PEMBAHASAN
Pada Bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan
kasus pada pelaksananan manejemen Asuhan Kebidanan Balita pada An. “M” 3
tahun dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut Ringan atau Batuk bukan
Pneumonia di Puskesmas Ardimulyo, Kabupaten Malang. Untuk memudahkan
pembahasan maka penulis akan menguraikan sebagai berikut:
35
Dari data subjektif didapatkan data terkait identitas balita, keluhan utama,
riwayat intranatal, imunisasi, kesehatan anak, penyakit keluarga, tumbuh
kembang, dan riwayat sosial. Sedangkan, dari data objektif di dapatkan
keadaan umum balita, tanda-tanda vital, pengukuran antopometri dan
pemeriksaan fisik, dimana diagnosa pneumonia pada balita didasarkan pada
adanya batuk atau kesukaran bernapas disertai peningkatan frekuensi napas
(napas cepat) sesuai umur. Adanya napas cepat (fast breathing) ini ditentukan
dengan cara menghitung frekuensi pernapasan. Batas napas cepat adalah
frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada usia 2 bulan -
<1 tahun dan 40 kali per menit atau lebih pada anak usia 1 tahun - <5 tahun.
Hasil pengkajian yang diperoleh sesuai dengan tanda dan gejala dari ISPA
secara teori. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak ada kesenjangan
antara tinjauan teori dengan hasil pengkajian pada kasus ini.
36
3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Menurut Depkes RI (2009), anak dengan ISPA jika tidak tertangani
dengan baik menyebabkan pneumonia atau infeksi pada paru-paru. Sedangkan
antisipasi yang dapat dilakukan oleh bidan adalah memberikan terapi antibotik
dengan berkolaborasi dengan dokter Spesialis Anak. Hal ini karena antibiotik
lebih efektif dibanding dengan terapi simptomatik (Akhmad, 2008). Selain
terapi antibiotik bidan perlu memantau tanda vital, pemenuhan istirahat dan
cairan (Aden, 2010).
Dari diagnosa yang ditegakkan di atas tidak terdapat diagnosa potensial.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat kesesuaian antara teori dan kasus pada An.
M.
5. Intervensi
Rencana yang diberikan mencakup aspek asuhan kesehatan yang akan
diberikan pada klien dan disetujui oleh kedua belak pihak yaitu bidan dan
37
klien (Marmi dan Rahardjo, 2012).
Rencana Asuhan pada anak dengan ISPA, diantaranya adalah :
a. Pemberian oksigen.
b. Penempatan anak pada udara yang lembab.
c. Lakukan drainase posturnal untuk pengeluaran lendir.
d. Anjurkan istirahat cukup.
e. Anjurkan pemberian cairan cukup. (Aden, 2010).
f. Lakukan kolaborasi dengan dr. SpA untuk pemberian terapi berupa :
1) Antibiotik (Akhmad, 2008)
2) Pereda batuk (MTBS, 2008).
3) Zinc selama 10 hari ( Venita dan Kadim, 2014).
4) Pribiotik (Widagdo, 2011).
g. Berikan nutrisi terutama ASI, selama diare hingga masa penyembuhan
( Widagdo, 2011).
h. Anjurkan sering mengganti popok agar tidak lembab (Suriadi dan
Yuliani, 2011).
Rencana Asuhan pada anak dengan ISPA (Batuk bukan pneumonia) sesuai
MTBS:
a. Beri pelega tenggorakan & pereda batuk yang aman
b. Jika batuk > 3 minggu , rujuk untuk pemeriksaan lanjutan
c. Nasihati kapan kembali segera
d. Kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan.
Dalam kasus An. M, intervensi yang dilakukan antara lain : beritahu ibu
untuk memberikan pelega tenggorakan pada anaknya, kolaborasi dengan
dokter Sp.A untuk pemberian terapi, beri pendidikan kesehatan tentang
penyakit ISPA, beritahu tentang tanda kegawatan pada anak, dan berikan KIE
kepada ibu tentang kebersihan dan pola nutrisi pada anak.
Dapat disimpulkan bahwa, terdapat kesesuaian intervensi antara teori dan
kasus pada An. M.
38
6. Implementasi
Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang telah direncanakan
dan berjalan dengan lancar karena adanya kerja sama yang kooperatif antara
klien dengan petugas.
7. Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan merupakan langkah akhir dari proses
manajemen asuhan kebidanan dalam mengevaluasi pencapaian tujuan dengan
membandingkan data yang dikumpulkan dengan kriteria yang diidentifikasi,
memutuskan apakah tujuan telah tercapai atau tidak dengan tindakan yang
sudah diimplementasikan.
Berdasarkan studi kasus An. M, penatalaksanaan ISPA ringan/ batuk
bukan pneuomonia sudah dilakukan dan diharapkan kondisi anak segera
membaik, dan kondisi umum stabil.
39
BAB VI
PENUTUP
40
5. Rencana Asuhan atau intervensi yang akan diberikan pada An “M”
antara lain : beritahu ibu untuk memberikan pelega tenggorakan pada
anaknya, kolaborasi dengan dokter Sp.A untuk pemberian terapi, beri
pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA ringan/ batuk bukan
pneuomonia, beritahu tentang tanda kegawatan pada anak, dan berikan
KIE kepada ibu tentang kebersihan dan pola nutrisi pada anak.
6. Seluruh rencana asuhan dilaksanakan dengan efektif dan efisien sesuai
langkah pada intervensi.
7. Evaluasi didasarkan pada hasil implementasi. Seluruh rencana asuhan
pada An. “M” sudah dilakukan dan diharapkan kondisi anak segera
membaik, dan kondisi umum stabil.
6.2. Saran
1. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada pasien
khususnya ISPA ringan/ batuk bukan pneuomonia pada balita, dan
harapannya petugas kesehatan bisa melakukan upaya deteksi dini
terjadinya ISPA ringan/ batuk bukan pneuomonia pada balita dan
memberikan KIE pada orang tua balita untuk bisa mencegah terjadinya
ISPA pada balita dan bagaimana cara penanganan awal ISPA ringan/
batuk bukan pneuomonia pada balita.
2. Masyarakat
Diharapkan pada masyarakat untuk ikut serta dan peran aktif dalam
upaya menjaga kesehatan khususnya kesehatan balita, periksa ke tenaga
kesehatan lebih sering agar komplikasi tidak menjadi berat.
2. Mahasiswa Kebidanan
Diharapkan mahasiswa mampu meningkatkan ilmu pengetahuan dan
mampu mengaplikasikan teori ISPA yang sudah didapat untuk bisa
memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan ISPA sesuai dengan
prosedur.
41
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2013. Riset Kesehetan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementerian Kesehatan.
Kosim, S., dkk. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan
Anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Kosim, S., dkk. 2009. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan
Anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: EGC.
42
Saputra, L., dkk. 2014. Asuhan KebidananKehamilan Fisiologis dan Patologis.
Tangerang Selatan: Binarupa Aksara.
Surasmi, A., Handayani, S., & Kusuma H. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi.
Jakarta: EGC.
43