menyelesaikan masalah selain itu resiko
yang ibu hadapi jika menggugurkan kandungan sangat besar bahkan dapat
menyebabkan kematian.
Pandangan bidan mengenai Empowering Women sudah sesuai dimana bidan tidak
ikut campur dalam ranah masalah pribadi Nn.S hanya saja memberikan masukan
yang dibutuhkan oleh Nn.S karena bidan yakin bahwa Nn.S akan mampu untuk
mengatasi masalah yang dialaminya.
Pada kasus ini pandangan bidan sesuai dengan falsafah kebidanan mengenai
Continuity of care sebab bidan mampu/berusaha untuk memberikan pelayanan
yang berkesinambungan dan sesuai standar kebidanan sehingga Nn. S mau
menerima kehamilannya saat ini dan akan menjaga kesehatan dirinya serta
janinnya, dengan melangsungkan pernikahannya anak yang dilahirkan ini dapat
kejelasan status sehingga tidak dikucilkan oleh masyarakat, dan ibu bias
berinteraksi seperti biasa dengan masyarakat di sekitarnya dan setelah melahirkan
ibu bias melanjutkan pendidikan yang sempat tertunda
Sikap bidan yang mengembalikan segala keputusan yang telah dipilih oleh Nn. S
adalah tanggung jawab dari Nn. S sendiri beserta keluarganya. Pandangan bidan
ini sudah sesuai dengan falsafah kebidanan Woman and Family Partnership,
bidan memberikan nasehat kepada keluarga untuk menerima keadaan ibu saat ini
dan meminta untuk selalu mendukungnya, keluarga Nn. S dapat menerima
keadaan anaknya saat ini mendukung pernikahan yang dilakukan demi kebaikan
bersama serta membantu untuk mengurus dan merawat ibu selama kehamilan
sampai bayi lahir.