Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

ANAK ISPA DENGAN INOVASI


PEMBERIAN AROMA TERAPI
PAPPERMINT UNTUK MENGATASI
KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN
NAFAS DI PUSKESMAS KUTA BLANG
KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2020

RAHAYU
1902027
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit Saluran Pernafasan merupakan salah satu penyakit yang
menyebabkan kematian terbesar pada balita, Menurut WHO di New
York Jumlah penderita ISPA adalah 48.325 anak dan memperkirakan
di negara berkembang berkisar 30-70 kali lebih tinggi dari negara
maju
Kematian anak disebabkan oleh ISPA di Indonesia ada sekitar 4 juta
dari 15 juta perkiraan kematian anak dibawah usia 5 tahun, sebanyak
2/3 kematian tersebut menyerang bayi pada setiap tahunnya
Perkiraan kasus ISPA balita di Kabupaten Bireuen Tahun 2017
sebanyak 22.330 kasus, Jumlah kasus ISPA yang
ditemukan/ditangani sebanyak 13,914 kasus (62,31%)
Saat ini tata laksana ISPA menurut Manajemen Terpadu Balita sakit
(MTBS) adalah dengan pemberian antibiotik yang sesuai yaitu
kotrimoxazole selain antibiotik perlu diperhatikan pula pengaturan pola
makan Pemberian Nutrisi disesuaikan dengan umur anak, Bila anak
demam biasanya diberikan antipiretik dan anak dianjurkan banyak
istirahat
Selain tata laksana yang telah disebutkan diatas, ditemukan alternatif
lain untuk mengatasi masalah yang terkait dengan gangguan pernafasan
yaitu dengan pemberian Inhalasi sederhana (menghirup uap air panas),
pasien juga diberikan aroma therapi Pappermint untuk memberikan
kesan tenang dan rileks, Aroma menthol yang terdapat pada aroma
terapi Pappermint memiliki anti inflamasi sehingga membuka saluran
pernafasan, selain itu bahan yang terkandung dalam aromaterapi
Pappermint bisa membantu menyembuhkan infeksi akibat serangan
bakteri., karena bahan yang terkandung dalam aromaterapi pappermint
memiliki sifat anti bakteri
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Pasien anak
dengan ISPA dengan Inovasi pemberian Aromaterapi
pappermint untuk mengatasi ketidakefektifan bersihan
Jalan nafas di UPTD Puskesmas Kuta Blang Kecamatan
Kuta Blang Kabupaten Bireuen Tahun 2020’’

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan Umum karya tulis ilmiah ini adalah mengenalkan
secara nyata proses penerapan proses keperawatan secara
komprehensif dan inovatif dengan metode aplikasi
pemberian inhalasi sederhana dengan aromaterapi
pappermint untuk mengatasi ketidak efektifan bersihan jalan
nafas pada anak.
Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian secara komprehensif pada anak
dengan kasus ketidak efektifan jalan nafas menggunakan
inhalasi sederhana dengan aromaterapi pappermint.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada anak
dengan kasus ketidak efektifan bersihan jalan nafas
c. Mampu merumuskan intervensi keperawatan pada anak
dengan kasus ISPA
d. Melakukan perencanaan asuhan keperawatan anak dengan
kasus ketidak efektifan bersihan jalan nafas menggunakan
inhalasi sederhana dengan aroma terapi pappermint.
e. Melakukan tindakan keperawatan secara inovatif pada anak
dengan kasus ketidak efektifan bersihan jalan nafas
f. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah
dilakukan pada anak dengan ketidak efektifan bersihan jalan
nafas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN
Saluran pernafasan bagian atas
1. Hidung
2. Sinus paranasal
3. Faring
Saluran pernafasan bagian bawah
4. Laring
5. Trakhea
6. Broncus
7. paru – paru
8. Alveolus
1. DEFINISI
Infeksi pada sistem pernafasan didefinisikan sesuai dengan arenanya,
Pernafasan atas atau saluran pernafasan atas (uper airway), yang meliputi
hidung dan faring, Infeksi pernafasan menyebar dari satu struktur ke stuktur
lain karena terhimpitnya membrane mukus yang membentuk garis lurus pada
seluruh sistem
2. ETIOLOGI
- Pada umumnya ISPA disebabkan oleh bakteri, Bakteri yang dapat
menyebabkan pneumnia adalah Streptococcus pneumonia, Mycoplasma
pneumonia, Staphylococcus aureues, dan bakteri yang paling sering
menyebabkan ISPA adalah Streptococcus pneumonia.
- ISPA yang disebabkan oleh virus, disebabkan oleh virus sinsisial pernafasan,
bantavirus, virus influenza, virus parainfluenza, adenovirus, rhinovirus, virus
herpes simpleks, sitomegalovirus, rubella, varisella.
- ISPA yang disebabkan oleh jamur dapat disebabkan oleh candidiasis,
histoplasmosis, aspergifosis, coccodio mycosis, cryptococosis, pneumocytis
carinii.
- ISPA yang disebabkan oleh polusi, antara lain disebabka oleh asap rokok,
asap pembakaran dirumah tangga, asap kendaraan bermotor, dan buangan
indistri serta kebakaran hutan dan lain-lain (WHO, 2007).
3. PATOFISIOLOGI
Perjalanan klinis ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus
dengan tubuh, Masuknya virus ke saluran pernafasan maka silia
yang ada pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas
mendorong virus ke arah faring. Jika refelks tersebut gagal, virus
dapar merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran
pernafasan. Sehingga menyebabkan timbulnya batuk kering,
Aktivitas kelenjar mukus yang berlebihan pada dinding saluran
napas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang
melebihi normal dapat menimbulkan gejala batuk dan muncul
batuk
4. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh balita penderita ISPA
sangat banyakl menurut (Eveline & Djamaluddin, 2020) yaitu
sebagai berikut. Hidung berair, awalnya pengeluarannya encer,
kemudian mengental dan kekuningan, kemudian bersin-bersin dan
hidung tersumbat, Demam terutama pada saat awal bayi terkena
batuk pilek, kemudian sakit kepala, Batuk kering yang bertambah
parah ketika bayi berbaring, Anak akan merasa tidak enak badan,
sedikit demam atau bisa juga demam tinggi, Anak akan
mengalami keletihan dan berkurangnya selera makan untuk
sementara waktu karena tenggorokan gatal kemudian sakit
tenggorokan, kemudian nyeri otot dan sendi.
5. KOMPLIKASI
- pneumonia
- bronchitis
- sinusitis
- laringitis
- kejang demam
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- CT Scan, untuk melihat penebalan dinding nasal,
penebalan konka dan penebalan mukosa sinus yang
menunjukkan commond cold.
- Foto Polos, untuk melihat perubahan pada sinus.
-Pemeriksaan sputum, untuk mengetahui organisme
penyebab penyakit.
7. PENCEGAHAN
- Rajin cuci tangan
- Meningkatkan daya tahan tubuh
- Membersihkan permukaan umum, seperti meja, mainan
anak, gagang pintu, dan fasilitas kamar mandi dengan
desinfektan antibakteri.
- Hindarkan anak berkontak langsung dengan orang yang
terinfeksi flu atau pilek
- Jagalah kebersihan diri, lingkungan tempat tinggal
8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan farmakologi ispa Menurut WHO (2009) :
- Peningkatan intake cairan jika tidak ada kontraindikasi
-Simtomatik (sesuai dengan gejala yang muncul), sebab antibiotik
tidak efektif untuk infeksi virus
- Obat kumur, untuk menurunkan nyeri tenggorokan
- Vitamin C
- Vaksinasi
-Redakan demam yang tinggi (≥ 39° C) dengan paraetamol

Penatalaksanaan non-farmakologi
Pengobatan non – farmakologi juga bisa menggunakan fisioterapi
dada sebagai terapi komplementer. Fisiotrapi dada adalah sebagai
terapi yang digunakan untuk membantu mengeluarkan dahak / sekret.
Selain itu dengan cara memposisikan dengan posisi duduk dan
melonggarkan pakaian agar tidak terlalu ketat untuk memaksimalkan
ventilasi.
Inovasi Aromaterapi Pappermint untuk Mengatasi ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas

Peppermint (mentha piperita) merupakan jenis tanaman Lamiaceae,


minyak esensial peppermint memiliki aroma mint yang kuat,
sejuk,menyegarkan dan tajam, peppermint merupakan spesies
persilangan dari spesiment dan water mint.

Aromaterapi Pappermint mempunyai kandungan Menthol dan


Menthone yang merupakan senyawa organik yang menghasilkan
sensasi dingin ketika diterapkan pada kulit dan mulut.
Kandungan penting yang terdapat pada aromaterapi pappermint
adalah menthol (50%)
Aroma menthol yang terdapat pada aromaterapi pappermint
memiliki anti inflamasi sehingga nantinya akan membuka saluran
pernafasan, selain itu aromaterapi peppermint juga akan membantu
mengobati infeksi akibat serangan bakteri, karena aromaterapi
peppermint memiliki sifat anti bakteri, Aromaterapi peppermint
akan melonggarkan bronkus sehingga akan melancarkan pernafasan,
Untuk melegakan pernafasan dapat menghirup aromaterapi
peppermint secara langsung, sedangkan inhalasi sederhana adalah
menghirup uap hangat dari air mendidih telah di campur dengan
aromaterapi sebagai penghangat, misalnya aromaterapi peppermint,
Terapi inhalasi ditujukan untuk mengatasi bronkospasme,
mengencerkan sputum, hipereaktivitas bronkus serta mengatasi
infeksi.
Standar Operasional Prosedur (SOP) Obat Herbal Aroma
Terapi Pappermint

Persiapan Pasien
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan Tujuan
3. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
4. Menanyakan persetujuan untuk diberikan tindakan
Persiapan Alat
1. Persiapkan air hangat dalam baskom
2. Persiapkan aromaterapi pappermint
3. Persiapkan handuk kecil
4. Persiapkan corong yang terbuat dari kertas koran
Fase Kerja

- Tuangkan aromaterapi pappermint kedalam air hangat di


dalam baskom sebanyak 5-10 tetes
- Anjurkan klien untuk menghirup uap dari aromaterapi
pappermint pada baskom selama 15-20 menit
- Bersihkan mulut dan hidung dengan tissu
- Inhalasi aromaterapi pappermint ini dapat diberikan 1x1
yaitu 30 menit sebelum anak tidur pada malam hari.
- Dapat diberikan selama 3 hari berturut-turut
- Bersihkan alat
- Cuci tangan
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian fokus pada anak dengan ISPA
a. Respirasi
Peningkatan kecepatan respirasi, retraksi, nyeri dada,
penurunan suara nafas, perlebaran nasal, sianosis, batuk
produktif, ronchi.
b. Kardiovaskuler
Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi,
dan kualitas darah menurun.
c.Neurologi
Sakit Kepala, kesulitan tidur, gelisah, letargi.
d. Gastro intestinal
Penurunan nafsu makan, nyeri abdomen.
e. Muskuloskeletal
Kegelisahan, fetique
f. Integumen
Perubahan temperatur, sianosis sirkumoral
g. Riwayat kesehatan lingkungan
Lingkungan dengan sanitasi yang buruk berpengaruh
besar, riwayat pertumbuhan dan perkembangan serta
nutrisi (gizi buruk)

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat ditegakkan untuk pasien dengan ISPA
adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan mukus berlebihan
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Rancangan Studi Kasus
Studi kasus ini merupakan studi kasus deskriptif
B. Subyek Studi Kasus
Subyek dalam studi kasus ini yaitu pasien ISPA yang berkunjung ke
Puskesmas Kuta Blang Kecamatan Kuta Blang Kabupaten Bireuen,
kriteria inklusi :
 TerdiagnosaISPA ringan sedang
 Usia 1-5 Tahun
 Bertempat ditinggal diwilayah kerja Puskesmas Kuta Blang
 Bersedia menjadi responden
kriteria eklusi :
 Usia di atas 1-5 Tahun
 Tidak bertempat ditinggal diwilayah kerja Puskesmas Kuta Blang
 Tidak bersedia menjadi responden
C. Fokus Studi Kasus
Asuhan Keperawatan pada Pasien ISPA dengan Kasus
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas studi kasus
difokuskan pada Penerapan Inhalasi Sederhana Dengan
Aromatherapy Papermint Untuk Mengatasi Masalah Ketidak
Efektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Anak

D. Definisi Operasional
- Asuhan keperawatan dalam studi kasus ini didefiniskan
sebagai suatu bentuk asuhan keperawatan anak dengan
proses pemberian asuhan guna memberikan pelayanan
klien dengan kasus ketidakefektifan bersihan jalan nafas
yang meliputi tahapan pengkajian, diagnosis, intervensi,
implementasi, dan evaluasi keperawatan.
-Pemberian inhalasi untuk mengatasi ketidakefektifan
jalan nafas pada anak dengan ISPA dalam studi kasus ini
didefinisikan sebagai rangkaian asuhan keperawatan
yang diberikan penulis untuk membantu klien mengenal
lebih lanjut tentang penyakit ISPA serta bagaimana cara
mengatasi ketidakefektifan jalan nafas untuk pasien
ISPA berbasis Evidence Base Practice Nursing

-Pasiendalam studi kasus ini didefinisikan sebagai orang


yang menerima pelayanan kesehatan dan keperawatan
di Puskesmas, atas penyakit ISPA yang dideritanya

-ISPA dalam studi kasus ini didefiniskan sebagai suatu


diagnosis penyakit yang telah ditetapkan /di diagnosis
oleh dokter berdasarkan manifestasi klinis, hasil
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
E. Tempat dan Waktu
Studi kasus ini akan dilakukan di UPTD. Puskesmas
Kuta Blang Kecamatan Kuta Blang Kabupaten Bireuen,
yang telah dilaksanakan pada bulan Mei 2020.

F. Pengumpulan Data
Studi kasus ini menggunakan sumber data primer dan
sekunder.Sumber data primer berasal langsung dari
pasien dan keluarga, sedangkan sumber data sekunder
berasal dari informasi di rekam medis pasien, wawancara
dengan dokter dan perawat di Puskesmas, hasil
pemeriksaan penunjang dan lain sebagainya.
G. Instrumen Pengumpulan Data
 a. Alat dan bahan pengumpulan data
Rekam medis pasien
b. Alat dan bahan untuk aromaterapi pappermint
Minyak aromaterapi pappermint
Baskom berisi air hangat
Corong dari kertas / koran

H. Penyajian Data
Penyajian data hasil pengkajian keperawatan, yang diperoleh dari hasil
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi hasil
laboratorium akan disajikan dalam bentuk narasi. Selanjutnya data
pengkajian yang berhasil dikumpulkan tersebut akan dianalisis dengan
membandingkannya terhadap pengkajian teori yang telah disusun
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai