Anda di halaman 1dari 6

JOURNAL OF BIOMEDICAL SCIENCES AND HEALTH

Volume 1, No. 2, Februari 2023, (50 - 55) JBSH 2023

PENGARUH TERAPI UAP MINYAK KAYU PUTIH (EUCALYPTUS) DAN


AROMATERAPI PEPPERMINT (MENTHA PIPERITA L.) TERHADAP
POLA NAPAS PADA BALITA DENGAN INFEKSI SALURAN
PERNAPASAN ATAS
THE EFFECT OF EUCALYPTUS OIL STEAM THERAPY AND PEPPERMINT
AROMATHERAPY ON BREATHING PATTERNS IN UNDER-FIVE CHILDREN SUFFERING
FROM UPPER RESPIRATORY TRACT INFECTION

Mei Lia Nindya Zulis Windyarti1*, Fery Ernawati2*, Sri Puji Lestari3*
1,2Prodi Sarjana Terapan Kebidanan, Universitas Karya Husada, Jl. Kompol R. Soekanto No. 46, Semarang
3Prodi Profesi Ners, Universitas Karya Husada, Jl. Kompol R. Soekanto No. 46, Semarang

Article History: ABSTRAK


Received: 16 Januari 2023 Anak merupakan golongan usia yang paling rawan terhadap penyakit, Infeksi Saluran
Revise: 22 Februari 2023 Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Gejala yang
Accepted: 22 Februari 2023 ringan biasanya diawali dengan demam, batuk, hidung tersumbat dan sakit
tenggorokanmenyebabkan banyak lendir yang menggangu pola nafas pada anak. Terapi
inhalasi uap adalah pengobatan efektif untuk mengatasi hidung tersumbat, metode alami
yang baik dengan uap dan panas salah satunya menggunakan minyak kayu putih dan
aromaterapi peppermint. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi uap minyak

Corresponding author Email: kayu putih dan aromaterapi peppermint terhadap pola napas pada anak usia Balita penderita
meilia@stikesyahoedsmg.ac.id Infeksi Saluran Pernapasan Atas di PMB Jumiyatun, S.Tr.Keb Jepara. Jenis penelitian ini
adalah kuantitatif, desain penelitian quasi eksperimen dengan jenis two group pre and post
test design Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive
sampling dengan jumlah sampel 36 balita dengan ISPA ringan yang dibagi menjadi dua
kelompok yaitu kelompok intervensi minyak kayu putih dan kelompok intervensi
aromaterapi peppermint. Analisa data univariat dan bivariat menggunakan Wilcoxon dan
Independent t test. Hasil diperoleh data ρ value 0,191 > 0,05 (dengan melakukan uji
independent t-test), sehingga Ho diterima Ha ditolak artinya Tidak ada perbedaan efektivitas
terapi uap minyak kayu putih dan aromaterapi peppermint terhadap pola napas pada anak
usia Balita penderita Infeksi Saluran Pernapasan Atas.

Kata kunci : uap minyak kayu putih; aromaterapi peppermint; pola napas; balita; ISPA

ABSTRACT
Children are the age group most prone to disease. Acute Respiratory Infection (ARI) is a
disease that often occurs in children. Mild symptoms usually begin with fever, cough, nasal
congestion and sore throat causing a lot of mucus that interferes with breathing patterns in
children. Steam inhalation therapy is an effective treatment for nasal congestion, good
natural methods with steam and heat include eucalyptus oil and peppermint aromatherapy.
determine the effect of eucalyptus oil steam therapy and peppermint aromatherapy on
breathing patterns in children under five with Upper Respiratory Tract Infections at PMB
Jumiyatun, S.Tr.Keb Jepara. The type of this research is quantitative, quasi-experimental
research design with the type of two group pre and post test design. The sampling teqnique
in this reseach used a purposive sampling with a sample of 36 toddlers divided into two
groups, the eucalyptus oil intervention group and the peppermint aromatherapy intervention
group. Analysis of univariate and bivariate data using Wilcoxon and Independent t test. The
result of this reseach obtained that ρ value 0,191 > 0,05. It means there was no different in
the effectiveness of eucalyptus oil steam therapy and peppermint aromatherapy on breathing
patterns in children aged Toddler with Upper Respiratory Tract Infections

Keyword : uucalyptus oil steam therapy, peppermint aromatherapy, breathing patterns


Upper Respiratory Tract Infections

Copyright © 2023 Authors

This work is licensed under a Creative Commons Attribution Share Alike 4.0 International License
50
Windyarti, Ernawati dan Lestari, Pengaruh Terapi Uap .......
JBSH, Vol. 1, No. 2, Februari 2023, 50-55
PENDAHULUAN

Balita merupakan anak bawah lima tahun dimana pada usia ini pertumbuhan dan perkembangan
sangatlah penting untuk anak (golden period)(Kemenkes RI, 2015). Pada masa balita, termasuk usia - usia
yang sangat rawan terhadap penyakit dikarenakan beberapa orgam yang belum dapat berfungsi secara
optimal. Hal ini berkaitan dengan sering menurunnya imunitas anak, salah satunya dapat dikarenakan oleh
gangguan atau infeksi pernapasan (R. Hartono, 2017). Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
menjadi salah satu masalah utama yang menyebabkan angka kesakitan maupun kematian bayi terbesar di
Indonesia (Gita & Yuanita, 2015). Berdasarkan data dari Kemenkes RI dan WHO, angka kejadian balita
ISPA di negara berkembang sekitar 0,29 per anak/tahun. Hal ini dapat diartikan dari 256 juta kejaidan ISPA
di dunia, sekitar 96,7% terjadi pada negara berkembang (Kemenkes RI, 2015; WHO, 2020).
Penyebab ISPA merupakan infeksi virus, jamur dan bakteri, akan tetapi terdapat beberapa faktor
penyebab terjadinya ISPA. Komplikasi yang bisa terjadi pada penderita ISPA antara lain bronchitis,
sinusitis, laryngitis, kejang, demam dan mengenai jaringan paru sehingga dapat menyebabkan terjadinya
pneumonia (Herawati, 2012). Beberapa gejala awal meliputi demam, batuk, hidung tersumbat dan sakit
tenggorokan. Gambaran klinis pada pasien ISPA berbeda-beda tergantung pada respon imun yang dimiliki
terhadap infeksi, agen etiologi, tingkat keparahan pada paru-paru dan adanya obstruksi jalan nafas. Adanya
infeksi yang masuk ke paru-paru dapat menyebabkan produksi sputum yang berlebihan. Hal ini dapat
mengakibatkan ketidakefektifan pola napas pada penderita ISPA (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Beberapa masalah yang sering ditimbulkan yaitu sianosis ,nafas cuping hidung, dispnea, takikardi, stridor,
gelisah, retraksi otot dada dan sesak.(Nanda, 2015),(Hidayat, 2014).
Penyembuhan gelaja awal dapat menggunaka terapi non- farmakologi. Bahkan terdapat beberapa
tanaman yang mempunyai manfaat untuk meredakan gejala wal seperti batuk maupun sakit tenggorokan.
Salah satunya dengan terapi uap (inhalasi uap), dapat menggunakan campuran minyak kayu putih maupun
peppermint (Willington, 2013). Aromaterapi merupakan suatu tindakan terapeutik. Selain minyak kayu
putih, aromaterapi yang sering dipakai salah satunya peppermint.(Silvi Zaimy , Harmawati, 2020) Inhalasi
aromaterapi peppermint merupakan inhalasi sederhana dengan mencampurkan air hangat dengan
bebebrapa tetes aromaterapi peppermint (Sherly Amelia, 2020). Kandungan dari aromaterapi peppermint
adalah minyak atsiri (0,5-4%), mentol (30-55%) dan menthone (14-32%).
Aromaterapi peppermint (Mentha piperita L) mempunyai aroma yang melegakan dan harum.
Aroma harum dikarenakan adanya kandungan minyak atsiri. Aromaterapi peppermint juga mengandung
vitamin C, provitamin A, fosfor, zat besi, kalsium dan potassium (Sherly Amelia, 2020). Aroma menthol
dalam peppermint menunjukkan sifat anti bakteri dan anti virus serta efek antitusin. Hal ini dapat
memberikan efek relaksasi dan anti inflamasi serta menghambat hipersekresi lendir saluran napas (Anshori,
2017). Selain itu aromaterapi peppermint dapat menyembuhkan infeksi akibat bakteri. Hal ini dikarenakan
peppermint memiliki sifat antibakteri, selain itu juga akan melonggarkan bronkus sehingga akan
melancarkan pernapasan, dan diperkuat dengan kandungan mentolnya (Anwari, F., Olevianingrum, M., &
Fatmawati, 2019). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Siswantoro (2019), bahwa
peppermint berpengaruh terhadap penurunan sesak napas pada pasien TB Paru dengan nilai p-value 0,000
(Siswantoro, 2019).
Selain aromaterapi peppermint, minyak kayu putih juga dapat dimanfaatkan sebagai terapi non-
farmakologi. Beberapa efek non farmakologinya yaitu mengurangi sesak nafas yang dikarenakan oleh flu
ataupun asma dengan cara mengoleskan pada dada, menurunkan keluahan pada pasien dengan sinus dengan
cara menghirup uap air hangat yang telah diteteskan minyak kayu putih serta dapat juga melegakan hidung
tersumbat dengan menghirup aroma minyak kayu putih (Zulnely, Gusmailina, & Kusmiati, 2015).
Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara pada tahun 2021 dari bulan Januari sampai Juni 2021

51
JOURNAL OF BIOMEDICAL SCIENCES AND HEALTH
Volume 1, No. 2, Februari 2023, (50 - 55) JBSH 2023

didapatkan kasus ISPA pada balita sebanyak 12.395 kasus sedangkan data pada Puskesmas Bangsri I
didapatkan sebanyak 621 kasus. Data yang didapatkan dari PMB Jumiyatun, S.Tr.Keb dari kunjungan
balita dengan gejala ISPA pada bulan Januari-Juni 2021 sebanyak 289 anak, dimana gejala yang dialami
batuk, pilek, demam dan bunyi pada jalan nafasnya.
Berdasarkan studi pendahuluan di PMB Jumiyatun pada tahun 2021 (Januari-Juni) terdapat 289
balita sakit, dengan rincian antara lain; bulan Januari 31 kasus, bulan Februari 54 kasus, bulan Maret 41
kasus, bulan April sebanyak 62 kasus, bulan Mei 71 kasus, dan bulan juni 30 kasus. Hasil wawancara
dengan bidan Jumiyatun pada tahun 2021, bidan mengatakan bahwa terapi yang diberikan untuk batuk
pilek yaitu dengan pemberian obat-obatan seperti glyceryl guaiacolate, chlorfeniramin maleat, paracetamol
dan vitamin. Selain itu bidan juga menyarankan untuk memperbanyak minum air putih, serta memberikan
makanan yang bergizi seperti buah dan sayur. Bidan belum pernah memberikan terapi non-farmakologi
kepada pasien. Berdasarkan data diatas, peneliti tertarik ingin meneliti terkait “pengaruh terapi uap minyak
kayu putih dan aromaterapi peppermint terhadap pola napas pada anak usia Balita penderita Infeksi Saluran
Pernapasan Atas di PMB Jumiyatun, S.Tr.Keb Jepara”

METODE

Jenis penelitian yaitu kuantitatif dengan desain quasi eksperimen, two group postest with control
design. Sampel dalam penelitian ini adalah 32vbalita yang mengalami batuk pilek. Teknik sampling
menggunakan teknik Purposive Sampling. Teknik pemberian Uap Minyak Kayu Putih yaitu menghirup uap
panas (440C) sebanyak 500 ml air dan ditambah 5 tetets minyak kayu putih, dilakukan sebanyak 2x (pagi
dan sore hari) selama 5 menit dan dilakukan selama 5 hari. Teknik pemberian uap arometerapi peppermint
yaitu dengan uap panas (440C) sebanyak 200 ml air dan ditambah 3 tetes aromaterapi peppermint, dilakukan
sebanyak 2x (pagi dan sore hari) selama 5 menit dan dilakukan selama 5 hari. Pola napas dihitung selama
1 menit menggunakan stetoskop dan jam tangan dihitung sebelum dan setelah dilakukan terapi uap pada
waktu pagi dan sore hari.

HASIL

Tabel 1 Pengaruh pola napas balita ISPA sebelum dan setelah diberikan terapi uap minyak kayu
putih.

Pola napas pada kelompok minyak kayu


Mean Rank ρ value
putih
Sebelum uap minyak kayu putih 0,00 0,000
Setelah uap minyak kayu putih 9,50

Berdasarkan hasil analisis Wilcoxon diperoleh nilai p value 0,000, hal ini berarti ada pengaruh sebelum
dan setelah terapi uap minyak kayu putih terhadap pola napas pada balita dengan ISPA.

Tabel 2 Pengaruh pola napas balita ISPA sebelum dan setelah terapi uap aromaterpi peppermint
.

Pola napas pada kelompok aromaterapi


Mean Rank ρ value
peppermint
Sebelum uap aromaterapi peppermint 0,00 0,000
Setelah uap aromaterapi peppermint 9,50
52
Windyarti, Ernawati dan Lestari, Pengaruh Terapi Uap .......
JBSH, Vol. 1, No. 2, Februari 2023, 50-55

Berdasarkan hasil analisis Wilcoxon diperoleh nilai p value 0,000, hal ini berarti ada pengaruh sebelum
dan setelah terapi uap aromaterapi peppermint terhadap pola napas balita dengan ISPA.

Tabel 3 Pengaruh terapi uap minyak kayu putih dan aromaterapi peppermint terhadap pola napas
pada Balita dengan ISPA.

Variabel Mean Std. Deviation ρ value


Selisih minyak kayu putih dan 0,191
0,611 0,458
peppermint

Hasil analisis independent t test didapatkan nilai p value 0,191, hal ini dapat diartikan tidak ada perbedaan
efektivitas terapi uap minyak kayu putih dan aromaterapi peppermint terhadap pola napas pada balita
dengan ISPA atau dapat diartikan terapi uap minyak kayu putih dan aromaterapi peppermint sama-sama
efektif terhadap pola napas pada balita dengan ISPA.

PEMBAHASAN

Analisa peneliti berdasarkan temuan dilapangan pelaksanaan penelitian dilakukan selama 5 hari
yang dilakukan setiap pagi dan sore hari. Selama pemberian intervensi responden dengan baik mengikuti
setian instruksi yang dilakukan oleh penenliti dan enumerator serta hasil yang didapatkan dari intervensi
tersebut memberikan pengaruh terhadap perbaikan pola nafas pada anak, dari kedua intervensi tersebut
sama-sama berpengaruh terhadap pola nafas pada balita. Pemberian terapi inhalasi sederhana merupakan
hirupan uap hangat dari air mendidih yang telah dicampur dengan aroma terapi sebagai penghangat,
misalnya minyak kayu putih dan aromaterapi peppermint.
Hipoksemia dan hipoksia merupakan salah satu masalah ketidakefektifan pola napas yang tidak
segera tertangani dengan baik (Bararah, T., 2013). Pada penderita dipsneu, terlihat ada penderita yaitu napas
pendek. Hal ini dikarenakan saluran napas yang sempit, sehingga oksigen yang masuk ke dalam tubuh
kurang terutama pada saluran pernapasan (Wilkinson, 2016). Pada gejala awal, dapat menggunakan terapi
non-farmakologi. Salahsatunya dengan menggunakan terapi inhalasi atau uap untuk mengurangi gejalan
awal seperti batuk ataupun meredakan tenggorokan yang gatal. Terapi inhalasi uap yaitu salah satu terapi
yang dapat digunakan untuk meredakan gejala awal salahsatunya hidung tersumbat, dengan metode alami
menggunakan uap (Willington, 2013).
Berdasarkan hasil uji analisis wilcoxon didapatkan nilai p-value 0,00, yang berarti terapi uap
minyak kayu putih berpengaruh terhadap pola napas balita ISPA. Berdasarkan hasil penemuan penelitian
dilapangan membuktikan bahwa pemberian intervensi uap minyak kayu putih memberikan dampak
dalam pola nafas anak dan dengan pemberian intervensi tersebut yang dilakukan sehari 2 kali
selama 5 hari memberikan perbedaan antara sebelum pemberian dan setelah pemberian intervensi,
dimana anak merasakan lebih lega dan hidung yang tadinya tersumbat serta nafas yang terganggu yang
menyebabkan pola nafas anak juga terganggu dapat mengurangi gejala tersebut, pola nafas anak
menjadi lebih ringan dan mudah untuk bernafas. Minyak kayu putih mengandung bahan alami,
eucalyptol (cineole), yang dapat meredakan atau melegakan pernapasan. Beberapa manfaat eucalytol yaitu
dapat mengencerkan dahak, melegakan pernapasan, anti inflamasi dan dapat mengurangi perburukan gejala
pernapasan akut pada kasus pasien dengan paro obstruktif kronis, seperti asma rhinosinusitis.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Farhatun Ni’mah (2020) didapatkan terapi
uap air dengan minyak kayu putih lebih daripada terapi uap air efektif terhadap bersihan jalan napas pada

53
JOURNAL OF BIOMEDICAL SCIENCES AND HEALTH
Volume 1, No. 2, Februari 2023, (50 - 55) JBSH 2023

anak usia balita dengan ISPA di Puskesmas Leyangan.(Farhatun Ni’mah, Priyanto, & Sukarno, 2020)
Berdasarkan hasil uji analisis wilcoxon didapatkan nilai p-value 0,00, yang berarti terapi uap
aromaterapi peppermint berpengaruh terhadap pola napas balita ISPA. Berdasarkan hasil penemuan
penelitian dilapangan membuktikan bahwa ibu balita sebagai responden belum banyak mengetahui bahwa
pemberian terapi uap aromaterapi peppermint juga dapat diberikan kepada anak dengan ISPA,selain
itu responden juga kurang mengetahui jika aromaterapi peppermint juga dapat memberikan rasa lega
pada pola nafas anak. Setelah dilakukan intervensi dengan anaknya responden dapat mengetahui secara
langsung penurunan pola nafas anaknya. Hal ini disebabkan kandungan dari aromaterapi
peppermint yaitu menthol yang dapat melegakan pernafasan dan memberikan sensasi segar
ketika dihirup dengan kondisi hidung yang susah bernafas karena hidung tersumbat.
Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Vitrilina, dkk (2019), bahwa peppermint
memiliki pengaruh terhadap penurunan sesak napas pada pasien penderita TB Paru dengan nilai p-
value nya 0,000, dapat diartikan bahwa tindakan inhalasi dengan menggunakan aromaterapi peppermint
efektif dapat menurunkan sesak napas.
Analisa bivariat didapatkan basil dari selisih pola nafas mengatakan bahwa tidak ada
perbedaan efektivitas terapi uap minyak kayu putih dan aromaterapi peppermint terhadap pola napas
pada anak usia balita penderita Infeksi Saluran Pernapasan Atas. Pemberian terapi uap minyak
kayu putih dan aromaterapi peppermint terhadap pola napas sama-sama memberikan pengaruh
terhadap pola nafas pada responden. Namun dari hasil diatas menunjukkan bahwa rata-rata penurunan
pola nafas yang paling efektif adalah pemberian aroma terapi peppermint, hal ini dapat terlihat
dari penurunan pola nafas pada responden dengan intervensi uap minyak kayu putih median
pola nafas 36 kali permenit.

KESIMPULAN

Tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara terapi uap minyak kayu putih dan
aromaterapi peppermint terhadap pola napas pada balita dengan ISPA (nilai p value 0,191), atau dapat
diartikan terapi uap minyak kayu putih dan aromaterapi peppermint sama-sama efektif terhadap pola napas
pada balita ISPA.

REFERENCES

Farhatun Ni’mah, W., Priyanto, P., & Sukarno, S. (2020). Efektifitas Terapi Uap Air Dan Minyak Kayu
Putih Terhadap Bersihan Jalan Napas Pada Anak Usia Balita Pada Penderita Infeksi Saluran
Pernapasan Atas Di Puskesmas Leyangan. Universitas Ngudi Waluyo.
Gita, M., & Yuanita, W. (2015). Efektifitas Fisioterapi Dada (Clapping) Untuk Mengatasi Masalah
Bersihan Jalan Napas Pada Anak Dengan Bronkopneumoni Di Ruang Anak RSUD Dr. Moh.
Soewandhi Surabaya. Jurnal Hasil Riset.
Herawati, S. (2012). Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan; Anatomi Faring. Jakarta:
EGC.
Kemenkes RI. (2015). Pedoman pengendalian infeksi saluran pernapasan akut.
R. Hartono, D. R. H. (2017). ISPA Gangguan Pernafasan Pada Anak Panduan Bagi Tenaga Kesehatan
Dan Umum (Cetakan II ed.). Yogyakarta: Nuha Medika.
WHO. (2020). Weekly epidemiological record - Dengue vaccine: WHO position paper - July 2020. World
Health Organization, 30 (91), 349–364. https://doi.org/10.1371/jour,.
Anwari, F., Olevianingrum, M., & Fatmawati, U. (2019). Efektifitas Kombinasi Mint Dan Cairan Dengan
Nebulizer Pada Penangan Batuk Asma Bronchiale. Jurnal SainHealth, 3(1), 40-44.
Siswantoro, E. (2015). Pengaruh Aroma Terapi Daun Mint Dengan Inhalasi Sederhana Terhadap
Penurunan Sesak Nafas pada Pasien Tuberculosis Paru. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan, 7(1).
54
Windyarti, Ernawati dan Lestari, Pengaruh Terapi Uap .......
JBSH, Vol. 1, No. 2, Februari 2023, 50-55
Kemenkes, R. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Kemenkes RI.
Maulina, D. (2014). Teknik Budidaya Tanaman Rempah Dan Penyegar (Daun Mint). Universitas Syiah
Kuala.
Nadjib, B. M., Amine, F. M., Abdelkrim, K., Fairouz, S., & Maamar, M. (2014). Liquid and vapour phase
antibacterial activity of Eucalyptus globulus essential oil= susceptibility of selected respiratory
tract pathogens. American Journal of Infectious Diseases, 10(3), 105.
Farhatun Ni’mah, W., Priyanto, P., & Sukarno, S. (2020). EFEKTIFITAS TERAPI UAP AIR DAN MINYAK
KAYU PUTIH TERHADAP BERSIHAN JALAN NAPAS PADA ANAK USIA BALITA PADA
PENDERITA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS DI PUSKESMAS LEYANGAN (Doctoral
Dissertation, Universitas Ngudi Waluyo).
Nurjazuli, S. dan. (2014). Analisis Faktor Risiko Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Sidorejo Kota Pagar Alam. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 11.
Pereira, E. J., Sim, L., Driver, H. S., Parker, C. M., & Fitzpatrick, M. F. (2013). The effect of inhaled
menthol on upper airway resistance in humans: a randomized controlled crossover study. Canadian
respiratory journal, 20(1), e1-e4.
Rahmawati, H. &. (2014). Gangguan Pernafasan pada Anak: ISPA. Nuha Medika.
Amelia, S., Oktorina, R., & Astuti, N. (2018). Aromaterapi peppermint terhadap masalah keperawatan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas anak dengan bronkopneumonia. Real in Nursing
Journal, 1(2), 77-83).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi I.
PersatuanPerawat Indonesia.
WHO. (2020). Weekly epidemiological record - Dengue vaccine: WHO position paper - July 2020. World
Health Organization, 30 (91), 349–364. https://doi.org/10.1371/jour
Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA-I, Intervensi NIC, Hasil NOC, Edisi
10. EGC.
Willington, A. K. (2013). Natural Cure for Sinus without Drugs: Permanent Sinus Relief. Noah Publishing.
Yossinta, A. (2020). Implementasi Keperawatan Istalasi Aromaterapi Peppermint Dan Minyak Kayu Putih
Terhadap Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada By. H Dengan Bronchiolitis Di Ruang
Medinah Rsi Siti Khadijah Palembang Tahun 2020 (Doctoral Dissertation, Stik Siti Khadijah
Palembang)..
Agustina, Z. A., & Suharmiati, S. (2017). Pemanfaatan Minyak Kayu Putih (Melaleuca leucadendra Linn)
sebagai Alternatif Pencegahan ISPA. Jurnal Kefarmasian Indonesia, 120-126.
Zulnely, G., & Kusmiati, E. (2015). Prospek Eucaliptus citriodora sebagai minyak atsiri potensial. Pros
Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(1), 120-126.

55

Anda mungkin juga menyukai